Share

6. Sedikit Terprovokasi

last update Last Updated: 2024-12-06 18:29:02

“Bik Darsih!”

“Eh? Saya, Nyonya?” Wanita paruh baya itu segera datang menghampiri istri tuannya. 

“Saya mau izin bawa Wati keluar. Boleh, Bik?”

“Lah? Terserah Nyonya saja, atuh. Kenapa harus izin ke Bibik segala?”

“Ya ... takutnya Bibik sama Lili kewalahan ngurus rumah.”

“Ah. Enggak, Nyah. Santai saja.”

“Enggak pa-pa, ya? Soalnya aku sekalian mau nyekar ke makam ibu sama bapak, Bik. Mungkin pulangnya bisa sampai sore.”

“Iya, atuh. Enggak pa-pa.” Bik Darsih tersenyum. 

Lisa mengangguk. Ia mendongak sebentar ke arah lantai dua. 

“Deva sudah bangun, Bik?”

“Sudah, Nyonya.”

“Ya, sudah. Saya mau ke atas ganti baju dulu. Oh, iya. Sekalian minta tolong bilang sama Pak Bahrul, ya, Bik, buat siapin mobil.”

“Baik, Nyonya.”

Lisa tersenyum dan mulai melangkah menaiki undakan anak tangga. Saat melewati pintu kamar putra suaminya, Lisa memelankan langkah. Ada aura aneh yang mulai ia rasakan. Namun, Lisa menggeleng pelan. Di dunia ini banyak pria bernama Deva. 

“Hanya Deva, kan? Bukan Kadeva.” Lisa bermonolog pelan. 

Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu ber-cat putih itu, tetapi ia urung melakukannya ketika mendengar suara gemercik air. Mungkin putra tirinya itu sedang mandi. 

Sementara di dalam sana, Deva baru saja mematikan air dari keran wastafel dan membuka pintu, lalu menutupnya kembali. Bersamaan dengan itu Lisa pergi dari depan kamar Deva.

Pria dengan handuk yang hanya melilit bagian bawahnya itu mendekati ponsel yang sedang ia charge. Deva menekan tombol power dan sesaat banyak laporan panggilan tak terjawab. Termasuk dari sang papa. 

Deva pun hanya tersenyum tanpa mau menghubungi papanya balik. Ia akan segera menemui papanya di kantor. Lanjut menemui Dali untuk meminta bantuannya dan akan berbelanja beberapa outfit di sebuah distro. 

Deva bergeser membuka koper. Tiba-tiba ia terpaku ketika tangannya menarik sebuah kaus warna putih tulang. Di tengahnya terdapat tiga huruf yang ditulis kapital. KLS, singkatan dari nama Khalisa. 

“Sayang, beli kaus di sana, yuk. Tuh, lihat! Tulisannya buy one get one free plus gratis sablon nama.”

“KLS yang artinya Khalisa. KDV yang artinya Kadeva. Kamu pakai kaus yang ada inisial namaku, dan aku pakai kaus yang ada nama kamu.”

Lisa malah tergelak renyah. 

“Ih, malah ketawa.”

“Kita kayak anak baru gede tahu enggak? Pakek couple-couple’an segala.”

“Kamu enggak mau?”

Lisa menggeleng. “Aku mau, kok, Sayang. Gitu aja cemberut.”

Deva tersenyum renyah dan langsung membeli sepasang kaus lengan pendek yang hanya dibayar satu, karena beli satu gratis satu. Keduanya menunggu beberapa saat hingga inisial nama yang di-request selesai disablon.

Dengan segera Davi langsung memakai kaus tersebut. 

“Bagus enggak, Yang?”

Lisa mengangguk. “Bagus.”

“Punya kamu enggak mau langsung dipakai?”

“Enggak, ah.”

“Kenapa? Kamu enggak suka?”

“Suka, kok. Tapi ... bukannya pamali, ya, kalau masih pacaran beli couple-couple’an begini?”

“Emang kenapa?”

“Takut enggak jadi.”

Deva terkekeh. Dan tawa kecil di masa flash back itu terbawa pada saat ini. Deva terkekeh sekali lagi. 

“Bukan enggak jadi, Lisa. Hanya belum. Ya, belum jadi. Kita belum jadi berlanjut ke pelaminan karena kamu tiba-tiba mengilang,” ucap Deva.

Ia pun meletakkan kembali kaus itu dan memilih pakaian kasual lainnya. 

