Share

Seleksi Olimpiade

Penulis: ajengpttry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 17:15:48

Suara bola memantul terdengar di seisi lapangan. Para siswa itu berlarian tanpa aturan, memperebutkan benda bulat yang menari ke sana kemari. Sinar mentari semakin menyengat, namun mereka tak kunjung menghentikan permainan. Padahal jam pelajaran pertama akan segera tiba.

Ayumi hanya termenung, berjalan di sepanjang koridor dengan wajah linglung. Gumpalan hitam di bawah mata menjadi pertanda betapa tak menyenangkannya malam yang ia punya.

“Kalian menipuku!”

Suara Redo terdengar begitu bola melayang dari tangannya. Arkan dan Dean tertawa kencang sebelum akhirnya berlari tunggang-langgang. Membelah keramaian untuk menghindari ancaman dari belakang.

“Awas!”

Kedua lelaki itu berseru kencang ketika mendapati Ayumi yang melenggang dari arah berlawanan. Namun ketiganya tak cukup waspada untuk menghindari seember air yang baru saja keluar dari pintu kelas dua.

Cipratan air kotor itu berterbangan dengan cepat. Menghujani dua insan yang ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Gangguan Kecil

    Langit terlalu gelap untuk dikatakan pagi yang indah. Tetesan air masih menerpa bumi meskipun hari sudah berganti. Ayumi mengulurkan tangan untuk menggapai hujan. Lima menit sudah berlalu, namun rintik itu tak kunjung mereda. Ia terpaksa berlari dengan dikelilingi air yang menari-nari. Mendahului beberapa siswa yang sama-sama mengarah ke gerbang sekolah. "Hei, gadis monster!" Redo berteriak kencang begitu Ayumi menginjak genangan air di sampingnya. Karena kericuhan di sekitar, panggilan kesal itu mungkin tak mampu Ayumi dengar. Tangan Arkan terangkat, menutup mulut Redo yang terus saja mengumpat. "Berisik," ujarnya sembari mengambil langkah lebar. Menyusul Ayumi yang hampir mencapai jalan utama. Arkan menatap punggung gadis itu, lalu tiba-tiba tersenyum. "Apa kamu sengaja?" Tanpa ia duga, Ayumi berhenti dan berbalik dengan tenang. Matanya tersorot kesal, kedua tangan bertaut di dada. "Jika iya?" Melihat Arkan terdiam, Ayumi mulai menarik senyum. "Memang hanya kalian y

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Permainan

    Tekstur bebatuan di sepanjang jalanan sempit Ayumi belai perlahan. Siapa sangka orang yang sejak semalam mengganggu tidurnya kini melambai senang."Ayo!"Dua pasang kaki saling mengejar, berburu tempat untuk membuktikan siapa pemenang.Mereka masih sangat muda, suasana hatinya bisa saja pasang surut dalam sekejap mata. Merasakan senang, sedih hanya karena hal-hal sederhana. Arkan membalik badan, melangkah mundur dengan senyum."Hati-hati," ujar Ayumi saat pria itu tak lagi memperhatikan jalan.Ada sepuluh anak tangga yang membentang ke bawah. Tiang listrik dengan kabel mengusut terletak di sebelah kanan."Ayo mulai permainan," bisik Arkan begitu Ayumi tiba di sampingnya. Gadis itu mengangguk, beberapa kali tangannya menyingkirkan anak rambut. "Gunting, kertas, batu!"Saat kalimat itu terlontar kencang, kedua tangan Arkan terangkat. Satu untuk permainan, sisanya membenarkan rambut Ayumi yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Siluet

    Saat matahari terbenam, angin mulai berdesir. Rambut hitam halus bersinar di bawah pembiasan yang hangat. Arkan menggiring langkah ke ujung lapangan. Meninggalkan Dean yang masih sibuk memainkan bola besar. "Kemana kamu akan pergi setelah ini?" Redo melemparkan sebotol minuman setelah melontarkan pertanyaan. Pelan-pelan Arkan meneguk air, jakunnya naik turun beberapa kali. "Kenapa kamu peduli?" ujarnya memutar penutup biru. "Benar-benar sial!" Sekali lagi Redo melemparkan botol minuman, kali ini tepat mengenai dada Arkan kencang. Dengan cepat ia menyingkir, menyusul Dean untuk kembali bermain. Satu tangan meraba tas, jemari lainnya datang untuk melambai. "Aku pergi dulu," pamitnya sembari menyusuri tepi lapangan. Arkan baru saja selesai bermain, dahinya penuh oleh keringat. Ia mengenakan kaus hitam dan celana pendek selutut. Kaki panj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Perkara Meja

    Selama beberapa hari, suasana hati Ayumi tidak terlalu tinggi. Terpaksa ia menyeret kedua kakinya pelan. Bibir tipis itu bertaut lucu, mata bersihnya turun cukup dalam.Tak ada lagi bunga yang bermekaran bulan ini, hanya ada setumpuk daun kering di bawah pohon tua.Sesuatu yang hangat tiba-tiba menusuk pipi, Ayumi menoleh cepat untuk menjumpai penyebabnya. "Hai," sapa Arkan tanpa melambaikan tangan. Pasalnya jemari telunjuk itu masih mendiami wajah Ayumi.Melihat secara horizontal atau pun vertikal, hasilnya tetap sama. Dia merasa bahwa Arkan terlihat semakin tampan dan semakin menarik. Apalagi saat pria itu menggodanya seperti ini. "Oh, hai!"Bola matanya berputar dengan sangat mulus. Ayumi tidak bisa menahan diri untuk tak menatapnya. Dia benar-benar terjebak dalam pesona Arkan sekarang.Gadis itu terus berjalan, mengambil langkah dua inci sekaligus. Sementara Arkan cukup melangkah pelan pun sudah bisa mengejarnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Aku Bukan Pacarmu

    Dalam kegelapan, kamu adalah semanggi berdaun empatku.____________________________________Dua baris pohon pucuk merah berjejer rapi. Batang-batang kokoh itu berpegangan sangat erat, menghiasi jalanan agar tampak ramai.Sinar mentari mencuat dari belakang, kali ini ia terbit dengan senang. Menerangi punggung lebar Arkan yang agak kurus, lengan halus itu menggantung diantara pundak.Ayumi terbiasa melihat pria itu dikelilingi oleh banyak orang. Beberapa dari mereka mengajukan pertanyaan atau bahkan mengajaknya bersenda gurau."Baru bertemu tapi sekarang gadis itu sudah masuk di grupmu, mencurigakan.""Woah, dua orang paling mempesona di kelas kita adalah murid grup seni!"Arkan tidak mengambil inisiatif untuk menjawab, ia hanya menggaruk alisnya canggung. Satu persatu dari mereka mulai bergabung dengan lautan siswa di depan.Sudah hampir seminggu sejak kelas kembali dimulai, wajah-wajah ceria itu mulai tampak terbebani. Berbagai ujian sudah siap mengambil antrean, menunggu untuk dise

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Suasana Bumi

    Langit itu indah, dan aku bahagia bisa berada di bawahnya bersama orang yang kusuka.____________________________________Dedaunan hijau berhasil menutupi sebagian besar langit biru. Hembusan angin menyapa begitu Ayumi menutup kelopak mata. Arkan tersenyum dan ikut terduduk."Ada banyak orang yang ingin bermain denganmu, mengapa mengikutiku?"Terlepas dari hubungannya, kedekatan mereka selalu memiliki dua arti. Kadang seperti teman, kadang juga seperti kekasih."Mereka berisik, tidak sepertimu."Buru-buru Ayumi menegakkan punggung, ia melirik dengan cepat, "Apa itu pujian?"Arkan tak menjawab, kepalanya mengangguk dan menggeleng bergantian."Berhenti tertawa!" dengkus Ayumi kembali bersandar dan mendongakkan wajah.Arkan mengikuti apa yang Ayumi lakukan. Tangannya terangkat membuat bingkai. "Kenapa kamu suka menggambar?"Diam-diam Ayumi melirik, memastikan Arkan berada dalam penglihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Happy Ending

    Daun trambesi yang berwarna hijau tua jatuh di luar jendela, dan burung-burung hitam terbang menjauh karenanya. Seekor kupu-kupu melayang dalam diam. Memasuki musim panas, kedua pipi Ayumi ikut tersipu tanpa malu.Arkan menunggu di pintu masuk. Ketika Ayumi tiba, ia sudah bersandar di kusen kayu. Berbicara dengan beberapa penghuni kelas yang baru saja melangkah masuk. Pria itu benar-benar bisa berbicara dengan siapa pun. Di tengah keramaian, sosoknya tak pernah luput dari perhatian. "Pagi," sapanya begitu Ayumi mengambil langkah lebih cepat.Seperti kucing yang penurut, Arkan mulai mengekor di belakang.Satu tas ransel terjun menimpa kursi dan Ayumi duduk dengan tenang. Sembari menelisik sekitar, pandangannya tertuju pada Arkan."Revisi terbaru."Pemuda itu mendekat, membawa secarik kertas yang sudah selesai ia gambar.Jika saja kebahagiaan bisa dilukiskan, mungkin ini adalah jawabannya. Di bawah langit senja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Seperti Es Loli

    Arkan dan Ayumi berjalan sangat dekat, bahkan lengan keduanya sampai bersentuhan. Mereka tampak seperti dua batang es loli yang tak bisa dipisahkan. Jiwa yang segar itu seolah meleleh di bawah sinar mentari. Di sepanjang jalan pandangan mereka penuh dengan aroma mengepul dari gerobak ayam bakar. Beberapa pelanggan mengantre untuk mendapatkan bagian.Tepat ketika asap itu menerpa wajah Ayumi, sesuatu berbunyi samar. Sontak sebuah tawa terdengar dalam pendengaran. "Lapar?" tanya Arkan tak mampu menyembunyikan senyuman.Ayumi menoleh, sebelah tangannya mengusap perut dengan malu."Ujian hari ini begitu melelahkan, aku kewalahan."Bibir tipisnya bergumam tak jelas, mencari-cari pembenaran untuk dirinya yang tengah terpojokkan. "Ingin makan apa?"Bola mata Arkan menyapu sekitar, menunjuk beberapa gerobak sembari menunggu persetujuan gadis di sebelahnya. "Siomay itu sepertinya enak," ucap Ayumi pada antre

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Kontradiksi

    Cinta muda tidak pernah mati, mereka selalu jatuh di tempatnya. ____________________________________Sekelompok burung pipit kecil melayang-layang di udara, mereka tampak sangat senang. Bulu cokelat kekuningan itu bertebaran dengan cepat, hampir memenuhi separuh atensi.Arkan berjalan di bawahnya bersama Yin. Kaki berlapis sepatu putih itu terayun hati-hati. Sebelah tangannya bersembunyi di saku celana, sementara yang lain memainkan sebuah kunci. Dari kejauhan, punggung rapuh seseorang melintas perlahan. Arkan tidak berbicara, namun langkahnya bergerak mengikuti di belakang.Mereka memasuki lorong yang sunyi, sapuan angin pada dedaunan di luar terlihat jelas dari balik kaca besar. Pot-pot bunga di sudut koridor tampak angkuh dalam kesendirian.Ayumi mendadak buta, genangan air di lantai kantor membuatnya terhuyung beberapa langkah. Mata bulat itu membola dengan tangan menggapai sekitar, meminta pertolongan. Tiga detik lagi bokongnya siap menghantam bumi, namun tiba-tiba telapak tan

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Bercak Merah dalam Kenangan

    Banyak orang bertanya, bagaimana dunia bekerja untuk orang sepertiku dan orang sepertimu.____________________________________Suara pintu yang dibanting mengguncang langit senja. Mata Ayumi menjadi lebih terbuka, seakan-akan ia bisa memasukan seseorang ke dalamnya. "Mengapa dia begitu menyebalkan?" Gemaannya masih terdengar bahkan ketika dia telah menapaki jalanan. Melewati barisan lampu di setiap sisi. Tepat saat Ayumi berbelok ke kanan, seseorang memasuki bangunan yang sama dari arah berlawanan. Dia tampak tersenyum sembari menenteng tas hitam. Langkahnya terayun santai, mengikuti irama lagu yang mengalun di daun telinga. Ada sekitar tiga tikungan sebelum Ayumi mencapai jalan utama. Beberapa siswa keluar dari gerbang sekolah. Tanpa sadar, Ayumi tertarik pada sepasang remaja yang baru saja melintas. Ia mengikuti dengan seksama setiap gerakan, posisi, dan ekspresi mereka yang halus. Seolah ditarik ke dasar laut, pikiran Ayumi mengalami kekosongan. Semua hal yang terekam oleh ma

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Aku Harus Membawamu

    Kulit ari yang tipis bergerak menggulir layar. Kacamata berbingkai perak itu turun mengikuti gerakan Eky yang menunduk. Ia berbicara terus terang, "Aku tidak mengenalnya secara pribadi, namun temanku telah lama bekerja dengannya." Diam-diam Ayumi menarik bibir, "Apa ini sebuah keberuntungan?" Angin musim hujan yang suram telah berlalu, saat ini hanya tersisa tarian kelopak bunga. Bahkan ketika kaki Ayumi berjalan mengitari lobi, senyumnya masih secerah tadi. Di jalan kenanga yang padat, kendaraan roda empat saling berpacu lebih dulu. Dari segala jenis keramaian, gadis itu mengusap permukaan lutut. Masih ada sisa waktu sebelum bus tiba, Ayumi menarik ponsel untuk sekadar mengenyahkan kesendirian. Email balasan dari Bomi sudah ia baca ratusan kali. Rasa-rasanya kalimat yang tertata rapi itu sangat nyaman untuk diucapkan. "Aku benar-benar bahagia!" Jeritan kecil berhasil membelah keheningan. Beberapa pasang mata tampak menoleh sebentar lalu kembali mengabaikan. Suara pin

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Terlalu Kecil

    Tak ada salahnya mengorbankan hal kecil untuk sesuatu yang besar bersinar.____________________________________Cahaya bulan berhasil dipelintir oleh sinar mentari. Seolah menggambarkan kekalahan, burung-burung menangis mengawali hari."Jam berapa ini?" Ayumi bergumam dalam tidurnya, bibir kecil itu menguap beberapa kali. Semalam, ia terjaga cukup lama. Pelan-pelan jemari kanannya mengusap ujung mata.Sebuah suara mengalun dari atas meja, Ayumi menoleh dengan malas. "Siapa yang menelepon jam segini?"Meskipun bibirnya melontarkan kekesalan, panggilan pada layar tetap ia sambungkan. "Halo," sapanya malas.Pada awalnya, ucapan dari seberang terdengar begitu samar. Seakan-akan telinganya enggan untuk menerima.Sekali lagi ia berkata lebih kencang, "Halo?""Drafmu sudah dipublikasikan oleh pihak komunikasi atas nama Pak Rui!"Dalam jiwanya, gelegar petir saling bersahutan. Kaca-kaca transparan di dada seolah remuk tak tersisa. "Apa?"Suara Ayumi melengking nyaring, bahkan kupu-kupu ya

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Komik

    Dia terlalu indah untuk disembunyikan. ____________________________________Desember, 2023Semua hal berjalan seperti badai di tengah kota, ada keributan juga perasaan tertekan. Seperti sore ini, suasana kantor mendadak menjadi ruang atraksi. Lemparan map dari anggota divisi saling meluncur di meja rapat."Aku sungguh kesal!"Seorang gadis menekan kuat sandaran kursi, matanya memicing pada lembaran kertas yang sudah remuk."Orang-orang tua itu terlalu kolot."Ayumi menanggapi keluhan rekan satu timnya dengan serius, "Ini memang keterlaluan."Jari-jari lentik itu memutar pena dengan gugup. Penolakan dari atas terlalu kuat, ia harus menemukan cara untuk bebas.Saat ketegangan berkurang, Ayumi memiringkan kepala dan berkata, "Ayo pergi!"Pintu kaca didorong dengan sisa-sisa tenaga. Gerutuan dari Casandra terus terlontar menggapai kerumunan. "Siapa yang akan memasang iklan di baliho tahun ini? Benar-benar tak habis pikir!"Eky dari samping kanan menyahut, "Justru karena mereka tua, jadi

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Tak Ada Pentas Kedua

    Cara terbaik untuk diam adalah hilang. ____________________________________ September, 2018 Bus melaju di tengah gersangnya hari Senin. Iklan-iklan pada baliho di jalan bergulir seperti putaran film. Ayumi turun dengan percaya diri ketika kendaraan itu menepi di halte megah dan tinggi. "Memang tidak salah lagi, ini universitas yang besar." Kepalan tangannya menenteng tas kain bergambar bunga. Ayumi mengenakan kemeja biru yang dipadukan dengan celana jeans panjang. Rambut sepundaknya terurai, menutupi sebagian tengkuk dari panasnya sinar mentari. Arsitektur di hadapannya tampak tua namun penuh dengan nilai budaya. Ada banyak pohon yang menjulang juga tanaman rambat, persis seperti negeri dongeng masa kini. Masih diselimuti kekaguman, Ayumi bergumam dalam keramaian, "Ini cantik." Tangkai rapuh yang memanjang memeluk anyaman besi dengan kencang. Daun-daun hijau itu memiliki tepi bergerigi. Bentuknya sangat unik, hampir menyerupai sebuah jantung. Ayumi berjalan bebas,

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Sponsor

    Jika kita bisa menjaga jarak aman, maka permukaan akan selalu damai. ____________________________________ Mentari bersemayam di bukit tinggi, menyaksikan hari yang terus berganti. Ayumi membanting pintu dengan kaki ketika kedua tangannya sibuk memegang kardus. Rak-rak tua tengah berdiri membentuk sekat, beberapa pengunjung memilah buku di barisan sastra. "Ini cerita yang bagus," bisik Ayumi pada salah satu gadis. Wajah berbingkai rambut halus itu menoleh, "Benarkah?" Mata hitamnya tersorot antusias ketika melihat anggukan yang diberikan. Di tengah kesenangan ia kembali terkubur dalam dunianya. "Semakin kuperhatikan, kamu tampak seperti orang yang berbeda." Meta meletakkan punggung di tembok, tangannya meraba-raba isi kotak yang Ayumi bopong. "Dulu kamu memasang tembok besar. Dan sekarang malah mudah bergaul, cih!" Decihannya sampai pada gendang telinga, Ayumi merendahkan tangan sebelum berucap, "Harusakah aku melayani orang lain seperti ini?" Raut masamny

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Seperti Senyum di Matamu

    Di pagi hari, gang-gang sempit tampak sunyi. Tidak ada yang datang dan pergi selain gema yang memanjang."Haruskah kita membeli susu kedelai?"Saat ini suasana hati Ayumi begitu ringan, seakan-akan burung gereja hitam telah membawanya pergi.Langit biru bersinar terang di atas kepala gadis itu. Ada ratusan semut yang menjalar di pepohonan, mereka tampak senang karena menemukan sesuatu yang berharga."Permisi, susu kedelainya satu ya, Bu."Ia menyapa dengan ramah. Dibandingkan hari kemarin, sosoknya terlihat jauh lebih cerah. [Sebenarnya tempat ini tidak memiliki banyak pengunjung, namun jika anda ingin datanglah.]Jari-jari gadis itu memainkan layar sebentar, membaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Kak Regan tadi malam. Penciuman Ayumi begitu tajam, ketika aroma daun pandan menyebar ia langsung mengangkat pandangan. Warna putih kekuningan itu dituang ke dalam gelas plastik. Satu pipet bening ikut meluncur di detik-detik terakhir."Dibuat dengan spesial untuk pelanggan pertama, teri

  • Pertemuan Kedua : Dia yang Kembali   Mimpi

    Mimpi yang telah rusak saling bertabrakan satu sama lain, Ayumi menunduk cukup dalam di samping bangunan. Ada tiga tetes air yang jatuh dari atap, mungkin itu sisa hujan tadi siang.Jari-jarinya sedikit membeku karena dingin. Ia mengangkat kelopak mata saat seseorang menuruni anak tangga."Sedang apa?" tanya pria itu sopan.Kepala Ayumi mengangguk untuk menyapa, kedua tangan yang gemetar bersembunyi di belakang. "Saya hanya beristirahat sebentar, sebelum pulang."Kebohongannya terlontar tanpa ragu, ternyata selama ini ia belajar membual.Tanda tanya terlukis di wajah pria itu, namun dia berhasil menutupinya dengan senyum. "Ini hanyalah perpustakaan usang. Namun jika anda ingin, saya bisa membukakan pintu."Ada sedikit kecurigaan yang terpancar, Ayumi terdiam sembari berpikir."Anda memiliki kewaspadaan yang bagus, tapi saya tak memiliki niat lain. Jadi, anda tidak perlu me-"Ucapannya terhenti karena selaan Ayumi, "Saya ingin, terima kasih."Satu senyum terbit lebih dulu, manusia di h

DMCA.com Protection Status