Beranda / Romansa / Peran Orang Ketiga / 3. Kabar Mengejutkan

Share

3. Kabar Mengejutkan

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 10:12:39

Rafa dan Nana, adik sepupu Anin yang kini berusia tujuh belas dan empat belas tahun kaget melihat mata kakak sepupunya bengkak. Mereka tentu saja bertanya ada apa.

"Gak papa," jawab Anin singkat.

"Gak papa gimana Mbak? Jendul gini? Mbak nangis semalaman ya?" cecar Nana.

"Gak, Na."

"Gak salah! Nana kudu ngomong sama Bapak dan Ibu."

Nana langsung saja melesat mencari bapak dan ibunya sebelum Anin berhasil mencegah. Anin hanya bisa pasrah, apalagi begitu paman dan bibinya tahu kalau Anin habis nangis, akhirnya dia sampai di sidang. Kini, paman dan bibi Anin sedang mendudukkan dia di ruang tengah dikelilingi semua aggota keluarga.

Anin ingin berbohong, tapi mata jendulnya tidak bisa berbohong jadilah dia menjelaskan apa yang terjadi beserta bukti chat dari Dimas. 

Nana dan Rafa menjadi orang paling sigap mengumpati Dimas. Sang Bibi bernama Rondiyah atau biasa Anin panggil Bi Iyah langsung memeluknya. Kini giliran dia yang menangis, sebagai ganti tangisan Anin yang sudah tak mampu keluar lagi. Maklum, sudah habis semalaman jadi perlu di-recharge tuh air mata biar bisa keluar lagi.

Jika tiga orang terkasihnya sudah heboh dengan berbagai aksi sebagai tindakan terkejut atas putusnya Anin dan Dimas, Pamannya yang bernama Tarman, hanya bisa menghela napas. Beliau terlihat melakukan hal itu berulang kali. Sebagai pengganti kedua orang tua Anin, Tarman tentu saja merasa kecewa bahkan marah pada tindakan Dimas. Tapi meluapkan emosi juga bukan solusi. Apalagi, sosok Dimas tak ada di depannya, jadi tak ada yang bisa jadi pelampiasan marahnya.

Anin membiarkan saja reaksi keluarganya. Karena jujur, dia pun masih sedih. Dan sepertinya, Paman Tarman adalah sosok yang paling bersedih. Meski dia paling tenang tapi ekspresi wajahnya terlihat sekali. Wajah sang paman gabungan antara sedih, shock, kecewa dan mungkin marah. Tapi karena Man Tarman panggilan untuk sang paman adalah tipe lelaki lembut dan baik hati, maka melepaskan emosi jelas bukan dengan cara meledak-ledak seperti Rafa dan Nana.

Ada sedikit senyum di bibir Anin, melihat begitu berbedanya antara anak dan bapak. Bapak yang tenang dan lembut, ibu yang baik hati dan hanya bisa menangis kalau anak-anaknya bertengkar malah justru memiliki dua putra-putri yang suka bertingkah bar-bar. 

Senyum tipis Anin hilang saat disadarinya kalau semua anggota keluarganya tengah berduka akibat masalah Anin. Anin menatap sendu ke arah paman dan bibinya.

"Man, Bi. Anin minta maaf ya? Udah bikin Man Tarman dan Bi Iyah sedih. Anin gak papa kok. Cuma putus doang bukan ditagih utang milyaran."

Anin mencoba berseloroh tapi sayang, guyonannya tidak berhasil. Tak satu pun keluarganya yang tertawa. Anin meringis. Dia baru sadar kalau dirinya kan tipe orang yang serius bukan tukang lawak.

"Beneran Anin gak papa. Jangan ngelihat Anin kayak gini deh! Anin gak butuh dikasihani, peluk aja kayak biasa."

Lalu tanpa basa-basi baik Bi Iyah, Rafa dan Nana langsung memeluk Anin. Mereka jadi grup Telletubis dadakan. Paman Tarman terkekeh, tapi dia juga ikut mendekat dan bergabung dalam barisan Telletubis.

"Anin anak hebat."

"Iya Paman."

"Anaknya Mas Sarman."

"Iya, sama Ibu Khodijah."

"Iya, anak hebat ini pasti akan sukses dan menemukan jodohnya."

"Amin."

"Jodoh terbaik."

