Home / Rumah Tangga / ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU / 1. Teriakan Dari Kamar Pengantin

Share

ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU
ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU
Author: Wildatuz Zaqiyyah

1. Teriakan Dari Kamar Pengantin

last update Last Updated: 2024-11-17 08:12:18

“KYAAA ...!”

Teriakan yang cukup nyaring dari dalam kamar pengantin itu berhasil menghentikan langkah Deva.

“Kenapa, Sayang? Mau pegang? Nih!”

“Jangan, Mas!”

“Coba, deh, kamu sentuh bentar. Dielus-elus aja. Enggak pa-pa, kok.”

“Iiih ... geli, Mas. Gede banget itu!”

Awalnya Deva ingin langsung rebah saja di kamarnya. Ia baru datang dan masih jet lag. Namun, mengingat jika ia pulang ke Indonesia lantaran kabar jika papanya telah menikah lagi dengan seorang gadis membuat Deva mendadak tersenyum geli. Apalagi setelah mendengar percakapan barusan.

Dengan rasa penasaran, ia pun melangkah pelan dan menempelkan sebelah daun telinganya di pintu kamar sang papa dan mama barunya itu.

“Jangan, Mas. Aku enggak mau, gak suka, gelay!”

“Eh?” Deva menarik kembali kepalanya. “Suaranya merdu banget. Apa Papa nikah sama Nisa Sabyan, ya?” Ia loading sejenak, lalu terkekeh.

“Gila, sih! Udah nikah hampir sebulan masih kaget aja lihat punya suami sendiri. Moga gak sawan aja itu cewek liat punya Papa,” monolog Deva dan kembali terkekeh geli.

Ia pun memilih pergi ke kamarnya sendiri. Bisa-bisa ia yang sawan jika sampai suara-suara horor sepasang pengantin itu membuatnya mendadak ingin.

“Rumah semewah ini kenapa kamarnya enggak dipasangi peredam suara, sih? Dasar Papa!” Deva terus gerundel sambil melangkah menuju kamar yang sudah disediakan untuknya.

Sementara di dalam kamar megah dengan perlengkapan serba mewah itu, Atmaja ikut tertawa geli melihat istri cantiknya yang seperti ketakutan.

“Ayolah, Sayang. Ini hanya makhluk kecil yang imut.”

“Apa? Imut? Siapa yang mengatakan seekor tikus imut, Mas? Sungguh menyebalkan!”

“Ini bukan tikus, Lisa-ku sayang. Ini hamster. Ukurannya juga mini. Masa hewan mungil ini kamu bilang gede?”

“No, no, no! Sekecil apa pun ukurannya, buatku tikus itu besar dan membuatku geli, Mas. Udah, bawa jauh-jauh. Hus, hus!” Lisa menggerakkan tangan seperti mengusir.

Atmaja kembali terkekeh. Ia pun memasukkan hamster lucu kesayangan putra tunggalnya itu ke dalam kandang.

“Lagian Mas Maja aneh-aneh aja. Naruh peliharaan begitu di dalam kamar.” Wanita muda itu masih terus menggerutu.

“Iya, Sayang. Maafin Mas, ya. Nanti kalau Deva sudah kembali, Mas akan berikan makhluk kecil ini padanya.”

Kening Lisa sedikit berkerut. “Deva?”

“Iya. Deva. Anak semata wayang Mas. Dia pemilik hamster ini.”

“Deva itu laki-laki atau perempuan, Mas?”

“Laki-laki, Sayang. Deva anak Mas laki-laki.”

“Anak cowok pelihara hamster? Lucu sekali putramu, Mas.”

“Entahlah. Dia hanya beralasan jika hamster inilah yang membuat dia tersenyum saat wanita pujaannya menghilang dan tak ada kabar.”

Lisa bergeming sesaat, lalu berucap, “Oh, ya?”

“Hm, hm! Tunggu sebentar.”

Atmaja melangkah ke kamar mandi sebelum kembali menghampiri istrinya. Bisa-bisa Lisa makin merajuk dan tak mau disentuh jika suaminya tak mencuci tangan usai memegang hewan berbulu itu.

Tak berapa lama Atmaja kembali. Pria bertubuh atletis dengan rahang kokoh yang membingkai wajah tampannya itu tersenyum dan mendekat ke sisi sang istri.

“Berapa usia putramu, Mas?”

“Hm ... sepertinya hampir sama denganmu, Sayang. Dua puluh lima.”

“Hah? Serius?”

“Iya. Tapi, kamu tak perlu khawatir. Dia bisa jadi anak yang manis. Dia juga cukup penurut. Hanya saja ... Deva sedikit berubah menjadi pendiam semenjak takdir membuat dia dan kekasihnya terpisah. Dan peristiwa itu terjadi hanya beberapa jam setelah mamanya dikebumikan.”

Wajah tegas nan rupawan Atmaja langsung sendu. Lisa mengelus sebelah pipi suaminya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Belum dicukur.

“Jangan sedih, Mas. Ada aku,” hiburnya. “Aku akan menjadi teman sekaligus mama pengganti yang baik untuk Deva. Anak kita.”

Senyum Atmaja terbit. Banyak puluhan wanita yang menawarkan diri demi bisa dinikahi oleh Atmaja Gandhi, seorang pimpinan tertinggi sebuah perusahaan ritel terbesar di Indonesia. Namun, dari banyaknya wanita muda yang bermimpi menjadi selirnya, hanya Lisa yang berhasil memenangkan hati sang duda.

“Anak kita?” ulang Atmaja.

“Ya. Anakmu anakku juga, kan, Mas?”

“Bagaimana jika aku menginginkan seorang bayi dari pernikahan ini, Sayang? Apa kamu bersedia mengandung benihku, hm?”

Lisa tersenyum.

“Aku tak keberatan, Mas. Toh, salah satu tujuan menikah untuk melanjutkan garis keturunan, kan?”

“Ya, kamu benar, Sayang. Dan Mas sangat menginginkan anak perempuan. Mas pasti akan mencintai dan melindunginya seperti sebuah berlian.”

“Tapi, tanyakan dulu pada putramu, Mas. Apa dia tak malu jika nanti mempunyai adik bayi?”

Lagi, Atmaja tergelak.

“Kenapa harus malu? Toh, kita menikah resmi, bukan menikah diam-diam karena kamu hamil duluan.”

“Iya, aku tahu, Mas. Tapi—“

Kalimat Lisa terhenti. Tanpa aba-aba, Atmaja mulai menghidu leher jenjangnya yang putih dan wangi vanila. Lisa tersenyum geli sembari menjauhkan wajah sang suami.

“Kapan Deva akan pulang, Mas?”

“Entah. Dia memang sedikit nakal dan selalu penuh kejutan. Tak mau memberitahu papanya ini kapan mau kembali ke Indonesia.”

“Apa Mas Maja sudah memberikan alamat rumah baru ini sama dia?”

“Sudah. Mas sudah share lokasi dan juga memberitahu di mana kamar dia.”

Lisa tersenyum walau hati kecilnya seperti mempertanyakan sesuatu. Meskipun awalnya tak mau ketika akan dinikahi oleh pria matang yang lebih cocok ia panggil ayah, tetapi Atmaja-lah yang bisa menerima Lisa apa adanya setelah peristiwa itu. Toh, dia bukan pria tua yang payah. Seharusnya Lisa malah harus bersyukur. Dari sekian banyak wanita cantik, ia-lah yang dipilih.

Sementara di kamar barunya, Deva mulai dirayu rasa capek dan kantuk hingga dalam sekejap ia pun terlelap. Ia kembali ke Indonesia setelah menenangkan diri di negara ibunya berasal. Selain untuk menyelesaikan study, Deva terpaksa pergi karena kekasih yang ia cari-cari bak hilang ditelan bumi.

Di bawah alam sadarnya, Deva kembali diperlihatkan akan sebuah peristiwa.

“Kenapa kamu melakukannya, Nak?”

“Ma ... maafin Deva, Ma. Maafin Deva ....”

Wanita lemah dengan banyak selang di tubuhnya itu hanya tersenyum samar. Sebelah tangannya mengelus rambut sang putra yang menangis di samping kepalanya.

“Mama maafin Deva. Tapi, Deva harus janji enggak akan berbuat seperti itu lagi. Siapa pun dia, jadikan dia menantu Papa dan Mama.”