*** 

Sepeninggal Vikram dari ruangannya, Atmaja mulai tak tenang. Ia langsung memanggil nomor sang istri. 

‘Ya, Mas? Assalamualaikum.’ 

Suara lembut Lisa langsung menyapa telinga. 

“Waalaikumsalam, Sayang. Kamu lagi di mana?”

‘Aku? Aku di rumah, Mas. Ini lagi di kamar. Ada apa?’

Atmaja mengembuskan napas pelan. Tak seharusnya ia terprovokasi dengan ucapan Vikram, bukan? Lisa wanita lugu. 

“Mas video call, ya?”

‘Iya, Mas.’

Tak berapa lama mode panggilan biasa sudah beralih ke panggilan video. Namun, Atmaja malah mengernyit. 

“Sayang? Kamu mau pergi?”

‘Ah, iya. Harusnya aku yang telepon Mas duluan buat minta izin.’

“Izin? Mau ke mana?”

‘Mau ke makam ibu sama bapak, Mas. Aku ajak Wati. Boleh, kan, Mas?’ 

“Oh. Iya, Sayang. Boleh, kok.”

Lisa tersenyum. Cantik. Sangat cantik. 

“Ya sudah, Sayang. Jangan sungkan hubungi Mas kalau ada apa-apa. Mas akan suruh Bahrul buat kawal kamu ke mana pun kamu pergi.”

‘Iya, Mas. Makasih, ya.’

“My pleasure, Honey.”

Sambungan dimatikan. Baru beberapa detik, Atmaja kembali ingat. 

“Astaga ... kenapa aku lupa mau tanya pada Lisa soal Deva?”

Jarinya hampir menyentuh ikon telepon untuk memanggil istrinya kembali. Namun, Atmaja teringat kalau Lisa sedang bersiap-siap karena akan pergi ke makam orang tuanya. 

“Ah, sudahlah. Kalau benar Deva sudah di rumah, dia pasti akan menemuiku di kantor atau menungguku pulang.”

Sedangkan di mansion megah itu, Deva baru selesai dan ia akan segera pergi. Begitu menutup pintu kamar, pandangan Deva malah tertuju pada pintu kaca arah balkon. Ia berjalan ke sana dan malah bingung mau berbuat apa. 

"Lah? Gue ngapain ke sini coba?" ucapnya bingung. 

Deva menggeleng dan memerhatikan tiap sudut rumah dengan interior yang tampak elegan di beberapa bagian. Langkahnya terus terayun hingga beberapa meter lagi akan melewati kamar milik sang papa dan mama barunya sebelum menuju tangga. 

Langkah Deva mulai memelan. Dan di balik pintu kamarnya, Lisa pun sudah hampir menarik handle pintu. Namun, urung ia lakukan ketika mendengar derap langkah mendekat dan seperti berhenti. Tangan Lisa hanya menggantung di udara.

Kini, Deva berada di luar pintu, sedangkan Lisa di balik pintu kamarnya sendiri. Deva semakin mendekat dan ia kembali memejam. Aroma vanila itu semakin kuat ia rasakan. 

“Khalisa?” ucap Deva pelan. Nyaris berbisik pada diri sendiri. 

Dan di balik pintu, jantung wanita berbalut pakaian syar’i itu mulai bertalu. Entah. Tubuh Lisa seperti peka dan merespons sesuatu yang sebenarnya ia pun tak tahu itu apa. Ia tak mendengar apa pun, tetapi ada rasa yang begitu kuat mulai mengepung dirinya. 

'Apa di depan pintu ini ada orang? Apa itu Deva putra suamiku? Apa aku harus keluar dan menemuinya?'

(*)

Related chapters

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   7. Korban Pem3rk*saan

    Tangan Deva yang sudah hampir mengetuk pintu pun akhirnya hanya menggantung di udara dan kini sudah ia tarik lagi ke samping tubuhnya. Ia tersenyum aneh dan segera pergi dari depan pintu kamar tersebut. Lisa pun akhirnya membuka pintu saat langkah Deva sudah berada di undakan tangga paling bawah. Pria itu sudah berjalan hendak menuju carport. Di depan pintu utama, Deva malah bertemu dengan Pak Bahrul, sopir pribadi kepercayaan sang papa. “Den Deva?” “Halo, Pak Bahrul. Apa kabar?”“K-kabar baik, Den. Aden kapan sampai?”“Semalam, Pak.”Deva memerhatikan mobil dan juga badan tegap Pak Bahrul yang seperti sudah siap sedia. “Bapak nungguin saya?”“Eh? Ee, bukan, Den. Bapak nunggu nyonya. Beliau mau keluar,” jawab sang sopir apa adanya. Deva hanya mengangguk tanpa mau memperpanjang narasi dan juga durasi. Ia harus segera pergi. “Carport sebelah mana, Pak? Mobil saya dibawa ke sini, kan?”“Oh. Iya, Den. Pasti atuh mobil Aden dibawa ke sini.”Pak Bahrul menunjukkan carport megah yang

