Share

Peran Orang Ketiga
Peran Orang Ketiga
Author: Bai_Nara

1. Prolog

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2024-11-26 10:11:32

Dimas berlutut di tanah. Dia memohon kepada Anin, mantan pacarnya untuk kembali menerimanya.

"Aku gak bisa, Dim. Maaf, semua sudah terlambat."

"Gak Anin. Semua belum terlambat. Aku sudah pisah sama Intan. Aku memilih kamu!" 

Anin menggeleng. "Kamu memilihku sekarang. Dulu kamu membuangku. Menganggap kalau aku tak berharga karena tak bisa menunjang karirmu."

"Nin."

"Maaf, Dimas. Kisah kita sudah usai. Aku sudah ikhlas dengan masa lalu."

"Nin. Please, beri aku kesempatan. Aku akan tunjukkan kesungguhanku sama kamu."

"Telat, Dim. Aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Aku pikir kamu bersungguh-sungguh sama aku tapi apa?"

Anin menatap Dimas penuh luka.

"Kamu memutuskanku hanya lewat chat. Kamu blokir nomerku."

"Aku salah. Aku minta maaf. Aku khilaf."

"Tapi khilafmu membuat aku sakit hati, Dim."

Dimas benar-benar merasa bersalah sekali. Ingatannya kembali ke masa-masa itu. Dia sadar pasti luka yang ditanggung Anin sangat dalam.

"Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan. Aku sekarang sudah sadar. Kalau kamu memang yang terbaik buat aku."

Anin terkekeh. Dia yang terbaik? Kalau Dimas merasa Anin yang terbaik kenapa ia malah memilih yang lain? Kenapa dia baru sadar kalau Anin yang terbaik itu sekarang? Kenapa tidak dari dulu?

Anin masih diam. Dimas berdiri. Dia berjalan menuju ke arah Anin. Begitu sudah dekat, dia mengulurkan tangan hendak meraih tangan Anin. Sayang, Anin menghindar. Dimas sedih. Akhirnya dia hanya bisa menatap Anin tanpa bisa melakukan kontak fisik.

"Kembalilah Dim. Kamu gak akan dapat apapun dariku. Pergi! Gapailah nasibmu sendiri."

Dimas menggeleng. "Aku gak akan menyerah, Nin. Aku akan buktikan kesungguhanku."

"Dengan apa?"

"Menikahimu."

Anin terkekeh. Dulu sekali, dia ingin menikah dengan Dimas. Tapi sekarang?

"Kembalilah, aku mohon. Lupakan aku," pinta Anin.

Dimas menggeleng. "Aku gak akan menyerah sebelum kamu memaafkan aku dan memberiku kesempatan."

"Aku sudah memaafkanmu, Dim," ucap Anin mantap.

"Aku sudah memaafkan kamu dari dulu."

Wajah Dimas sedikit cerah. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi Anin menyela duluan.

"Aku memang memberi maaf, Dim. Tapi untuk menerimamu ... maaf aku gak bisa. Terlalu banyak luka dan kebohongan yang kamu lakukan, Dim." 

Anin menatap sedih ke arah Dimas. Dimas bisa melihat ada luka di mata gadis yang pernah dia cintai. Tanpa sadar air matanya luluh lantak. Dimas menangis.

"Maafkan aku, Nin. Maaf," ucapnya dengan bibir bergetar.

"Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan."

Dimas terus memohon, tapi Anin tak bergeming. Dimas kembali berlutut.

"Aku salah. Aku bodoh. Aku terbuai oleh kemegahan dunia. Aku salah, Nin. Tolong maafkan aku."

Dimas kembali memohon. Sayang, hati Anin sudah terlalu sakit. Dia mungkin bisa memaafkan, tapi untuk menerima? Anin tak akan sanggup. Apalagi jika mengingat kebohongan-kebohongan yang Dimas lakukan. Ditambah perilakunya yang makin menambah Anin harus berpikir ulang jika ingin kembali.

"Maaf, Dimas. Ini keputusanku. Tolong lupakan aku. Ikhlasin aku sebagaimana aku dulu ikhlas melepasmu."

Anin lalu berbalik. Dia berjalan tanpa menoleh lagi kepada Dimas. Masa lalunya.

Tapi Dimas tak menyerah. Dia mengejar Anin. Dimas berhasil mengejar, dia mencekal tangan Anin. Anin kaget, dia berusaha melepaskan diri..

"Dimas, lepas!"

