Saat penyesalan datang terlambat. Memaafkan, bukan berarti melupakan. Dia terlambat menyadari, istri yang dihina cacat, ternyata menyimpan banyak rahasia. "Tolong, katakan cara agar kamu bisa memaafkanku! Apa pun syaratnya akan kupenuhi, termasuk menukar nyawa untuk penebusan dosaku."
View More“Aku tahu, kamu pasti sangat membenciku dan tak ingin melihatku. Tapi, harus kamu tahu ... aku benar-benar menyesali perbuatanku,” ucap Ray dengan nada rendah. “Aku terlambat menyadari kalau ternyata ... kamu sangat berharga.”Wajah Ray menunjukkan wajah sungguh-sungguh. Namun, Gia refleks tersenyum getir. Sikap Ray sekarang sangat berbeda sekali dengan yang dulu dan dia yakin sekali alasannya.“Berhentilah bersikap seperti ini, Ray. Aku tahu ini bukan dirimu! Sikapmu seperti seakan menunjukkan kalau kamu adalah pria munafik!” celetuk Gia tanpa rasa bersalah.Tatapan wanita bermata bulat itu menunjukkan rasa sakit hati yang mendalam. Sontak saja Ray terkejut dengan reaksi Gia. Bibirnya tampak bergetar dan tatapan matanya seolah menelusur dalam, seolah mencari sesuatu dalam diri Gia.“Kenapa kamu terlihat terkejut? Kamu pasti tak menyangka, jika wanita cacat yang sering kami hinakan dulu... si Pincang Gia, sekarang berani melawan.” Suara Gia bergetar menahan amarah.“Tadi kamu bilang a
“Ibu, itu dia orangnya.”Tatapan Gia langsung tertuju pada Ray yang berdiri di hadapan mobil sedan hitamnya. Claire menunjuk, saat mobil yang dikemudikan Gia mendekat gerbang sekolah. Seluruh tubuhnya terbakar dan refleks menginjak pedal rem.“Ternyata memang benar, itu adalah Ray,” batinnya.Perasaan Gia tak karuan, tetapi akal dan pikirannya bekerja lebih keras. Gia tak bisa lagi menghindar. Hanya memastikan kedua anaknya aman dan tak perlu bertemu dengan Ray.Dalam keadaan cemas dan panik, Gia mengedarkan pandangannya, mencari cara agar si kembar bisa masuk ke sekolah tanpa ketahui oleh Ray. Si kembar pun ikut mengikuti arah tatapan ibunya. Keduanya membantu mencari jalan keluar.“Sepertinya, kita bisa masuk melalui pintu gerbang samping itu,” ucap Charlie menunjuk arah samping gedung sekolah.Tatapan Gia pun tertuju ke sana. Perlahan, Gia mengarahkan kendaraannya ke arah tersebut, bertepatan dengan mobil lain yang melintas. Untunglah posisi Ray sedikit menjauh, jadi tak akan bisa
Perasaan Gia tak karuan, rasanya ingin mencecar kedua anaknya. Namun, sangat tak mungkin. Dengan perasaan cemas, dia mempelajari ulang hasil pencarian di sana.“Semuanya berawal dari nomor polisi kendaraan?” gumam Gia menemukan awal pencarian yang dilakukan si kembar pada laptop tersebut. Hasil pencarian di laptop menampilkan mobil sedan hitam metalik. Gia mencoba mengingat tentang kendaraan tersebut, mencari jawaban. Tiba-tiba, ingatan Gia tertuju pada saat menjemput si Kembar siang tadi.“Wajah mereka berubah dan seolah melarangku menoleh ke belakang,” gumam Gia penuh keyakinan. “Mungkinkah pria dewasa yang mereka maksud itu adalah Ray?”Praduganya justru semakin membuatnya bertambah cemas. Hal yang selama ini dihindarinya, kini sudah terjadi, pikirnya. Namun, tak ada pilihan selain menunggu pagi dan menanyai keduanya setelah bangun. Gia pun butuh beristirahat. Sayangnya, dia kesulitan memejamkan kedua bola matanya. Namun, rasa lelah dan cemas akhirnya membuat matanya terpejam.Ti