    Last Updated : 2024-12-07
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   8. Mama Lisa?

    “Jadi kamu ke sini karena ingin konfirmasi, Tuan Muda?” tebak Dali sembari membuka kulkas kecil di ujung ruangannya. Ia mengambil dua kaleng minuman.“Kenapa kalian seperti menutupi tentang dia?”“Bukan menutupi, Va. Kami hanya ingin menolong gadis itu agar semangatnya kembali. Kata dokter kejiwaan yang sempat khusus menanganinya, jiwa si gadis cukup terguncang. Ah, sorry. Ralat. Jiwa si wanita cukup terguncang.”Deva mengernyit. “Tidak mungkin korban pem3rk*saan masih gadis, kan, Va?”“Ya. Kamu benar.”“Ibunya ditemukan tak bernyawa agak jauh dari tempat dia ditemukan. Kalau saja papaku dan Om Atmaja tak jadi berburu, mungkin wanita itu sudah terkenal lewat berita. Terkenal karena diburu awak media dan mungkin mentalnya akan semakin sulit disembuhkan.”“Apa dia ... benar-benar diperk*sa?”“Entah. Sudah jadi dieksekusi apa belum. Tapi, Papa bilang penjahat itu berjumlah dua orang. Salah satu dari mereka sudah setengah naked dan keduanya lari terbirit-birit begitu Om Maja melepas anak

    Last Updated : 2024-12-08
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   9. Bertemu Kembali

    Deva benar-benar mual mendengar kalimat sang papa yang sedang menelepon istrinya. Sudah seperti ABG labil saja. Tanya sudah mandi apa belum. Sok mesra pula pakai bilang ‘Sambut Mas, ya?’. Benar-benar membagongkan. “Ya sudah, Sayang. Mas tutup dulu, ya. I love you, Lisa-ku.”‘Iya, Mas. Love you more, Mas Maja-ku.’Deva langsung menghela napas berat setelah pria tua di sebelahnya mengecup layar ponsel. “Apaan, sih, Pa? Lebay banget!”Atmaja terkekeh.“Sudah lama Papa tidak merasakan getaran-getaran cinta setelah mamamu pergi, Deva. Dan Lisa ... mampu mengembalikan getaran indah yang cukup menyiksa itu. Benar kata para pujangga, love is a sweet torment.”“Halah, pret!”Kini, Atmaja tergelak. Entah kenapa Deva tak suka mendengar nama Lisa disebut oleh sang papa. Walau ada jutaan nama perempuan yang sama, tetapi ... kenapa harus Lisa? Kenapa bukan Risa, Nisa, atau Rusa saja sekalian. “Menikahlah, Jagoan. Beri tahu Papa gadis mana yang mau Papa lamarkan untukmu, hm?”“Pasti, Pa. Setelah

    Last Updated : 2024-12-09
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   10. Apa Ini Lelucon?

    Jika bumi yang gersang karena kemarau akan bahagia karena turunnya hujan, tetapi berbeda dengan gersangnya hati Kadeva. Air hujan yang ia harap akan segera datang dan memadamkan gelegak dahaga akan kegersangan hatinya, ternyata malah datang dan menyegarkan tempat lain. Deva kalah. Hatinya yang gersang kini malah semakin retak. Tubuh itu, tatapan itu, wajah ayu itu, bahkan hati milik Khalisa pernah menjadi miliknya. Deva pernah berada dalam penjara hati Khalisa. Menyerahkan diri setulus-tulusnya dan ia bahagia pernah dijajah oleh cinta Khalisa. Namun ... apa yang terjadi? Kenapa kini Khalisa malah menjadi ibu sambungnya? Mama Lisa? Kadeva tersenyum miring. Ia meninju dinding kamarnya dengan kemarahan yang memuncak. “AAARGHHH!!!”Lebih dari seminggu Deva mengurung diri di apartemennya. Kondisinya cukup kacau dan berantakan. Wajahnya menunduk di antara kedua kaki yang ditekuk dengan punggung menyandar di headboar ranjang. Kedua tangan merangkul kakinya dan tiba-tiba ia mulai terisak.