Deva hanya mengangguk-angguk dengan ribuan penyesalan. Andai sang mama tak mendengar percakapannya di telepon kala itu, mungkin mamanya tak akan kolaps.

“Mama cuma pengen lihat hidup Deva terarah. Berdamailah dengan papamu, Nak. Waktu Mama sudah dekat, Va.”

“Ma ... please, Ma. Jangan ngomong gitu ....”

Air mata Deva semakin deras di ruang ICU. Atmaja pun tak kalah melow di luar ruangan. Ia memerhatikan interaksi istri dan anaknya dari sebuah kaca. Dokter yang berdiri di sebelahnya hanya menepuk bahunya sembari berkata,

“Tuan Maja, silakan masuk dan temani istri Anda. Kami tim dokter tak mau mendahului takdir Tuhan, tapi ... kondisi istri Anda sudah tidak lagi memungkinkan.”

Atmaja hanya mengangguk samar. Saat kakinya terayun untuk menemui istrinya, teriakan Deva terdengar melolong.

“MAMAAA ...!”

Kepala Deva bergerak ke kanan dan ke kiri dengan mata masih memejam rapat. Mimpi itu kembali hadir. Dan hanya berselang beberapa detik, tiba-tiba mimpinya berganti.

Kisah lain kembali datang. Kisah saat kekasih yang dicintainya menuliskan sebuah pesan sebelum nomornya tidak aktif.

[Deva, aku harus pergi. Rentenir itu tetap menginginkanku untuk menjadi istri ketiganya walau hutang kami sudah dianggap lunas. Dia punya seribu cara untuk mewujudkan tujuannya. Dia jahat, Deva!]

[Maaf, Va. Aku harus pergi dan tolong jangan berharap lebih. Aku takut setelah pesan ini kamu baca, mungkin aku hanya tinggal nama saja.]

Keringat sudah membanjiri kening Deva. Mimpinya seperti nyata. Kilas balik itu seperti ditayangkan ulang di depan mata.

Deva langsung terbangun. Ia terduduk dengan napas terengah-engah. Dua wanita terkasih dalam hidupnya datang dalam mimpi. Sang mama ia saksikan sendiri sudah tidur di dalam liang lahat, tetapi sang kekasih? Apakah wanita cantik itu juga hanya tinggal nama?

“Lisa ...,” panggil Deva lirih di antara hela napasnya yang sudah mulai stabil. “Aku kembali bukan hanya karena papaku menikah lagi, tapi aku juga ingin mencarimu, Sayang. Aku merindukanmu ... Khalisa Aurora.” []

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hardin
baper pisan. ...️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   2. Sarapan Milik Tuan Muda

    Pagi hari, Atmaja sudah rapi dengan pakaian kerja yang amat sangat pas membalut tubuh proporsionalnya. Ia berdiri di depan cermin full badan hingga pantulan keindahannya terlihat sempurna. Lisa berjalan menghampiri suaminya. “Bagaimana kamu tak semakin digilai oleh para karyawatimu, Mas? Apa tak bisa pergi ke kantor dengan tampilan biasa saja?”Kalimat satir penuh nada cemburu itu membuat Atmaja tersenyum lebar. Ia berbalik dan menarik pinggang istrinya hingga wajah ayu Lisa terangkat dan menghadapnya. “Kamu cemburu? Hm?” tanya Atmaja dengan lembut. “Perempuan mana yang tak akan ketar-ketir melihat suaminya tampil sempurna ketika berangkat kerja? Bukan hanya ipar yang maut, Mas. Karyawati pun bisa menjadi maut untuk bos-nya yang super perfeksionis.”Atmaja tergelak dan mengecup pelan bibir istrinya. “Apa istri Mas Maja yang jelita ini mau menjadi sekretaris suaminya?”Lisa menggeleng. “Nanti Mas malah tak fokus bekerja.”“Ya, tentu saja. Karena Mas akan lebih memilih bekerja denga

