Share

Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius
Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius
Author: Disi77

Bab. 1

Author: Disi77
last update Last Updated: 2024-11-10 09:03:37

“Beraninya wanita cacat itu menghina Grace Shawn. Muncul di tengah pesta dengan tamu undangan dan mengenakan gaun yang sama.”

Seluruh mata mereka yang berada di aula pesta tertuju pada Gia Ashborne, wanita cacat yang tengah jadi pusat perhatian hujatan, bahkan tak ragu menghina. Gaun berbahan satin yang menunjukkan lekuk tubuhnya tak bisa menutupi kekurangan pada kakinya. Kemudian mereka memindai pakaian wanita yang jauh lebih cantik di hadapan Gia, Grace Shawn. 

Bak si kembar yang hadir dengan gaun dan kecantikan sama. Sekilas, tampak sama dan tak ada bedanya. Namun mereka yang mengerti produk mahal, bisa tahu jika yang dikenakan Gia adalah tiruan dan wanita itu tak akan tahu.

Pemandangan yang terasa memalukan saat pesta di tempat mewah, mendapati gaun yang dikenakan sama. Celetukan untuk Gia yang semula sudah reda, kini terdengar kembali. Mereka bahkan menatapnya sinis dan menghina. Yang paling menyakitkan bagi Gia bukanlah hinaan dari mereka semua, melainkan sosok lelaki tampan yang tengah menggandeng Grace.

 “Ray?” ucap Gia pada lelaki tampan itu, Raymond Anderson—suaminya

Ingatan Gia tertuju pada pagi tadi, saat dia menerima sebuah paket yang mengatakan hadiah dari Ray. Seharusnya pagi itu dia curiga, mendapatkan hadiah gaun dan undangan ke pesta. Dia lupa jika dirinya tak pernah menghargai kehadirannya. Bagi Ray, Gia hanyalah wanita cacat yang membuat malu dan tak layak diperkenalkan sebagai istri.

Ternyata itu adalah jebakan untuk mempermalukan dirinya. Tanpa sadar air mata Gia mengalir tanpa bisa ditahan. Entah siapa yang menjebaknya, tetapi Gia hanya bisa menyesali kebodohannya itu. Ingin rasanya ia menjerit dan mencari siapa pelakunya, tetapi tidak mungkin.

 “Maaf, aku sudah membuat keributan,” ucap Gia pelan sekali, menyadari Ray tak menyukai kehadirannya.

Gia lantas begegas memaksakan kakinya pincangnya melangkah keluar dengan perasaan tak karuan. Gaun anggun itu terasa aneh dan hilang keindahannya saat dia memaksa berjalan dengan menyeret paksa ujungnya. Dia merasakan tatapan menghakimi tertuju padanya, mengiringi setiap langkahnya

 “Tunggu, Gia!” Grace berkata seraya menarik lengan Gia dan langsung menghentikan langkahnya. 

Gia semakin tak karuan, tetapi terpaksa menoleh pada wanita di sampingnya. Tatapannya bahkan tak sengaja menangkap wajah tampan Ray yang semakin murka. Grace lantas menarik tubuh Gia secara perlahan agar menghadap dirinya dan juga Ray.

“Maaf, aku tak tahu kalau kamu akan datang ke pesta ulang tahun perusahaannya Ray,” ucap Grace pelan sekali, bahkan wajahnya menunjukkan raut wajah menyesal.

“Apa yang kamu lakukan, Grace?” tanya Ray menahan kesal.

Grace menggelengkan kepala saat lelaki itu menatapnya. Wajahnya menunjukkan ekspresi bersalah. Perlahan tangannya turun dari gandengan Ray. Dia tersenyum tipis, tetapi tatapannya penuh arti.

“Ray, Gia itu istrimu. Seharusnya dia yang kamu gandeng memasuki tempat pesta ... bukan aku,” ucap Grace semakin menunjukkan wajah menyesal.

Suara Grace tak terlalu keras, tetapi mereka yang ada di sana bisa mendengarnya, mengundang ocehan para tamu undangan pesta. Tak ada satupun yang merasa iba pada Gia. Semuanya bahkan lebih berpihak pada Grace dan merutuki wanita pincang itu.

 “Gia, tolong jangan salah paham! Aku hanya diminta untuk menemani Ray. Tidak ada alasan lain,” ucap Grace menundukkan wajah sedih, membuat Gia semakin tak berkutik. 