    Last Updated : 2024-12-10
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   11. Bermain Peran

    Lengkungan senyum di kedua sudut bibir Atmaja terbentuk sempurna. Sebuah paper bag degan logo sebuah toko terkenal tertera di sana. Lagi-lagi pria yang tengah jatuh cinta untuk yang kedua kalinya itu membelikan sang istri baju dinas. Atmaja ingin menghabiskan malam yang panjang dengan Khalisa sebelum pergi ke Kanada. Walau Khalisa selalu protes karena bingung dengan baju-baju er*tis yang selalu Atmaja belikan, tetapi ada kepuasan tersendiri saat melihat wajah cantik istrinya merajuk manja. “Mas ... aku bingung sama kamu. Kamu membeli baju kurang bahan begini dengan harga yang cukup mahal. Sedangkan pada akhirnya kamu lebih suka aku t*npa seh*lai benang.”Atmaja tergelak. “Iya juga, ya.”“Nah, makanya. Enggak usahlah beli lingerie terus. Udah dua lusin itu digantung.”“Enggak pa-pa, Sayang. Kamu sangat cantik memakainya. Mas sangat suka dan itu akan menambah semangat Mas untuk cepat memiliki momongan lagi.”Tin, tin! Klakson mobil membuyarkan lamunan Atmaja. Pak Bahrul membunyikan

    Last Updated : 2024-12-11
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   12. Dia Siapa?

    Hari berganti. Selimut malam yang semalam membentang, kini telah berganti dengan pagi yang terang. Deva akan memulai hari sibuknya di kantor papanya. Ia pun mulai memilih pakaian kerja yang rapi setelah membersihkan diri. Ia baru sadar jika beberapa pakaiannya sudah tertata rapi di walk in closet di kamar barunya. Ah, Deva jadi mulai merindukan rumah pertama yang dulu ia tempati bersama almarhumah mamanya dan sang papa. Semua yang ia perlukan sudah melekat sempurna di badannya yang cukup indah. Deva tersenyum. “Aku yakin kamu masih mencintaiku, Lisa,” ucapnya sembari membentuk simpul dasi di kerah bajunya. Namun, beberapa kali mencoba, tak jadi-jadi juga. Di Turki, pelayan pribadinya yang selalu menyiapkan semua kebutuhan Deva, dari mulai baju kerja, sepatu, sampai dasi yang ia kenakan. “Bik Darsih bisa enggak, ya?” ucapnya pelan. “Ke bawah aja, deh. Minta tolong sama dia.”Sekali lagi Deva meneliti penampilannya dan bersiul setelah semuanya terlihat sempurna. Ia segera keluar d

    Last Updated : 2024-12-12
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   13. Masih Cinta

    “Tidak! Kami tak akan pernah mau membayarnya! Itu hutang Mbak Rukmi. Bukan hutangku!”“Tapi Rukmi menjaminkan putrimu padaku, Rika. Dia tak bisa menebus rumah orang tuamu yang ia gadaikan suratnya padaku.”“Apa?! Bukankah Mbak Rukmi menggadaikannya di bank?”“Ya. Dia memang pernah menggadaikannya pada bank. Tapi, apa kamu tahu jika separuhnya aku yang menebus?”Rika menggeleng. Bukan karena tak tahu, tapi lebih ke rasa tidak percaya, bahwa kakak angkatnya berhubungan dengan lintah pengi*ap darah itu. Ironinya, wanita itu malah seenaknya berbuat. “Aku menebusnya karena Rukmi bilang ia akan memberikan keponakannya yang cantik itu padaku sebagai gantinya. Bukan hanya itu. Dia menghilang setelah membawa pergi uangku sebanyak tiga puluh juta. Lalu, sebuah pesan masuk dari nomornya. Silakan baca sendiri.”Dengan tangan bergetar, Rika menerima ponsel dari tangan Tatang Kurnia. Di sana tertulis sebuah pesan dari nomor Rukmi yang cukup Rika hafal. [Juragan, tampaknya keponakanku, si Lisa, su

    Last Updated : 2024-12-12
  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   14. Meluapkan Rasa