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   3. Kenangan Pahit

    Lisa tersenyum dan mengangguk kecil sembari mengulurkan kedua tangan. “Ayo, Bik! Berikan padaku.”“T-tapi, Nyonya. Tadi Aden bilang kalau—”“Enggak pa-pa, Bik. Dia enggak akan berani marahin Bibik. Nanti aku yang bakalan ngomong kalau aku yang minta nampannya ke Bibik. Hm?”Dengan rasa sungkan dan juga bingung, akhirnya kedua tangan Bik Darsih pun maju untuk menyerahkan nampan berisi sarapan milik sang tuan muda. “Makasih, Bik Darsih.”“Iya, Nyonya. Kembali kasih.”Lisa pun mulai melangkah hendak menuju kamar putra dari suaminya. Namun, baru sampai di undakan anak tanggal kelima, ponsel di saku gamisnya berdering. Refleks ia menghentikan langkah. Bik Darsih sigap mendekat. “Biar saya saja, Nyonya.”Tiba-tiba dering ponsel berakhir. “Kayaknya cuma orang iseng yang nelepon, Bik. Nih, udah mati,” ucapnya dengan senyum ramah. Sungguh. Pesona nyonya muda sangat menentramkan jiwa. Walau masih dua puluh lima tahun, tetapi Lisa bukan wanita matrealistis. Ia ada di rumah megah ini karena

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   4. Aroma Vanila

    “Deva?” Lisa keluar dari kamarnya. Tuan Takur menatap Lisa, lalu beralih pada pria bertindik di salah satu telinganya itu. Deva melangkah dan ikut bergabung ke ruang tamu. “Berapa hutang suami Bu Rika? Aku yang akan melunasinya.”Tatang Kurnia tersenyum miring. “Bocah bau kencur mau ikut campur!”“Yang penting belum bau tanah dan enggak jadi lintah pengis*p darah,” balas Deva begitu berani. “Kurang ajar!”Kepalan tangan sang rentenir terangkat hendak memukul Deva. Namun, dengan gerakan cepat langsung ditangkap. Kekasih Lisa itu cukup berotot hingga beberapa detik kemudian pergelangan tangan Tatang Kurnia berhasil Deva putar. “Aooww! L-lepaskan, Anak Muda. Ini sangat sakit. Aoooww!”“Katakan, berapa uang yang harus aku lunasi?”“B-baik. Tapi, lepaskan dulu.”Bu Rika dan Lisa setengah memeluk. Mereka takut jika para pria sudah menggunakan aksi fisik untuk membereskan satu masalah. Deva pun segera menyodorkan ponsel setelah melepaskan tangan pria tersebut. “Catat nomor rekeningmu.

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   5. Percakapan Dua Sahabat

    “Siapa dia?” ulang Bik Darsih. “Ya ... beliau istri baru papanya Aden.”“Iya. Aku tahu. Maksudku ... siapa namanya?”“Aden serius belum tahu siapa nama mama barunya Aden?”Deva menggeleng. Bahkan papanya tak mau memberitahu. Katanya, “Pulanglah, Jagoan. Kenalan langsung dengan mama barumu. Dia sangat jelita. Kamu pasti tak akan percaya jika papamu bisa menaklukkan hati seorang gadis.”Bik Darsih tersenyum. “Mandi dulu atuh. Terus ke bawah nemuin beliau. Kenalan langsung.”“Papa udah berangkat ke kantor, Bik?”“Udah, Den.”“Papa udah tahu kalau aku pulang?”Bik Darsih menggeleng. “Sesuai perintahnya Aden, kami yang tahu kalau Aden sudah pulang tak ada yang memberitahu Tuan. Hanya saja, tadi Bibik sempat kepergok sama Nyonya dan akhirnya beliau tanya. Ya sudah, Bibik jujur saja kalau anaknya Tuan sudah pulang. Makanya beliau mau kenalan dan sempat bawa nampan ini. Tapi, enggak jadi karena ada telepon.”Deva hanya mengangguk-angguk dan mulai mengunyah roti gandum yang sudah ia gigit. “

    Last Updated : 2024-11-17
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   6. Sedikit Terprovokasi

    “Bik Darsih!”“Eh? Saya, Nyonya?” Wanita paruh baya itu segera datang menghampiri istri tuannya. “Saya mau izin bawa Wati keluar. Boleh, Bik?”“Lah? Terserah Nyonya saja, atuh. Kenapa harus izin ke Bibik segala?”“Ya ... takutnya Bibik sama Lili kewalahan ngurus rumah.”“Ah. Enggak, Nyah. Santai saja.”“Enggak pa-pa, ya? Soalnya aku sekalian mau nyekar ke makam ibu sama bapak, Bik. Mungkin pulangnya bisa sampai sore.”“Iya, atuh. Enggak pa-pa.” Bik Darsih tersenyum. Lisa mengangguk. Ia mendongak sebentar ke arah lantai dua. “Deva sudah bangun, Bik?”“Sudah, Nyonya.”“Ya, sudah. Saya mau ke atas ganti baju dulu. Oh, iya. Sekalian minta tolong bilang sama Pak Bahrul, ya, Bik, buat siapin mobil.”“Baik, Nyonya.”Lisa tersenyum dan mulai melangkah menaiki undakan anak tangga. Saat melewati pintu kamar putra suaminya, Lisa memelankan langkah. Ada aura aneh yang mulai ia rasakan. Namun, Lisa menggeleng pelan. Di dunia ini banyak pria bernama Deva. “Hanya Deva, kan? Bukan Kadeva.” Lisa b

    Last Updated : 2024-12-06
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   7. Korban Pem3rk*saan

    Tangan Deva yang sudah hampir mengetuk pintu pun akhirnya hanya menggantung di udara dan kini sudah ia tarik lagi ke samping tubuhnya. Ia tersenyum aneh dan segera pergi dari depan pintu kamar tersebut. Lisa pun akhirnya membuka pintu saat langkah Deva sudah berada di undakan tangga paling bawah. Pria itu sudah berjalan hendak menuju carport. Di depan pintu utama, Deva malah bertemu dengan Pak Bahrul, sopir pribadi kepercayaan sang papa. “Den Deva?” “Halo, Pak Bahrul. Apa kabar?”“K-kabar baik, Den. Aden kapan sampai?”“Semalam, Pak.”Deva memerhatikan mobil dan juga badan tegap Pak Bahrul yang seperti sudah siap sedia. “Bapak nungguin saya?”“Eh? Ee, bukan, Den. Bapak nunggu nyonya. Beliau mau keluar,” jawab sang sopir apa adanya. Deva hanya mengangguk tanpa mau memperpanjang narasi dan juga durasi. Ia harus segera pergi. “Carport sebelah mana, Pak? Mobil saya dibawa ke sini, kan?”“Oh. Iya, Den. Pasti atuh mobil Aden dibawa ke sini.”Pak Bahrul menunjukkan carport megah yang

    Last Updated : 2024-12-07
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   8. Mama Lisa?

    “Jadi kamu ke sini karena ingin konfirmasi, Tuan Muda?” tebak Dali sembari membuka kulkas kecil di ujung ruangannya. Ia mengambil dua kaleng minuman.“Kenapa kalian seperti menutupi tentang dia?”“Bukan menutupi, Va. Kami hanya ingin menolong gadis itu agar semangatnya kembali. Kata dokter kejiwaan yang sempat khusus menanganinya, jiwa si gadis cukup terguncang. Ah, sorry. Ralat. Jiwa si wanita cukup terguncang.”Deva mengernyit. “Tidak mungkin korban pem3rk*saan masih gadis, kan, Va?”“Ya. Kamu benar.”“Ibunya ditemukan tak bernyawa agak jauh dari tempat dia ditemukan. Kalau saja papaku dan Om Atmaja tak jadi berburu, mungkin wanita itu sudah terkenal lewat berita. Terkenal karena diburu awak media dan mungkin mentalnya akan semakin sulit disembuhkan.”“Apa dia ... benar-benar diperk*sa?”“Entah. Sudah jadi dieksekusi apa belum. Tapi, Papa bilang penjahat itu berjumlah dua orang. Salah satu dari mereka sudah setengah naked dan keduanya lari terbirit-birit begitu Om Maja melepas anak

    Last Updated : 2024-12-08
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   9. Bertemu Kembali

