Share

Tidur Bersama

Penulis: Babu Semesta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-04 16:42:36

Sesampainya di pujasera, Cecil celingukan mencari meja yang kosong. Kantin rumah sakit ini terlihat sangat ramai. Banyak dari keluarga pasien yang mencari makan di sore hari seperti ini.

"Mau duduk di sebelah mana? Mejanya penuh semua," ujar Cecil sambil menatap lesu sang atasan. Perutnya sudah keroncongan, ditambah tidak ada tempat untuk dirinya makan, membuat gadis itu menahan rasa kesal.

Devan pun mengedarkan pandangannya. Di meja paling ujung, terlihat sepasang kekasih tengah beranjak dari tempat duduknya. Dengan cepat, Devan mengambil langkah lebar dan menggeret tangan Cecil untuk berjalan mengikutinya. "Ayo!"

"Aduh, duh!" gerutu Cecil yang kesusahan mensejajarkan langkahnya dan Devan. Gadis itu sampai terseok-seok karena tangannya terus diseret.

"Duduk!" perintah Devan saat keduanya berhasil menempati meja kosong itu.

Cecil menatap kakinya yang memerah. Sepatu heels yang kekecilan, membuatnya harus meringis menahan sakit. Ia pun hanya melirik sekilas pada Devan, lalu duduk di atas bangku yang memanjang. Ia tidak berniat menjawab ucapan laki-laki itu.

"Mau makan apa?" tanya Devan perhatian. Pria tampan itu berinisiatif untuk memesankan makanan karena kasihan melihat Cecil yang sudah tidak bersemangat. Tubuhnya pun terlihat loyo tak bertenaga.

"Terserah Pak Devan saja. Saya bisa apa selain menurut? Kan Bapak yang berkuasa atas hidup saya," ujar Cecil setengah menyindir. Bukankah begitu yang Devan katakan?

Devan terkekeh. Gadis itu memang unik. Kadang nurut, kadang suka membangkang. Tidak mudah ditebak. "Good! Tetap jadi bawahan yang baik seperti ini. Saya tidak suka pembangkang."

Setelahnya, Devan pun pergi dari hadapan Cecil untuk memesan dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh hangat, lalu kembali lagi ke mejanya saat semuanya sudah dipesan.

Cecil yang melihat Devan berjalan ke arahnya, langsung mengambil sikap tegap setelah tadi dirinya sempat menyandarkan kepala di atas meja.

"Sudah saya pesan," ujar Devan, lalu duduk di hadapan Cecil.

"Bapak pesan apa tadi?" tanya Cecil penasaran. Semoga saja, Devan tidak pesan makanan laut, karena dirinya sangat alergi dengan seafood.

"Nasi goreng sama es teh," ujarnya dingin.

Cecil tersenyum. Senyumnya tulus dan menyejukkan, membuat Devan sedikit terpanah. Namun, laki-laki itu harus tetap terlihat stay cool. "Syukurlah. Saya alergi makanan laut soalnya, Pak. Tadi saya lihat ada yang jual cumi sama kerang. Untungnya, Pak Devan tidak pesan itu."

Devan pun hanya memasang tampang datarnya tanpa berniat menanggapi Cecil. Cecil sendiri tak mau membuka percakapan lagi. Ia lupa jika bos galaknya ini sangat acuh, tentu saja tidak akan menanggapi obrolannya yang tidak bermutu itu.

Tak lama, terlihat pramusaji dengan seragam hitam putih tengah berjalan membawa nampan besar berisi dua porsi nasi goreng beserta minumannya. Sesampainya di meja Cecil dan Devan, dengan cekatan, pramusaji menaruh menu makanan yang sudah mereka pesan di atas meja.

"Silakan dinikmati, Kak," ujar pramusaji ramah.

Cecil pun tersenyum tak kalah ramah. "Terima kasih."

Setelahnya, pramusaji pamit pada keduanya, karena masih harus mengantarkan makanan lain.

Saat pramusaji sudah berlalu dari hadapan keduanya, Devan dan Cecil mulai menyuap. Cecil terlihat sangat lahap, karena selain lapar, rasa masakannya juga nikmat. Selain itu, pelayanannya pun terbilang cukup cepat, meski pembeli sangat ramai. Andai ini adalah warung makan dan bukan pujasera rumah sakit, pasti Cecil rela menghabiskan uang di sini setiap hari, karena harga makanannya juga sangat terjangkau.

"Pelan-pelan!" tegur Devan saat mulut Cecil mulai belepotan.

Cecil memelankan cara makannya. Ia pun mengubah sikapnya menjadi lebih berwibawa. Cukup Devan saja yang melihatnya urakan seperti ini. Jangan sampai hal ini terjadi lagi saat dirinya tengah makan bersama keluarga Devan. Bisa hancur reputasinya.

"Ma--maaf, Pak," ujar Cecil salah tingkah.

"Saya tidak mau hal ini sampai terulang. Cukup kali ini saja saya lihat kamu urakan seperti itu. Apa yang keluarga saya katakan kalau sampai mereka melihat kamu makan kayak gitu?"

Cecil menarik napas panjang. Ia harus bisa meredam emosi yang hampir meluap.

"Ribet banget sih musuh orang kaya? Aku dulu juga pernah jadi orang kaya, tapi perasaan nggak gini-gini amat!" batin Cecil dalam hatinya.