"Gak, Nin. Demi Allah. Aku minta maaf untuk semua kesalahanku. Aku minta maaf Nin. Tapi tolong beri aku kesempatan. Aku sudah hancur, Nin. Karirku hancur, Ibu sakit. Bapakku kecewa berat sama aku. Adikku pun sama. Lalu kalau bukan kamu, siapa yang akan menolongku?"

"Tuhan,"  jawab Anin tenang.

"Tuhan tempat kamu meminta, Dimas. Bukan aku."

Dimas terdiam. Kata 'Tuhan' seperti menyadarkannya kalau selama ini, dia telah lama meninggalkan Tuhan. Dimas telah lama berharap pada manusia. Dia lupa pada Tuhannya. Dia lalai.

"Kamu masih punya Tuhan, Dim? Dia adalah tempat terbaik untuk kembali. Untuk menjadi sandaran. Bukan aku!" 

Dimas terdiam. Hatinya penuh dengan gejolak. Kata-kata Anin begitu merasuk di jiwa.

"Dulu, saat kamu meninggalkanku. Aku juga punya banyak masalah. Salah satunya dengan Intan. Aku selalu dianggap akan merebutmu kembali. Belum lagi para tetangga yang terus membicarakan kita. Hubungan kita. Belum lagi para awak media dan netizen yang terus mengulik hidupku. Menempatkanku pada korban yang disia-siakan oleh kamu demi kesuksesan. Terus, menurut kamu, bagaimana aku bisa seperti sekarang hem?"

Dimas masih diam. Anin mencoba melepas cekalan tangan Dimas.

"Aku harus pulang. Tugasku sebagai tetangga sudah selesai membantu ibumu. Sekarang giliran kamu sebagai seorang anak. Tugasmu memastikan Bi Darti bisa dirawat dengan baik. Aku pulang, assalamu'alaikum."

Anin terus berjalan. Dimas sama sekali tak mencegah Anin berjalan. Dia justru terduduk. Dia menangis. Tangisannya begitu kencang. Anin mendengarnya.

Anin berbalik. Dilihatnya sosok yang dulu pernah begitu merajai hatinya. Ada rasa sedih di hati Anin. Dia sedih karena tak menyangka sosok yang dulu begitu ia kagumi, telah banyak berubah. Tapi kini, Anin tidak punya urusan dengan Dimas atau keluarganya. Tugasnya sudah selesai sebagai sesama manusia. 

Anin berbalik, dia kembali berjalan dengan hati yang lebih lapang. Anin sudah sampai di bagian depan rumah sakit. Dia kaget karena di parkiran depan ada mobil yang begitu dia kenal sudah berada di sana. Anin segera berjalan menuju ke mobil. Dia mencari si pemilik mobil. 

Anin melirik ke sekeliling. Dia mencari sosok pemilik mobil. Setelah mencari akhirnya ketemu juga. Anin tersenyum. Dia melangkah mendekati prianya. Sang pria rupanya sedang asik menikmati wedang ronde. Dia melihat kedatangan Anin. Tapi pria itu hanya melirik sekilas lalu kembali menikmati wedang rondenya.

"Kapan datang?"

"Lama," jawab sang pria dingin.

Anin terkekeh. Sepertinya prianya sedang merajuk.

"Ngambek ya?"

"Bodo."

Anin tertawa. Lalu dia dengan santai mencolek dagu prianya.

"Ngambek ternyata. Duh lucunya."

Bukan lagi mencolek dagu sang pria, Anin malah menarik kedua pipi prianya dengan gemas. 

"Aduh! Sakit Nin."

"Masa sih?"

"Au ah!" Sang pria kembali fokus dengan wedang rondenya. Anin terkekeh. Dia lalu duduk di samping prianya. Anin mengarahkan kepalanya di bahu kiri sang pria. Sang pria kaget. Ini terlalu dekat. Tubuhnya jadi terasa panas.

"Nin."

"Sebentar aja. Soalnya bahumu nyaman tahu."

Anin tetap menyandar di bahu prianya. Sang pria meski tadi sempat dilanda cemburu, tapi kini hatinya sudah lebih tenang. Ketakutannya tadi bahwa Anin akan balikan lagi dengan Dimas telah sirna.

"Kamu gak perlu takut, aku balikan lagi sama Dimas. Aku memang pernah mencintainya, tapi kini cintaku cuma buat kamu. Jadi jangan cemburu ya?"

Anin menegakkan kepala. Lalu dia menatap prianya dengan penuh cinta.

"Aku gak sebodoh itu. Balik lagi sama orang yang udah nyakitin aku. Aku gak sebaik itu. Jadi ... jangan pernah sakiti aku. Karena kalau sampai kamu melakukan itu, aku bakalan pergi!"

Sang pria menggenggam tangan Anin.

"Gak akan, Nin. Dapatin kamu aja hidupku penuh jungkir balik. Sekarang aku mau santai sama rebahan, udah gak mau salto. Capek."

Anin tertawa pun sang pria. Mereka terus bicara tanpa menyadari dari kejauhan ada Dimas yang menatap keduanya dengan perasan hancur lebur.

*****

Hai hai hai.

Mamak mau comeback sama cerita yang baru. Semoga event kali ini mamak berhasil sampai finish.

Oh iya, kisah yang mamak tulis ini terinspirasi dengan berita yang sedang viral.

Hanya saja dalam eksekusi penulisan dan perkembangan cerita itu murni hasil pemikiran mamak. Untuk masalah yang viral, kita doakan saja yang terbaik untuk mereka.

Selamat membaca, semoga suka dengan kisah mamak ya!

Related chapters

  • Peran Orang Ketiga   2. Chat Putus

    Dimas : [Anin, maafkan aku karena jarang menghubungi kamu. Aku sibuk]Anin : [Iya, gak papa, Dim. Aku paham kok, kalau kamu sibuk]Dimas : [Makasih atas pengertianmu, Nin]Anin menatap layar ponselnya. Dia sedang menunggu kalimat chat Dimas selanjutnya. Sayang, ditunggu hampir lima menit, nomer sang pujaan hati terlihat dalam mode 'sedang mengetik' tapi pesan yang diketik tak kunjung dia terima. Merasa penasaran, Anin pun kembali mengirim chat untuk kekasih hatinya.Anin : [Kamu mau ngetik apa sih, Dim?]Anin sudah mengirim pesannya. Sayang, Dimas belum juga membalas. Akhirnya Anin kembali mengirim chat. Dia tak berani menelepon Dimas. Takut Dimas sedang sibuk latihan. Maklum, Dimas yang sudah menjadi pacarnya selama tujuh tahun merupakan salah satu pesepakbola yang sedang naik daun saat ini. Jadwal latihan dan tandingnya sangat padat. Bisa pagi, siang, sore bahkan malam hari. Jadwal di klub yang menaunginya maupun jadwal yang berhubungan dengan timnas Indonesia makin mempersulit mere

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   3. Kabar Mengejutkan

    Rafa dan Nana, adik sepupu Anin yang kini berusia tujuh belas dan empat belas tahun kaget melihat mata kakak sepupunya bengkak. Mereka tentu saja bertanya ada apa."Gak papa," jawab Anin singkat."Gak papa gimana Mbak? Jendul gini? Mbak nangis semalaman ya?" cecar Nana."Gak, Na.""Gak salah! Nana kudu ngomong sama Bapak dan Ibu."Nana langsung saja melesat mencari bapak dan ibunya sebelum Anin berhasil mencegah. Anin hanya bisa pasrah, apalagi begitu paman dan bibinya tahu kalau Anin habis nangis, akhirnya dia sampai di sidang. Kini, paman dan bibi Anin sedang mendudukkan dia di ruang tengah dikelilingi semua aggota keluarga.Anin ingin berbohong, tapi mata jendulnya tidak bisa berbohong jadilah dia menjelaskan apa yang terjadi beserta bukti chat dari Dimas. Nana dan Rafa menjadi orang paling sigap mengumpati Dimas. Sang Bibi bernama Rondiyah atau biasa Anin panggil Bi Iyah langsung memeluknya. Kini giliran dia yang menangis, sebagai ganti tangisan Anin yang sudah tak mampu keluar l