    Deva benar-benar mual mendengar kalimat sang papa yang sedang menelepon istrinya. Sudah seperti ABG labil saja. Tanya sudah mandi apa belum. Sok mesra pula pakai bilang ‘Sambut Mas, ya?’. Benar-benar membagongkan. “Ya sudah, Sayang. Mas tutup dulu, ya. I love you, Lisa-ku.”‘Iya, Mas. Love you more, Mas Maja-ku.’Deva langsung menghela napas berat setelah pria tua di sebelahnya mengecup layar ponsel. “Apaan, sih, Pa? Lebay banget!”Atmaja terkekeh.“Sudah lama Papa tidak merasakan getaran-getaran cinta setelah mamamu pergi, Deva. Dan Lisa ... mampu mengembalikan getaran indah yang cukup menyiksa itu. Benar kata para pujangga, love is a sweet torment.”“Halah, pret!”Kini, Atmaja tergelak. Entah kenapa Deva tak suka mendengar nama Lisa disebut oleh sang papa. Walau ada jutaan nama perempuan yang sama, tetapi ... kenapa harus Lisa? Kenapa bukan Risa, Nisa, atau Rusa saja sekalian. “Menikahlah, Jagoan. Beri tahu Papa gadis mana yang mau Papa lamarkan untukmu, hm?”“Pasti, Pa. Setelah

    Last Updated : 2024-12-09

Latest chapter

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   49. Putusan Hakim

    Setelah beberapa hari berlalu, pagi itu, akhirnya Khalisa berdiri di depan pintu ruang sidang dengan napas yang tertahan di tenggorokan. Gedung pengadilan yang seharusnya menjadi tempat mencari keadilan, malah terasa seperti arena pertempuran baginya. Khalisa tahu, proses ini tidak akan mudah. Tatang dan Suryo telah membuatnya kehilangan sosok ibu, dan trauma itu menancap dalam. Namun, di saat yang sama, tekadnya untuk mendapatkan keadilan mengalahkan ketakutan Lisa. “Sayang?”Khalisa menoleh. Atmaja tersenyum dengan tangan yang tak henti menggenggam jemari istrinya sejak turun dari mobil. “Kamu pasti bisa, Sayang.” Suara lembutnya memberikan ketenangan bagi Khalisa. “Mas akan selalu di sampingmu.”Khalisa mengangguk pelan. “Iya, Mas. Bismillah,” jawabnya dengan suara pelan, tapi penuh keyakinan.Sidang pun berjalan dengan cukup tegang. Tatang dan Suryo duduk di kursi terdakwa, wajah mereka terlihat tanpa ekspresi. Namun, Khalisa merasakan tatapan dingin keduanya yang cukup menusuk,

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   48. Mengungkapkan Rasa

    “Dali, kamu jangan bercanda, Nak.” Bu Maya berucap dengan nada sedikit tegas. “Kamu enggak amnesia, kan?”Dalion terdiam sejenak dengan mulut masih mengunyah, lalu ia mengangkat kedua bahunya. “Tapi ... kamu ingat sama kami, Nak. Sama keluargamu. Mama, Papa, Mbak Donna, bahkan Mikayla.”“Kalian semua keluargaku, kan? Apa alasanku melupakan kalian? Bukankah kedekatan kita sudah terjalin sejak puluhan tahun silam? Bukan hanya sebulan dua bulan,” jawab Dali realistis. Kanina terdiam, sementara Tiara menangkap sesuatu yang berubah dari dalam diri teman baiknya. Beberapa hari ini Kanina memang menyesali semua kebodohannya hingga menyebabkan Dalion celaka. Bahkan saat niatnya dekat dengan Dali demi Deva, Kanina malah sering curhat dengan Tiara soal perhatian Dali kepadanya. Tiara segera mengelus lengan Kanina, mencoba menguatkan. “Euh ... Tante Maya, Nina izin ke toilet bentar, ya.”Tanpa menunggu respons dari ibu Dalion, Kanina langsung melangkah cepat untuk keluar dari ruangan, bukan

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   47. Apa Sudah Terlambat?