    Ucapan Khalisa berhasil membuat tubuh Kadeva membeku.“L-Lisa, apa aku tak salah dengar?”Khalisa menarik kepalanya dari dada Kadeva. Ia melepas cadarnya dan kini pria di hadapan bebas menikmati kecantikannya. “Aku masih mencintaimu, Deva. Tapi ... cinta itu sudah berubah menjadi rasa sayang dari seorang ibu untuk putranya.”Kadeva berdecak tak suka. Entah magic apa yang sudah papanya berikan pada Khalisa sampai wanita seumurannya itu memilih om-om untuk menjadi suaminya.“Banyak kesulitan yang aku lalui sampai akhirnya aku bertemu dengan papamu, Deva. Mas Atmaja dan temannya yang menemukanku di hutan dalam keadaan terluka cukup parah.” Ada hela napas sebagai jeda. “Andai papamu tak datang di waktu yang tepat. Mungkin ... mungkin aku sudah menjadi budak n@fsu para iblis bertopeng manusia itu.”“Siapa yang melakukannya, Lisa?” Khalisa menggeleng. Ia masih ingat wajah itu. Dan tadi, ia sempat bertemu salah satunya di bandara. “Bandit genit itu? Si rentenir itu?”Khalisa memejam sebe

    Last Updated : 2024-12-13

Latest chapter

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   41. Dua Sahabat

    Sudah tiga hari semenjak perdebatan bersama papanya di ruang perawatan Lisa, Deva tak mau menghubungi Atmaja selain urusan pekerjaan. Sebagai anak satu-satunya, Deva tahu dan paham apa yang diinginkan sang papa. Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Namun, dari semua perlakuan Atmaja yang dingin tapi tetap peduli, Deva cukup sanksi dengan kemarahan papanya kala itu. “Apa Papa benar-benar tak merestui pernikahanku dengan Sekar?” bisiknya pelan pada diri sendiri. Deva mulai dilema. Walau awalnya ia pun hanya ingin membantu Sekar, tetapi perlahan cinta itu pun mulai datang. Terlebih saat puncak pertengkaran Deva dengan papanya terjadi, ia cukup stres sampai akhirnya Sekar menawarkan diri bak charging energi. Sekar telah menyerahkan diri layaknya seorang istri yang tak menolak saat dig@uli. Deva pun makin merasa terikat kala gadis itu sudah tak gadis karena ulahnya. Ya, tentu bukan ulah kenakalan anak muda yang dulu pernah Deva lakukan dengan Khalisa. T

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   40. Tak Sesuai Harapan

    Ruang perawatan Lisa masih terasa sesak oleh ketegangan yang tak terucap. Atmaja akhirnya duduk di sofa ruangan dengan ekspresi wajah keras, tatapan matanya lurus ke arah Deva yang juga duduk di samping Sekar. Sementara Lisa masih terus berbaring dengan posisi setengah menyandar di brankar yang sudah di-setting kenyamanannya. Ia menatap suaminya, Deva dan Sekar dengan rasa ingin tahu bercampur simpati. Suara detak jam dinding terasa semakin kencang di tengah keheningan yang menyesakkan.Di ruangan yang sama, dua pria tua dengan pakaian sederhana—Wak Tarom, penghulu, dan Wak Hasan, saksi pernikahan Deva dan Sekar—ikut duduk di sofa terpisah, menunggu percakapan yang tampaknya semakin memanas.“Jadi, kamu nikahin gadis ini ... karena apa?” Suara Atmaja akhirnya pecah, menatap Deva dengan mata yang menyala. “Aturan desa? Dengar, Nak! Kamu, Kadeva Raja Arkananta, anak yang Papa didik buat berpikir rasional, malah terjebak sama aturan yang bodoh begitu?”Deva mencoba tetap tenang, meski j

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   39. Pertemuan di Rumah Sakit