"Denger nggak, ucapan saya?!" kesal Devan saat Cecil tak kunjung menjawabnya. Gadis itu justru terlihat asyik dengan pikirannya.

"Iya, Pak. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Sekali lagi, saya minta maaf karena sudah membuat Bapak malu."

Devan pun tidak menggubris. Ia hanya menatap gadis itu sekilas, lalu melanjutkan makannya lagi. Sementara Cecil hanya bisa menggerutu dalam hati.

Usai memanjakan perut, keduanya kembali ke ruang operasi. Devan berjalan di samping Cecil. Gadis itu terlihat buru-buru, takut-takut jika ibunya sudah dipindahkan. Tiba-tiba saja, "Awww!" adunya saat heels yang dikenakan patah.

Cecil menghentikan langkahnya lalu melepas heel yang menjadi alas kakinya. Ditatapnya jari jemari yang semakin memerah dan mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan. Cecil memungut heelsnya kemudian menentengnya dengan satu tangan.

Setelahnya, ia kembali berjalan dengan kaki menyeker. Ia mengabaikan tatapan orang-orang yang terlihat meremehkan.

"Kaki kamu kenapa merah gitu?" tanya Devan yang baru menyadari adanya kejanggalan di kaki Cecil. Bahkan, jalannya pun tidak sesantai tadi.

"Heelsnya kekecilan, Pak. Jadi merah," ujarnya jujur.

"Dasar ceroboh!"

Cecil tidak menggubris. Ia pun memilih untuk terus berjalan tanpa menghiraukan ocehan bosnya.

Sesampainya di ruang operasi, ruangan sudah kosong. Benar saja yang Cecil khawatirkan, ibunya sudah dipindah ke ruang inap biasa.

Cecil tersenyum kecut, saat petugas memberitahu dirinya kalau pasien sudah dipindah. Ia pun bergegas pergi ke ruangan ibunya.

"Sudah dipindahkan. Saya mau ke ruangan Ibu. Kalau Pak Devan mau pulang, pulang saja," ujar Cecil sambil sesekali menatap Devan yang berdiri di hadapannya.

"Saya ikut."

Cecil memicingkan matanya. Ia tidak paham dengan apa yang ada di pikiran laki-laki itu. Apa yang Devan mau sebenarnya? "Kenapa Bapak masih mau di sini? Pak Devan pulang saja. Saya bisa jaga Ibu sendirian. Lagian, besok pagi Bapak ada jadwal pertemuan dengan klien dari Singapura. Saya tidak mau Pak Devan sampai kesiangan."

Devan menatap Cecil tajam. "Bisa diam, tidak?! Mau saya pulang ataupun tidak, itu hak saya. Kamu tidak punya hak untuk melarang saya."

Cecil tertegun mendengarnya. Namun sedetik kemudian, ia berubah menjadi acuh. Cecil menggerakkan kedua bahunya naik turun lalu membiarkan Devan berbuat semaunya. "Terserah Bapak saja. Saya tidak peduli. Waktu saya tidak seluang itu buat ikut campur urusan pribadi Bapak!"

"Pintar!"

Tanpa membuang lebih banyak waktu, Cecil pun meninggalkan Devan dan berjalan menuju ruang inap Nira.

Devan yang masih tertinggal di belakang, langsung mengambil langkah seribu dan mensejajarkan langkahnya dengan Cecil.

"Tunggu saya!" Teriak Devan lantang.

"Makanya, jangan lelet!" ledek Cecil disengaja. Dendamnya kini terbayar lunas, karena tadi Devan juga sempat mengejeknya.

"Jangan bacot!" Cecil terkesiap dibuatnya.

Sesampainya di depan pintu ruang inap ibunya, Cecil pun langsung masuk ke dalam dan disusul oleh Devan. Gadis itu tersenyum samar setelah melihat kondisi ibunya. Wajah Nira terlihat lebih segar meski belum sadarkan diri.

Cecil meraih tangan Nira yang lemah tak berdaya itu. Diciumnya sebentar jari jemari Nira, lalu dibawa ke dalam dekapan. "Ibu cepat sadar dong, Cecil rindu senyum Ibu, rindu omelan Ibu, rindu candaan dan semua kebersamaan kita, Bu. Jangan lama-lama ya, tidurnya?"

Tanpa terasa, air mata Cecil menetes. Dibiarkan air mata itu mengalir membasahi pipinya. Sungguh, Cecil tak kuasa menahan tangisnya. Kalau boleh memilih, lebih baik dirinya yang terbaring di ranjang itu. Ia tidak akan sanggup melihat ibunya berjuang sendirian melawan penyakitnya.

Devan sendiri hanya bisa membiarkan gadis ini menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa.

Cecil menghapus air matanya kasar, saat menyadari keberadaan Devan yang berdiri mematung di sampingnya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan bos galaknya itu. "Maaf, Pak. Bapak jadi lihat saya nangis."

Devan menggeleng pelan. Segalak apa pun dirinya, ia tetap manusia yang masih punya rasa empati. "Tidak perlu minta maaf. Menangis saja kalau itu bisa membuat perasaan kamu jauh lebih lega. Tidak perlu sungkan, saya juga pasti akan melakukan hal yang sama jika yang diposisi kamu adalah saya."

Cecil tersenyum. Dibiarkan air matanya kembali meluruh saat tangan mungilnya menyentuh lembut wajah Nira.

