When Drama Becomes Reality

When Drama Becomes Reality

last updateLast Updated : 2024-12-11
By:   Mariya  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
14Chapters
29views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nara mendapatkan peran utama dalam sebuah sandiwara. Anehnya, naskah sandiwara itu terasa sangat familiar, seperti menceritakan kembali kejadian-kejadian yang ada dalam hidupnya. Selama latihan, Nara merasa ada yang aneh dengan adegan dan dialog sandiwara tampak berhubungan langsung dengan masa lalunya, yang selama ini dia coba lupakan. Dia mulai merasa seperti hidupnya sedang dipentaskan. Nara mencari tahu lebih dalam dan menemukan bahwa sandiwara ini adalah penggambaran dari kejadian nyata dalam hidupnya, termasuk rahasia keluarga yang disembunyikan. Ada orang-orang di sekitarnya yang terlibat, termasuk Aksara, yang ternyata tahu lebih banyak dari yang seharusnya. Saat malam pementasan, Nara dihadapkan pada pilihan: mengikuti jalannya sandiwara yang akan mengungkap rahasia kelam, atau mengubah alur cerita untuk menghindari kehancuran di dunia nyata.

View More

Latest chapter

Free Preview

Tirai Pertama

Ruang latihan teater yang luas, dindingnya dipenuhi cermin besar. Beberapa kursi kayu tersusun berantakan di sudut, sementara lampu panggung menyinari meja panjang yang dipenuhi naskah dan botol air mineral. Di sisi ruangan, tirai merah tebal menggantung, membatasi panggung kecil yang digunakan untuk latihan.Nara berdiri di tengah panggung kecil, memegang naskah di tangan. Wajahnya tampak serius, berusaha mencerna kata-kata yang baru saja dia baca. Maya duduk di tepi panggung, mengamati dengan penuh perhatian. Maya sedikit kesal tapi ia mencairkan suasana dengan bercanda.“Hei, Nara, ini baru latihan, bukan audisi besar. Santai sedikit, dong.”Nara melirik Maya sambil mengerutkan dahi sembari mengangkat naskah di tangannya.“Santai? Gimana aku bisa santai kalau dialognya kayak...begini?”Nara mendekati Maya lalu berbicara dengan suara pelan. “Itu dia masalahnya, May. Dialog ini... terasa aneh. Seperti aku pernah mendengarnya sebelumnya.”Maya tertawa kecil pada Nara. “Yah, kan semua