    “Jadi istri Om Maja itu seusia Mas Dali sama Mas Deva?” tanya Kanina antusias. Dali mengangguk sembari mengunyah potongan daging yang masuk ke mulutnya. “Kamu baru tahu?”Gadis cantik dengan outfit modis itu hanya mengangguk sembari memainkan sedotan dengan ujung jari. “Cuma tahu kalau istri baru Om Maja masih muda. Lagian Tante Lisa, kan, pakai cadar kalau ketemu banyak orang. Jadi aku belum pernah tahu semuda dan secantik apa Lisa Atmaja itu,” tuturnya panjang lebar. “Cantik. Dia cukup cantik.”“Mas Dali udah tahu?”Dali kembali mengangguk sembari menyeruput es selasihnya. “Tahu, soalnya Deva, kan ....” Kalimat Dalion menggantung. Hampir saja ia kelepasan berbicara kalau Lisa itu mantan kekasih dari anak tunggalnya Atmaja Gandhi. “Soalnya Mas Deva kenapa, Mas?” Kanina mengejar kalimat Dali yang tak diteruskan oleh sang pria. “Amm ... soalnya Deva sama aku, kan, cukup dekat. Aku beberapa kali juga tahu wajah istrinya Om Maja karena di dalam rumah dia enggak pakai cadar. Cuma,

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   38. Kejutan

    “Mas?”“ Lisa? Kamu sudah bangun?”Khalisa tersenyum dan mulai menarik tubuhnya ke atas untuk sedikit bersandar. Atmaja sigap dan memencet tombol di samping bed, menyesuaikan tinggi yang istrinya inginkan. “ Sudah?”“Sudah, Mas. Terima kasih.”Atmaja tersenyum dan mulai duduk di sisi ranj@ng perawatan sang istri. “Mas, aku minta maaf. Aku dan Deva beneran udah selesai, Mas. Kita ... kita enggak ada apa-apa lagi.”Atmaja menghela napas panjang. Sejujurnya ia belum mau membahas hal ini. Selain kondisi Lisa yang harus ia utamakan, Atmaja juga merasa sudah ditipu. Entah, siapa yang menipu dan ditipu. Atau mungkin ia yang tak terlalu peduli dengan kisah asmara putra semata wayangnya? “Sayang, Mas cukup percaya denganmu, tapi ... Mas ragu dengan Deva. Dia itu mewarisi gen-ku. Apa yang dia mau akan dia kejar sampai dapat.”“Tapi aku tetap milih kamu, Mas. Walau misal kamu akan melepasku demi Deva, aku tak mau!”Ada getar di antara setiap kata yang terlontar. Bahkan mata itu terlihat nanar

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   37. Pagi yang Baru

    “Sialan! Benar-benar sialan!”Akhirnya Tatang Kurnia dan Suryo berhasil dibekuk oleh polisi di tempat yang berbeda. Keduanya tak ada perlawanan saat polisi menyampaikan surat penangkapan atas kasus Bu Rika dan juga Khalisa. Awalnya Tatang yakin saja jika dia bersikap kooperatif semuanya akan mudah. Toh, dia yakin seyakin-yakinnya jika Deva tak punya bukti kuat. Namun, sayang seribu sayang, Tatang dan Suryo menganga lebar saat rekaman suara keduanya kembali diperdengarkan. Pengakuan Tatang saat mengingatkan kejahatannya bersama Suryo. Tatang tak bisa berkutik. Entah siapa dalang di baliknya dan bagaimana semua bisa didapat dengan begitu mudah. “Satu masalah belum selesai, malah aku harus mendekam di sini! Aagrh!” Tatang meninju angin dengan kemarahan yang tertahan dari kemarin. “Siapa yang ngerekam omongan kita, ya, Bang?”“Ya mana aku tahu!”“Padahal kita ngomongnya juga bisik-bisik, kan?”“Udahlah! Enggak usah ngira-ngira terus. Pusing aku!” jawab Tatang dan mulai duduk lesehan d

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   36. Terbuai Oleh Mimpi

    Bu, Sekar kangen ....Gadis cantik berambut hitam legam itu mulai menggerakkan pena di atas kertas buku diary. Maafin Sekar yang belum bisa berkunjung ke makam Ibu lagi. Sekar ingin tetap dekat dengan pusaramu, Bu. Berkunjung tiap kali rindu sambil melantunkan surah Yasin dan tahlil sebagai pemenang kalbu, tapi ... ada panggilan lain yang harus Sekar penuhi, Bu. Angin berembus pelan dari jendela kamar yang Sekar buka. Belaian udara lembut seolah-olah menyentuh pipinya yang basah oleh air mata. Rasanya baru kemarin tangan lembut Ibu membelai rambutku, memberikan petuah-petuah yang kini terus bergema di hatiku. Aku kangen, Bu. Peran baru ini tak semudah yang Ibu sampaikan kala itu. Ibu selalu bilang, bahwa bakti seorang perempuan setelah menikah adalah kepada suaminya. Dakwah utama seorang istri adalah memuliakan suami. Kata-kata itu kini terasa lebih berat, karena aku harus berbakti pada suami, tapi tak dianggap selayaknya istri. Berat, Bu, berat. Apalagi aku harus meninggalkan pus

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   35. Istri?