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   4. Sang Mantan

    Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. Rahayu Intan Rinjani

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   5. Mereka Cuma Teman

    Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal

    Last Updated : 2024-11-26
  • Peran Orang Ketiga   6. Bahan Gosip

    Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos

    Last Updated : 2024-12-05
  • Peran Orang Ketiga   7. Lari Dari Kejaran

    "Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali

    Last Updated : 2024-12-06

Latest chapter

  • Peran Orang Ketiga   7. Lari Dari Kejaran

    "Sudah gak usah kamu pikirkan, penting kamu fokus daftar P3K-nya!" saran Bu Yana. "Iya Bu, tapi tetep kepikiran. Mana sekarang banyak yang suka datang ke rumah. Kalau cuma chat atau lewat sosmed, saya gak masalah Bu Yana." Bu Yana salah satu guru senior di tempat Anin mengabdi ikut prihatin. Dia mengusap punggung rekan kerjanya penuh sayang. "Kamu yang sabar ya?" "Iya, Bu." "Pasrah saja, wong belum jodoh mau gimana lagi." "Iya, Bu." "Jodoh gak bakalan salah alamat. Mungkin dengan kejadian ini, kamu sedang dijauhkan dari kemudharatan. Bayangkan saja, kamu nunggu lama tapi gak ada kepastian. Ya gak mau, kan?" "Gak Bu." "Nah, kan?" Bu Yana lalu teringat akan keponakannya. "Nin." "Ya." "Apa kamu sama Althaf saja ya? Sudah PNS alhamdulillah. Jadi staf dibagian keuangan di Pengadilan Negeri Purwokerto." Mendengar nama Althaf, Anin sempat diam. Dia lalu menggeleng. "Gak, Bu. Sama Dimas aja saya dipecat jadi pacar apalagi sama Althaf." "Ish, kamu nih! Althaf gak segitunya kali

  • Peran Orang Ketiga   6. Bahan Gosip

    Berita pernikahan Dimas dan Intan semakin meluas. Bahkan seluruh warga desa Bantarsari sudah tahu. Banyak dari mereka yang kaget dengan berita ini, pasalnya yang mereka tahu kalau Dimas dekat dengan Anin. Banyak orang yang kini jadi kasihan pada Anin."Memangnya sudah lama putus ya?""Ya begitulah.""Tapi kok gak ada kabar ya?""Ya mungkin sengaja diem-diem.""Kasihan si Anin.""Iya.""Padahal udah setia nungguin, lah malah ditinggal.""Ho'oh, kupikir bakalan sampai nikah sama Anin. Orang tiap Dimas pulang, ngapelinnya si Anin.""Aku juga mikirnya begitu. Kelihatan cinta banget Dimasnya.""Halah, jangan percaya cowok. Kayak gak tahu aja cowok gimana.""Bener. Udah punya istri cantik aja banyak yang selingkuh.""Betul. Apalagi ini cuma pacaran. Nikah aja bisa bubar karena suaminya kecantol cewek lain.""Betul."Para ibu-ibu di kampung selalu saja menggosipkan Anin dan Dimas. Terkadang mereka tidak sadar, sedang menggosip tapi ada Anin, Iyah, Rafa, Nana, bahkan tak jarang mereka menggos

  • Peran Orang Ketiga   5. Mereka Cuma Teman

    Dini menyapa Rafa dan Nana yang baru saja keluar dari dalam rumah. Rafa dan Nana yang disapa hanya diam, dan tanpa membalas sapaan Dini, kedua kakak beradik memilih segera berjalan. Dini hanya bisa terpaku melihat sikap tetangga satu RT sekaligus temannya itu. Dini mendesah dia menunggu seseorang yang belum nampak batang hidungnya. Tak berselang lama, sosok yang dia tunggu akhirnya keluar. Dini segera menyapa Anin."Mbak Anin."Anin yang baru saja menutup pintu cukup terkejut. Dia menoleh pada Dini. Reaksi Anin adalah mematung untuk sementara waktu sebelum akhirnya dia bisa bersikap biasa saja."Hai, Din. Mau berangkat?""Iya."Anin menatap ke sekeliling mencari dua adik sepupunya."Gak ketemu Rafa sama Nana apa? Padahal tadi keluar gak berjarak lama dari mbak.""Gak Mbak." Dini sengaja berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau Rafa dan Nana bersikap ketus padanya."Ooo, slisiban mungkin."Anin lalu segera berjalan. Dia melewati Dini dan Dini pun mengikutinya. Keduanya menapaki jal

  • Peran Orang Ketiga   4. Sang Mantan

    Darti hanya duduk diam bersama sang suami, Yusman. Mereka yang berasal dari desa tidak terlalu mengerti pesta ala orang kota. Orang kaya. Sejak dia dan sanak saudara yang lain datang, Darti hanya terima beres. Semua bawaan yang harus dia siapkan dan bawa untuk calon menantu sudah disiapkan oleh Dimas. Mereka hanya perlu datang ke rumah calon Dimas saja.Serangkaian proses ia ikuti dengan tatapan bingung dan hanya manut saja. Mau diajak kemana dan harus ngapain, pokoknya manut. Sampai serangkaian acara selesai dan dia bisa duduk beristirahat, Darti dan sang suami pun memilih menyepi dari keramaian. Jujur dia bingung, harus mengobrol dengan siapa. Dan bahan obrolan apa yang harus dia bahas jika ada yang mengajaknya ngobrol. Jadilah keduanya memilih diam sambil sesekali melihat sang putra tersenyum bahagia sambil merangkul sang tunangan. Bahkan tak jarang pelukan yang dilakukan Dimas dan Rahayu Intan Rinjani, calon menantunya terlalu intim. Darti risih melihatnya. Rahayu Intan Rinjani

