Home / Romansa / Peran Orang Ketiga / 4. Sang Mantan

Share

4. Sang Mantan

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2024-11-26 10:13:09

Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. 

Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.

Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. 

Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. 

Rahayu Intan Rinjani, katanya seorang selebgram. Dia juga merupakan putri tunggal dari Hermawan Laksono, salah seorang anggota DPR. Dimas bilang, jika dia menikah dengan Intan, akan sangat menguntungkan bagi karirnya. Soalnya baru juga tunangan, nama Dimas dan Intan semakin meroket. Orangtua Intan juga menjamin karirnya.

Tapi sebagai seorang ibu, hati kecil Darti merasa kalau pilihan Dimas itu salah. Dia merasa keluarganya tak sebanding dengan keluarga Intan. Apalagi melihat cara berpakaian Intan yang terbuka dan seksi, membuat Darti mengelus dada. Dimas bilang, rata-rata wanita dari kota pakaiannya memang begitu. Fashion modern.

"Capek Bu?" tanya Yusman. 

"Iya Pak."

"Bu, pestanya kapan berakhir ya? Sudah seharian. Dari pagi sampai malam. Bahkan kita kesulitan nyari tempat sholat karena gak tahu mesti sholat dimana. Mana Dimas diam saja lagi?" Yusman menghela napas.

"Dia gak lupa sholat kan ya Bu?"

"Gak tahu, Pak. Ibu juga khawatir."

"Kita kayak katak hendak menjorok rembulan, Bu. Bapak takut kita kebanting."

"Ibu juga, Pak. Tapi mau gimana lagi. Dimasnya maksa. Kalau dilarang, ibu takut Dimas malah pergi dari kita."

Lagi. Yusman menghela napas. Dia kembali menatap sang putra yang tengah terbahak keras sekali sambil merangkul Intan. Yusman tak suka melihatnya, jadilah dia memilih menatap ke hal lain.

Selaras dengan kedua orang tuanya, Dini adik Dimas juga merasa canggung berada di tengah hingar bingar pesta lamaran sang kakak. Meski banyak orang yang menyapanya dan mengatakan dia cantik, Dini merasa kalau ini bukan tempatnya. Dia rindu rumah. Dia rindu teman-temannya. Dia rindu Rafa dan Nana. 

Setelah diajak berbincang dengan entah orang ke berapa yang mengatakan kalau dia rekan satu tim Dimas, Dini memilih berjalan menuju ke arah kedua orang tuanya. Dia duduk di sisi sang ibu. Tanpa banyak kata, Dini menaruh kepalanya di bahu sang ibu.

Darti kaget lalu menatap ke arah sang putri.

"Ada apa?"

"Bosen, Bu. Pengen pulang."

"Sabar ya? Nunggu ini selesai. Paling ya balik ke Banjar besok. Sabar ya Nak ya?"

Dini mengangguk. Akhirnya yang bisa dilakukan oleh keluarga inti Dimas adalah menunggu hingga acara selesai. Begitu acara selesai, keluarga Dimas menginap di apartemen Dimas. Dan akan pulang esok harinya.

Dimas sebenarnya meminta kedua orang tua dan adiknya untuk menginap lagi. Tapi mereka menolak dengan alasan sebentar lagi musim panen. Dini juga harus sekolah.

"Pulangnya nanti aja Pak, Bu. Biar yang lain pulang dulu, gak papa. Nanti Dimas yang antar kalian."

Kedua orang tua Dimas tetep kekeuh ingin pulang. Dimas hanya bisa pasrah dan membiarkan mereka pulang.

"Kamu jaga diri ya? Jaga kesehatan, jangan lupa sholat," pesan sang ibu pada Dimas.

"Iya Bu."

Bu Darti menatap pada Intan, lalu tersenyum. "Nitip Dimas ya Nak."

"Iya Bu. Hati-hati."

Kedua orang tua Dimas pun pamit. Mereka naik bus pariwisata yang sengaja disewa oleh Dimas untuk membawa keluarganya. 

Begitu memastikan keluarganya sudah pulang, Dimas segera menatap ke sang tunangan.

"Apartemenku sudah kosong. Atau kamu mau ke apartemenmu?" ucapnya penuh seringai licik.

"Aku atau kamu, sama saja. Mau di kasur atau di sofa, it's oke. Asal pokoknya kamu harus puasin aku." Intan sengaja mendesah dan menggoda Dimas dengan memutar-mutar tangan kanannya di dada Dimas.

Dimas tertawa. Dia mencium bibir sang tunangan. Lalu tanpa basa-basi dia membawa sang tunangan ke apartemennya. 

Tanpa banyak drama, Dimas segera menyalurkan hasratnya pada Intan yang dengan senang hati menerima. Mereka tak peduli apakah hari masih terlalu pagi. Pokoknya penting happy.

***

Dimas membuka matanya gara-gara sinar matahari yang masuk melalui celah jendela kamar apartemennya. Dia menggeliat lalu menoleh ke sebelah kiri. Tampak Intan masih bergelung nyaman di sebelahnya. 

Dimas tersenyum. Dia mengecup mesra kening tunangannya. Dia lalu memilih bangun, melakukan peregangan lalu segera mandi. Dia sengaja membiarkan Intan beristirahat setelah persiapan lamaran yang melelahkan beberapa hari dan tentu saja setelah dua hari dua malam mereka melakukan kerja rodi bersama. Baik dia dan Intan saling memberi kepuasan. Pokoknya mereka tak peduli andai Intan hamil, toh satu bulan lagi mereka akan menikah jadi tak apa jika Intan hamil. Bilang saja kalau Intan habis haid makanya langsung hamil. Gampang. Masalah selesai. Netizen tidak akan curiga.

Dimas akhirnya selesai mandi. Dia melirik sang tunangan yang masih asik tidur. Dimas tak mau mengganggunya. Dia memilih mengambil ponsel, sengaja ingin tahu ada kabar apa yang sedang menimpa dirinya kini.

Woha!

Dimas berteriak senang. Rupanya berita lamarannya jadi trending topik di sosial media. Dia pun melihat akun sosmednya, followersnya bertambah.

"Yes! 0Hahaha, aku unggul dari kamu, Fajar. Hahaha. Followersku nambah."

Dimas pun melanjutkan membaca komenan para netizen. Sesekali Dimas terkekeh, dengan beberapa komentar netizen. Ada yang berkomentar lucu, baik dan jelek juga banyak. Tapi dia tak peduli.

"Hahaha, mau kalian nyebut aku naik kasta, aji mumpung, Cinderela-man atau lelaki beruntung lah, lelaki kere, lelaki modal tampang lah, aku gak peduli. Bahkan mau kalian berkomentar lebih buruk untuk aku pun aku gak peduli. Penting aku kaya, aku terkenal. Mimpiku terwujud. Hahaha."

Dimas masih asik berselancar di sosial media. Tentu saja menggunakan akun palsunya. Lalu secara tak sengaja dia melihat status di I* Anin yang menampilkan keindahan Baturaden. Dia sengaja tak memblokir sosmed Anin untuk akun palsunya. Dia hanya ingin tahu kehidupan sang mantan setelah dia putuskan.

Rupanya dia baik-baik saja. Buktinya, Anin tak mencoba menghubungi dia lewat saudaranya, pamannya atau lewat sosmed. Anyep.

Dimas mengira Anin pasti tidak masalah diputuskan. Toh, Anin cantik. Pasti banyak yang akan melamarnya. Anin tinggal pilih mau yang mana.

Dimas kembali menatap potret yang diunggah Anin. Rupanya, dia juga menuliskan beberapa baris kalimat sebagai caption yang setelah dibaca, sedikit menyentil hati Dimas.

[Lihatlah, hari akan selalu sama. Tak perlu risau dan teruslah melangkah. Jangan pernah ragu atau takut. Kita tak pernah tahu ujungnya dunia. Apa yang akan kau temui di tepi jalan adalah misteri. Kalau mengagetkan ya teriak kalau membahagiakan ya tersenyum. Andai lucu maka tertawalah. Andai menyakitkan maka menangislah. Kita hanya lakon di dunia. Tetap tempat kembali dan mengadu hanyalah Sang Penguasa]

Dimas meremas ponselnya. Wajahnya mendung mengingat mantan pacarnya. Gadis polos nan baik hati. Gadis yang dia cintai hingga kemudian cintanya goyah sejak bertemu Intan. Sosok cantik yang memberinya warna baru akan kehidupan. Dan apa itu berjuang demi keinginan. Dimas menatap Intan yang masih asik terlelap. Dia mencoba memantapkan hati.

'Jangan goyah, Dimas. Ingat, kamu punya mimpi dan mimpimu tak akan terwujud kalau kamu terus bersama Anin. Tapi dengan Intan, mimpimu akan terwujud. Kamu suka dia, dia suka kamu. Orang tua Intan bakalan mendukung karirmu. Kalau sama Anin, kamu gak akan dapat apa-apa. Lagi pula, Anin terlalu polos. Kamu pacaran bertahun-tahun dengannya apa yang kamu dapat? Kamu bahkan gak tahu bentuk rambutnya kayak apa. Lepaskan dia, biarkan dia dengan yang lain. Kamu? Kamu cukup nikmati usaha kerasmu." Dimas tersenyum licik. Dia lalu melakukan sesuatu pada i* Anin dan memblokirnya.

"Selamat tinggal Anin. Maaf, aku menyerah pada hubungan kita. Kamu gak akan bisa membantuku mencapai cita-citaku. Beda dengan Intan. Ayahnya punya kuasa dan Intan, dia punya popularitas yang akan menambah nilaiku. Kami saling mendukung."

Related chapters

  • Peran Orang Ketiga   5. Mereka Cuma Teman

    Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   6. Bahan Gosip

    Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos

    Last Updated : 2024-12-05
  • Peran Orang Ketiga   7. Lari Dari Kejaran

    "Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali

    Last Updated : 2024-12-06
  • Peran Orang Ketiga   1. Prolog

    Dimas berlutut di tanah. Dia memohon kepada Anin, mantan pacarnya untuk kembali menerimanya."Aku gak bisa, Dim. Maaf, semua sudah terlambat.""Gak Anin. Semua belum terlambat. Aku sudah pisah sama Intan. Aku memilih kamu!" Anin menggeleng. "Kamu memilihku sekarang. Dulu kamu membuangku. Menganggap kalau aku tak berharga karena tak bisa menunjang karirmu.""Nin.""Maaf, Dimas. Kisah kita sudah usai. Aku sudah ikhlas dengan masa lalu.""Nin. Please, beri aku kesempatan. Aku akan tunjukkan kesungguhanku sama kamu.""Telat, Dim. Aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Aku pikir kamu bersungguh-sungguh sama aku tapi apa?"Anin menatap Dimas penuh luka."Kamu memutuskanku hanya lewat chat. Kamu blokir nomerku.""Aku salah. Aku minta maaf. Aku khilaf.""Tapi khilafmu membuat aku sakit hati, Dim."Dimas benar-benar merasa bersalah sekali. Ingatannya kembali ke masa-masa itu. Dia sadar pasti luka yang ditanggung Anin sangat dalam."Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan. Aku sekarang s

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   2. Chat Putus

    Dimas : [Anin, maafkan aku karena jarang menghubungi kamu. Aku sibuk]Anin : [Iya, gak papa, Dim. Aku paham kok, kalau kamu sibuk]Dimas : [Makasih atas pengertianmu, Nin]Anin menatap layar ponselnya. Dia sedang menunggu kalimat chat Dimas selanjutnya. Sayang, ditunggu hampir lima menit, nomer sang pujaan hati terlihat dalam mode 'sedang mengetik' tapi pesan yang diketik tak kunjung dia terima. Merasa penasaran, Anin pun kembali mengirim chat untuk kekasih hatinya.Anin : [Kamu mau ngetik apa sih, Dim?]Anin sudah mengirim pesannya. Sayang, Dimas belum juga membalas. Akhirnya Anin kembali mengirim chat. Dia tak berani menelepon Dimas. Takut Dimas sedang sibuk latihan. Maklum, Dimas yang sudah menjadi pacarnya selama tujuh tahun merupakan salah satu pesepakbola yang sedang naik daun saat ini. Jadwal latihan dan tandingnya sangat padat. Bisa pagi, siang, sore bahkan malam hari. Jadwal di klub yang menaunginya maupun jadwal yang berhubungan dengan timnas Indonesia makin mempersulit mere

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   3. Kabar Mengejutkan

    Rafa dan Nana, adik sepupu Anin yang kini berusia tujuh belas dan empat belas tahun kaget melihat mata kakak sepupunya bengkak. Mereka tentu saja bertanya ada apa."Gak papa," jawab Anin singkat."Gak papa gimana Mbak? Jendul gini? Mbak nangis semalaman ya?" cecar Nana."Gak, Na.""Gak salah! Nana kudu ngomong sama Bapak dan Ibu."Nana langsung saja melesat mencari bapak dan ibunya sebelum Anin berhasil mencegah. Anin hanya bisa pasrah, apalagi begitu paman dan bibinya tahu kalau Anin habis nangis, akhirnya dia sampai di sidang. Kini, paman dan bibi Anin sedang mendudukkan dia di ruang tengah dikelilingi semua aggota keluarga.Anin ingin berbohong, tapi mata jendulnya tidak bisa berbohong jadilah dia menjelaskan apa yang terjadi beserta bukti chat dari Dimas. Nana dan Rafa menjadi orang paling sigap mengumpati Dimas. Sang Bibi bernama Rondiyah atau biasa Anin panggil Bi Iyah langsung memeluknya. Kini giliran dia yang menangis, sebagai ganti tangisan Anin yang sudah tak mampu keluar l

