Istri Bayaran Untuk Bos Galak

Istri Bayaran Untuk Bos Galak

last updateLast Updated : 2023-02-09
By:  Babu SemestaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
77Chapters
4.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Jika hartaku tidak bisa membuatmu luluh, maka kupastian benihku akan tertanam di rahimmu," ucap Devan semakin menekan tubuh Cecil dalam tindihannya. . "Jangan. Aku mohon!" Devan semakin gila. "kembali padaku, atau aku akan menghamilimu!" "Aku tidak bisa, Devan! Kontrak kita sudah habis!" "Berarti tidak ada cara lain selain membuatmu hamil!" "De, Devan," ucap Cecil gemetar.

View More

Chapter 1

Tawaran Menikah Kontrak

"Kondisi ibu kamu semakin menurun, Nak. Segera lunasi administrasi agar bisa dilakukan pencangkokan ginjal secepatnya atau nyawa ibumu tidak akan tertolong," ujar lelaki berjas putih yang berdiri tepat di samping pasien sekarat yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

Dengan wajah cemasnya, perempuan cantik itu mengangguk lemah, meski ia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu. "Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk ibu saya. Akan saya lunasi secepatnya."

Dokter tampan yang terlihat seumuran dengan almarhum ayahnya itu mulai mendekat, mengusap bahu Cecil pelan, lalu tersenyum manis dan berkata, "Kamu yang sabar, ya? Sedikit banyak saya tahu bagaimana kehidupan keluargamu. Kamu memang anak yang hebat. Ibu kamu sering cerita tentang kehebatan putrinya ini. Tetap semangat! Setidaknya, dukungan kamu sangat dibutuhkan pasien untuk berjuang melawan penyakitnya. Kamu jangan menyerah dan jangan lupa berdoa, minta kesembuhan untuk ibumu. Sesungguhnya, hanya Dia yang Maha Menyembuhkan."

Cecil membalas senyuman itu tak kalah manis. Ia sangat bersyukur, karena dokter yang merawat ibunya ini adalah orang baik. Bahkan, beliau tidak pernah menolak jika dimintai bantuan. "Terima kasih banyak, karena Dokter sudah merawat ibu saya dengan sangat baik. Kalau boleh, saya mau merepotkan Dokter sekali lagi, saya minta tolong, titip Ibu sebentar, karena saya harus kembali bekerja untuk membayar biaya rumah sakit."

Dokter mengangguk, dengan senang hati laki-laki itu akan membantu Cecil yang membutuhkan bantuannya. "Silakan, Nak Cecil. Kamu anak baik dan berbakti. Tuhan akan selalu mempermudah langkahmu. Semoga kamu bisa secepatnya mendapatkan biaya untuk operasi ibumu."

"Aamiin. Saya permisi dulu." Setelahnya, Cecil pergi meninggalkan ibunya di ruangan bersama dokter yang merawat.

***

Cecilia Hutama. Gadis manis itu tengah melamun di ruang kerjanya. Pikirannya berkecamuk, memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang banyak dalam waktu yang singkat. Ia tidak mungkin membiarkan nyawa ibunya dalam bahaya. Bagaimanapun juga, gadis itu harus berhasil mengumpulkan biaya operasi untuk Nira, perempuan cantik yang sudah melahirkan dan membesarkan dirinya selama ini. Hanya Nira satu-satunya keluarga yang Cecil punya, karena ayah Cecil sudah meninggal beberapa tahun lalu.

"Apa aku pinjam Bos saja ya, buat operasi Ibu?" gumam Cecil pada diri sendiri. Tidak ada pilihan lain, hanya bosnya yang bisa menjadi penolong saat ini.

Untuk sesaat, Cecil merasa diterpa angin segar. Namun detik berikutnya, ia menggeleng tegas setelah mengingat bagaimana bos galak itu memakinya kemarin.

"Nggak, nggak! Bos galak itu nggak mungkin mau ngasih bantuan. Aku musti gimana ya Tuhan?!"

Cecil pun mulai frustasi. Ditelungkupkan wajahnya di atas meja kerja sambil membayangkan wajah bosnya yang galak itu.

"Arghhh! Kenapa punya bos galak banget sih?! Aku mau pinjam uang ke man--"

"Siapa yang galak?!" Suara bariton memenuhi ruangan, Cecil pun terkesiap. Ia terlihat gelagapan.