“Charlie, bukankah itu mobil pria arogan itu?” Claire bertanya dengan tatapan terus tertuju pada mobil sedan hitam metalik di luar sana.Tubuh Charlie seperti tersentak. Mereka seperti sedang diburu. Namun keduanya langsung berubah panik, menyadari Gia hendak menoleh. Ibu mereka hendak mengikuti arah tatapannya.“Ibu, ayo kita pulang!” seru Claire langsung menarik tangan ibunya.Gia hampir tersentak. Namun, tangan kanan dan kirinya sudah ditarik si kembar melewati arah lain. Jelas sekali mereka menghindari seseorang, pikir Gia.Akan tetapi, dia tak diberikan kesempatan bertanya. Si Kembar terus menarik kedua tangannya kuat dan hampir membuat keributan. Tentu saja ulah keduanya hampir membuatnya menabrak beberapa orang yang tengah berjalan keluar gerbang.“Hentikan!” seru Gia seraya menarik kedua tangannya.Keduanya menurut dan langsung berhenti. Namun, wajah si Kembar terlihat lebih tenang. Posisi mereka tak akan terlihat dari tempat mobil sedan itu terparkir.“Maaf, Bu,” ucap Charlie
“Charlie dan Claire, namanya. Mereka adalah anak-anaknya Gia, wanita yang sedang Anda cari.” Suara Bianca langsung menyadarkan semua pertanyaan yang muncul dalam benak Ray. Akan tetapi, dia semakin terguncang. Pikirannya menjadi tak menentu.“Kamu yakin?” tanya Ray memastikan lagi.“Tentu saja, Tuan! Aku yakin dengan informasi yang kuberikan,” jawab Bianca penuh percaya diri.Ray terdiam sejenak. Pikirannya menjelajah mundur, hingga pada pertemuan pertamanya dengan si kembar yang menurutnya menyebalkan. Bukankah saat itu, dia berada di stasiun, setelah mendapatkan kabar sinyal keberadaan Gia. Namun, sinyalnya menguap dan dia pulang dengan perasaan kesal mengingat wajah dua anak kecil yang menurutnya menyebalkan. Hatinya tiba-tiba memekik keras, kenapa mengabaikan perasaan aneh yang muncul saat dirinya melihat kemiripan pada wajah anak-anak itu. Berbagai tanya terus memenuhi benaknya, hingga Ray merasakan kepalanya hampir meledak. Andai saja saat itu dia lebih peka, mungkin dia tida
Ray tersenyum senang setelah membalas pesan yang dinamainya dengan pemilik toko buku. Langkahnya untuk menemukan Gia terasa semakin dekat. Tanpa membuang waktu, Ray langsung memerintah sopirnya untuk berbalik ke toko buku tadi.Ponselnya tiba-tiba berbunyi, tanda pesan masuk. Dengan malas, dia mengeluarkan ponselnya dan membukanya. Kedua bola mata Ray langsung membulat sempurna saat menatap file foto dari pesan yang baru saja diterimanya.“Gia?” Pesan dari Bianca, melampirkan wajah Gia. Napasnya langsung memburu dan jantungnya berdetak lebih cepat. Tangannya langsung menekan tanda panggil.“Halo, Nona Bianca. Bagaimana Anda mendapatkan foto wanita itu?” cecar Ray langsung, tanpa berbasa basi, setelah sambungan telepon tersambung. “Beritahu aku, di mana wanita itu berada?” tambahnya tak sabar.“Tenang, Tuan Anderson! Aku akan memberikan semua informasi yang Anda butuhkan,” sahut Bianca dari balik telepon.Ray memejamkan kedua bola matanya, seraya mengatur irama jantung dan napasnya. “
“Doni, kembali ke toko buku tadi!” perintah Ray langsung.“Baik, Tuan!” sahut Doni, sopirnya.Doni tahu, majikannya sedang dalam keadaan penasaran dan tak sabar. Setelah memutar mobilnya, dia melajukan kendaraan itu dengan sedikit lebih cepat. Nahas, setelah berhenti di sana, toko itu tutup.“Apa-apaan ini?” geram Ray kesal.Ray bahkan memukul keras tempat duduknya. Wajahnya merah padam. Dia merasa dipermainkan.“Apa dia tahu aku yang membeli buku ini?” kesal Ray seraya menatap geram pada buku di sampingnya.“Sepertinya itu tidak mungkin, Tuan,” sahut Doni mencoba menenangkan diri.Sontak saja Ray langsung menatap ke arah depan. Dari cermin di atas samping kepala Doni, dia bisa melihat ekspresi sopirnya. Doni menundukkan wajahnya, merasa mengusik amarah majikannya.“Maaf, Tuan. Tapi, pemilik toko tadi tak menunjukkan jika dia mengenal Anda, Tuan,” jelas Doni hati-hati.“Apa yang membuatmu begitu yakin dia tak menunjukkan tanda seperti itu? Apa kamu pernah melihat Gia atau mengenalnya
Ray melangkah dengan kesal keluar menuju lobi sekolah. Rahangnya mengeras, dan matanya menatap tajam ke depan. Langkahnya berat, dipenuhi rasa frustasi yang menyelimuti pikirannya. Wajah anak kecil tadi terus menghantuinya. Terlalu mirip hingga membuat Ray tak nyaman. Bahkan kembarannya pun sangat mirip sekali."Siapa anak-anak nakal itu?" gumamnya, seraya mengangkat ponsel. Jari-jarinya menggulir cepat mencari nama kontak seseorang tanpa mengurangi laju langkahnya. "Cari tahu soal dua anak kecil yang di stasiun tempo hari itu. Aku ingin semua informasi. Jangan sampai ada yang terlewat!" Ray menutup ponselnya dengan gerakan kasar. Rasa kesal semakin mendidih di dadanya. Padahal dia ke sekolah ini bukan untuk merenungi wajah anak-anak. Tujuannya jelas, mencari Gia. Namun, lagi-lagi keberadaan Gia seperti angin, selalu terasa dekat tetapi tak pernah bisa digenggam.Tanpa sadar, Ray mendahului dengan seorang wanita saat melangkah menuruni lantai lobi menuju pijakan paling dasar. Wan
Kedua bola mata Charlie hampir keluar dari tempatnya saat melihat jelas wajah Ray. Claire yang berada di sampingnya langsung menarik tangannya. “Lari, Charlie!” Tubuh keduanya langsung melesat menerobos kerumunan murid yang lainnya. Keributan dan kekacauan terjadi di sana. Suara teriakan dan kepanikan menggema.“Hei, jangan lari! Dasar kalian, anak-anak nakal!” teriak Ray keras.Kedua netra Ray menyipit mencoba menelusur ke mana arah perginya bocah yang membuatnya kesal. Kedua tangannya mengepal dengan gigi-gigi beradu keras. Mulutnya pun mengumpat kesal. Rencananya terganggu gara-gara kedua anak itu.“Sial, siapa dua bocah nakal itu? Kenapa aku harus bertemu dengan mereka lagi?” gerutunya. “Rencanaku mencari Gia jadi terganggu.”Sementara Charlie dan Claire bersembunyi di balik dinding menuju lorong kelas mereka. Napas keduanya terengah-engah, seraya menyandarkan tubuh mereka ke dinding. Claire mengintip ke arah lobi, memastikan pria itu tak mengejar masuk.“Sepertinya kita sudah se
“Beraninya wanita cacat itu menghina Grace Shawn. Muncul di tengah pesta dengan tamu undangan dan mengenakan gaun yang sama.”Seluruh mata mereka yang berada di aula pesta tertuju pada Gia Ashborne, wanita cacat yang tengah jadi pusat perhatian hujatan, bahkan tak ragu menghina. Gaun berbahan satin yang menunjukkan lekuk tubuhnya tak bisa menutupi kekurangan pada kakinya. Kemudian mereka memindai pakaian wanita yang jauh lebih cantik di hadapan Gia, Grace Shawn. Bak si kembar yang hadir dengan gaun dan kecantikan sama. Sekilas, tampak sama dan tak ada bedanya. Namun mereka yang mengerti produk mahal, bisa tahu jika yang dikenakan Gia adalah tiruan dan wanita itu tak akan tahu.Pemandangan yang terasa memalukan saat pesta di tempat mewah, mendapati gaun yang dikenakan sama. Celetukan untuk Gia yang semula sudah reda, kini terdengar kembali. Mereka bahkan menatapnya sinis dan menghina. Yang paling menyakitkan bagi Gia bukanlah hinaan dari mereka semua, melainkan sosok lelaki tampan yan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments