Bisa menghasilkan ASI di usia remaja menjadi momok besar bagi Aurora. Mimpinya terenggut dan reputasinya sebagai anak artis dipertaruhkan, ketika penyakit langka itu diketahui orang lain. Joel seorang badboy di sekolahnya memergoki Rora yang sedang memompa ASI. Rahasia itu pun membawa Rora dalam belenggu Joel. Rora harus menuruti semua perintah Joel tanpa terkecuali. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, ungkapkan yang bisa menggambarkan keadaan Rora. Kesulitannya bertambah ketika Djaren, siswa berprestasi di sekolah tiba-tiba mendekatinya. Ternyata mereka memiliki hubungan rahasia. Bagaimana Rora mengatasi semuanya? Apakah dia bisa membuat Joel bungkam soal rahasianya? Lalu hubungan apa yang dimiliki Rora dengan Djaren?
Lihat lebih banyakGosip cinta segitiga antara Joel, Rora, dan Djaren langsung menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Orang-orang heboh dengan kenyataan bahwa dua cowok paling populer di sekolah memiliki scandal dalam hubungan mereka. Apalagi scandal itu melibatkan satu perempuan yang sama. Banyak yang kecewa dan tidak menyangka dengan hubungan mereka bertiga. "Harusnya Rora gak usah ada hubungan sama Joel ataupun Djaren. Dia 'kan udah terkenal!" "Tapi dari awal udah kelihatan gak, sih, kalau mereka bertiga ada hubungan?" Gosip-gosip terus menyebar liar, banyak asumsi yang ditambahkan membuat posisi Rora kesulitan. Banyak yang bilang bahwa Rora sengaja mendekati kedua cowok tersebut untuk meraih kepopuleran. Ada lagi yang bilang bahwa Rora memang mengincar Joel dan Djaren, karena kedua pemuda itu berasal dari keluarga kaya raya. "Haa ... bakalan kerasa panjang banget hari ini," gumam Rora melangkah menuju kelasnya. Sejak kemarin Rora langsung mengkonfirmasi bahwa tidak ada hubungan antara dirinya
Joel yang melihat kedatangan Djaren langsung memanfaatkan kesempatan. Ia mencium Rora di hadapan pemuda bergelar ketua OSIS itu membuatnya naik pitam. Urat-urat leher Djaren menegang dengan tangan yang mengepal kuat. "Apa-apaan kalian?!" serunya marah. Rora langsung gugup dengan mata membulat. "Dj-Djaren." Pemuda yang dipanggil namanya itu bernapas dengan cepat, dadanya naik turun menahan emosi. Ia langsung melangkah lebar mendekati Rora, menarik tangannya. "Apa yang kamu lakukan sama dia berusan, Rora?!" desaknya. "A-aku ...." Rora bingung harus menjawab apa. Joel langsung kesal karena Rora terlihat gugup di hadapan Djaren. Sebenarnya ada hubungan apa mereka? Melihat Rora tidak menjawab Djaren langsung beralih pada Joel, melepaskan tangan Rora. Pemuda itu kemudian mencengkram kuat kerah baju rivalnya. "Elo apa-apaan cium Rora sembarangan, hah?!" bentaknya kasar. Sebagai tanggapan Joel hanya tersenyum sinis. "Tanya dong sama dia kenapa mau dicium sama gue!" serunya den
"Sembunyi!" Rora langsung mendorong Djaren ke dalam lemari. Ketukan di pintu terdengar semakin kasar membuat Rora buru-buru membukanya. Ayu menatap sinis padanya sambil melipat kedua tangan di perut. "Kenapa lama buka pintunya?!" tanya Ayu dengan nada ketus. "Maaf, Bu, saya di toilet tadi," balas Rora berbohong. Ayu langsung melihat-lihat ke dalam kamar Rora, tadinya ia ingin mengkritik gadis itu jika kamarnya berantakan. Namun, kamar Rora sangat bersih dan rapi sehingga ia tidak bisa mencelanya. Rora hanya diam sambil menggigit bibirnya. Ia sangat tahu kelakuan ibu-ibu itu yang hanya mencari bahan untuk mengkritiknya. Beruntungnya Rora sudah merapikan kamar dan melakukan pekerjaannya, memasukkan baju kotor ke mesin cuci dan mencuci piring. Walaupun ada pembantu di rumah itu, Ayu menugaskan bahwa setiap barang yang Rora pakai harus dibersihkan sendiri. Ayu bilang agar Rora terbiasa mandiri dan tidak manja. Wanita paruh baya itu adalah tipikal ibu tiri di serial Bawang Puti
Cek lek! "Jo, kit— eh, sorry!" Oza membuka pintu langsung berhenti melangkah ketika melihat Joel dan Rora dalam posisi yang ambigu. Pasalnya pemuda itu mengukung sambil memegang kedua tangan Rora di atas kepalanya. Sementara gadis itu terlentang pasrah dengan wajah terkejut. "Gue gak ganggu kalian, kan?" tanya Oza tersenyum sambil menggaruk kepalanya. "Eng-engga!" Rora langsung mendorong Joel dan bangkit, merubah posisi jadi duduk. Ia langsung mengibas-ngibaskan tangan pada wajahnya yang terasa panas. Rasa malu langsung merayap di benaknya, ia langsung berdiri dan pamit pergi. "Kalau gitu, duluan, ya!" serunya tersenyum kikuk. Joel langsung menahan tangan Rora, menatapnya dengan wajah datar. "Mau ke mana?" "Jo, gue pergi duluan." Rora tersenyum canggung sambil menoleh pada Oza dan berusaha melepaskan tangan Joel. "Siapa bilang boleh pergi!" Joel langsung menarik Rora sampai terduduk di pangkuannya, melingkarkan tangan di pinggang gadis itu. "Jo!" pekik Rora, membero
"Ra, kalau masih sakit, gapapa gak usah ikut," ucap Berly. Rora tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya, wajahnya masih sedikit pucat walaupun sudah ditimpa dengan riasan tipis. "Udah gapapa, kok. Tenang aja, lagian aku juga mau beli sesuatu," balasnya. Berly masih sangat khawatir dengan kondisinya. Pasalnya gadis itu mengeluh pusing lalu tiba-tiba pingsan. Namun, Rora masih setia menepati janjinya, mengantar Berly pergi berbelanja ke mall. Berly lagi-lagi melirik pada Rora yang sejak tadi terus melamun. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Mereka berdua berjalan memasuki toko make-up. Berjalan ke arah rak berisi deretan lipstik yang warna-warni. Rora masih kurang bersemangat walaupun ia sangat suka sekali dengan make-up. Biasanya gadis itu akan langsung heboh sendiri memilih barang yang ia suka. 'Haa ... harus gimana lagi caranya supaya Joel gak bertingkah,' gumam Rora dalam hatinya. Saat di UKS tadi, Rora sangat takut Joel akan melakukan hal aneh padanya. Pasaln
"Sha, kamu jangan diem aja! Kasih pelajaran si Rora!" seru Silvia. "Hm, tenang aja, aku udah punya cara buat bikin cewek centil itu malu! Siapa suruh deket-deket sama Joel!" balas Gilsha menatap ke arah Rora yang digandeng oleh Joel dan Djaren. Ternyata Gilsha yang terlihat gadis baik-baik dan polos memiliki pikiran jahat. Hanya karena kedatangan Rora ke sekolah itu membuat popularitasnya berkurang, dan kedekatan Rora dengan Joel, membuat Gilsha nekat berbuat jahat. Di saat murid lain sudah pergi ke ruang laboratorium, dengan gerakan cepat Gilsha sengaja meletakkan ponselnya di tas Rora. Namun, pergerakannya yang secepat kilat dapat terlihat oleh Joel, yang kebetulan masih berada di depan kelas. Pemuda itu melihat kelakuan Gilsha dari celah pintu. "Eh, Jo kamu nungguin aku?" Gilsha tersenyum manis ketika melihat Joel yang terlihat seolah menunggunya. "Iya, nih. Ayo!" ajak Joel membuat Gilsha langsung kegirangan. Bibir Joel tersenyum tetapi ketika Gilsha tidak melihat, pemud