    “Lisa ... apa kamu sudah siap memberikan kesaksian atas kasus yang sudah Deva laporkan?”Khalisa terdiam, belum tahu harus menjawab apa. Di satu sisi, ia tak mau membuat Deva dan orang-orang yang sudah sejauh ini membantunya terus-terusan menunggu. Namun, di sisi lain hatinya benar-benar sakit jika harus bertemu dan melihat kembali wajah dua pelaku yang sudah membuat sang ibu pergi untuk selama-lamanya. Khalisa sadar sepenuhnya jika kematian seseorang itu memang pasti, tetapi ... hal yang menjadi penyebab ajal sang ibu sampai masih sangat membekas di hati Khalisa. Iya, penjahat memang harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Namun, respons tubuh Khalisa benar-benar tak selaras dengan keinginannya yang sangat ingin memenjarakan dua bedebah itu. Apa mungkin traumanya sudah terbubuhi oleh kondisi tubuhnya yang tengah hamil? “A-apa aku bisa, Mas? Apa aku bisa memberikan kesaksian dengan bicara lancar tanpa tersendat-sendat?”Atmaja menatap sayu pada istrinya. Ia segera menggengg

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   46. Antara Dunia dan Kematian

    Sudah lima hari sejak kecelakaan itu terjadi, waktu seolah berhenti di rumah sakit. Setelah sempat diperiksa polisi karena kecelakaan tunggal yang dialami bersama Dalion, Kanina lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk memantau kondisi Dali. Walau matanya tak sesembab kemarin-kemarin, tetapi waktu tidur Kanina sering terganggu karena tak nyenyak. Ia sering tiba-tiba terkejut dari tidur hingga menangis setelahnya. Kecemasan terus menghantui. Kanina merasa seperti berada di dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Setiap detik yang berlalu, setiap monitor yang berbunyi dari dalam ruang perawatan Dalion, membuat jantungnya serasa diremas-remas.Dali masih koma, dan rasa bersalah itu terus menghantui Kanina. Membuatnya merasa seolah semua ini tidak akan pernah berakhir. Kecelakaan itu menghancurkan segalanya, bukan hanya kehidupan Dali, tetapi juga hidupnya. “Sudah, Sayang. Semua akan baik-baik saja,” ucap Lexie, ayahnya yang baru datang dari luar negeri dua hari yan

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   45. Pertanda dari Mimpi

    Seorang gadis kecil terbangun dengan napas tersengal-sengal. Keringat dingin membasahi dahinya. Tangannya pun bergetar ketika mencoba meraih segelas air di atas meja samping tempat tidurnya. Namun, tubuh kecil itu tak mampu menenangkan rasa takut yang menguasainya. Mimpi buruk itu masih tergambar jelas dalam pikiran Mikayla. Sosok pria muda yang akrab ia panggil papa, adik kandung mamanya yang selalu tampil ceria, digandeng oleh seorang wanita berwajah pucat. Wanita itu tersenyum, tetapi bukan senyum yang menghangatkan hati. Itu adalah senyum yang membuat bulu kuduk Mikayla meremang.“Ma ... Mama!” Kayla berteriak, suaranya pecah di waktu dini hari. Donna—ibu Kayla—langsung bergegas masuk ke kamar sang anak, wajahnya pun dipenuhi kekhawatiran ketika melihat putrinya terduduk dengan wajah berkeringat.“Ada apa, Sayang?” tanya Donna lembut sembari duduk di tepi tempat tidur dan menarik tubuh kecil Kayla ke dalam pelukannya. “Kamu mimpi buruk?”Kayla mengangguk, tubuhnya masih gemetar.

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   44. Berujung Kekacauan

    Kanina melangkah cepat keluar dari apartemen milik Deva. Sedari tadi ia mati-matian menahan jantungnya yang berdebar kencang, tetapi bukan karena kebahagiaan atau kegugupan biasa, melainkan campuran rasa cemburu, marah, dan kecewa yang tak bisa ia kendalikan. Pikirannya campur aduk setelah membuktikan sendiri ucapan dari Dali, bahwa Deva dan Sekar telah menikah. Mereka tinggal satu atap. Selama ini, meski tak pernah secara terang-terangan, Kanina berharap ada kesempatan baginya dengan Deva. Namun, harapannya kini hancur. Tanpa pamit, ia pun pergi meninggalkan apartemen. Ponselnya yang berdering menjadi alasan tepat untuknya pergi. Panggilan itu memang benar adanya, tetapi Kanina memilih tak menjawab dan segera pergi agar hatinya tak semakin hancur melihat Deva dan Sekar. “Va! Nina enggak ada!” seru Dali setelah mengecek lorong lantai unit Deva berada. Deva dan Sekar beradu pandang. “Pulang duluan apa gimana?” tanya Deva. “Aku juga enggak tahu, Va.”Dali mengusap wajahnya dengan p