"Amiiin!" pekik Rafa, Nana dan Bi Iyah. Lalu mereka kembali berpelukan.

Mengingat kondisi Anin yang matanya masih bengkak alias jendul, Anin memutuskan meminta ijin ke kepala sekolah dengan alasan sakit. Kepala sekolah pun mengijinkan.

Keesokan harinya, Anin sudah lebih tenang. Dia bisa menjalani rutinitas seperti biasa. Mengajar kelas satu, membantu Bu Yana, guru yang mengajar kelas empat untuk menangani dana BOS, membina ekstra pramuka dan kegiatan lain.Waktunya cukup tersita untuk pekerjaan hingga dia bisa sedikit melupakan masalah Dimas. 

Sayang, di hari ke tujuh pasca dia diputuskan lewat chat, berita mengejutkan datang dari berbagai siaran di televisi, youtube, i*******m, twitter hingga tik tok. Berita itu berisi acara lamaran seorang pesepakbola muda yang sedang naik daun dengan seorang selebgram cantik. Selebgram tersebut belum terlalu terkenal. Tapi karena dia dilamar seorang Dimas yang notabenenya atlet yang lagi naik daun, nama sang selebgram menjadi buruan para pemburu berita dan masyarakat. Ditambah lagi begitu identitasnya yang juga merupakan anak anggota dewan terkuak, nama sang seleb langsung jadi booming.

Anin, awalnya tidak tahu berita itu. Tetapi, saat Salsa, rekan kerja sekaligus sahabatnya memberitahu, Anin akhirnya jadi tahu berita itu.

"Kamu yakin, itu Dimas?" tanya Anin dengan bibir bergetar.

Salsa mengangguk. Dia memberikan ponselnya. Anin menerimanya. Dan segera setelah mata Anin fokus pada layar ponsel Salsa, pemandangan yang ia saksikan adalah siaran di salah satu akun i*******m yang menampilkan bagaimana Dimas memasangkan sebuah cincin pada jari manis seorang perempuan.

Anin mengernyitkan dahi. Dia sedang menggali informasi di otaknya tentang siapa gadis yang dilamar Dimas.

"Wanita ini siapa?"

"Selebgram."

"Oh, orang terkenal," lirih Anin.

"Gak juga. Belum terlalu terkenal. Tapi jadi terkenal karena dilamar Dimas. Followers i* sama tik tok dia langsung nambah banyak tuh!" Salsa berkata dengan sinis.

Anin hanya menghela napas saja. Dia kembali menyerahkan ponsel Salsa. Anin kemudian duduk di kursinya yang ada di ruang guru. Salsa merasa sedih dengan nasib sang sahabat. Dia mendekati sahabatnya dengan menarik kursi miliknya. Kebetulan tempat duduk Salsa di belakang Anin.

"Gak usah dipikirin. Nanti kamu bakalan nemu cowok yang seribu kali lebih baik dari si Dimas brengsek."

Anin hanya mengulas senyum tipis. Mencoba tegar tapi air matanya tetap saja menetes. Salsa panik. Dia segera mencari tisu di mejanya. 

"Aku ada tisu sendiri, Sa." Anin menarik tisu di meja miliknya. 

"Lah, hahaha. Iya yah!" Salsa tertawa lalu menaruh kembali tisu miliknya di meja.

Dia pun kembali duduk di samping Anin.

"Besok minggu kita jalan. Pokoknya asal jalan. Pakai motorku. Pokoknya kamu harus happy."

Anin hanya mengangguk. Keduanya masih dalam posisi saling duduk berdekatan hingga bel jam istirahat kedua berbunyi. Karena Anin dan Salsa mengajar kelas satu dan dua, makanya jam mengajar mereka hanya sampai pukul sepuluh atau sebelas. Anak sudah dipulangkan sebelum jam istirahat kedua khusus kelas satu dan dua.

Tak berselang lama, beberapa rekan guru datang. Salah satu dari mereka bernama Tari, dia juga sama masih berstatus honorer. Tari langsung mendekati Anin.

"Aku turut sedih, kamu yang sabar ya. Ya mau gimana lagi, karir Dimas lagi bagus. Jelas lah dia milih gadis lain yang bisa dongkrak nama dia dan keluarganya. Gak mungkin milih gadis miskin. Yatim piatu lagi. Jadi ... sabar ya Nin."

Tari lalu berlalu ke mejanya. Terlihat sekali dia puas sudah menyerang Anin dengan kata-katanya yang tajam. Salsa ingin membalas Tari, tapi Anin menggelengkan kepala. 

"Tapi Nin."

Anin menggeleng, membuat Salsa hanya bisa kesal. Sementara Tari tersenyum puas karena bisa membalas Anin. Tari yang selalu ditolak Dimas karena Dimas suka Anin, terpaksa menikah dengan orang lain. Kini, dia bisa melihat Anin yang hancur karena dibuang oleh Dimas. Impas.

Bab terkait

  • Peran Orang Ketiga   4. Sang Mantan

    Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. Rahayu Intan Rinjani

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   5. Mereka Cuma Teman

    Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   6. Bahan Gosip

    Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Peran Orang Ketiga   7. Lari Dari Kejaran

    "Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Peran Orang Ketiga   8. Olesin

    Suara teriakan dan decitan ban mobil menggema disusul suara bunyi mobil yang menabrak tiang listrik. Anin berdiri gemetar. Dia tak bisa melakukan apa pun. Dia terlalu shock. Sementara itu, para wartawan dan orang-orang di sekitaran kini mulai menuju ke mobil Kijang Innova hitam. Bermaksud mencari tahu keadaan sang pengemudi. Salsa berlari ke arah sang sahabat. Dia khawatir."Nin! Anin! Kamu gak papa?" tanya Salsa. Dia melihat sang sahabat dari atas ke bawah. Memeriksa dengan teliti, takut sang sahabat terluka."Nin! Nin." Salsa mengguncang kedua bahu Anin.Anin rupanya masih shock. Sebab dia hampir saja celaka ditabrak mobil. "Nin," panggil Salsa. Dia masih khawatir karena sahabatnya belum merespon.Suara teriakan beberapa orang menggema. Anin akhirnya bisa sadar kalau dia sedang berada di mana dan kenapa.Anin mengedarkan pandangan. Tatapan matanya kini tertuju pada mobil Kijang Innova yang bagian depannya penyok akibat menabrak tiang listrik. Anin segera berlari menghampiri. Dia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Peran Orang Ketiga   9. Tamu

    Anin masih posisi rebahan di atas kasur. Hari ini mumpung hari minggu, jadi dia menggunakan hari ini untuk rebahan saja. Toh, mau keluar rumah pun dia malas. Para tetangga masih asik membicarakannya. Trauma didatangi oleh para wartawan juga masih membekas di ingatan. Anin beberapa kali terlihat gelisah. Sesekali untuk melepaskan rasa gelisahnya Anin akan duduk, berdiri, berjalan mondar-mandir di kamar lalu rebahan lagi. Begitu seterusnya hingga dia lelah dan beneran tidur.Anin baru bisa membuka matanya saat ada ketukan di pintu kamar. Dia bangun, menggeliat lalu berjalan menuju ke pintu. Saat pintu terbuka tampaklah sang bibi yang memberinya senyum hangat seperti biasa."Bi. Ada apa?""Ada tamu, mau ketemu kamu."Dahi Anin mengernyit. Dia merasa tak mempunyai janji dengan siapa pun."Siapa, Bi?""Lihat aja ke depan. Jangan lupa pakai kerudung yang benar sama bajunya juga." Iyah lalu berbalik ke arah ruang tamu lagi tanpa memberitahu siapa tamu yang datang.Anin pun makin penasaran de

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Peran Orang Ketiga   10. Si Tukang Jahil

    "Jadi Althaf udah main?"Anin mengangguk. "Sama orang tuanya?"Lagi. Anin mengangguk."Buat ngelamar kamu?"Anin menatap sahabatnya dengan tatapan tajam. Salsa tertawa lalu kembali menyeruput es kelapa muda miliknya. Anin dan Salsa sedang menikmati es kelapa muda di tempat favorit keduanya. Anin dan Salsa bukan hanya merupakan rekan kerja tapi teman satu SMA, makanya dekat. Mereka sering curhat masalah masing-masing seperti saat ini. Anin baru saja curhat kalau Althaf dan kedua orang tuanya datang ke rumahnya. Dia juga bercerita kalau mereka memutuskan menetap di Banjarnegara setelah Pramono pensiun. Rumah mereka yang di Purwokerto pinggiran dijual dan sebagian uangnya digunakan untuk membeli rumah minimalis di pusat kota Purwokerto karena Althaf diterima sebagai PNS di Pengadilan Negeri Purwokerto. Makanya, mereka sengaja membeli rumah untuk memudahkan sang putra. Sementara sebagian uangnya lagi digunakan untuk membeli rumah di Banjar. Pramono ingin menikmati masa pensiunnya di ko