Grace lantas memindai gaun yang dikenakan Gia. “Dan gaun yang kukenakan ini ... pemberian Ray saat mengundangku ke pesta. Aku sungguh tak bermaksud menyamai dan membuatmu malu. Sekali lagi, maafkan aku.”

“Kenapa Grace yang harus meminta maaf? Wanita pincang itu yang tak tahu malu memasuki pesta dengan pakaian tiruan. Siapa yang percaya wanita cacat seperti itu adalah istrinya Ray? Bukankah Ray masih lajang?”

Kata-kata tajam itu menusuk hati Gia seperti ribuan belati. Panik dan cemas menguasai, hingga dadanya sesak, dan kakinya gemetar. Ingin rasanya ia lenyap dari dunia ini. Tatapan penuh penghinaan dan gunjingan semakin membakar tubuhnya yang terasa lemah.

Namun, sebelum Gia sempat menenangkan dirinya, Grace melangkah mundur. Ia sedikit membungkukkan tubuhnya dengan ekspresi seolah memohon maaf pada Gia.

Tindakan Grace justru membuat semua orang di sekitar mereka semakin mencibir. “Lihat! Bahkan Grace pun merendahkan diri pada wanita itu. Betapa malunya!” 

“Grace, jangan seperti ini! Aku tak tahu apa-apa!” Gia meraih tangan Grace, wajahnya bingung dan panik.

Tiba-tiba Grace menariknya lebih dekat, hingga wajah keduanya nyaris bersentuhan. “Bagaimana rasanya dipermalukan, Gia? Tak ada yang peduli siapa kamu sebenarnya. Wanita cacat sepertimu tidak pantas dihormati.” 

Jantung Gia seperti berhenti berdetak. Mata Gia melebar, napasnya terputus-putus. Suara Grace terdengar berbeda, penuh ejekan yang tajam, jauh dari nada penyesalan sebelumnya.

Belum sempat Gia mencerna ucapan itu, Grace tiba-tiba bergerak mundur cepat. Tubuhnya jatuh dengan keras ke lantai. Sebuah jeritan nyaring terdengar, menghentikan seluruh keramaian di pesta itu.

Ray yang berdiri tidak jauh dari mereka, langsung berlari menghampiri Grace. Wajahnya pucat dan panik saat membantu Grace bangkit. “Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka?” tanyanya, penuh perhatian.

 “Gia, aku tahu kamu membenciku, tapi tak perlu mendorongku seperti ini,” ucap Grace memasang wajah kesakitan seraya mengusap lengannya.

“Aku tidak melakukan apa pun, Grace. Kamu terjatuh sendiri,” sahut Gia membela diri.

Tanpa ragu, Ray mendekat dan melayangkan tamparan keras pada Gia, hingga tubuhnya langsung tersungkur jatuh. Para pengunjung pesta histeris, tetapi tatapan mereka berubah puas. Seakan Gia memang pantas menerimanya.

“Tak bisakah kamu diam dan tak membuat ulah! Hidupku menjadi sial karena kehadiranmu!” Ray memekik murka dengan kedua bola mata melotot tajam.

“Pergi dari sini, sebelum aku memanggil petugas keamanan untuk menyeretmu keluar! Kau sudah membuatku malu di pesta perusahaanku?” 

Gia tak menjawab. Percuma memberi penjelasan. Lebih baik dia bangkit dan bergegas menjauh keluar dari ruangan pesta. Gaun anggun itu justru membuatnya kesulitan melangkah.

Tepat di hadapan pintu pesta, Gia tak sengaja menginjak ujung gaunnya sendiri. Gia tersungkur dan jatuh menyedihkan. Tetap saja tak ada yang peduli. Justru tatapan mencibir terus ditujukan padanya.

Sekuat tenaga, Gia menahan air matanya agar tak tumpah. Ia bahkan menahan rasa sakit pada lutut dan sikutnya yang terbentur lantai. Gia memeriksanya sebelum, memaksa tubuhnya bangkit.

“Hanya lecet kecil,” gumamnya menahan perih.

Percuma saja jika berharap ada yang menolongnya. Bahkan dia melihat di ujung lorong seorang petugas keamanan memperhatikannya. Sayangnya, tatapan itu seolah mengartikan jika dirinya adalah pencuri kecil yang membuat kegaduhan di acara pesta. Gia dianggap wanita gila pembuat onar di pesta.