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
14 Chapters
Tirai Pertama
Ruang latihan teater yang luas, dindingnya dipenuhi cermin besar. Beberapa kursi kayu tersusun berantakan di sudut, sementara lampu panggung menyinari meja panjang yang dipenuhi naskah dan botol air mineral. Di sisi ruangan, tirai merah tebal menggantung, membatasi panggung kecil yang digunakan untuk latihan.Nara berdiri di tengah panggung kecil, memegang naskah di tangan. Wajahnya tampak serius, berusaha mencerna kata-kata yang baru saja dia baca. Maya duduk di tepi panggung, mengamati dengan penuh perhatian. Maya sedikit kesal tapi ia mencairkan suasana dengan bercanda.“Hei, Nara, ini baru latihan, bukan audisi besar. Santai sedikit, dong.”Nara melirik Maya sambil mengerutkan dahi sembari mengangkat naskah di tangannya.“Santai? Gimana aku bisa santai kalau dialognya kayak...begini?”Nara mendekati Maya lalu berbicara dengan suara pelan. “Itu dia masalahnya, May. Dialog ini... terasa aneh. Seperti aku pernah mendengarnya sebelumnya.”Maya tertawa kecil pada Nara. “Yah, kan semua
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
Jejak di Balik Tirai
Ruangan gelap di balik tirai merah. Di dalamnya, kotak kayu berisi naskah kuno menjadi pusat perhatian. Ketegangan memuncak dengan suara langkah kaki mendekat dari luar ruangan. Lampu ruangan tiba-tiba padam, membuat ruangan menjadi gelap gulita. Maya meraih tangan Nara, panik. Maya berbisik “Nara, kita harus pergi! Sekarang!” Namun, Nara tetap terpaku pada kotak kayu di depannya. Dia menatap naskah di tangannya, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut. Suara langkah kaki semakin mendekat. Terdengar suara Nara samar-samar “Tunggu. Aku harus tahu lebih banyak.” Maya menjawab dengan cepat dan tegas “Enggak! Kalau ketahuan, kita bisa dikeluarkan dari produksi ini, atau lebih buruk lagi.” Maya menarik tangan Nara, tapi sebelum mereka bisa keluar, pintu tiba-tiba terbuka. Cahaya dari luar menyorot sosok tinggi Aksara. Wajahnya tegas, tetapi matanya tampak menyimpan sesuatu yang tidak bisa ditebak. Aksara dingin “Apa yang kalian lakukan di sini?” Nara dan Maya saling berpandangan. Ma
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
Di Balik Tirai Kegelapan
Ruangan bawah tanah penuh dengan artefak teater tua. Pintu logam telah tertutup, mengurung Nara dan Maya di dalam. Suara langkah kaki semakin mendekat dari lorong gelap di luar. Lampu ruangan mulai berkedip-kedip, membuat suasana semakin mencekam. Nara mencoba membuka kembali pintu logam, tetapi pintu itu terkunci rapat. Nara berbisik dengan nada tegang “Kita harus keluar dari sini, sekarang juga!”Maya menolehkan kepalanya sambil melihat sekeliling “Bagaimana? Pintu itu jelas sudah dikunci dari luar.”Maya menunjuk ke kamera kecil yang tersembunyi di sudut ruangan. Kamera itu berkedip merah, menunjukkan bahwa mereka sedang diawasi.Maya mulai panik “Nara, mereka tahu kita di sini. Apa yang harus kita lakukan?”Nara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Dia menatap ke sekeliling, mencari jalan keluar lain. Matanya tertuju pada sebuah ventilasi udara kecil di sudut ruangan.Nara sambil menunjuk ventilasi “Kita bisa keluar lewat sana.”Maya terkejut “Ventilasi?
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
Sang Penolong yang Tak Terduga
Pagi hari yang mendung di pusat kota. Nara berjalan sendirian di trotoar yang sibuk, dengan tas ransel berisi dokumen di pundaknya. Dia memutuskan untuk memisahkan diri sementara dari Maya demi memastikan bahwa mereka tidak terlalu mencolok. Dengan langkah tergesa-gesa, dia menatap sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya.Tanpa sadar, dia menabrak seseorang di persimpangan jalan. Benturan itu cukup keras sehingga ranselnya jatuh ke tanah, membuat beberapa dokumen terjatuh. Nara buru-buru menunduk untuk mengambilnya, sementara pria yang dia tabrak juga meraih dokumen-dokumen itu.Nara terlihat sedikit panik “Maaf, saya tidak meliha.”Dia berhenti berbicara ketika matanya bertemu dengan pria di depannya. Pria itu berpenampilan rapi, dengan wajah yang tampan dan penuh pesona. Rambutnya hitam pekat dan tersisir rapi, sementara matanya yang tajam tampak penuh perhatian. Dia tersenyum kecil.Pria itu berdiri sambil menyerahkan dokumen “Tidak apa-apa. Ini milikmu, kan?”Nara menga
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more
Ketulusan Andrian
Adrian menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Dia menatap Nara lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut. “Maaf. Aku hanya... Aku hanya ingin memastikan kamu aman, Nara.” Nara tersentuh oleh nada tulus Adrian, tetapi dia segera mengalihkan pandangannya, tidak ingin terlihat lemah. “Kita harus tetap fokus pada tujuan. Itu saja yang penting.” Malam semakin larut. Maya sudah tertidur di sofa, sementara Adrian dan Nara duduk di balkon apartemen kecil itu. Angin malam berhembus pelan, membawa suasana keheningan yang sesekali terisi oleh suara kendaraan di jalanan jauh di bawah. Keduanya memegang cangkir kopi hangat di tangan, meski pikiran mereka jelas masih penuh dengan kekhawatiran. Adrian sambil menatap keluar ke arah lampu kota. “Aku selalu percaya bahwa setiap orang punya batasannya. Tapi kamu, Nara... kamu sepertinya tidak pernah berhenti melampaui batas itu.” Nara menatap Adrian dengan alis terangkat. Dia menyesap kopinya dan berbicara dengan nada ringan. “
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
Langkah Yang Tak Terduga
Setelah malam yang penuh ketegangan, pagi menjelang dengan kabut tipis menyelimuti kota. Di apartemen kecil itu, Nara, Adrian, dan Maya berkumpul di meja dapur, membahas rencana baru. Kopi hangat di cangkir mereka kini terasa hambar, kalah oleh berat pikiran yang mengisi kepala masing-masing. Nara membuka peta yang mereka ambil dari dokumen malam sebelumnya. “Kita harus mulai dari sini. Lokasi ini disebutkan sebagai salah satu pusat operasi Aksara. Jika kita bisa masuk, mungkin kita menemukan bukti untuk menjatuhkannya.” Adrian mengerutkan dahi, memperhatikan peta itu dengan seksama. “Tapi tempat ini dijaga ketat. Kita tidak bisa masuk begitu saja tanpa persiapan.” Maya, yang biasanya penuh candaan, kini berbicara dengan nada serius. “Aku kenal seseorang yang mungkin bisa membantu. Seorang mantan karyawan Aksara yang tahu seluk-beluk sistem keamanan mereka.” Nara mengangkat alis. “Kenapa kamu baru bilang sekarang?” Maya mengangkat bahu dengan cengiran kecil. “Kamu tidak pernah ta
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
Di Bawah Langit Yang Sama
Malam di balkon hotel itu menjadi awal dari percakapan yang tidak pernah Adrian atau Nara duga. Setelah begitu lama hidup dalam bayang-bayang pelarian dan ketakutan, ada sesuatu yang terasa berbeda. Udara malam yang dingin tidak mampu menyembunyikan kehangatan yang perlahan tumbuh di antara mereka.“Aku ingin tahu, kalau ini semua berakhir... apa yang akan kamu lakukan?” Kata Adrian tiba-tiba, memecah keheningan.Nara menatapnya, sedikit bingung dengan pertanyaan itu. “Maksudmu?”“Setelah Aksara jatuh. Setelah semua ini selesai. Apa yang kamu inginkan, Nara?”Nara terdiam, mencoba mencari jawaban yang tepat. Tapi setiap kali dia memikirkannya, kepalanya terasa penuh dengan keraguan. “Aku nggak tahu, Adrian. Aku nggak pernah berpikir sejauh itu. Selama ini, aku hanya fokus untuk bertahan hidup.”Adrian mengangguk pelan, memahami jawabannya. “Itu adil. Tapi... kamu berhak memikirkan tentang masa depan. Tentang kebahagiaanmu sendiri.”“Kebahagiaan, ya? Aku nggak yakin itu sesuatu yang bi
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
Jejak di Balik Bayangan
Fajar menyingsing, menyapu kegelapan malam dengan lembut. Rumah kecil di pinggiran kota itu masih hening. Maya tertidur di sofa, sementara Adrian tetap terjaga di kursi dekat jendela, memeriksa ponselnya untuk memastikan tidak ada perkembangan buruk. Nara, di sisi lain, duduk di ruang kerja kecil, mempelajari kembali peta dan catatan mereka. Tiba-tiba, telepon Maya yang berada di meja mulai bergetar pelan. Suara itu memecah keheningan dan membuat mereka semua waspada. Maya terbangun, langsung meraih teleponnya dan membaca pesan yang masuk. Wajahnya berubah tegang. “Berita tentang Aksara sudah menyebar luas,” katanya dengan suara serak. “Tapi ada yang aneh. Seorang sumber dari dalam mengatakan bahwa ada satu nama besar yang sengaja tidak disebutkan dalam dokumen kita.” Adrian mendekat, membaca pesan itu dari balik pundak Maya. “Maksudnya apa? Kita sudah memastikan semuanya lengkap sebelum menyerahkannya.” Maya menggeleng. “Entah bagaimana, nama itu berhasil dihapus. Tapi sumberk
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
Kebenaran yang Terungkap
Malam gelap menyelimuti gudang tua yang menjadi tempat persembunyian Nara, Adrian, Maya, dan kini Reza. Mereka semua berada di ujung kelelahan, tetapi semangat untuk melanjutkan perjuangan terus membara. Bukti-bukti di flash drive Reza menjadi nyala kecil harapan di tengah derasnya ancaman. Namun, ancaman itu tidak hanya datang dari luar. Ketegangan di antara mereka mulai terasa. Adrian, yang masih merawat luka Maya, sesekali melirik Reza dengan pandangan penuh curiga. “Kamu yakin tidak sedang memanfaatkan kami?” tanya Adrian tajam. Reza mendesah. “Kalau aku ingin menyerahkan kalian, aku sudah melakukannya sejak dulu. Aku kehilangan segalanya karena Aksara. Keluarga, pekerjaan, semuanya. Aku di sini untuk membalas dendam.” “Cukup,” potong Nara. Dia menatap Adrian dan Reza bergantian. “Kita tidak punya waktu untuk saling mencurigai. Yang penting sekarang, kita harus menyusun langkah berikutnya.” Reza mengeluarkan peta gedung utama Aksara dari dalam tasnya. “Ada satu tempat yang mun
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
Di Antara Bayang-Bayang Penghianatan
Nara berdiri terpaku, tubuhnya kaku di hadapan Rendra Wijaya yang kini melangkah maju dengan senyum dingin penuh kemenangan. Di belakangnya, pengawal-pengawal bersenjata melangkah memasuki ruangan, membentuk barisan yang membuat pelarian menjadi mustahil. Adrian, Reza, dan Maya langsung bergerak melindungi Nara dan Darma, tetapi mereka tahu posisi mereka saat ini tidak menguntungkan.“Kalian sungguh berani! Menggali terlalu dalam dan mencoba merusak apa yang telah kami bangun selama bertahun-tahun. Apa kalian kira ini akan berakhir baik untuk kalian?” Ucap Rendra dengan nada santai, meski ada ancaman tajam yang tersirat dalam kata-katanya.Mata Nara memancarkan kemarahan. Dia berdiri tegak, menatap langsung ke arah Rendra. “Kami tidak takut padamu. Kau pikir dengan menahan ayahku, kau bisa menghentikan kami? Kau salah besar.”Rendra tertawa kecil. “Keberanianmu mengesankan, Nara. Tapi ini bukan cerita dongeng di mana keberanian akan menyelamatkanmu. Kau menghadapi Aksara sebuah kekuat
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
DMCA.com Protection Status