Cecil mendongak, Jantungnya hampir copot saat melihat laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya.

"P--pak Dev?" ucap Cecil terbata. Ia pun langsung menunduk, tidak berani menatap bos galaknya itu. Takut-takut, jika Devan marah lagi dengannya. Sementara sorot mata laki-laki itu menatap dingin ke arah Cecil, seperti ada dendam kesumat yang belum terbalas.

"Siapa yang kamu bilang galak?!" tanyanya sekali lagi. Ekspresi datarnya membuat suasana semakin mencekam.

"Bapak!" Tanpa sadar, Cecil keceplosan.

Laki-laki bernama Devan itu melotot tajam, membuat Cecil menutup mulutnya. Ia sadar sudah melakukan kesalahan yang fatal.

"Ma--maksud saya, tadi ada bapak-bapak di jalan, orangnya galak. Kakinya terinjak saja langsung marah." Bodoh! Baru kali ini Cecil merutuki otak briliannya itu. Bisa-bisanya ia memberi alasan yang tak masuk akal. Mana mungkin Devan percaya?

Devan menelisik mata Cecil. Perempuan itu terlihat tengah berdusta. Devan bisa melihatnya dari manik matanya yang bergerak gelisah. Lagian, ia tadi mendengar dengan jelas jika Cecil menyebut kata bos. Apa mungkin dirinya yang dimaksud? Batin Devan bertanya-tanya.

"Nggak usah alasan! Ke ruangan saya sekarang juga! Saya tunggu 5 menit!" Tanpa basa-basi, Devan berlalu meninggalkan Cecil yang masih mematung di tempatnya.

Cecil pun menghembuskan napas kasar. Ia harus siap menerima resiko yang akan dirinya dapatkan setelah ini.

Tak ingin membuat bosnya semakin marah, ia pun bergegas menuju ruangan CEO perusahan yang bergerak di bidang properti ini. Dengan langkah seribu, Cecil berjalan menuju ruangan Pak Direktur.

Tok ... tok ... tok ...

Suara ketukan terdengar dari luar.

"Masuk!" teriak seseorang dari dalam. Tentu saja itu Devan, satu-satunya orang yang berkuasa di kantor ini.

Cecil pun segera masuk saat pemilik ruangan mempersilakan dirinya masuk.

"Telat dua menit!" ucap sang CEO dengan ekspresi yang sama. Datar dan dingin.

Cecil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ya, memang telat dua menit. Tapi, ini terlihat berlebihan jika harus dipermasalahkan.

"Maaf, Pak. Jalan ke sini juga butuh waktu. Nggak langsung ngilang. Ruangan saya dan kantor Pak Devan, jaraknya cukup lumayan. Jadi, saya juga butuh waktu untuk jalan ke sini."

Devan tidak suka mendengar alasan. Apalagi bantahan. Karyawannya yang satu ini memang paling suka membangkang. "Jangan kebanyakan alasan! Saya tidak suka!"

Cecil pun berdecak dan memutar bola matanya. Hanya perempuan itu yang berani menantang Devan. "Ckck! Udah sih, Pak. Orang cuman telat dua menit. Hidup saya sudah rumit, jangan dipersulit!"

Cecil terlihat kesal. Kepalanya yang sudah pusing memikirkan pengobatan ibunya, menjadi semakin pening karena bos galaknya ini. Rasanya, ingin sekali ia makan orang.

Devan sendiri merasa heran dengan gadis manis yang bekerja di perusahaannya ini. Sama sekali tidak ada takut-takutnya dengan atasan. Justru terkesan seperti menantang, seolah tidak takut kehilangan pekerjaannya.

"Kok jadi galakan kamu? Di sini, bosnya saya, bukan kamu! Kalau sudah bosan bekerja, dengan senang hati saya akan pecat kamu!"

Cecil terkesiap. Matanya membulat dengan mulut terkatup rapat. Ia kemudian meraih tangan Devan, menciumnya dengan hormat sambil memohon karena pekerjaan ini sangat penting baginya. "Tolong jangan pecat saya, Pak. Maaf, kalau saya sudah kurang ajar sama Bapak. Tapi saya mohon, jangan pecat saya. Saya sangat butuh pekerjaan ini. Ibu saya terbaring kritis di rumah sakit. Kalau Bapak pecat saya, saya bayar rumah sakit dan pengobatan ibu saya pakai apa, Pak?"

Dengan terus mencium tangan Devan, Cecil berusaha merayu bosnya. Ia tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Bagi Cecil, kantor ini adalah harapan satu-satunya.

"Itu bukan urusan saya," ucap Devan acuh. Sebenarnya, Devàn tidak benar-benar berniat memecat Cecil karena perusahaan ini masih membutuhkan karyawan kompeten seperti Cecil. Ia hanya memberi pelajaran saja pada karyawannya yang suka membangkang itu.

"Pak, saya mohon dengan sangat, tolong jangan pecat saya. Saya benar-benar butuh pekerjaan ini. Ibu saya sedang sakit parah dan butuh perawatan intensif. Saya juga butuh uang untuk biaya operasi cangkok ginjal ibu saya. Saya mohon, Pak, jangan pecat sa--"

"Diam!" Perintah Devan membuat Cecil berhenti nyerocos.

Melihat Cecil yang sudah berhenti bicara, Devan ikut diam, lalu memperhatikan penampilan Cecil dari atas sampai bawah.

"Duduk!" titahnya kemudian.

Cecil yang masih gelisah dengan karirnya di kantor ini, masih terus berdiri mematung tanpa mengindahkan perintah atasannya, itu membuat Devan semakin geram.

"Kenapa masih berdiri?" ucap Devan dingin dan terasa menusuk di telinga.

"Ta--tapi, Pak?"

"Saya bilang duduk ya duduk!" bentak Devan membuat Cecil terkesiap. Gadis itu tertegun sampai susah payah menelan liur yang tercekat di tenggorokan.

Tak ingin mendapat masalah lebih runyam lagi, Cecil memilih untuk duduk. Ia menarik kursi yang ada di hadapan Devan.

"Baik, saya duduk."

Cecil hanya bisa merunduk dalam. Takut-takut jika Devan kembali murka padanya, pekerjaannya ini pasti akan hilang dalam sekejap dan posisinya akan digantikan dengan mudahnya.

"Kamu butuh uang?" tanya Devan dengan suara yang melembut, membuat Cecil menarik napas lega. Meski begitu, ia tidak berani mengangkat kepalanya.

"Iya, Pak," jawabnya hanya dengan sekali anggukan.

"Saya di sini, bukan di bawah. Ngapain nundukin kepala?!"

Dengan susah payah, Cecil berusaha untuk sabar. Ia harus bisa tahan emosi. Belum saatnya membantah bos galaknya yang ngeselin ini. Dengan kuat, gadis itu mencengkeram ujung roknya agar bisa lebih tenang.

Perlahan, Cecil mulai mengangkat kepalanya. Ditatapnya manik Devan dengan tatapan lembutnya. Kali ini, ia mengalah demi pekerjaannya yang dipertaruhkan. "Iya, Pak. Saya minta maaf."

Devan tersenyum samar. Ia merasa menang karena sudah berhasil membuat sekretarisnya yang songong itu menjadi tak berkutik.

"Ekehm." Suara deheman milik Devan, terdengar cukup horor di telinga Cecil. Gadis itu berusaha tenang dengan memilin ujung roknya hingga lecek.

Saat saling pandang, tanpa sengaja tatapan keduanya saling beradu. Devan menatap Cecil dengan sorot yang tajam, sementara gadis itu menatap manik Devan dengan tatapan sayunya. Devan bisa melihat ada sebersit kesedihan di balik tatapan milik Cecil.

"Emmm ... saya bisa bantu kamu membiayai semua pengobatan ibu kamu," Bak super hero, Devan menawarkan bantuan pada Cecil. Tentu saja tidak gratis. Perempuan itu harus memberinya imbalan yang sepadan.

Mendengar itu mata Cecil berbinar. Ia sama sekali tidak menyangka jika bos galaknya ini ternyata masih punya sisi kemanusiaan yang baik. Ia merasa sedikit bersalah, karena penilaiannya pada laki-laki itu tidak sepenuhnya benar.

"Bapak serius?" tanya Cecil memastikan. Semoga saja, laki-laki itu beneran baik.

"Ya, tapi ada syaratnya."

Kedua alis Cecil bertaut. Bodoh! Ia merasa bodoh! Mana mungkin Devan mau membantunya dengan cuma-cuma? Pasti laki-laki itu sudah punya rencana licik. Tapi, Cecil tidak boleh egois. Demi ibunya, syarat apa pun akan dirinya lakukan.

"Apa syaratnya?" ucap gadis itu lantang. Ia tidak peduli dengan syarat yang Devan berikan. Bagi Cecil, nyawa ibunya jauh lebih penting sekarang.

"Jadi istri saya!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Agus Irawan
izin promosi. mampir ke Novelku juga ya. judul. "Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan
2023-01-31 14:04:21
1
77 Chapters
Tawaran Menikah Kontrak
"Kondisi ibu kamu semakin menurun, Nak. Segera lunasi administrasi agar bisa dilakukan pencangkokan ginjal secepatnya atau nyawa ibumu tidak akan tertolong," ujar lelaki berjas putih yang berdiri tepat di samping pasien sekarat yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dengan wajah cemasnya, perempuan cantik itu mengangguk lemah, meski ia tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu. "Baik, Dok. Lakukan yang terbaik untuk ibu saya. Akan saya lunasi secepatnya." Dokter tampan yang terlihat seumuran dengan almarhum ayahnya itu mulai mendekat, mengusap bahu Cecil pelan, lalu tersenyum manis dan berkata, "Kamu yang sabar, ya? Sedikit banyak saya tahu bagaimana kehidupan keluargamu. Kamu memang anak yang hebat. Ibu kamu sering cerita tentang kehebatan putrinya ini. Tetap semangat! Setidaknya, dukungan kamu sangat dibutuhkan pasien untuk berjuang melawan penyakitnya. Kamu jangan menyerah dan jangan lupa berdoa, minta kesembuhan untuk ibumu. Sesungguhnya, hanya Dia yang Maha M
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more
Hanya Ada Dua Pilihan
"Jadi istri saya!"Tepat setelahnya, mulut Cecil membuka lebar. Pupus sudah harapan Cecil. Ia tidak menyangka jika Devan bisa segila ini. Menikah bukan sebuah permainan yang harus dimenangkan. Ini benar-benar sudah kelewatan!Bagaimana mungkin laki-laki itu bisa dengan mudah menyuruhnya menjadi seorang istri? Ini terdengar sangat konyol. Menikah tidaklah semudah itu. Banyak pertimbangan, terlebih pernikahan bukanlah hal yang remeh.Cecil menggeleng pelan. Ia masih tidak percaya ini. "Pak Devan benar-benar gila! Kalau Bapak dendam sama saya, nggak perlu main-main seperti ini, Pak! Bapak pikir ini lucu? Pernikahan bukan lelucon yang bisa dimainkan seenaknya. Di dalam pernikahan ada janji suci yang terucap dengan Tuhan sebagai saksinya. Jangan main-main dengan hal itu!"Cecil menatap nanar laki-laki yang ada di hadapannya. Rasanya, ingin sekali ia mencakar wajah tampan yang sesat itu."Saya juga tidak main-main! Kamu butuh uang kan? Saya juga butuh seorang istri yang bisa menyelamatkan
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more
Terpaksa Jadi Istri Kontrak
Setelah mendapat telepon dari rumah sakit yang memberi tahu jika kondisi ibunya semakin menurun, Cecil pun segera menyambar tasnya.Diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangan yang masih menunjukkan pukul 3 sore. Itu berarti, jam pulang masih kurang satu jam lagi.Cecil tidak bisa menunggu selama itu. Ia harus bergegas pergi ke rumah sakit karena ibunya sedang tidak baik-baik saja.Tanpa pikir panjang, Cecil pun nekad menemui Devan dan meminta izin untuk pulang lebih awal dari jam pulang kantor. Ia tidak peduli kalau Devan memarahinya nanti. Yang penting, sekarang ia harus cepat sampai rumah sakit.Dengan langkah tergesah, Cecil berjalan menemui Devan di ruangannya.Tok ... tok ....Suara pintu yang terketuk."Masuk!"Setelah mendapat perintah, Cecil pun langsung masuk ke dalam."Permisi, Pak," ucuapnya ragu dengan raut wajah cemasnya.Devan memperhatikan Cecil dari atas sampai bawah. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ini masih jam berapa, Cecilia Hutama
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more
Mulai Simpati
Senyum Devan tersungging sempurna. Akhirnya, gadis itu menyerah juga. "Kamu tenang saja. Semua biaya akan saya tanggung dan ibu kamu akan menikmati fasilitas terbaik di rumah sakit ini."Devan menatap dokter serius. "Dok, lakukan yang terbaik untuk pasien ini. Soal biaya, saya akan lunasi sekarang.""Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi dulu untuk menyiapkan operasinya."Dokter pun bergegas keluar untuk menyiapkan semuanya. Sementara Cecil menatap Devan dengan tatapan sendunya."Kamu tunggu di sini. Saya urus dulu biaya administrasinya."Cecil mengangguk, lalu membiarkan Devan berlalu dari hadapannya.Di dalam ruangan itu, Cecil menangis tanpa suara. Ia tidak tahu, apakah keputusan yang diambilnya sekarang sudah benar atau justru malah menjerumuskan dirinya ke dasar jurang. Cecil tidak bisa berpikir jernih. Yang terpenting baginya saat ini hanyalah kesembuhan ibunya. Biarkan jika setelah ini, ia akan menderita atau bahkan disiksa hidup-hidup oleh Devan yang menyebalkan itu.Sudah sa
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more
Tidur Bersama
Sesampainya di pujasera, Cecil celingukan mencari meja yang kosong. Kantin rumah sakit ini terlihat sangat ramai. Banyak dari keluarga pasien yang mencari makan di sore hari seperti ini. "Mau duduk di sebelah mana? Mejanya penuh semua," ujar Cecil sambil menatap lesu sang atasan. Perutnya sudah keroncongan, ditambah tidak ada tempat untuk dirinya makan, membuat gadis itu menahan rasa kesal. Devan pun mengedarkan pandangannya. Di meja paling ujung, terlihat sepasang kekasih tengah beranjak dari tempat duduknya. Dengan cepat, Devan mengambil langkah lebar dan menggeret tangan Cecil untuk berjalan mengikutinya. "Ayo!" "Aduh, duh!" gerutu Cecil yang kesusahan mensejajarkan langkahnya dan Devan. Gadis itu sampai terseok-seok karena tangannya terus diseret. "Duduk!" perintah Devan saat keduanya berhasil menempati meja kosong itu. Cecil menatap kakinya yang memerah. Sepatu heels yang kekecilan, membuatnya harus meringis menahan sakit. Ia pun hanya melirik sekilas pada Devan, lalu duduk d
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more
Gosipin Pak Bos
"Iya ... saya tidur." Devan menyeringai licik. "Pintar! Cepat tidur, besok pagi temani saya bertemu klien." Di balik wajah yang tertutup oleh tangannya, Cecil terlihat sedikit mengintip. "Nyuruh tidur, tapi diajak bicara. Gak jelas banget!" "Tidur!" galak Devan sambil menenggelamkan wajah Cecil di dada bidangnya. *** Hangat mentari mulai menyapa, menimbulkan deretan jingga yang menyilaukan mata. Cecil pun terbangun karena tak nyaman dengan silau sang surya yang menembus jendela kaca itu. Cecil menggeliat dengan mata yang sayup-sayup mulai terbuka. Entah mengapa, tidur kali ini terasa begitu nyenyak. Cecil merasa bagai tertidur di atas sutra, hangat dan nyaman. Saat ingin beranjak, Cecil menyadari sesuatu berat menindih perutnya. Kakinya pun terasa sulit digerakkan. "Ada yang aneh?" ujarnya pada diri sendiri. Cecil mulai merambah bagian perutnya yang terasa janggal. "Ada tangan?" Gadis itu mengernyit bingung, lalu detik berikutnya ia berteriak kecang. "Aaaahhh!!!" Suara meng
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more
Nuntut Anak
"P-- Pak Devan kok balik lagi?" Cecil bersua dengan langgam yang memelan. Ia tampak grogi melihat Devan berdiri mematung di depannya. Bukan apa-apa, gadis itu hanya tidak enak karena sudah membicarakan bosnya di belakang. "Kalau saya tidak di sini, mungkin saya tidak akan tahu jika sekretaris saya suka gosipin bosnya di belakang. Bagus ya, kamu? Apa saya bayar kamu cuman untuk membicarakan saya di belakang?" Sambil mengambil barangnya yang tertinggal, Devan melirik sinis pada Cecil. Gadis itu terlihat tengah merunduk dalam. Ia merasa tidak enak hati, karena sudah kepergok. "Emmm ... saya minta maaf, Pak," Ragu-ragu, Cecil mulai mengangkat kepalanya, menatap mata Devan yang masih penuh kilatan amarah. Melihat mata teduh milik Cecil entah kenapa hati Devan menjadi tentram. Ia seperti disiram bongkahan es batu yang terasa sangat dingin. "Saya cuman mau ambil baju yang Zaki bawakan. Kamu ... jangan ulangi lagi! Awas saja kalau sekali lagi saya dengar kamu mengatai saya di belakang!" Na
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more
Kontrak dalam pernikahan
Sesampainya di kantor, Cecil bergegas mengikuti langkah Devan yang berjalan menuju ruang direktur. Gadis itu tampak kewalahan menyeimbangkan langkahnya dan Devan yang cukup panjang. "Pelan-pelan, bisa tidak? Saya capek ngikutin Bapak!" gerutu Cecil dengan napas tersengal. Ia pun berhenti sebentar, mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Sementara Devan hanya menatapnya tanpa rasa kasihan dan tetap melanjutkan jalannya. Saat masuk ke dalam lift, sorotan mata rekan kerjanya, semua tertuju pada Cecil. Ia pun merasa kikuk diperhatikan seperti itu. "Pak, saya naik lift sebelah saja ya? Nggak enak, dilihatin yang lainnya," nyali Cecil menciut. Ia tidak ingin mendengar gosip miring tentang dirinya setelah ini. Pasalnya, lift yang dinaikinya adalah lift yang khusus dirancang untuk direkrut. Siapapun tidak ada yang boleh menikmati fasilitas kantor itu selain direktur dan tamu penting. "Ngapain? Buang-buang waktu saya! Sudah, hiraukan saja." Devan mengedarkan pandangannya Karen lift tak kunjung
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
Terpesona Gak?
Mendengar kata anak, Cecil membulatkan matanya. "Ini gak adil!Saya keberatan! Saya gak mau! Enak saja, itu namanya merugikan saya!" protes Cecil tak terima."Merugikan apanya? Orang tinggal kasih. Bikin anak mudah kok." Cecil semakin geram dibuatnya. Bagaimana mungkin, laki-laki itu berujar kalau syarat yang ia kasih dibilang mudah? Sementara ia harus mengorbankan semuanya demi pernikahan itu?"Ya rugi di saya! Pokoknya saya gak mau jadi janda anak satu. Apalagi di usia muda. Hiii, mengerikan." Cecil bergidik, membayangkan apa yang akan menimpanya di masa depan. Laki-laki mana yang akan menerimanya nanti?"Oke. Berhubung kamu tidak mau menuruti syarat dari saya, saya berhak mencabut deposit biaya rumah sakit Ibu Nira. Itu kan yang kamu mau?"Cecil semakin tercengang dibuatnya. Mulutnya tertahan, tak bisa berkata. Tenggorokannya serasa kering tak bertenaga. Kakinya pun terasa lemas hingga menjalar ke sekujur tubuh."J--jangan! Saya butuh uang Bapak. Saya gak mau pengobatan ibu dihent
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
Secepat Itu?
Cecil tampak gugup ketika dipertemukan dengan keluarga Devan. Gadis itu meremas pelan ujung roknya, dengan netra bergerak gelisah, seperti mengisyaratkan jika dirinya membutuhkan bantuan.Devan yang menyadari kegelisahan Cecil, ia pun berusaha membuat gadis itu tenang. "Jangan gugup, bersikap sopan," bisiknya diselingi rangkulan manja di pinggang ramping milik Cecil.Hanya anggukan pelan yang mampu Cecil berikan. Ia pun tersenyum kikuk di hadapan mama dan papa Devan.Devan menarik kursi, agar Cecil bisa bergabung di meja makan. Namun sebelum itu, ia memperkenalkan Cecil terlebih dahulu."Ma, Pa, kenalin, ini Cecil, calon istri Devan."Mama Devan tampak antusias dengan kedatangan Cecil di rumahnya. "Saya Utari, mamanya Devan dan ini suami saya, namanya Nicolas."Dengan sopan Cecil meraih tangan Nicolas dan Utari. "Saya Cecilia Hutama, Om, Tante.""Hutama?" Nicolas seperti tidak asing dengan nama itu.Cecil mengangguk, perasaannya tidak enak. Apa ada yang salah dengan nama itu?"Nama or
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status