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   43. Kejujuran Deva

    Khalisa sudah diperbolehkan pulang. Namun, ia tetap harus istirahat cukup sesuai anjuran dokter. Selain kandungannya yang cukup lemah, ia juga dilarang stres. Walau banyak orang beranggapan menjadi istri Atmaja Gandhi bak tertimbun gunung emas, tetapi semua tak seindah yang terlihat. Rahasia soal Khalisa yang pernah menjalin kasih dengan putra sang suami akhirnya diketahui oleh teman dekat Atmaja, yakni Vikram dan Melki. Pun dengan pekerjanya di mansion yang saat itu menyaksikan pertengkaran antara Atmaja dan Kadeva. Dan semenjak itulah Deva sudah tak mau lagi pulang ke rumah orang tuanya. “Sekar, maaf, ya. Janji Mas buat daftarin kamu kuliah kayaknya belum bisa terealisasi cepat. Banyak yang harus Mas urus,” ucap Deva ketika ia duduk santai di balkon bersama istri kecilnya. Menatap keindahan kota metropolitan di malam yang pekat. “Enggak pa-pa, Mas. Aku ngerti, kok.”Deva tersenyum dan mulai menarik Sekar ke dalam dekapannya. Mereka berbaring santai di sofa malas dengan posisi set

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   42. Air Mata Atmaja

    “Jangan kira aku enggak tahu apa yang udah terjadi, Dali.”“Maksudnya?”“Tante Maya pengen kamu dekat sama Nina, kan?”Dali terdiam sejenak. “Sok tape lu!”“Mungkin kamu yang belum tahu kalau ibumu udah minta tolong sama aku buat dukung hubunganmu sama Nina.”“Apa?!”“Kamu kaget apa enggak denger, Dal?”“Kapan Mama hubungi kamu?”“Aku lupa tepatnya kapan. Tapi, kayaknya sebelum kalian makan malam di mall dan kita sempet ketemu di sana pas aku belanja sama Sekar.”Dalion terdiam. Ini seperti sedang main kucing-kucingan namanya. Atmaja pernah bercerita pada Dali kalau ia ingin menjodohkan Kadeva dengan Kanina. Ternyata mama dari Dalion sendiri malah meminta dukungan Deva agar teman baiknya itu dekat dengan Kanina. Muter-muter terus ini, mah. “Mungkin kamu bisa bohongi orang lain, Dali. Tapi enggak sama aku,” lanjut Deva. “Ayolah, Bro. Buka hati kamu. Jangan terus-terusan ngerasa bersalah sama kepergian Mutia.”Dalion terdiam sesaat. Menyelami pikiran dan perasaannya yang seperti tak ak

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   41. Dua Sahabat

    Sudah tiga hari semenjak perdebatan bersama papanya di ruang perawatan Lisa, Deva tak mau menghubungi Atmaja selain urusan pekerjaan. Sebagai anak satu-satunya, Deva tahu dan paham apa yang diinginkan sang papa. Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Namun, dari semua perlakuan Atmaja yang dingin tapi tetap peduli, Deva cukup sanksi dengan kemarahan papanya kala itu. “Apa Papa benar-benar tak merestui pernikahanku dengan Sekar?” bisiknya pelan pada diri sendiri. Deva mulai dilema. Walau awalnya ia pun hanya ingin membantu Sekar, tetapi perlahan cinta itu pun mulai datang. Terlebih saat puncak pertengkaran Deva dengan papanya terjadi, ia cukup stres sampai akhirnya Sekar menawarkan diri bak charging energi. Sekar telah menyerahkan diri layaknya seorang istri yang tak menolak saat dig@uli. Deva pun makin merasa terikat kala gadis itu sudah tak gadis karena ulahnya. Ya, tentu bukan ulah kenakalan anak muda yang dulu pernah Deva lakukan dengan Khalisa. T

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status