  • Peran Orang Ketiga   3. Kabar Mengejutkan

    Rafa dan Nana, adik sepupu Anin yang kini berusia tujuh belas dan empat belas tahun kaget melihat mata kakak sepupunya bengkak. Mereka tentu saja bertanya ada apa."Gak papa," jawab Anin singkat."Gak papa gimana Mbak? Jendul gini? Mbak nangis semalaman ya?" cecar Nana."Gak, Na.""Gak salah! Nana kudu ngomong sama Bapak dan Ibu."Nana langsung saja melesat mencari bapak dan ibunya sebelum Anin berhasil mencegah. Anin hanya bisa pasrah, apalagi begitu paman dan bibinya tahu kalau Anin habis nangis, akhirnya dia sampai di sidang. Kini, paman dan bibi Anin sedang mendudukkan dia di ruang tengah dikelilingi semua aggota keluarga.Anin ingin berbohong, tapi mata jendulnya tidak bisa berbohong jadilah dia menjelaskan apa yang terjadi beserta bukti chat dari Dimas. Nana dan Rafa menjadi orang paling sigap mengumpati Dimas. Sang Bibi bernama Rondiyah atau biasa Anin panggil Bi Iyah langsung memeluknya. Kini giliran dia yang menangis, sebagai ganti tangisan Anin yang sudah tak mampu keluar l

  • Peran Orang Ketiga   2. Chat Putus

    Dimas : [Anin, maafkan aku karena jarang menghubungi kamu. Aku sibuk]Anin : [Iya, gak papa, Dim. Aku paham kok, kalau kamu sibuk]Dimas : [Makasih atas pengertianmu, Nin]Anin menatap layar ponselnya. Dia sedang menunggu kalimat chat Dimas selanjutnya. Sayang, ditunggu hampir lima menit, nomer sang pujaan hati terlihat dalam mode 'sedang mengetik' tapi pesan yang diketik tak kunjung dia terima. Merasa penasaran, Anin pun kembali mengirim chat untuk kekasih hatinya.Anin : [Kamu mau ngetik apa sih, Dim?]Anin sudah mengirim pesannya. Sayang, Dimas belum juga membalas. Akhirnya Anin kembali mengirim chat. Dia tak berani menelepon Dimas. Takut Dimas sedang sibuk latihan. Maklum, Dimas yang sudah menjadi pacarnya selama tujuh tahun merupakan salah satu pesepakbola yang sedang naik daun saat ini. Jadwal latihan dan tandingnya sangat padat. Bisa pagi, siang, sore bahkan malam hari. Jadwal di klub yang menaunginya maupun jadwal yang berhubungan dengan timnas Indonesia makin mempersulit mere

  • Peran Orang Ketiga   1. Prolog

    Dimas berlutut di tanah. Dia memohon kepada Anin, mantan pacarnya untuk kembali menerimanya."Aku gak bisa, Dim. Maaf, semua sudah terlambat.""Gak Anin. Semua belum terlambat. Aku sudah pisah sama Intan. Aku memilih kamu!" Anin menggeleng. "Kamu memilihku sekarang. Dulu kamu membuangku. Menganggap kalau aku tak berharga karena tak bisa menunjang karirmu.""Nin.""Maaf, Dimas. Kisah kita sudah usai. Aku sudah ikhlas dengan masa lalu.""Nin. Please, beri aku kesempatan. Aku akan tunjukkan kesungguhanku sama kamu.""Telat, Dim. Aku sudah menunggumu bertahun-tahun. Aku pikir kamu bersungguh-sungguh sama aku tapi apa?"Anin menatap Dimas penuh luka."Kamu memutuskanku hanya lewat chat. Kamu blokir nomerku.""Aku salah. Aku minta maaf. Aku khilaf.""Tapi khilafmu membuat aku sakit hati, Dim."Dimas benar-benar merasa bersalah sekali. Ingatannya kembali ke masa-masa itu. Dia sadar pasti luka yang ditanggung Anin sangat dalam."Aku minta maaf, Nin. Tolong beri aku kesempatan. Aku sekarang s

DMCA.com Protection Status