Melihat Cecil seperti itu, entah mengapa hati Devan jadi tersentuh. Gadis itu memang benar-benar menyayangi ibunya. Bahkan, ia rela menjadi istri bayaran agar ibunya bisa terselamatkan.

Tidak ingin terlalu berempati, Devan memilih untuk mengalihkan perhatiannya dari gadis itu. Ia berjalan menuju sofa mini yang tersedia di sana, lalu mendudukkan diri sambil bermain ponsel. Tak lupa ia menghubungi anak buahnya untuk membawakan baju ganti yang akan digunakan untuk bertemu klien dari luar negeri.

Tak lama, Cecil menghampiri Devan dan duduk di sebelah laki-laki itu.

"Terima kasih," ujar Cecil tulus, meski pandangannya tetap mengarah ke depan.

Devan mengernyit bingung, ia beralih menatap horor pada Cecil. "Terima kasih untuk?"

Cecil merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Devan. Ia tersenyum tulus dan membuang jauh-jauh sikap juteknya. "Terima kasih karena Bapak sudah bersedia membantu saya membiayai operasi Ibu, menjaga Ibu, mengantar saya ke rumah sakit, bahkan Pak Devan sampai repot-repot menunggu operasi ibu saya. Terima kasih banyak."

"Kamu jangan senang dulu! Jangan lupa dengan perjanjian kita."

Cecil tersenyum getir. Mana mungkin dirinya lupa dengan perjanjian sialan itu? Tapi nasi sudah menjadi bubur, menyesal pun tak ada guna. Yang penting, ibunya bisa selamat. "Bapak tenang saja. Saya tidak mungkin lupa dengan kontrak pernikahan itu. Besok, setelah bertemu dengan klien, kita bahas di ruangan Bapak."

Devan mengangguk setuju. Lebih cepat, akan lebih baik. "Oke! Saya tunggu besok di ruangan jam 10. Setelahnya, kamu dandan yang cantik, karena saya akan mengajak kamu untuk makan siang bersama keluarga."

"Hah? Secepat itu? Apa tidak kecepatan, Pak? Bahkan, ibu saya masih belum sadar." Cecil benar-benar tidak paham dengan apa yang ada di otak Devan. Sebenarnya, rencana apa yang sudah Devan susun?

Devan menyeringai. Melihat Cecil yang pasrah, membuatnya bersorak dalam hati. "Saya rasa, itu tidak masalah. Semakin cepat, maka akan semakin baik. Jadi, kamu tidak akan bisa macam-macam lagi."

Cecil menarik napas kasar. Sekarang, dirinya paham, jika Devan hanya ingin membuatnya takluk dan tidak bisa berbuat apa pun. Devan benar-benar licik! "Terserah Bapak saja! Saya bisa apa?!"

Cecil menjauh. Gadis itu lebih memilih untuk duduk di samping ranjang ibunya daripada harus berdekatan dengan lelaki angkuh itu.

***

Setiap detiknya jarum jam terus bergerak. Tidak terasa, hari sudah semakin larut.

Hoam ...

Cecil menguap menahan kantuk. Matanya pun sudah semakin berat. Tiba-tiba saja, Devan beranjak dari tempatnya, lalu berjalan menghampiri gadis itu.

"Saya sudah mengantuk," ujar Devan yang kini tengah berdiri di sebelah Cecil.

Cecil pun mendongak lalu menatap pria di sebelahnya dengan mata memicing. "Tidur saja. Biar saya yang jaga Ibu."

Cecil menatap kasur kecil yang tersedia di ruang inap VIP ini dan mengisyaratkan agar Devan segera merebahkan diri di atas sana dengan menggerakkan dagunya.

Devan pun mengikuti arah yang Cecil tunjuk dengan dagu, lalu ia menggeleng cepat, "Di sana hanya ada bantal. Saya tidak bisa tidur tanpa guling."

Mendengar itu, napas Ceci berhembus kasar. Tidak heran jika orang kaya memang sangat ribet.

"Huffttt! Terus saya musti gimana? Pakai saja apa yang ada, kalau tidak mau, pulang saja!" ucapnya acuh dengan bola mata yang memutar malas.

"Tidur sama saya! Kamu jadi gulingnya."

"Apa?!" Mata Cecil membelalak lebar. Apa-apaan, Devan ini! Mentang-mentang bos, bukan berarti bisa mengajak Cecil tidur seenaknya!

"Kenapa? Kamu keberatan?"

Pertanyaan macam apa ini? Tentu saja gadis itu keberatan!

Cecil meringis. Ia harus berpikir lebih keras untuk menolak perintah bosnya tanpa membuat laki-laki itu tersinggung. "T -- tapi kasurnya kecil, nanti Bapak kesempatan."

Devan melirik ranjang kasur mini yang agak jauh dari tempatnya. Kasur bersprai ungu dengan motif bunga-bunga itu, terlihat tidak terlalu sempit. Devan pun menarik samar sudut bibirnya. "Tidak terlalu kecil, sepertinya cukup untuk dua orang."

Cecil memutar otak. Ia memikirkan bagaimana caranya menolak keinginan dari bosnya yang dirasa sangat konyol.à "Emmm ... saya tidur di sofa saja. Biar Bapak bisa tidur nyenyak, soalnya saya kalau tidur banyak tingkah, takutnya Pak Devan terganggu."

Cecil nyengir dengan senyum andalannya. Semoga saja, kali ini laki-laki itu bisa berpikir dua kali untuk memintanya tidur bersama. Yang benar saja! Gadis itu belum pernah tidur dengan laki-laki mana pun selain ayahnya.

Devan menggidikan bahunya. "Tidak masalah. Saya bisa mengunci pergerakan kamu dengan kaki panjang saya. Mau alasan apa lagi?"

Cecil memegangi kepalanya yang berdenyut. Percuma saja ia membuat seribu alasan sekalipun, laki-laki angkuh itu tidak akan membiarkan hidupnya bahagia dalam ketenangan.

"Dasar pria angkuh!" makinya berapi-api.

"Jangan banyak omong! Saya tunggu di sana!" tunjuk Devan pada ranjang yang masih tertata dengan rapi. Ia kemudian menggiring langkah menuju ke arah yang ditunjuknya. Sementara Cecil langsung berdiri, perlahan mulai mengikuti langkah bosnya agar tidak terkena ocehan maut.

Sesampainya di tepi ranjang, Devan bergegas naik. Tak lupa, ia melepas sepatu mahalnya terlebih dahulu, kemudian bergeser ke pojok agar Cecil bisa ikut naik ke atas ranjang.

Cecil yang ragu, ia pun terlihat mematung, membuat Devan sedikit geram.

"Tunggu apa lagi? Cepat naik!" perintah Devan.

"S-- Sekarang, Pak?" Wajah Cecil tampak pucat. Ia takut jika Devan akan melakukan hal yang tak senonoh. Masalahnya, ruang inap VIP ini terlalu private, kalaupun ada apa-apa, tidak akan ada orang yang akan menolongnya, apalagi ibunya masih sekarat.

"Nanti, nunggu lebaran gajah!" Devan menarik napasnya sebentar, lalu mulai berceloteh. "Ya sekarang lah! Gitu saja pakai tanya!"

Mendengar cemoohan Devan, Cecil pun mengelus dada beberapa kali. Meski ragu, pada akhirnya gadis itu pun menurut. Perlahan, ia mulai melakukan pergerakan, naik di atas ranjang lalu merebahkan diri di sana dengan posisi membelakangi bosnya yang arogan.

Devan tersenyum samar, akhirnya dia bisa mengendalikan gadis itu. Ia mendekatkan tubuhnya, lalu melingkarkan tangan dan kaki di tubuh gadis itu.

Cecil tertegun saat tangan kekar milik Devan kini mengunci pergerakannya. Tangan itu sudah bertengger di perut Cecil dan kakinya pun tengah menindih kaki jenjang sang gadis, membuat gadis itu sedikit tak nyaman.

"Pak, Saya gak bisa napas.

Jangan terlalu erat!"

Bukannya menggubris, Devan malah semakin mengikis jaraknya. Bahkan, laki-laki itu sengaja menyembunyikan wajahnya di tengkuk leher milik Cecil. "Sudah, Diam! Saya mengantuk."

Benar saja. Laki-laki itu memang sudah benar-benar mengantuk. Tak lama, terdengar sebuah dengkuran halus yang masih bisa tertangkap pendengaran Cecil. Gadis itu tersenyum samar, meski dirinya merasa risih dengan napas Devan yang berhembus di tengkuknya.

Cecil pun berusaha memejamkan mata, namun kantuknya tak kunjung menyerang. Ia bingung sekaligus gelisah. Sungguh, ia tidak pernah tidur dengan laki-laki asing.

Dalam lamunannya, gadis itu terbayang nasibnya setelah menjadi istri Devan nanti. Apa lelaki itu akan melakukan hal yang sama setiap harinya? Menjadikannya sebagai guling seperti ini? Ah! Cecil tidak ingin berpikiran terlalu jauh.

Tiba-tiba, Devan terbangun. Ia tahu jika calon istrinya itu masih terjaga.

"Tidur, Cecilia!" ucap Devan dengan suara seraknya. Bagi Devan, ini perintah dan tidak boleh dibantah.

"Astaghfirullah!" Cecil tersentak kaget. "Bapak, ngagetin aja!" imbuhnya lagi.

"Tidur!" perintah Devan.

"Nggak bisa tidur," ujarnya jujur. Tangannya bergerak memilin rambutnya yang cukup panjang.

Dengan sekali gerakan, tangan Devan membalik tubuh Cecil hingga posisi gadis itu beralih menghadapnya. Devan menyembunyikan wajah Cecil di atas dada bidangnya. Tidur, atau saya ajak main sampai pagi.

Cecil yang tidak terlalu polos, dia paham dengan maksud Devan. Bukannya takut, gadis itu malah menantang. "Sok-sokan sampai pagi. Gak sampai sejam juga encok!"

"Kamu nantangin? Baiklah, kamu yang minta!" Devan pun mengunci pergerakan Cecil dengan kaki panjangnya. Ia sudah bersiap menindih gadis itu. Devan tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Tanpa pikir panjang, Cecil memejamkan matanya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

“Iyaaa… Saya tidur.”

Apa yang terjadi setelahnya?