    Last Updated : 2024-11-26

Latest chapter

  • Peran Orang Ketiga   7. Lari Dari Kejaran

    "Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali

  • Peran Orang Ketiga   6. Bahan Gosip

    Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos

  • Peran Orang Ketiga   5. Mereka Cuma Teman

    Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal

  • Peran Orang Ketiga   4. Sang Mantan

    Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. Rahayu Intan Rinjani

  • Peran Orang Ketiga   3. Kabar Mengejutkan

    Rafa dan Nana, adik sepupu Anin yang kini berusia tujuh belas dan empat belas tahun kaget melihat mata kakak sepupunya bengkak. Mereka tentu saja bertanya ada apa."Gak papa," jawab Anin singkat."Gak papa gimana Mbak? Jendul gini? Mbak nangis semalaman ya?" cecar Nana."Gak, Na.""Gak salah! Nana kudu ngomong sama Bapak dan Ibu."Nana langsung saja melesat mencari bapak dan ibunya sebelum Anin berhasil mencegah. Anin hanya bisa pasrah, apalagi begitu paman dan bibinya tahu kalau Anin habis nangis, akhirnya dia sampai di sidang. Kini, paman dan bibi Anin sedang mendudukkan dia di ruang tengah dikelilingi semua aggota keluarga.Anin ingin berbohong, tapi mata jendulnya tidak bisa berbohong jadilah dia menjelaskan apa yang terjadi beserta bukti chat dari Dimas. Nana dan Rafa menjadi orang paling sigap mengumpati Dimas. Sang Bibi bernama Rondiyah atau biasa Anin panggil Bi Iyah langsung memeluknya. Kini giliran dia yang menangis, sebagai ganti tangisan Anin yang sudah tak mampu keluar l

  • Peran Orang Ketiga   2. Chat Putus

    Dimas : [Anin, maafkan aku karena jarang menghubungi kamu. Aku sibuk]Anin : [Iya, gak papa, Dim. Aku paham kok, kalau kamu sibuk]Dimas : [Makasih atas pengertianmu, Nin]Anin menatap layar ponselnya. Dia sedang menunggu kalimat chat Dimas selanjutnya. Sayang, ditunggu hampir lima menit, nomer sang pujaan hati terlihat dalam mode 'sedang mengetik' tapi pesan yang diketik tak kunjung dia terima. Merasa penasaran, Anin pun kembali mengirim chat untuk kekasih hatinya.Anin : [Kamu mau ngetik apa sih, Dim?]Anin sudah mengirim pesannya. Sayang, Dimas belum juga membalas. Akhirnya Anin kembali mengirim chat. Dia tak berani menelepon Dimas. Takut Dimas sedang sibuk latihan. Maklum, Dimas yang sudah menjadi pacarnya selama tujuh tahun merupakan salah satu pesepakbola yang sedang naik daun saat ini. Jadwal latihan dan tandingnya sangat padat. Bisa pagi, siang, sore bahkan malam hari. Jadwal di klub yang menaunginya maupun jadwal yang berhubungan dengan timnas Indonesia makin mempersulit mere

  • Peran Orang Ketiga   1. Prolog

    Dimas berlutut di tanah. Dia memohon kepada Anin, mantan pacarnya untuk kembali menerimanya."Aku gak bisa, Dim. Maaf, semua sudah terlambat.""Gak Anin. Semua belum terlambat. Aku sudah pisah sama Intan. Aku memilih kamu!" Anin menggeleng. "Kamu memilihku sekarang. Dulu kamu membuangku. Menganggap kalau aku tak berharga karena tak bisa menunjang karirmu.""Nin.""Maaf, Dimas. Kisah kita sudah usai. Aku sudah ikhlas dengan masa lalu.""Nin. Please, beri aku kesempatan. Aku akan tunjukkan kesungguhanku sama kamu.""Telat, Dim. Aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Aku pikir kamu bersungguh-sungguh sama aku tapi apa?"Anin menatap Dimas penuh luka."Kamu memutuskanku hanya lewat chat. Kamu blokir nomerku.""Aku salah. Aku minta maaf. Aku khilaf.""Tapi khilafmu membuat aku sakit hati, Dim."Dimas benar-benar merasa bersalah sekali. Ingatannya kembali ke masa-masa itu. Dia sadar pasti luka yang ditanggung Anin sangat dalam."Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan. Aku sekarang s

DMCA.com Protection Status