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Peran Orang Ketiga   11. Bertemu Juga

    Dimas melihat pemandangan di desanya dengan hati tenang. Desa Bantarsari tempat dia dilahirkan dan dibesarkan memang selalu menawarkan rasa damai di hati Dimas. Di tanah inilah, dia sering bermain dengan teman-temannya. Menjelajah seluruh alam asri, memberinya banyak tempat untuk belajar dan memperkuat diri dengan segala medannya."Kamu pasti seneng balik kampung."Dimas menoleh. Dia tersenyum pada salah satu sahabat masa kecilnya, Yudi."Iya. Gak ada polusi, gak ada kebisingan kayak di kota.""Tapi duitnya gak sebanyak di kota," gurau Yudi.Keduanya tertawa. Lalu Dimas dan Yudi melanjutkan kegiatan lari pagi bersama. Selama mengelilingi kampung, Dimas harus bertemu dengan banyak orang. Dengan sopan dan ramah, dia meladeni sapaan semua orang. Ada yang hanya ingin salaman, foto hingga mengobrol, semua Dimas ladeni tanpa mengeluh."Artis sih kamu ya, Dim. Banyak fans-nya."Dimas hanya tertawa mendengar godaan sang kawan. Dia terus meladeni semua orang hingga tak sadar, tempat yang dia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Peran Orang Ketiga   12. Saingan Abadi

    Dimas tak mampu mencegah senyumnya terus keluar. Pasalnya, sejak dia pulang, lontaran berupa pujian selalu dia dengar dari para tetangga. Dimas boleh berbangga hati, sebab Dimas si anak desa, anak petani miskin mampu meraih kesuksesan di usia muda. Dimas bisa membungkam banyak mulut nyinyir yang dulu menghinanya.“Hahaha, lihat kalian semua. Sekarang kalian memujiku, memakan makanan dari hasil keringatku. Padahal dulu tak jarang dari kalian menghinaku. Mengatakan si anak miskin, tidak akan mungkin jadi atlet. Hahaha. Kubungkam mulut kalian semu. Lihat ini? Di desa ini siapa anak muda yang lebih sukses dari aku? Gak ada!” batin Dimas. Sombong.Meski merasa puas bisa sombong pada orang-orang yang dulu sering mencibir dan menghinanya, Dimas tetap memasang wajah ramah dan senyum semringah.Yusman juga tak kalah bahagia. Dia benar-benar merasa bangga atas prestasi sang anak. Sayangnya, dia tak berpikir sombong seperti sang putra. Yusman tetap bersikap bersahaja."Kamu pasti bangga ya, Yus,

  • Peran Orang Ketiga   11. Bertemu Juga

    Dimas melihat pemandangan di desanya dengan hati tenang. Desa Bantarsari tempat dia dilahirkan dan dibesarkan memang selalu menawarkan rasa damai di hati Dimas. Di tanah inilah, dia sering bermain dengan teman-temannya. Menjelajah seluruh alam asri, memberinya banyak tempat untuk belajar dan memperkuat diri dengan segala medannya."Kamu pasti seneng balik kampung."Dimas menoleh. Dia tersenyum pada salah satu sahabat masa kecilnya, Yudi."Iya. Gak ada polusi, gak ada kebisingan kayak di kota.""Tapi duitnya gak sebanyak di kota," gurau Yudi.Keduanya tertawa. Lalu Dimas dan Yudi melanjutkan kegiatan lari pagi bersama. Selama mengelilingi kampung, Dimas harus bertemu dengan banyak orang. Dengan sopan dan ramah, dia meladeni sapaan semua orang. Ada yang hanya ingin salaman, foto hingga mengobrol, semua Dimas ladeni tanpa mengeluh."Artis sih kamu ya, Dim. Banyak fans-nya."Dimas hanya tertawa mendengar godaan sang kawan. Dia terus meladeni semua orang hingga tak sadar, tempat yang dia t