    “Jadi wajahmu bonyok begini gara-gara salam olahraga dari Om Maja, Va?”Deva mengangguk pelan dan menyentuh ujung bibirnya yang masih terasa nyeri. Dali melihat sekilas ekspresi Kadeva dan kembali fokus menyetir. “Kamu udah ngaku semuanya?”“Iya.”“Gila! Berani juga kamu, Va.”“Apa aku harus terus-terusan nyembunyiin semuanya dari papa, Dal? Cepat atau lambat semua bakal terbuka. Dan aku enggak mau kalau Papa sampai tahu dari orang lain.”“Tahu dari siapa?”“Ya bisa aja dari kamu.”“Sialan! Kamu nuduh aku kang cepu?” Kadeva hanya mengembuskan napas sebagai respons. “Hari ini aku udah niat buat melebur semuanya, Dal. Aku mau belajar nge-ikhlasin Lisa buat Papa. Tapi timing-nya kurang pas. Papa mergokin kami yang lagi pelukan di dekat kolam renang. Padahal niatku enggak gitu. Lisa tiba-tiba aja pucat pas aku bilang dia harus mau speak up soal kasusnya itu. Aku udah berhasil ngumpulin bukti dan tinggal ngebujuk dia aja buat datang ke kantor polisi.”“Terus, terus?”“Ya terus Papa curi

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   34. Pertengkaran

    Sore yang hangat mendadak panas seketika. Panas karena dua pria berbeda generasi saling tatap dengan arti masing-masing. Wajah teduh Atmaja berubah dingin, tetapi wajah Deva terlihat tenang walau tidak dengan hatinya. Sementara Khalisa semakin dilanda ketakutan bertubi-tubi. Respons tubuhnya ketika mendengar nama Suryo dan Tatang disebut membuat ia lemas dan cemas seketika. Dan tentu ia butuh charging energi. Deva ada di hadapan dan bisa memberi sedikit kekuatan. Namun, rasa-rasanya semesta tak mengizinkan. Suaminya datang dan melihat Lisa sedang didekap oleh Deva. “Apa kalian sudah saling akrab jauh sebelum aku tahu sesuatu?”Pertanyaan Atmaja membuat Kadeva memejam sesaat, begitu pun denga Khalisa.“Pa, apa yang Papa lihat enggak sama dengan apa yang Papa pikirkan, Pa.”“Oh, ya? Tolong jelaskan sekarang juga sebelum Papa membVnuhmu, Nak.”Kalimat Atmaja memang datar, tetapi cukup menakutkan bagi siapa pun yang mendengar. Bik Darsih buru-buru masuk dan mencari keberadaan Bahrul. Ia

  • ISTRI PAPAKU (MASIH) KEKASIHKU   33. Puncak Tertinggi

    “Bik!”Bik Darsih menoleh. “Eh, Aden? Tumben ke dapur? Perlu sesuatu?” Deva menggeleng. Ia semakin mendekat pada pelayan senior yang sudah ikut mengasuh dirinya sejak remaja tersebut. Bahkan, Deva sudah menganggap Bik Darsih sebagai ibunya sendiri. Tanpa izin, Deva langsung menubruk tubuh wanita paruh baya itu. Bik Darsih terkejut saat putra majikannya sangat erat memeluk dirinya. “Deva kangen Mama, Bik. Deva kangen Mama,” ucapnya sedikit serak. Dapat Bik Darsih rasakan tubuh putra tuannya sedikit bergetar. Deva menangis. Air matanya pun mulai membasahi baju Bik Darsih di bagian bahu.“Aden? Aden baik-baik saja?” balas Bik Darsih dengan tangan mulai mengusap-usap punggung Deva. Deva menggeleng. “Aku pernah melakukan dosa dengan kekasihku dulu, Bik. Mama kolaps sampai akhirnya meninggal gara-gara denger percakapan Deva yang udah ngerusak anak gadis orang. Mama minta Deva buat nikahin dia walau dulu dia enggak sampai hamil. Itu pesan Mama sebelum pergi. Tapi ... tapi saat ini, di

DMCA.com Protection Status