Suara Ray menggema memberi perintah untuk menutup aula pesta.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Diyahlubis
astaga, mengsedihhhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 2

    Tanpa menoleh, Gia langsung bangkit dan terus melangkah meninggalkan gedung tempat pesta itu. Sialnya, saat dia melangkah keluar gerimis melanda.“Tak bisakah menunggu hingga aku tiba di rumah,” ucap Gia menaikkan pandangannya, seolah berbicara pada awan yang membawa hujan kecil itu.Sia-sia saja, Gia terus melangkah dengan kaki pincangnya. Setidaknya, kondisi Gia sudah lebih baik. Dia sudah bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat penyangga. Hingga akhirnya Gia tiba di halte. Gia mengistirahatkan tubuhnya, duduk dan berteduh seraya mengatur hati serta perasaannya. Jelas sekali dia menahan diri agar air matanya tak menerobos keluar, tetapi sia-sia saja.“Jangan cengeng, Gia!” perintahnya pada dirinya sendiri.Gia pun menarik napas panjang, hingga akhirnya dia berhasil menguasai dirinya. Tepat setelah air matanya tak menetes, sebuah bus datang. Agar tak kesulitan naik, Gia mengangkat ujung gaunnya dan langsung memilih kursi paling belakang agar tak mengganggu penumpang, berharap mendap

    Last Updated : 2024-11-10
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 3

    Plak! Tamparan keras mendarat di pipi Ray. Wilson menampar cucunya yang masih mengenakan handuk kimono, hingga rasa kantuk Ray menghilang.Ray bahkan menyeka sudut kanan bibirnya. Terdapat darah segar mengucur dari sana. Perih dan sakit, tetapi masih bisa dia tahan. Wajahnya tetap menunduk tanpa rasa bersalah di hadapan sang kakek.Pintu di belakang tempatnya berdiri terbuka. Grace keluar dengan handuk kimono seperti yang dikenakan Ray. Dia tampak tersentak dan langsung berdiri di samping Ray lalu menunduk.“Ini peringatan terakhir untukmu, Nona! Jika aku masih melihatmu bersama dengan Ray, jangan salahkan aku jika karir modeling yang kamu bangun hancur seketika!” gertak Wilson mengancam pada Grace.Sontak saja Grace terkejut. Kedua bola matanya langsung membulat sempurna dan refleks menaikkan pandangannya melihat wajah murakanya Wilson. Bibirnya bergetar takut dan cemas. “Kakek!” Ray memekik keras dan memberikan tatapan tak terima pada kakeknya.Tangan lelaki itu lantas merangkul tu

    Last Updated : 2024-11-10
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 4

    “Tuan, apa tidak sebaiknya mengatakan yang sebenarnya pada Tuan Ray tentang Nona Gia?” Adam—asisten pribadinya Wilson memberikan usul, tetapi Wilson langsung menggelengkan kepalanya. Setelah memastikan cucunya meninggalkan hotel tanpa ada yang memata-matai, Wilson langsung memilih pulang. Ray yang seorang pewaris harus menjaga imejnya dari kejaran para wartawan berita. “Ray harus bisa menghargai ketulusan dan pengorbanan Gia. Dia harus tahu kalau wanita itu sangat berharga,” ucap Wilson dengan tatapan berat.“Tapi, Grace, semakin berani dan Tuan Ray menjadi semakin tak terkendali,” balas Adam mengutarakan pendapatnya.Wilson hanya terdiam. Pikirannya terasa penuh, hingga dia harus memijat kepalanya. Dadanya bahkan terasa sesak, hingga dia harus menghela napas panjang agar bisa melegakannya.“Tuan, Anda tidak apa-apa?” tanya Adam cemas.“Aku baik-baik saja, Adam!” jawab Wilson tanpa menoleh dan terus memegangi dadanya yang terasa semakin menghimpit jantung.Adam merasakan ponselnya b

    Last Updated : 2024-11-13
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 5

    Gia menjerit keras. Tubuhnya terasa terbelah dua saat Ray memaksa masuk diikuti tawa puas. Tenaga Gia sudah terkuras habis, lemas dan tak bisa berontak lagi. Sesaat, Ray merasakan ada yang berbeda saat mencoba memaksa masuk ke dalam. Vagina Gia sangat sempit sekali, hingga ia merasakan sensasi yang luar biasa di sana. Tanpa sadar Ray mengerang nikmat, kepemilikannya merasakan kepuasan yang tiada tanding. Air mata Gia terus mengalir dan meringis kesakitan. Ray lantas menjambak rambut Gia seraya menusuk lebih dalam kepemilikannya.“Jangan munafik! Kamu pasti menikmatinya, bukan?” ejek Ray lalu bergerak secara brutal. “Ini yang kamu mau dariku? Sekarang aku memberikannya, Jalang!” Jika tubuh wanita cacat itu senikmat ini, kenapa dia mengabaikannya. Gia bukan hanya pembantu yang diperuntukan baginya, tetapi bisa menjadi budaknya, bukan? Ya, Ray menganggap Gia hanya seorang pembantu di rumahnya, bukan sebagai istri. Itu adalah penghinaan yang tepat, karena Gia sudah memaksanya menikahi

    Last Updated : 2024-11-13
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 6

    Sebelum Ray menghubungi anak buahnya, ponselnya sudah berdering keras. Nama pemanggil yang muncul di layar membuat jantungnya berpacu cepat. Adam—asisten kepercayaan Wilson. Tentu saja dia cemas, jika Adam atau kakeknya mengetahui Gia pergi dari rumah. Bibirnya bergetar cemas dan takut, hingga suaranya terdengar gagap. Namun, Ray langsung terkejut saat Adam memintanya untuk segera ke rumah sakit.Ray masih terengah-engah ketika langkahnya tiba di depan ruang perawatan intensif di rumah sakit. “Adam, apa yang terjadi?” Ray bertanya panik begitu melihat pria berjas rapi itu berdiri di dekat pintu ruangan.“Bukankah pagi tadi Tuan Wilson memarahiku?” tanya Ray lagi dengan napas tersengal.Adam tak menjawab. Dia hanya membukakan pintu ruangan rawat Wilson. Lelaki tua itu tampak lemas di atas ranjang rawat, tanpa peralatan medis di tubuhnya.“Tuan, cucumu sudah tiba,” ucap Adam melapor.Wilson membuka matanya lemas dan langsung melihat wajah cemas Ray. Meskipun Ray kesal dengan kakeknya,

    Last Updated : 2024-11-23
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 7

    Sebelum Ray tiba di bandara, anak buahnya Wilson sudah berada di sana. Dia berdiri di tengah keramaian bandara dengan rahang terkatup, matanya menyapu sekeliling seperti elang yang kehilangan mangsa. Ponselnya berdering tanpa henti, laporan dari anak buahnya masuk satu per satu. “Nona Gia tidak ada di penerbangan ke Singapura, Tuan.” “Nona Gia juga tidak naik penerbangan ke Denmark.” Ray mengepalkan tinjunya hingga buku-buku jarinya memutih. “Terus cari! Periksa setiap sudut, kamera pengawas, manifest penerbangan ... semuanya! Jangan biarkan dia lolos!” teriaknya dengan nada tegas yang mencerminkan frustasi. Namun, laporan berikutnya membuat Ray semakin geram. “Tuan, kami sudah memeriksa semua penerbangan yang dipesan atas namanya, tapi ... dia tidak ada di satu pun.” Ray membanting ponsel ke meja logam terdekat seraya memekik keras. Sontak saja beberapa penumpang di sekitar menoleh dengan pandangan khawatir. “Sialan! Dia mempermainkanku!” Ray menarik napas dalam-dalam,

    Last Updated : 2024-12-10
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 8

    “Benarkah kamu adalah cucunya Maria Laffin?” tanya seorang wanita tua yang menyambut Gia di depan pintu masuk desa.“Sepertinya memang benar, Nesa! Lihatlah wajahnya mirip dengan Maria saat masih muda,” tipal lelaki tua di samping wanita yang bertanya tadi. Tampaknya mereka sebaya. Kemudian Gia menyerahkan selembar foto pada mereka. “Ini adalah fotoku saat kecil bersama Nenek Maria,” ucapnya menunjuk gadis kecil dalam pangkuan wanita tua.Kedua pasangan itu memindai wajah Gia dan gadis kecil di sana. Bahkan lelaki tua itu harus memegangi kacamata bulatnya, memastikan tak salah melihat. Tak lama wajah tatapan mereka berbinar.“Ya Tuhan. Maria, cucumu datang,” ucap wanita tua itu dengan wajah haru. “Panggil aku Nenek Nesa. Aku tetua di kampung ini yang menggantikan nenekmu,” katanya seraya menunjuk dirinya.Kemudian dia menunjuk lelaki tua di sampingnya. “Ini suamiku, kamu bisa memanggilnya Kakek Fred,” sambung Nenek Nesa.“Terima kasih, Nenek Nesa, Kakek Fred.” Gia membungkuk hormat p

    Last Updated : 2024-12-11
  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 9

    Gia tersentuh dengan kepedulian Tina dan warga desa yang mencemaskannya, hanya karena dirinya muntah. Setelah tiba di pelabuhan Gia memutuskan untuk ke klinik. Dia perlu memastikan rasa cemas akan dugaannya sendiri. “Kalau begitu aku temani Bibi Gia.” Lisa, gadis kecil itu menawarkan diri. “Walaupun aku masih kecil, tapi aku bisa membantu dan menjagamu, Bibi,” tambahnya antusias.Tampaknya Lisa sangat peduli padanya. Tina yang berada di sebelahnya pun mengangguk, begitu juga yang lainnya. Namun Gia menggeleng, lalu tersenyum.“Tidak usah, Sayang. Kamu temani dan bantu ibumu saja!” ucap Gia seraya membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat jelas wajah Lisa.“Tapi.” Suara Lisa lemah dan menunjukkan wajah protes.Gia menggeleng, lalu tersenyum. Saat dia hendak bersuara, Tina menyela, “Aku setuju dengan Lisa, Gia! Lebih baik dia ikut denganmu. Percayalah, Lisa tahu lingkungan pelabuhan ini ... kamu bisa mengandalkannya,” jelasnya.“Aku takut kamu akan tersesat dan kesulitan mencari jalan

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 35

    “Aku tahu, kamu pasti sangat membenciku dan tak ingin melihatku. Tapi, harus kamu tahu ... aku benar-benar menyesali perbuatanku,” ucap Ray dengan nada rendah. “Aku terlambat menyadari kalau ternyata ... kamu sangat berharga.”Wajah Ray menunjukkan wajah sungguh-sungguh. Namun, Gia refleks tersenyum getir. Sikap Ray sekarang sangat berbeda sekali dengan yang dulu dan dia yakin sekali alasannya.“Berhentilah bersikap seperti ini, Ray. Aku tahu ini bukan dirimu! Sikapmu seperti seakan menunjukkan kalau kamu adalah pria munafik!” celetuk Gia tanpa rasa bersalah.Tatapan wanita bermata bulat itu menunjukkan rasa sakit hati yang mendalam. Sontak saja Ray terkejut dengan reaksi Gia. Bibirnya tampak bergetar dan tatapan matanya seolah menelusur dalam, seolah mencari sesuatu dalam diri Gia.“Kenapa kamu terlihat terkejut? Kamu pasti tak menyangka, jika wanita cacat yang sering kami hinakan dulu... si Pincang Gia, sekarang berani melawan.” Suara Gia bergetar menahan amarah.“Tadi kamu bilang a

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 34

    “Ibu, itu dia orangnya.”Tatapan Gia langsung tertuju pada Ray yang berdiri di hadapan mobil sedan hitamnya. Claire menunjuk, saat mobil yang dikemudikan Gia mendekat gerbang sekolah. Seluruh tubuhnya terbakar dan refleks menginjak pedal rem.“Ternyata memang benar, itu adalah Ray,” batinnya.Perasaan Gia tak karuan, tetapi akal dan pikirannya bekerja lebih keras. Gia tak bisa lagi menghindar. Hanya memastikan kedua anaknya aman dan tak perlu bertemu dengan Ray.Dalam keadaan cemas dan panik, Gia mengedarkan pandangannya, mencari cara agar si kembar bisa masuk ke sekolah tanpa ketahui oleh Ray. Si kembar pun ikut mengikuti arah tatapan ibunya. Keduanya membantu mencari jalan keluar.“Sepertinya, kita bisa masuk melalui pintu gerbang samping itu,” ucap Charlie menunjuk arah samping gedung sekolah.Tatapan Gia pun tertuju ke sana. Perlahan, Gia mengarahkan kendaraannya ke arah tersebut, bertepatan dengan mobil lain yang melintas. Untunglah posisi Ray sedikit menjauh, jadi tak akan bisa

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 33

    Perasaan Gia tak karuan, rasanya ingin mencecar kedua anaknya. Namun, sangat tak mungkin. Dengan perasaan cemas, dia mempelajari ulang hasil pencarian di sana.“Semuanya berawal dari nomor polisi kendaraan?” gumam Gia menemukan awal pencarian yang dilakukan si kembar pada laptop tersebut. Hasil pencarian di laptop menampilkan mobil sedan hitam metalik. Gia mencoba mengingat tentang kendaraan tersebut, mencari jawaban. Tiba-tiba, ingatan Gia tertuju pada saat menjemput si Kembar siang tadi.“Wajah mereka berubah dan seolah melarangku menoleh ke belakang,” gumam Gia penuh keyakinan. “Mungkinkah pria dewasa yang mereka maksud itu adalah Ray?”Praduganya justru semakin membuatnya bertambah cemas. Hal yang selama ini dihindarinya, kini sudah terjadi, pikirnya. Namun, tak ada pilihan selain menunggu pagi dan menanyai keduanya setelah bangun. Gia pun butuh beristirahat. Sayangnya, dia kesulitan memejamkan kedua bola matanya. Namun, rasa lelah dan cemas akhirnya membuat matanya terpejam.Ti

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 32

    “Charlie, bukankah itu mobil pria arogan itu?” Claire bertanya dengan tatapan terus tertuju pada mobil sedan hitam metalik di luar sana.Tubuh Charlie seperti tersentak. Mereka seperti sedang diburu. Namun keduanya langsung berubah panik, menyadari Gia hendak menoleh. Ibu mereka hendak mengikuti arah tatapannya.“Ibu, ayo kita pulang!” seru Claire langsung menarik tangan ibunya.Gia hampir tersentak. Namun, tangan kanan dan kirinya sudah ditarik si kembar melewati arah lain. Jelas sekali mereka menghindari seseorang, pikir Gia.Akan tetapi, dia tak diberikan kesempatan bertanya. Si Kembar terus menarik kedua tangannya kuat dan hampir membuat keributan. Tentu saja ulah keduanya hampir membuatnya menabrak beberapa orang yang tengah berjalan keluar gerbang.“Hentikan!” seru Gia seraya menarik kedua tangannya.Keduanya menurut dan langsung berhenti. Namun, wajah si Kembar terlihat lebih tenang. Posisi mereka tak akan terlihat dari tempat mobil sedan itu terparkir.“Maaf, Bu,” ucap Charlie

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 31

    “Charlie dan Claire, namanya. Mereka adalah anak-anaknya Gia, wanita yang sedang Anda cari.” Suara Bianca langsung menyadarkan semua pertanyaan yang muncul dalam benak Ray. Akan tetapi, dia semakin terguncang. Pikirannya menjadi tak menentu.“Kamu yakin?” tanya Ray memastikan lagi.“Tentu saja, Tuan! Aku yakin dengan informasi yang kuberikan,” jawab Bianca penuh percaya diri.Ray terdiam sejenak. Pikirannya menjelajah mundur, hingga pada pertemuan pertamanya dengan si kembar yang menurutnya menyebalkan. Bukankah saat itu, dia berada di stasiun, setelah mendapatkan kabar sinyal keberadaan Gia. Namun, sinyalnya menguap dan dia pulang dengan perasaan kesal mengingat wajah dua anak kecil yang menurutnya menyebalkan. Hatinya tiba-tiba memekik keras, kenapa mengabaikan perasaan aneh yang muncul saat dirinya melihat kemiripan pada wajah anak-anak itu. Berbagai tanya terus memenuhi benaknya, hingga Ray merasakan kepalanya hampir meledak. Andai saja saat itu dia lebih peka, mungkin dia tida

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 30

    Ray tersenyum senang setelah membalas pesan yang dinamainya dengan pemilik toko buku. Langkahnya untuk menemukan Gia terasa semakin dekat. Tanpa membuang waktu, Ray langsung memerintah sopirnya untuk berbalik ke toko buku tadi.Ponselnya tiba-tiba berbunyi, tanda pesan masuk. Dengan malas, dia mengeluarkan ponselnya dan membukanya. Kedua bola mata Ray langsung membulat sempurna saat menatap file foto dari pesan yang baru saja diterimanya.“Gia?” Pesan dari Bianca, melampirkan wajah Gia. Napasnya langsung memburu dan jantungnya berdetak lebih cepat. Tangannya langsung menekan tanda panggil.“Halo, Nona Bianca. Bagaimana Anda mendapatkan foto wanita itu?” cecar Ray langsung, tanpa berbasa basi, setelah sambungan telepon tersambung. “Beritahu aku, di mana wanita itu berada?” tambahnya tak sabar.“Tenang, Tuan Anderson! Aku akan memberikan semua informasi yang Anda butuhkan,” sahut Bianca dari balik telepon.Ray memejamkan kedua bola matanya, seraya mengatur irama jantung dan napasnya. “

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 29

    “Doni, kembali ke toko buku tadi!” perintah Ray langsung.“Baik, Tuan!” sahut Doni, sopirnya.Doni tahu, majikannya sedang dalam keadaan penasaran dan tak sabar. Setelah memutar mobilnya, dia melajukan kendaraan itu dengan sedikit lebih cepat. Nahas, setelah berhenti di sana, toko itu tutup.“Apa-apaan ini?” geram Ray kesal.Ray bahkan memukul keras tempat duduknya. Wajahnya merah padam. Dia merasa dipermainkan.“Apa dia tahu aku yang membeli buku ini?” kesal Ray seraya menatap geram pada buku di sampingnya.“Sepertinya itu tidak mungkin, Tuan,” sahut Doni mencoba menenangkan diri.Sontak saja Ray langsung menatap ke arah depan. Dari cermin di atas samping kepala Doni, dia bisa melihat ekspresi sopirnya. Doni menundukkan wajahnya, merasa mengusik amarah majikannya.“Maaf, Tuan. Tapi, pemilik toko tadi tak menunjukkan jika dia mengenal Anda, Tuan,” jelas Doni hati-hati.“Apa yang membuatmu begitu yakin dia tak menunjukkan tanda seperti itu? Apa kamu pernah melihat Gia atau mengenalnya

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 28

    Ray melangkah dengan kesal keluar menuju lobi sekolah. Rahangnya mengeras, dan matanya menatap tajam ke depan. Langkahnya berat, dipenuhi rasa frustasi yang menyelimuti pikirannya. Wajah anak kecil tadi terus menghantuinya. Terlalu mirip hingga membuat Ray tak nyaman. Bahkan kembarannya pun sangat mirip sekali."Siapa anak-anak nakal itu?" gumamnya, seraya mengangkat ponsel. Jari-jarinya menggulir cepat mencari nama kontak seseorang tanpa mengurangi laju langkahnya. "Cari tahu soal dua anak kecil yang di stasiun tempo hari itu. Aku ingin semua informasi. Jangan sampai ada yang terlewat!" Ray menutup ponselnya dengan gerakan kasar. Rasa kesal semakin mendidih di dadanya. Padahal dia ke sekolah ini bukan untuk merenungi wajah anak-anak. Tujuannya jelas, mencari Gia. Namun, lagi-lagi keberadaan Gia seperti angin, selalu terasa dekat tetapi tak pernah bisa digenggam.Tanpa sadar, Ray mendahului dengan seorang wanita saat melangkah menuruni lantai lobi menuju pijakan paling dasar. Wan

  • Tuan CEO, Istri Cacatmu Genius   Bab. 27

    Kedua bola mata Charlie hampir keluar dari tempatnya saat melihat jelas wajah Ray. Claire yang berada di sampingnya langsung menarik tangannya. “Lari, Charlie!” Tubuh keduanya langsung melesat menerobos kerumunan murid yang lainnya. Keributan dan kekacauan terjadi di sana. Suara teriakan dan kepanikan menggema.“Hei, jangan lari! Dasar kalian, anak-anak nakal!” teriak Ray keras.Kedua netra Ray menyipit mencoba menelusur ke mana arah perginya bocah yang membuatnya kesal. Kedua tangannya mengepal dengan gigi-gigi beradu keras. Mulutnya pun mengumpat kesal. Rencananya terganggu gara-gara kedua anak itu.“Sial, siapa dua bocah nakal itu? Kenapa aku harus bertemu dengan mereka lagi?” gerutunya. “Rencanaku mencari Gia jadi terganggu.”Sementara Charlie dan Claire bersembunyi di balik dinding menuju lorong kelas mereka. Napas keduanya terengah-engah, seraya menyandarkan tubuh mereka ke dinding. Claire mengintip ke arah lobi, memastikan pria itu tak mengejar masuk.“Sepertinya kita sudah se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status