  • Peran Orang Ketiga   10. Si Tukang Jahil

    "Jadi Althaf udah main?"Anin mengangguk. "Sama orang tuanya?"Lagi. Anin mengangguk."Buat ngelamar kamu?"Anin menatap sahabatnya dengan tatapan tajam. Salsa tertawa lalu kembali menyeruput es kelapa muda miliknya. Anin dan Salsa sedang menikmati es kelapa muda di tempat favorit keduanya. Anin dan Salsa bukan hanya merupakan rekan kerja tapi teman satu SMA, makanya dekat. Mereka sering curhat masalah masing-masing seperti saat ini. Anin baru saja curhat kalau Althaf dan kedua orang tuanya datang ke rumahnya. Dia juga bercerita kalau mereka memutuskan menetap di Banjarnegara setelah Pramono pensiun. Rumah mereka yang di Purwokerto pinggiran dijual dan sebagian uangnya digunakan untuk membeli rumah minimalis di pusat kota Purwokerto karena Althaf diterima sebagai PNS di Pengadilan Negeri Purwokerto. Makanya, mereka sengaja membeli rumah untuk memudahkan sang putra. Sementara sebagian uangnya lagi digunakan untuk membeli rumah di Banjar. Pramono ingin menikmati masa pensiunnya di ko

  • Peran Orang Ketiga   9. Tamu

    Anin masih posisi rebahan di atas kasur. Hari ini mumpung hari minggu, jadi dia menggunakan hari ini untuk rebahan saja. Toh, mau keluar rumah pun dia malas. Para tetangga masih asik membicarakannya. Trauma didatangi oleh para wartawan juga masih membekas di ingatan. Anin beberapa kali terlihat gelisah. Sesekali untuk melepaskan rasa gelisahnya Anin akan duduk, berdiri, berjalan mondar-mandir di kamar lalu rebahan lagi. Begitu seterusnya hingga dia lelah dan beneran tidur.Anin baru bisa membuka matanya saat ada ketukan di pintu kamar. Dia bangun, menggeliat lalu berjalan menuju ke pintu. Saat pintu terbuka tampaklah sang bibi yang memberinya senyum hangat seperti biasa."Bi. Ada apa?""Ada tamu, mau ketemu kamu."Dahi Anin mengernyit. Dia merasa tak mempunyai janji dengan siapa pun."Siapa, Bi?""Lihat aja ke depan. Jangan lupa pakai kerudung yang benar sama bajunya juga." Iyah lalu berbalik ke arah ruang tamu lagi tanpa memberitahu siapa tamu yang datang.Anin pun makin penasaran de

  • Peran Orang Ketiga   8. Olesin

    Suara teriakan dan decitan ban mobil menggema disusul suara bunyi mobil yang menabrak tiang listrik. Anin berdiri gemetar. Dia tak bisa melakukan apa pun. Dia terlalu shock. Sementara itu, para wartawan dan orang-orang di sekitaran kini mulai menuju ke mobil Kijang Innova hitam. Bermaksud mencari tahu keadaan sang pengemudi. Salsa berlari ke arah sang sahabat. Dia khawatir."Nin! Anin! Kamu gak papa?" tanya Salsa. Dia melihat sang sahabat dari atas ke bawah. Memeriksa dengan teliti, takut sang sahabat terluka."Nin! Nin." Salsa mengguncang kedua bahu Anin.Anin rupanya masih shock. Sebab dia hampir saja celaka ditabrak mobil. "Nin," panggil Salsa. Dia masih khawatir karena sahabatnya belum merespon.Suara teriakan beberapa orang menggema. Anin akhirnya bisa sadar kalau dia sedang berada di mana dan kenapa.Anin mengedarkan pandangan. Tatapan matanya kini tertuju pada mobil Kijang Innova yang bagian depannya penyok akibat menabrak tiang listrik. Anin segera berlari menghampiri. Dia me

  • Peran Orang Ketiga   7. Lari Dari Kejaran

    "Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali

  • Peran Orang Ketiga   6. Bahan Gosip

    Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos

  • Peran Orang Ketiga   5. Mereka Cuma Teman

    Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal

  • Peran Orang Ketiga   4. Sang Mantan

    Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. Rahayu Intan Rinjani

DMCA.com Protection Status