Babu Semesta

Komennya dong. Biar semangat!

| Sukai

Bab terkait

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Gosipin Pak Bos

    "Iya ... saya tidur." Devan menyeringai licik. "Pintar! Cepat tidur, besok pagi temani saya bertemu klien." Di balik wajah yang tertutup oleh tangannya, Cecil terlihat sedikit mengintip. "Nyuruh tidur, tapi diajak bicara. Gak jelas banget!" "Tidur!" galak Devan sambil menenggelamkan wajah Cecil di dada bidangnya. *** Hangat mentari mulai menyapa, menimbulkan deretan jingga yang menyilaukan mata. Cecil pun terbangun karena tak nyaman dengan silau sang surya yang menembus jendela kaca itu. Cecil menggeliat dengan mata yang sayup-sayup mulai terbuka. Entah mengapa, tidur kali ini terasa begitu nyenyak. Cecil merasa bagai tertidur di atas sutra, hangat dan nyaman. Saat ingin beranjak, Cecil menyadari sesuatu berat menindih perutnya. Kakinya pun terasa sulit digerakkan. "Ada yang aneh?" ujarnya pada diri sendiri. Cecil mulai merambah bagian perutnya yang terasa janggal. "Ada tangan?" Gadis itu mengernyit bingung, lalu detik berikutnya ia berteriak kecang. "Aaaahhh!!!" Suara meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Nuntut Anak

    "P-- Pak Devan kok balik lagi?" Cecil bersua dengan langgam yang memelan. Ia tampak grogi melihat Devan berdiri mematung di depannya. Bukan apa-apa, gadis itu hanya tidak enak karena sudah membicarakan bosnya di belakang. "Kalau saya tidak di sini, mungkin saya tidak akan tahu jika sekretaris saya suka gosipin bosnya di belakang. Bagus ya, kamu? Apa saya bayar kamu cuman untuk membicarakan saya di belakang?" Sambil mengambil barangnya yang tertinggal, Devan melirik sinis pada Cecil. Gadis itu terlihat tengah merunduk dalam. Ia merasa tidak enak hati, karena sudah kepergok. "Emmm ... saya minta maaf, Pak," Ragu-ragu, Cecil mulai mengangkat kepalanya, menatap mata Devan yang masih penuh kilatan amarah. Melihat mata teduh milik Cecil entah kenapa hati Devan menjadi tentram. Ia seperti disiram bongkahan es batu yang terasa sangat dingin. "Saya cuman mau ambil baju yang Zaki bawakan. Kamu ... jangan ulangi lagi! Awas saja kalau sekali lagi saya dengar kamu mengatai saya di belakang!" Na

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Kontrak dalam pernikahan

    Sesampainya di kantor, Cecil bergegas mengikuti langkah Devan yang berjalan menuju ruang direktur. Gadis itu tampak kewalahan menyeimbangkan langkahnya dan Devan yang cukup panjang. "Pelan-pelan, bisa tidak? Saya capek ngikutin Bapak!" gerutu Cecil dengan napas tersengal. Ia pun berhenti sebentar, mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Sementara Devan hanya menatapnya tanpa rasa kasihan dan tetap melanjutkan jalannya. Saat masuk ke dalam lift, sorotan mata rekan kerjanya, semua tertuju pada Cecil. Ia pun merasa kikuk diperhatikan seperti itu. "Pak, saya naik lift sebelah saja ya? Nggak enak, dilihatin yang lainnya," nyali Cecil menciut. Ia tidak ingin mendengar gosip miring tentang dirinya setelah ini. Pasalnya, lift yang dinaikinya adalah lift yang khusus dirancang untuk direkrut. Siapapun tidak ada yang boleh menikmati fasilitas kantor itu selain direktur dan tamu penting. "Ngapain? Buang-buang waktu saya! Sudah, hiraukan saja." Devan mengedarkan pandangannya Karen lift tak kunjung

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Terpesona Gak?

    Mendengar kata anak, Cecil membulatkan matanya. "Ini gak adil!Saya keberatan! Saya gak mau! Enak saja, itu namanya merugikan saya!" protes Cecil tak terima."Merugikan apanya? Orang tinggal kasih. Bikin anak mudah kok." Cecil semakin geram dibuatnya. Bagaimana mungkin, laki-laki itu berujar kalau syarat yang ia kasih dibilang mudah? Sementara ia harus mengorbankan semuanya demi pernikahan itu?"Ya rugi di saya! Pokoknya saya gak mau jadi janda anak satu. Apalagi di usia muda. Hiii, mengerikan." Cecil bergidik, membayangkan apa yang akan menimpanya di masa depan. Laki-laki mana yang akan menerimanya nanti?"Oke. Berhubung kamu tidak mau menuruti syarat dari saya, saya berhak mencabut deposit biaya rumah sakit Ibu Nira. Itu kan yang kamu mau?"Cecil semakin tercengang dibuatnya. Mulutnya tertahan, tak bisa berkata. Tenggorokannya serasa kering tak bertenaga. Kakinya pun terasa lemas hingga menjalar ke sekujur tubuh."J--jangan! Saya butuh uang Bapak. Saya gak mau pengobatan ibu dihent

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Secepat Itu?

    Cecil tampak gugup ketika dipertemukan dengan keluarga Devan. Gadis itu meremas pelan ujung roknya, dengan netra bergerak gelisah, seperti mengisyaratkan jika dirinya membutuhkan bantuan.Devan yang menyadari kegelisahan Cecil, ia pun berusaha membuat gadis itu tenang. "Jangan gugup, bersikap sopan," bisiknya diselingi rangkulan manja di pinggang ramping milik Cecil.Hanya anggukan pelan yang mampu Cecil berikan. Ia pun tersenyum kikuk di hadapan mama dan papa Devan.Devan menarik kursi, agar Cecil bisa bergabung di meja makan. Namun sebelum itu, ia memperkenalkan Cecil terlebih dahulu."Ma, Pa, kenalin, ini Cecil, calon istri Devan."Mama Devan tampak antusias dengan kedatangan Cecil di rumahnya. "Saya Utari, mamanya Devan dan ini suami saya, namanya Nicolas."Dengan sopan Cecil meraih tangan Nicolas dan Utari. "Saya Cecilia Hutama, Om, Tante.""Hutama?" Nicolas seperti tidak asing dengan nama itu.Cecil mengangguk, perasaannya tidak enak. Apa ada yang salah dengan nama itu?"Nama or

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Jangan Sentuh Wanitaku!

    Mata indahnya bergerak gelisah. Entah apa yang akan terjadi padanya nanti. Masalahnya, seminggu bukanlah waktu yang lama untuk melangsungkan pernikahan kontraknya.Cecil menatap nyalang. Devan tahu jika calon istrinya itu ingin protes, tapi semua sudah terlambat. Tidak ada lagi penundaan, semua akan berlangsung minggu depan.Untuk mengusir kecanggungan ini, Devan sengaja mengajak gadis itu pulang. Dengan dalih ingin kembali ke kantor, anak tunggal dari keluarga Nicolas pun pamit."Ma, Pa, Devan harus antar Cecil kembali ke kantor. Sebentar lagi kita ada meeting penting."Devan mengedipkan matanya. Da memberi isyarat agar Cecil mau membantunya kerja sama.Cecil yang paham dengan kode Devan, Dia pun berpura-pura melihat jam yang Dia kenakan. "Oh, sudah jam 1, Ma, Pa, Cecil dan Mas Devan harus kembali ke kantor. Ada meeting dengan klien luar negeri. Lain kali Cecil masakin makanan enak.""Ya sudah, balik gih! Nanti telat,"sahut Utari.Cecil pun berdiri, merangkul Utari dengan sayang, "Ce

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Pernikahan Mantan

    Devan menatap pria itu nyalang. Mengisyaratkan untuk tidak main-main dengannya. Atau ia tidak akan segan-segan untuk mematahkan leher pria itu saat ini juga. Pria tak dikenal itu langsung melenggang pergi tanpa pamit. Lantas, Devan berbalik dan mendapati Cecil tengah was-was."Dari mana saja? Kamu yang ajak aku ke sini, kenapa malah ditinggal sendirian? Hampir saja aku dijamah lelaki biadab itu! Dasar egois!" Untung riuh para tamu undangan mendominasi. Suara cempreng milik Cecil tentu saja akan teredam oleh sahutan suara lautan manusia."Yang penting masih utuh. Lagian, aku datang tepat waktu. Ayo, ikut!" Tanpa ingin membalas kemarahan Cecil, Devan menarik tangan Cecil untuk mendekat ke arah pengantin.Diketahui, pengantin itu bernama Alana, sekaligus matan kekasih Devan. Alana terlihat sangat cantik dengan baju pengantin berwarna putih tulang dipadu dengan make up yang membuat wanita itu amatlah menawan malam ini. Tentu saja malam pernikahan yang mewah."Selamat menempuh hidup baru,

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Kematian Ibu Cecil

    Malam kini semakin larut. Entah kenapa, perasaan Cecil mendadak tidak tenang. Seperti ada dorongan keras yang menuntunnya untuk pergi ke rumah sakit, Cecil pun menuruti kata hatinya. Dengan gelisah, Cecil meminta agar Devan segera mengantarnya ke rumah sakit."Mas Devan," panggil Cecil lirih.Devan yang fokus menyetir, sekilas menoleh pada gadis itu. Atensinya beralih, kala melihat perubahan raut di wajah Cecil."Ada apa?" tanyanya dingin.Tanpa beralih pandangan, Cecil berujar, "Malam ini aku mau ke rumah sakit, saja. Tolong antar ke sana."Devan mengangkat bahunya, ia terlihat acuh tak acuh. "Terserah kamu saja."Dalam perjalanan, tiba-tiba seekor kucing berwarna hitam legam disertai warna mata yang menyala melintas begitu saja. Cecil berteriak kala mobil Devan hampir menabraknya."Awas!!!" teriak Cecil panik.Refleks, kaki Devan bergerak menginjak rem. Suara decitan mobil sampai terdengar cukup keras.Cecil memegang jantungnya yang bertalu, ia bernapas lega saat kucing berhasil lew

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29

Bab terbaru

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Last Episode

    Cecil tertawa lebar dengan seringai liciknya. Gadis itu kemudian merogoh ponsel di tasnya. "Terima kasih Dela, untuk semua pengakuannya. Tunggulah, sebentar lagi polisi akan datang dengan surat penangkapan kalian. Maaf, kelicikan harus dibalas dengan lebih licik."Cecil menepuk pipi Dela yang terlihat sangat pucat. Mendengar kata polisi, gadis itu langsung mematung. "Ap--apa maksudmu?" Tak kunjung menjelaskan, Devan pun ikut mencecar. "Sayang, ada apa ini?"Cecil mendekat, untuk mengikis jaraknya dan Devan. Dia lalu menepuk pundak lelaki itu pelan. "Aku tahu aktingmu sangat buruk, Sayang. Aku gak yakin bisa menjebak Dela dalam peragkapmu. Maaf, jika aku harus melibatkan Mas Sean dalam drama ini. Awalnya, niatku ke sini memang ingin mengucapkan selamat tinggal pada lelaki baik yang sudah kuanggap seperti abang. Tapi setelah aku melihat Dela memergoki kami berpelukan, aku yakin, dia pasti akan bicara buruk tentang aku. Jadi, aku sengaja, meminta Mas Sean untuk memelukku lebih erat." Ce

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Puncak Drama

    Giginya gemertak menahan emosi. Kalau tidak ada Cecil yang menghalangi, mungkin Devan akan langsung menghabisi Sean di tempat."Berdiri kamu!" Devan menarik kasar lengan Cecil menjauh dari Sean. Wajahnya terlihat sangat merah. Entah apa yang ada di pikiran Devan sekarang.Cecil berdiri dengan sedikit terhuyung. Dia takut-takut menatap Devan yang sudah berubah seperti iblis. "Aw, sakit. Pelan-pelan, Mas." Rintihannya sambil melihat memar kemerahan di lengan. Seumur-umur, dia baru melihat sisi iblis seorang Devan.Devan menatap Cecil dengan tatapan membunuh. Dia paling tidak suka dikhianati seperti ini. "Pelan-pelan, katamu? Dasar wanita murahan! Bisa-bisanya kamu pelukan mesra sama orang lain. Dibayar berapa kamu hah? Kamu istriku, Cecil!"TesSetetes air mata membasahi pipi Cecil. Tidak menyangka, jika Devan akan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitinya. Sementara, dia berusaha mati-matian memuji Devan di depan Sean."Tutup mulutmu! Aku tidak serendah itu, bajingan! Aku masih

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Pelukan Terakhir

    Setelah seharian sibuk memanjakan suaminya, akhirnya pagi ini Cecil disibukan dengan pekerjaannya di kantor. Sesuai yang Devan katakan, pagi ini mereka berangkat ke kantor bersama. Tidak ada lagi jemputan dari Laras, karena Zaki sudah melarang gadis itu menjemput Cecilia, sesuai arahan dari Devan."Selamat pagi?" sapa Cecil ramah pada seluruh karyawan yang ditemuinya di lobi. Itu adalah kebiasaan Cecil yang sudah ia geluti sejak masih menjadi pekerja di kantor ini, hingga sekarang menjadi istri seorang bos."Pagi," Devan ikut menyapa, meski tak ada senyum di sana. Wajahnya tampak datar, tapi bagi para karyawan, ini adalah salah satu momen langkah. Sungguh keajaiban dunia. Ada apa dengan Devan pagi ini?Untuk sesaat, para karyawan terbengong dengan pandangan saling tatap. Lalu detik berikutnya, mereka kompak menyunggingkan senyum dan menunduk hormat."Pagi, Pak Devan, Bu Cecil." balas para karyawan ramah pada keduanya yang berjalan beriringan. Tumben sekali mereka berangkat bareng?Se

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Bertemu Sean

    Usai menikmati bakso mercon, Cecil dan Devan melajukan motor menuju bazar nostalgia. Ya, benar sekali. Kedatangan mereka langsung disambut oleh jajaran penjual jajanan pinggir jalan. Tidak terkecuali sempol dan sate aci. Cecil benar-benar bahagia sekarang."Mas, aku mau itu." Cecil menunjuk kue leker yang masih dimasak dengan arang. Devan sendiri hanya mengangguk membiarkan Cecil memilih jajanan yang dia suka."Beli saja sesukamu." Devan menyerahkan dompetnya pada Cecil. Dengan senang hati Cecil menerimanya.Saat mencari uang kecil, Cecil sama sekali tidak menemukan. 'Huft! Dasar orang kaya!' Cecil menggerutu dalam hati."Mas, pakai uangku saja lah. Punyamu gak ada yang kecil." Keluhnya sambil menyerahkan dompet pada Devan."Belikan saja semuanya. Katanya mau borong? Entar bagi sama orang rumah dan satpam kompleks."Cecil memutar bola matanya. "Lima puluh ribu? Yang benar saja. Kamu bawa motor, masak aku yang repot bawa ini semua? Aku belom cobain jajan lain."Devan mengacak rambut C

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Bakso Mercon

    "Mas, aku sumpahin ban motormu bocor!" teriak Cecil dengan emosi naik turun. Kali ini, Devan benar-benar berhasil memainkan adrenalinnya. Mulut Cecil bahkan sampai komat kamit merapal doa, saat Devan dengan lihainya menyalip tronton-tronton di depan mereka."Oke, oke. Aku turunin kecepatannya." Devan yang awalnya ingin mengerjai Cecil jadi tak tega, saat melirik kaca spion motor dan mendapati istrinya sangat ketakutan. Perlahan, dia mulai mengurangi kecepatan lajunya.Saat motor bergerak lebih lambat, Cecil bisa menarik napas lega. Dia juga mengedarkan pandangan ke arah pengendara lain."Naik motor seru, Mas. Jadi ingat waktu sekolah." Cecil bercerita dengan antusias. Tapi satu pertanyaan Devan, berhasil membuatnya pucat."Dibonceng siapa kamu. Kamu kan gak bisa motoran." Grep! Cecil menutup mulutnya rapat-rapat. Niatnya curhat, malah jadi boomerang."Eh, anu." Mata Cecil bergerak gelisah. Otaknya dipaksa keras untuk berpikir jawabannya."Anu apa? Dibonceng siapa?" ulang Devan membuat

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Anak Motor

    Devan berjalan menyusuri rumahnya untuk mencari keberadaan Cecil, tapi gadis itu belum juga ditemukan.Untuk sesaat, pria itu menghela napas panjang, lalu senyumnya terbit kala melihat pintu belakang yang terbuka. Feeling-nya kuat mengatakan jika yang dia cari, ada di taman belakang halaman rumah.Tepat dugaan. Di sana, Cecil tampak duduk di sebuah ayunan yang dikelilingi bunga-bunga mawar yang indah. Hangat mentari juga menyambut kedatangan Devan yang berjalan menghampiri Cecil."Kamu di sini? Pantes, aku cari ke depan gak ketemu." Devan menghentikan ayunan, kemudian duduk di hadapan Cecil yang menatapnya jengah."Ngapain cari aku? Aku ke sini, mau cari angin segar."Cecil membuang pandangannya, menatap bunga-bunga yang tumbuh bermekaran.Devan yang merasa diabaikan pun jengah sendiri. "Cil, lihat sini kek. Suamimu mau ngomong, tapi kamu malah kabur."Cecil yang sadar jika Devan tengah serius, dia mulai menegapkan tubuhnya. Bersiap, mendengar petuah Devan. "Mau ngomong apa? Aku sudah

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Ngadon Donat

    Pagi yang cerah. Seusai sarapan bersama, Devan mengajak Cecil kembali ke kamar. Tentu hari ini Devan tidak akan membiarkan Cecil menganggur barang sedetik."Ma, Devan sama Cecil pamit ke kamar ya."Cecil menoleh pada Devan penuh kewaspadaan. Lelaki itu pasti sudah menyusun rencana sedemikian rupa.Cecil menghela napas. Menatap Utari seolah meminta pertolongan. "Kamu duluan saja, Mas. Aku masih mau ngobrol sama Mama."Utari yang merasa namanya dibawa-bawa pun mengangguk mengiyakan. Kasihan juga Cecil kalau sampai dikurung di kamar. Sudah pasti, Devan akan menjadikan gadis itu sebagai makanan penutup. Apalagi, Devan sudah bilang jika hari ini dia cuti. Sudah pasti menantunya tidak akan keluar kamar."Kamu duluan saja, Van. Mama juga mau minta pendapat Cecil."Bukannya beranjak, Devan malah bertopang dagu dengan wajah ditekuk. Ditatapnya istri dan sang mama bergantian. "Aku tungguin di sini. Jangan lama-lama ngobrolnya. Aku butuh Cecil."Utari berdecak. Menggeleng heran dengan kepala bat

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Digigit Semut

    Usai mandi bersama yang berakhir dengan makian panjang Cecilia, Devan keluar dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggang. Cecil sendiri hanya bisa menghela napas ketika suaminya pergi setelah mendapatkan kenikmatannya kembali."Dasar suami gak peka! Istrinya belum selesai malah ditinggal." gerutu Cecilia saat perempuan itu asik berendam di bathtub. Rendaman air hangat, sedikit banyaknya bisa membantu Cecilia melemaskan ototnya yang kaku.Ceklek.Cecilia keluar setelah puas berendam. Dia juga sudah berganti dengan gaun rumahan.Cecil berjalan menuju meja riasnya. Tak sengaja, pandangan Devan dan Cecil bersitatap. Devan yang berduduk santai di tepi ranjang, hanya memandang gadis itu sesaat, sebelum kembali berkutat dengan ponselnya."Aku sudah mengabari Zaki, kalau kita hari ini gak ke kantor. Aku juga sudah kasih tahu Laras, biar gak usah jemput kamu lagi karena mulai besok, kamu berangkat sama aku."Ucapan Devan menghentikan Cecilia yang memoles wajahnya dengan bedak. Dengan cep

  • Istri Bayaran Untuk Bos Galak   Ketagihan

    Keesokan paginya, Cecil sudah bersiap dengan setelan kemeja kantor dipadu dengan blazer. Gadis itu mematut dirinya di cermin, sambil menyisir rambutnya yang hampir kering. Sementara Devan sendiri baru bangun dari tidur lelapnya.Ingin menyibak selimut, Tapi urung setelah melihat bekas kemerahan yang dia buat semalam. Leher jenjang itu, dapat dia lihat dengan jelas dari pantulan cemin. Mengingat itu, Devan sangat bangga dengan dirinya yang berhasil menato tubuh Cecilia."Cil, kemarilah!" Cecil yang merasa terpanggil pun bergegas mempercepat gerakannya. Setelah rambutnya tersisir rapi, barulah dia berjalan menghampiri Devan."Ada apa?" Matanya penuh selidik, menatap pria yang semalam tengah menganghangatkan ranjangnya."Kamu mau ke mana, rapi begini? Di rumah saja, gak usah kerja hari ini."Cecil membuka mulutnya. Perempuan itu hampir melontarkan sumpah serapah. "Kenapa? Kenapa aku gak boleh kerja? Aku gak sakit, kok. Àku bisa ke kantor.Devan menunjuk leher Cecil dengan jari telunjuk

DMCA.com Protection Status