"Lepasin!" seru Rora. Gadis itu langsung menarik kedua tangannya dari Joel dan Djaren. Ia langsung berlari dengan rasa panik yang mulai muncul, tangannya gemetar, wajahnya pucat. Sebisa mungkin ia menapakkan kaki dengan benar dan menjauh dari kerumunan orang-orang. Rasanya Rora ingin sekali menangis, mengapa takdir seolah bercanda dengannya. Padahal sebisa mungkin ia selalu bersikap baik agar tidak menarik perhatian. Namun, kelakuan Joel dan Djaren malah membuat semua perhatian itu tertuju padanya. 'Aku benci! Kenapa sih mereka harus kayak gitu sama aku?!' batinnya, gadis itu berlari memasuki perpustakaan yang sepi. Sementara itu Joel dan Djaren malah saling menatap dengan aura permusuhan yang sangat kuat. Orang-orang masih setia memperhatikan kedua pemuda jangkung itu. Tinggi mereka hampir sama, hanya saja Joel sedikit lebih tinggi. "Jangan ganggu Rora!" seru Djaren dengan suara datar. "Elo, siapa? Gak ada hak buat ngelarang!" balas Joel tersenyum sinis, menarik tas yang m
"Suuttt diem!" Joel menempelkan telunjuk di bibirnya, memberi kode untuk tidak bersuara. Perlahan ia melangkah untuk melihat kasur UKS dekat pintu yang tertutup tirai. Sementara Rora mengigit bibirnya, perasaannya tidak tenang. Seharusnya tadi ia lebih teliti lagi memeriksa tempat itu. Bagaimana jika ada orang lain selain dirinya dan Joel? Saat tangan Joel terulur untuk membuka tirai, tiba-tiba suara berisik dari luar terdengar. Joel buru-buru kembali ke tempat Rora dan menutup tirai di depannya. Suara orang berbicara dan langkah kaki semakin dekat ke arah mereka. "Rora ke mana, ya?" "Kayaknya ke UKS, deh. Kita masuk aja dia tadi bilang sakit, kan!?" Mendengar itu Joel langsung mendorong Rora ke atas kasur, begitupun dengan dirinya ikut tidur di kasur yang sama. "Jo, apa-apaan, sih?!" pekik Rora mendorong dada Joel. "Suttt, diem! Ada orang di luar," balasnya langsung menutupi tubuh mereka dengan selimut. Cek lek! Suara pintu terbuka terdengar di telinga Rora.
Joel melangkah gontai memasuki area sekolah. Satpam yang melihat hanya bisa membiarkannya lewat, walaupun siswa dilarang keluar masuk sembarangan apalagi di jam pelajaran. Itu semua tidak berarti bagi Joel. Pengaruh kakeknya di sekolah sangat besar. Bisa dikatakan bahwa sekolah itu milik keluarga Joel. "Gak mungkin 'kan dia ...," gumam Joel, wajahnya terlihat lesu. Entah dari mana dia, setelah pergi ke suatu tempat Joel memutuskan kembali ke sekolah untuk memastikan sesuatu. Pemuda itu masih sangat terkejut dengan fakta yang baru ia ketahui tentang botol susu di tangannya. Ia melangkah menuju kelas mencari Rora. Sebelah alis matanya terangkat melihat gadis yang ia cari keluar dari kelas dengan tingkah mencurigakan. Rora berjalan sambil membawa sesuatu di tangannya. Melihat sekeliling sambil berjalan agak bungkuk membuat Joel merasa curiga melihatnya. "Mau ke mana dia?" gumam Joel melangkah mengikuti Rora. Joel sedikit menjaga jarak agar gadis itu tidak mengetahui bahwa dirinya di
Tap tap tap! Mata Rora membulat sempurna, jantungnya berdegup dengan kencang ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Dengan cepat ia menyudahi kegiatannya memompa ASI. Merapikan bajunya yang terbuka. Langkah kaki itu semakin keras terdengar di telinganya. Ia semakin panik dan buru-buru merapikan baju, kemudian dengan cepat menyimpan alat pompa ASI ke dalam tas kecil yang selalu ia bawa. Cek lek! "Astaga!" pekik Rora memegang dadanya yang berdegup kencang. Seorang pemuda dengan tubuh tinggi bernama Joel, menatap heran ke arah Rora. Ia yang berniat mengambil bola basket di gudang, harus dikejutkan dengan keberadaan gadis itu. Namun, matanya tidak sengaja menangkap pemandangan aneh dari gadis tersebut. Wajahnya terlihat panik dan keberadaan botol susu di samping gadis itu membuat Joel curiga. Dengan gerakan cepat ia mengambil botol susu tersebut, sebelum Rora sempat mencegahnya. "Ini apa? Susu siapa?" Joel bertanya sambil mengamati botol susu tersebut. "Bal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen