Anindya Nasywa Wulandari, seorang gadis pekerja keras yang harus menerima takdir buruk. Dicampakkan sang pacar yang merupakan atlet bola nasional hanya lewat pesan singkat saja. Selang satu minggu, Anin menerima kabar jika Dimas Wisnu Pratama, nama mantan pacar Anin sedang melakukan lamaran dengan selebgram cantik yang juga merupakan putri anggota dewan. Rasa cinta, marah dan kecewa menjadi satu. Anin tak menyangka, jalan cintanya harus kandas akibat peran orang ketiga. Layaknya sebuah permainan sepakbola, dimana peran pemain kedua belas biasanya akan mengecoh sebuah tim dan membungkus dalam kehancuran. Hubungannya pun kandas akibat peran orang ketiga.
Lihat lebih banyak"Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali
Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos
Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal
Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. Rahayu Intan Rinjani
Rafa dan Nana, adik sepupu Anin yang kini berusia tujuh belas dan empat belas tahun kaget melihat mata kakak sepupunya bengkak. Mereka tentu saja bertanya ada apa."Gak papa," jawab Anin singkat."Gak papa gimana Mbak? Jendul gini? Mbak nangis semalaman ya?" cecar Nana."Gak, Na.""Gak salah! Nana kudu ngomong sama Bapak dan Ibu."Nana langsung saja melesat mencari bapak dan ibunya sebelum Anin berhasil mencegah. Anin hanya bisa pasrah, apalagi begitu paman dan bibinya tahu kalau Anin habis nangis, akhirnya dia sampai di sidang. Kini, paman dan bibi Anin sedang mendudukkan dia di ruang tengah dikelilingi semua aggota keluarga.Anin ingin berbohong, tapi mata jendulnya tidak bisa berbohong jadilah dia menjelaskan apa yang terjadi beserta bukti chat dari Dimas. Nana dan Rafa menjadi orang paling sigap mengumpati Dimas. Sang Bibi bernama Rondiyah atau biasa Anin panggil Bi Iyah langsung memeluknya. Kini giliran dia yang menangis, sebagai ganti tangisan Anin yang sudah tak mampu keluar l
Dimas : [Anin, maafkan aku karena jarang menghubungi kamu. Aku sibuk]Anin : [Iya, gak papa, Dim. Aku paham kok, kalau kamu sibuk]Dimas : [Makasih atas pengertianmu, Nin]Anin menatap layar ponselnya. Dia sedang menunggu kalimat chat Dimas selanjutnya. Sayang, ditunggu hampir lima menit, nomer sang pujaan hati terlihat dalam mode 'sedang mengetik' tapi pesan yang diketik tak kunjung dia terima. Merasa penasaran, Anin pun kembali mengirim chat untuk kekasih hatinya.Anin : [Kamu mau ngetik apa sih, Dim?]Anin sudah mengirim pesannya. Sayang, Dimas belum juga membalas. Akhirnya Anin kembali mengirim chat. Dia tak berani menelepon Dimas. Takut Dimas sedang sibuk latihan. Maklum, Dimas yang sudah menjadi pacarnya selama tujuh tahun merupakan salah satu pesepakbola yang sedang naik daun saat ini. Jadwal latihan dan tandingnya sangat padat. Bisa pagi, siang, sore bahkan malam hari. Jadwal di klub yang menaunginya maupun jadwal yang berhubungan dengan timnas Indonesia makin mempersulit mere
Dimas berlutut di tanah. Dia memohon kepada Anin, mantan pacarnya untuk kembali menerimanya."Aku gak bisa, Dim. Maaf, semua sudah terlambat.""Gak Anin. Semua belum terlambat. Aku sudah pisah sama Intan. Aku memilih kamu!" Anin menggeleng. "Kamu memilihku sekarang. Dulu kamu membuangku. Menganggap kalau aku tak berharga karena tak bisa menunjang karirmu.""Nin.""Maaf, Dimas. Kisah kita sudah usai. Aku sudah ikhlas dengan masa lalu.""Nin. Please, beri aku kesempatan. Aku akan tunjukkan kesungguhanku sama kamu.""Telat, Dim. Aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Aku pikir kamu bersungguh-sungguh sama aku tapi apa?"Anin menatap Dimas penuh luka."Kamu memutuskanku hanya lewat chat. Kamu blokir nomerku.""Aku salah. Aku minta maaf. Aku khilaf.""Tapi khilafmu membuat aku sakit hati, Dim."Dimas benar-benar merasa bersalah sekali. Ingatannya kembali ke masa-masa itu. Dia sadar pasti luka yang ditanggung Anin sangat dalam."Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan. Aku sekarang s
Dimas berlutut di tanah. Dia memohon kepada Anin, mantan pacarnya untuk kembali menerimanya."Aku gak bisa, Dim. Maaf, semua sudah terlambat.""Gak Anin. Semua belum terlambat. Aku sudah pisah sama Intan. Aku memilih kamu!" Anin menggeleng. "Kamu memilihku sekarang. Dulu kamu membuangku. Menganggap kalau aku tak berharga karena tak bisa menunjang karirmu.""Nin.""Maaf, Dimas. Kisah kita sudah usai. Aku sudah ikhlas dengan masa lalu.""Nin. Please, beri aku kesempatan. Aku akan tunjukkan kesungguhanku sama kamu.""Telat, Dim. Aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Aku pikir kamu bersungguh-sungguh sama aku tapi apa?"Anin menatap Dimas penuh luka."Kamu memutuskanku hanya lewat chat. Kamu blokir nomerku.""Aku salah. Aku minta maaf. Aku khilaf.""Tapi khilafmu membuat aku sakit hati, Dim."Dimas benar-benar merasa bersalah sekali. Ingatannya kembali ke masa-masa itu. Dia sadar pasti luka yang ditanggung Anin sangat dalam."Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan. Aku sekarang s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen