Share

Pesona Istri yang Tak Dianggap
Pesona Istri yang Tak Dianggap
Author: Borneng

Si Kembar yang Malang

Author: Borneng
last update Last Updated: 2024-11-12 22:02:23

“Tangisan kedua anak itu membuat ibu ingin meledak. Apa kamu tidak bisa membeli susu yang bagus supaya anak itu berhenti menangis!” bentak seorang wanita sambil berdecak pinggang.

“Sudah Bu.”

“Lalu kenapa mereka selalu menangis tiap malam, aku jadi terganggu tidur kepalaku sakit.”

‘Astagfirullah, namanya juga bayi yang masih berusia dua bulan, wajar masih sering menangis,” ujar Talita dalam hati, tetapi tidak sekalipun ia melawan ataupun ia membantah omongan ibu mertuanya. Ia sudah memutuskan jadi ibu sambung untuk kedua  bayi malang itu, itu artinya ia sudah siap dengan semua yang akan terjadi.

“Bayi baru dua bulan memang sering rewel Bu.”

“Tidak! kata siapa? Anak saya semuanya tidak ada yang rewel.”

Talita diam, ia tidak menyahut lagi.

Emir juga diam, ia menikmati makan malamnya tanpa membela Talita ataupun ibunya.

Kadang Talita berpikir kalau mantan kakak iparnya punya penyakit jiwa, karena ia hanya diam.

Talita merasa sangat kasihan pada mbaknya karena mendapat suami dan ibu mertua seperti nenek lampir.

“Lagian Lu kagak usah kerja lagi kenapa sih!? lo gak kasihan sama anak kakak kamu yang tidak punya ibu lagi,” ucap iparnya.

Talita hanya diam, menahan semua tekanan dari sana sini di dalam rumah tanpa ada satu orangpun yang membelanya.

Setelah makan malam usai, ia naik lagi ke kamar baby kembar. Hanya di kamar bernuansa biru putih itulah ia merasa tenang.

Melihat kedua bayi malang tertidur pulas, air mata Talita tidak terasa menetes membasahi pipinya, ia kasihan pada kedua bayi tidak berdosa itu mereka ditolak ayah dan keluarga ayahnya.

‘Mbak, apa sebenar yang terjadi, kenapa mereka menolak anak-anakmu? beri aku sedikit petunjuk,” ucap Talita mengusap linangan air di pipinya.

Tidak ingin larut dalam kesedihan, ia mengambil sajadah dan mukena yang disimpan di kamar baby kembar, shalat tahajud membuat hatinya tenang.

Kala ia sedang sholat, tiba-tiba keduanya menangis, dan tangisannya semakin mengkelangar, dan saat itu susternya kebetulan sedang mandi.

Ibu mertuanya datang dan ipar membuka pintu dengan keras.

“Kamu budak iya, Anak nangis kok dibiarkan!?” teriaknya. padahal sudah jelas-jelas ia melihat Talita sedang sholat. Bukannya langsung menggendong cucunya agar diam dan tenang,wanita itu malah teriak marah dan memaki-maki Talita. Beruntung Desi buru-buru mandi dan dia menggendong Hasan , baby dengan tangisan yang paling ribut.

Dengan tenang Talita melipat sajadah miliknya dan menggendong Hasnah.

“Kamu tidak bisa menyuruh mereka diam apa!? Membuatku pusing ,” ucap Rita .

“Iya ampun Mbak, mereka masih bayi yang baru lahir wajar kalau sering menangis,” ucap Talita.

“Mereka membuatku pusing, suruh diam!” Bentak Ibu mertuanya lalu Ibu dan anak itu keluar dari kamar si kembar.

Talita hanya bisa mengelus dada dan menghela napas melihat kelakuan ibu mertua dan iparnya.

Tetapi anehnya, seribu apapun dan seheboh apapun terjadi di kamar si kembar, Emir tidak pernah peduli, seolah-olah kedua anak kembar itu bukan anaknya dan bukan bagian keluarganya. Ia akan selalu diam dan bersikap acuh dengan semua keadaan.

“Ya Allah, hamba lelah,” ujar Talita mengusap bulir air dari matanya.

“Sabar Bu, demi anak-anak,” ujar Desi menunjukkan sikap simpati pada majikannya.

“Saya juga manusia biasa, ada saatnya lemah tidak berdaya seperti saat ini.”

“Iya saya mengerti Bu, tapi aku juga bingung kenapa mereka semua tidak ada yang menyayangi anak-anak malang ini.”

“Iya, mereka berdua anak-anak malang.” Talita mendaratkan bibirnya ke kening kedua baby kembar.

Talita juga lelah kerja di rumah sakit, tetapi ia merasa lebih lelah lagi saat tiba di rumah, karena kelakuan keluarga suaminya.

Talita masuk ke dalam kamar, kali ini ia sudah tidak tahan lagi ia harus bicara dan bertanya pada Emir tentang apa yang sebenarnya yang terjadi. Ia sudah dua bulan lebih, tetapi kenapa Emir hanya jadi penonton, hanya bisa diam dan diam, tetapi, kali ini Lisa harus bicara.

Saat masuk ke dalam kamar, lelaki yang berprofesi sebagai polisi itu sedang sibuk memainkan ponsel nya, ia duduk menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang.

“Mas, kita harus bicara.”

“Iya.”

“Sebenarnya ada apa dengan kalian semua?”

“Memang kenapa?” tanya Emir tidak mengalihkan matanya dari benda pipi berwarna putih itu.

“Kenapa Mas selalu bersikap tidak peduli pada Hasan dan Hasnah?”

“Aku mau tidur mengantuk,” ujar Emir tidak mau membicarakan tentang baby malang itu.

“Seorang lelaki sejati harus berani mengucapkan kebenaran," ujar Talita kehabisan kesabaran.

“Mereka bukan anakku!!”

“Haaa … ! ma-ma-maksudnya apa Mas?” tanya Talita nyaris pingsan.

“Kenapa kamu tidak tanyakan pada mbak mu di kuburan sana, tanyakan padanya anak siapa yang ia lahir kan," ujar Emir memunggungi Talita.

Talita merasa bagai di timpa dengan batu besar, merasa rongga dadanya terhimpit dan susah bernapas, mendengar penuturan Emir.

Talita mematung dengan mata bulat itu semakin membesar karena terkejut.

“Bukan kah tuduhan itu tidak terlalu jahat, Mas," ujar Talita berharap apa yang ia dengar salah.

“Tidak ! itu bukan tuduhan, itu kebenaran," balas Emir masih dengan posisi tubuh membelakangi.

“Lalu, mereka bukan anakmu, lalu mereka anak siapa?”

“Itu tugas kamu mencari tahu.”

“Mbak Hanum bukan orang yang seperti itu Mas, jangan menuduh seperti itu, itu tidak masuk akal,”ucap Talita menangis terisak-isak.

Talita merasakan rasa yang amat sakit di dalam dadanya saat Emir mengungkapkan baby kembar yang malang itu, bukanlah darah dagingnya, rasa kecewa, bingung, malu. Hal itulah yang dirasakan Talita. Ia tidak percaya kalau mbak yang ia sayangi melakukan hal tercela seperti itu.

Karena ia tahu kalau Hanum sangat mencintai suaminya, bahkan ia rela meninggalkan profesinya sebagai perawat demi menjadi istri Emir.

Talita Hanum rela menikah dengan abang iparnya Emir Fazwan setelah kematian sang kakak. Emir memiliki sikap yang dingin dan cuek.Talita rela menikah demi kedua keponakannya.

 “Berhentilah menangis dan tidurlah, kamu boleh menjaga anak-anak itu di rumah ini, tetapi jangan harapkan kalau aku akan memberikan mereka perhatian layaknya seorang ayah,” ujar Emir. Ia tidur memunggungi Talita yang masih duduk dalam tangisan.

‘Apa semua yang dikatakan Mas Emir benar Mbak? Apa Mbak lakukan, bagaimana ini, bagaimana aku menatap wajah mereka semua, jika hal itu benar ucap Talita dalam hati, matanya menatap foto Hanum yang masih tergantung rapi di dalam kamar.

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Menikah Demi Keponakan

    Saat pagi tiba, Talita membawa si kembar berjemur di lapangan di samping rumah, tetapi apa yang di katakan Emir tadi malam menganggu pikirannya, ia terus saja menatap wajah kedua baby yang sangat mengemaskan itu.‘Wajah mereka mirip siapa sih? Mirip Mbak juga tidak, apa lagi mirip Mas Emir, rasanya tidak? Talita membelai pipi Hasnah, bayi perempuan itu memiliki wajah yang sama dengan ibunya dan mata yang bulat.Saat ia duduk berjemur, seorang wanita paru baya menghampirinya.“Oh, anak yang sangat cantik seperti ibunya, kamu harus sabar iya Neng, mereka akan mendapat ganjaran atas apa yang mereka lakukan, menyebabkan dua bayi malang ini kehilangan ibunya,”ujar wanita itu dengan wajah tenang dan berkarisma, tidak terlihat seperti ibu tukang gosip.“Apa maksudnya Bu? apa ibu mengenal kakak saya?” tanya Talita dengan tatapan memburu.“Kakakmu orang yang sangat cantik dan sangat sabar.”“Lalu apa maksud Ibu tadi?” tanya Talita dengan tatapan penasaran.“Bukanya kamu sudah tahu kalau kak

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Bertemu Mantan Kekasih

    “Kamu tahu aku dan dia pacaran lima tahun, tetapi seenaknya kamu mengambilnya begitu saja,” ucap Dimas lagi.“Mas tolong hentikan, banyak orang menonton di sini, tolong jangan teruskan lagi,” ucap Talita mengatupkan kedua telapak tangannya ia memohon dengan wajah sedih, ia tidak mau ada keributan.“Aku tidak peduli banyak orang yang melihat. Aku mau bilang pada kakak ipar mu ini . Eh , salah suamimu. Di hari aku ingin melamarmu jadi istriku tetapi mantan kakak iparmu ini menikahimu, apa ini adil?” ucap Dimas dengan rahang mengeras dan urat-urat saling bertarikan.Emir masih bersikap tenang, bahkan dengan tenang memakan makanan yang dipesan, saat semua orang ramai menonton keributan, dengan tenangnya Emir menikmati makanannya dan membiarkan Dimas marah dan meluapkan amarahnya sendiri.Sementara Talita sudah gemetaran, ia takut di balik sikap diam dan tenang Emir, ada sesuatu yang kemarahan yang terkunci.Jika terus dibiarkan, akan ada bahaya, ia takut Emir menarik pistol yang di pingga

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Dia Bukan Anakku

    Talita terbangun saat suara tangisan keras dari kedua bayi kembar, mereka berdua menangis kencang seolah-olah habis di cubit. Iaberlari ke kamar, alangkah kagetnya dirinya saat melihat Ibu mertuanya dan kakak perempuan Emir.“Apa yang kalian lakukan?” tanya Talita dengan suara meninggi. Mata bulat itu tampak membesar segede jengkol, karena kaget dengan apa yang ia lihat saat itu.“Itu bukan urusanmu, kamu diam saja,” ujar ipar perempuannya dan terus memegang gunting.“Mbak jangan begitu, hentikan!” teriak Talita marah.“Kenapa …? kamu takut kalau kakakmu main gila dengan lelaki lain?” ujar ibu mertua Talita, ia wanita yang egois dan mudah dipengaruhi orang lain.“Ibu jangan menuduh seperti itu, Ibu keluar dari sini, biarkan mereka tidur, apa yang kalian lakukan pada kedua bayi malang ini, apapun yang terjadi antara kalian dan mbak ku, mereka tidak tahu apa-apa dan tidak sepantasnya kalian bersikap seperti pada mereka,” ujar Talita dengan suara bergetar, dengan sikap memasang tubuhnya

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Lelah Bertahan

    Sejak pertengkaran Dimas dan Emir sifat Emir semakin dingin melebihi dinginnya bongkahan es di kutub utara. Sifat dinginnya seakan-akan mampu membekukan seisi kamar yang ia tempati bersama Talita.Susah memang menghadapi sikap pendiam,lautan bisa diukur berapa kedalamannyaNamun, hati dan pikiran seseorang tidak ada yang tahu.Hanya sang pemilik kehidupan yang bisa mengetahui.Maka karena itu, Talita hanya bisa berdoa dan bersikap pasrah dan menyerahkan semuanya sama yang Kuasa.Saat pagi tiba, Emir tampak mondar-mandir mencari sesuatu, tetapi ia tidak mau bertanya pada Talita yang saat itu sedang membereskan pakaian si kembar,ia selalu memeriksa keperluan si kembar setiap pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.Emir masih dengan sikap diam tetapi tubuhnya terus bergerak mencari sesuatu.Tidak ingin kepalanya bertambah pusing, karena melihat suaminya yang seperti setrikaan mondar-mandir. Talita memutuskan bertanya.“Mas Emir, cari apa?” tanya Talita dengan suaranya yang amat lembut.

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Lelaki Dari Masa lalu Mbak Hanum

    Setelah pertengkaran Talita dengan Emir pagi itu, Talita berangkat kerja lebih awal.Pertengkarannya dengan Emir pagi itu membuat suasana hati Talita tidak baik.Ia tidak ingin memulai pekerjaan dengan suasana yang buruk, apalagi profesinya sebagai bidan.Ia meminta teman seprofesinya untuk menggantikan ia pagi itu,Talita ingin mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya.Talita menghentikan taxi membawanya ke pemakaman Hanum. Ia ingin mencurahkan semua kesedihan hatinya di gundukan tanah yang sudah mulai ditumbuhi rumput itu, tanah tempat sang kakak di makamkan.Taxi membawanya ke pemakaman umum di daerah Pondok Ranggon Jakarta timur. Sebuah pemakaman umum yang sangat luas. Setelah membeli bunga dan air mawar, Talita berjalan menyusuri deretan makam-makam yang berbaris rapi. Melihat banyak tanah kuburan yang ia lewati mengingatkannya pada diri sendiri. “Semua manusia akan mati pada akhirnya, dunia yang fana ini, hanya tempat sementara,” ucap Talita menatap sebuah makam yang m

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pisah Kamar

    Talita berlari setelah keluar dari taxi, ia langsung menuju kamar si kembar.Emir berdiri di sisi ranjang berpagar milik si kembar.“Apa yang mas lakukan?” Wajah Talita berkeringat dan nafas terengah-engah saat tiba di kamar si kembar.“Kenapa? Apa aku tidak bisa melihat mereka?” tanya Emir, tatapan itu jelas tatapan kemarahan.“Tidak, Mas tidak pernah mau melihat mereka, lalu kenapa sekarang-”“Apa kamu menuduh ku!” teriak Emir membuat kedua anak kembar itu menangis, karena terkejut mendengar suara keras Emir.“Mas, apa yang kamu lakukan?”Talita menggendong Hasan dan Desi menggendong Hasna.“Justru aku yang harus bertanya itu padamu,dari mana kamu?” tatapan itu membuat Talita terkejut.‘Apa Mas Emir tahu kalau aku bertemu dengan lelaki itu tadi?’ Talita membatin.“Kenapa diam?”“Mas bisa tidak gak usah teriak-teriak, anak-anak jadi menangis mendengar suara Mas.”Talita memberikannya pada Bu Retno, wanita yang membantu merawat kedua baby kembar itu, lalu Talita mengajak Emir untuk bi

    Last Updated : 2024-11-13
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ibu Mertua Terlalu Ikut Campur

    “Kamu itu tidak becus. Aku akan mencarikan wanita untuk mengurus putraku karena kamu tidak bisa melakukannya, kamu tidak berguna jadi seorang istri.”‘Aku memang tidak berguna untuk putramu, tetapi aku sangat berguna untuk kedua keponakanku’ ucap Talita dalam hati.“Aku mau katakan sekali lagi sama , jika ibu melakukan itu, karier mas Emir akan akan dipertanyakan nantinya, sebagai seorang polisi, mana boleh polisi memiliki dua istri?”Talita meninggalkan ibu mertuanya yang aneh itu, walau Talita sudah meninggalkannya, wanita tua itu tetap mengoceh seolah-olah ia tahu segalanya.Ia berpikir semua harus di bawah kendalinya. Namun, Talita wanita yang tangguh, ia tidak mau melakukan apa yang diinginkan Ibu mertuanya.Suasana dalam rumah itu benar-benar seperti neraka. Emir pulang malam tetapi setiap kali ia pulang akan keadaan mabuk. Talita bukannya tidak mau peduli, tetapi, Emir sendiri yang meminta agar jangan ikut campur dalam hidupnya.“Ibu dan Mbak, jangan mencampuri kehidupanku lag

    Last Updated : 2024-11-14
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Mendapat Petunjuk

    Banyak masalah yang dihadapi Talita mempengaruhi pekerjaannya.Ia tidak ingin melakukan hal buruk dalam pekerjaannya, maka itu ia terpaksa beberapa kali izin pulang lebih awal.Baik hari itu setelah mendapat tamparan dari ibu mertuanya, ia masuk ke ruangannya dan ia menangis, walau ia bersikap sangat tegar dan kuat. Namun, ada kalanya ia merasa rapuh dan tidak berdaya sama seperti saat itu.Ia hanya bekerja setengah hari dan ijin pulang dengan alasan tidak enak badan, bukan badannya yang sakit melainkan hatinya yang terasa sangat sakit.Saat ia ingin pulang entah satu kebetulan atau ia sengaja menunggu tapi yang pasti lelaki yang saat ini sudah menjadi mantan ya berdiri di sampingnya mengendarai motor yang dulu selalu ia naiki.“Lita, kamu mau pulang?”“Iya Mas.” Talita hanya bisa menunduk menahan air mata yang sangat ia tahan, ia tidak ingin menangis ataupun kelihatan sedih di hadapan Dimas.“Mari aku antar pulang.”“Mas , tolong jangan seperti ini.”“Ta, aku hanya meminta mengantarm

    Last Updated : 2024-11-15

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Akhir yang Bahagia

    Pernikahan Dila dan DimasPersiapan pernikahan Dila dan Dimas dimulai dengan adat Minang yang kaya tradisi. Tahapan awal, yang disebut Meresek, dilakukan oleh keluarga besar kedua mempelai untuk membicarakan rencana pernikahan. Pada tahap ini, pihak keluarga saling berdiskusi mengenai tanggal, adat yang akan dijalankan, dan persiapan lainnya.Setelah itu, dilanjutkan dengan Menimang dan Batimbang, di mana orang tua memberikan nasihat dan doa restu kepada kedua mempelai. Suasana haru menyelimuti prosesi ini, karena kedua orang tua menyampaikan pesan penuh makna kepada anak-anak mereka yang akan memulai hidup baru.Tahapan berikutnya adalah Mananta Sirih, yaitu prosesi di mana keluarga calon pengantin pria datang menemui ninik mamak (tetua adat) dan keluarga besar calon pengantin wanita untuk menyampaikan maksud baik mereka. Pada prosesi ini, sirih menjadi simbol penghormatan dan persetujuan dari kedua belah pihak.Kemudian, Babako-Babaki menjadi tahap penting dalam adat pernikahan Mina

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Perjodohan yang Berhasil

    Beberapa minggu setelah pertemuan keluarga itu, hubungan Dila dan Dimas semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah sekadar berjalan-jalan di taman atau menikmati kopi di kafe kecil favorit Dila. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menemukan kenyamanan satu sama lain.Suatu sore, Dimas dan Dila duduk di tepi danau, menikmati semilir angin yang menyejukkan. Dila menatap Dimas dengan lembut, lalu berkata, " Bang Dimas, aku tahu perjodohan ini mungkin terasa mendadak untukmu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak ingin memaksakan apa pun. Aku hanya ingin kita jujur dengan perasaan masing-masing."Dimas tersenyum dan menggenggam tangan Dila dengan hangat. "Dila, awalnya aku memang ragu, tapi semakin lama aku mengenalmu, aku merasa lebih nyaman dan percaya bahwa mungkin ini memang jalan yang terbaik. Aku ingin kita menjalaninya dengan hati yang lapang."“Dulu kamu tidak pernah melihatku sebagai wanita, dimatamu hanya ada Talita. Apa kamu yakin bisa melupakannya?”“Se

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Rencana Perjodohan

    Talita dan Emir duduk berhadapan dengan Pak Brata di ruang tamu rumahnya yang luas dan elegan. Pria paruh baya itu menatap mereka dengan ekspresi penuh tanya, sementara secangkir teh hangat tersaji di hadapannya."Jadi, ada hal penting yang ingin kalian bicarakan, datang ke rumah saya Emir" tanya Pak Brata sambil menyilangkan tangan di dadanya.Talita tersenyum lembut, sedikit ragu sebelum akhirnya berkata, "Pak Brata, kami datang dengan niat baik. Kami ingin membicarakan tentang Dila dan Dimas. Kami merasa mereka berdua bisa menjadi pasangan yang cocok, dan kami ingin tahu pendapat Bapak tentang ini."Pak Brata mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Dila dan Dimas?" Ia menghela napas pelan lalu tersenyum kecil. "Dila memang sudah lama mengagumi Dimas, dan laki-laki itu sudah menolak menikah dengan Dila. Saya tidak ingin memaksakannya lagi. Dimas sangat tergila-gila padamu Talita.”Emir menimpali dengan suara tenang, "Dimas sudah mulai menerima kenyataan. Kami yakin, jika diberi kesem

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ternyata Ibuku Menghancurkan Semuanya

    Pak Anto baru saja pulang dari perjalanannya ke luar kota ketika ia mendengar suara Dimas yang meninggi dari dalam rumah. Langkahnya terhenti di ambang pintu ruang keluarga, matanya yang tajam menangkap ekspresi penuh emosi dari anak sulungnya."Apa yang sedang terjadi di sini?" suaranya dalam dan berwibawa, memecah ketegangan di ruangan itu.Bu Yani terlonjak, sementara Farida menggigit bibir, gelisah. Dimas menoleh ke arah ayahnya, wajahnya masih dipenuhi kemarahan dan kekecewaan."Ayah, lebih baik Ayah duduk. Aku punya sesuatu yang harus Ayah dengar," kata Dimas dengan suara bergetar.Pak Anto mengerutkan dahi tetapi tetap berjalan menuju kursi dan duduk. Dimas menghela napas panjang sebelum menekan tombol di ponselnya, memutar rekaman suara yang baru saja membuat ibunya pucat pasi.Suara Ibu Irfan dan Bu Yani memenuhi ruangan. Kata-kata itu begitu jelas, begitu nyata, hingga tak ada ruang bagi penyangkalan. Rekaman itu berisi percakapan yang membuktikan bahwa Bu Yani berkomplot u

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Gagal Balas Dendam

    Dimas duduk termenung di kamar apartemennya. Kata-kata Emir terus terngiang di kepalanya. Ia tidak bisa percaya bahwa ibunya, wanita yang selalu ia hormati dan kasihi, tega melakukan hal-hal keji pada Talita. Namun, sebagai seorang tentara, ia tahu bahwa kebenaran harus diungkap. Ia tidak bisa hanya bergantung pada kata-kata Emir. Ia harus mencari bukti.“Aku tidak yakin kalau Bunda melakukan seperti yang dituduhkan Emir,” ucap Dimas sembari bergumam. Tanganya sibuk mencari nama aku media sosial Ibunya dan Farida. Ia beberapa kali memasukkan kata kunci di pencarian banyak orang yang memiliki nama yang sama seperti Ibunya.“Yang mana akun Bunda,” ucapnya sesekali mengaruk kepalanya dengan kasar. Beberapa kali mencoba tidak menemukannya, ia memilih menghentikannya ia berniat bertanya pada kerabat yang berteman di media sosial dengan ibundanya. *Besok harinya ia pura-pura berkunjung ke tempat kerjaan adik sepupunya dan ia pura-pura meminjam ponsel ingin mencari teman di media

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Cinta dan Amarah

    Setelah pertemuan yang tegang itu, Talita dan Emir mencoba kembali menata hidup mereka, meskipun ada beban yang masih menggantung. Namun, jauh di dalam hati mereka, baik Talita maupun Emir tahu bahwa Dimas belum selesai. Amarah yang membara di dalam diri Dimas belum surut.“Mas, Aku tidak melakukan kesalahan kan?” tanya Talita di saat mereka berdua menjelang tidur.“Tidak, kamu tidak salah Talita. Dimas hanya merasa kecewa, karena kita menikah tanpa memberitahunya.”“Ibu Yani yang tidak ingin melihatku Mas, dia sangat membenciku,” keluh Talita sambil mengusap-usap pipi Emir yang berbaring disampingnya.“Lupakan masala lalu dan mari kita menata masa depan. Kemarahan Dimas mungkin akan hilang seiring berjalannya waktu,” ujar Emir mengecup kening Talita dan meminta wanita itu untuk tidur.“Bagaimana kalau dia marah dan balas dendam Mas?” tanya Talita menghela nafas panjang.“Kita akan hadapi sayang, istirahatlah. Besok kita sudah mulai bekerja, liburan madu kita sudah habis.” Emir mem

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Kecewa Pada Talita

    Beberapa bulan kemudian Dimas akhirnya pulih, orang yang pertama yang ingin ia lihat Talita dan si kembar.“Jangan mencarinya lagi, dia meninggalkanmu setelah kamu tidak berdaya di rumah sakit,” ucap sang Ibunda.“Itu tidak mungkin Bu. Dia wanita yang baik.”Wanita itu berdiri dengan wajah geram, “ Bunda sudah katakan padamu Dimas, dia hanya mempermainkanmu. Kamu tahu sekarang dia sudah menikah dengan polisi yang selama ini membantunya, dia menikah dengan Diego!”Dimas sudah bisa menebak siapa sosok yang disebutkan sang ibunda. Diego adalah Emir. Laki-laki itu selama ini memakai topeng karet dan menyamar sebagai Diego. Ia melakukan itu setelah Arjuna dan dr. Irfan menembaknya dan ia berhasil memalsukan kematiannya.‘Emir …?’Melihat Dimas tidak bereaksi keluarganya keheranan, “Uda tidak marah?” tanya Farida.“Apa kamu sudah tahu kalau wanita selama ini selingkuh dengansi polisi itu?” sambung Ibu Yani lagi.Dimas menarik nafas dalam, ia merasa rongga dadanya terasa sesak setelah ta

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pulang Bulan Madu

    Pagi itu, Talita terbangun dengan aroma kopi yang harum. Ia menggeliat pelan, lalu membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah Emir, berdiri di samping tempat tidur dengan nampan sarapan di tangannya."Selamat pagi, istriku," sapa Emir lembut.Talita tersenyum, masih setengah mengantuk. "Mas, apa ini?""Sarapan di tempat tidur, spesial untuk istri tercinta," jawab Emir sambil meletakkan nampan di atas selimutnya.Di atas nampan, ada roti panggang dengan telur mata sapi berbentuk hati, buah segar yang sudah dipotong rapi, dan secangkir kopi dengan foam berbentuk hati di atasnya.Talita menatap suaminya dengan penuh cinta. "Mas Emir, kamu terlalu manis," katanya sambil tersenyum lebar.Emir duduk di sampingnya. "Aku hanya ingin memastikan kamu selalu merasa dicintai."Talita meraih tangan Emir dan menciumnya lembut. "Aku selalu merasa begitu, Mas. Karena kamu."Emir mengusap pipinya dengan lembut, lalu menyuapkan sepotong roti ke mulutnya. Mereka tertawa bersama, menikmati pagi y

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Bulan Madu yang Penuh Cinta

    Pagi pertama di bulan madu mereka, Talita menggeliat pelan di tempat tidur. Matahari pagi mengintip dari celah tirai, menyinari ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut. Tangannya meraba sisi ranjang, mencari sosok Emir, tetapi tempat di sebelahnya kosong.Talita membuka matanya perlahan. Aroma harum sesuatu yang lezat menyeruak ke dalam kamar. Ia mengerutkan kening, lalu tersenyum kecil.‘Emir memasak?’Dengan rasa penasaran, Talita bangkit, mengenakan jubah tidurnya, lalu berjalan ke arah dapur tempat mereka menghabiskan bulan madu. Di sana, ia menemukan pemandangan yang membuat hatinya berdebar.Emir, dengan celemek yang melingkar di tubuhnya, sibuk di dapur. Ia mengaduk sesuatu di wajan, sesekali mencicipi saus dengan ujung sendok, lalu mengangguk puas.Talita menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap suaminya dengan senyum penuh cinta. "Aku juga tidak tahu kapan Emir bisa memasak."Emir menoleh, matanya berbinar melihat Talita yang berdiri di sana dengan rambut yang masih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status