Share

Dia Bukan Anakku

Author: Borneng
last update Huling Na-update: 2024-11-12 22:05:52

Talita terbangun saat suara tangisan keras dari kedua bayi kembar, mereka berdua menangis kencang seolah-olah habis di cubit.

 Iaberlari ke kamar, alangkah kagetnya dirinya saat melihat Ibu mertuanya dan kakak perempuan Emir.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Talita dengan suara meninggi. Mata bulat itu tampak membesar segede jengkol, karena kaget dengan apa yang ia lihat saat itu.

“Itu bukan urusanmu, kamu diam saja,” ujar ipar perempuannya dan terus memegang gunting.

“Mbak jangan begitu, hentikan!” teriak Talita marah.

“Kenapa …? kamu takut kalau kakakmu main gila dengan lelaki lain?” ujar ibu mertua Talita, ia wanita yang egois dan mudah dipengaruhi orang lain.

“Ibu jangan menuduh seperti itu, Ibu keluar dari sini, biarkan mereka tidur, apa yang kalian lakukan pada kedua bayi malang ini, apapun yang terjadi antara kalian dan mbak ku, mereka tidak tahu apa-apa dan tidak sepantasnya kalian bersikap seperti pada mereka,” ujar Talita dengan suara bergetar, dengan sikap memasang tubuhnya untuk melindungi kedua kembar itu, menghalangi ibu mertua dan iparnya mendekati mereka berdua.

Talita langsung menggendong salah satu si kembar. Mendengar keributan Desi perawat si kembar berlari ke kamar, ia juga menggendong Hasnah, bayi perempuan itu masih menangis kelengar seakan habis di cubit.

Emir tampak berdiri di depan pintu, ia hanya melihat sebentar dan pergi, ia seolah-olah tidak mau peduli apapun yang terjadi pada bayi malang itu.

‘Tega bangat sih kamu Mas Emir, ini kah yang kamu lakukan pada anak Mbak Hanum, wanita yang sangat mencintaimu selama ini, bahkan ia rela melepaskan pekerjaannya sebagai perawat demi bisa menjadi istrimu.

Lalu apa ini?’ lagi-lagi air mata Talita menganak sungai, melihat kedua keponakan nya.

“Aku ingin menunjukkan padamu kalau kakakmu berselingkuh dengan lelaki lain, dan anak yang dilahirkan itu bukan anak dari Emir, paham kamu!”

“Tidak, ibu tidak boleh melakukan hal itu, kasihan mereka berdua,” ucap Talita tidak bisa menghentikan air matanya.

“Kami hanya ingin menggunting rambut mereka berdua untuk tes DNA,” ujar ipar Talita.

“Ya Allah tega bangat sih kamu mbak, nanti kamu akan menikah dan punya anak, bagaimana perasaan kamu saat anak kamu diperlakukan seperti ini?”

ujar Talita dengan suara bergetar, dengan kedua tangan memeluk baby Hasan , ia bertindak seperti seorang ibu untuk melindungi mereka.

“Udah deh, hidupku bukan urusanmu,”

ucap wanita berambut blonde itu dengan wajah bengis dan sikap mengintimidasi.

Wanita itu kakak perempuan Emir, tetapi walau sudah berumur hampir kepala tiga, ia enggan untuk membina rumah tangga.

Talita menolak keras kalau ibu mertuanya menggunting rambut kedua baby twins, ia terus saja menggendong dan menjauhkan keduanya dari wanita tua berkerudung hitam itu.

Mereka berdua keluar dari kamar si kembar dengan mulut memaki dan memarahi Talita.

“Kenapa mereka mau melakukan itu Bu?” tanya Desi penasaran.

“Saya tidak tahu, saya takut saat saya kerja nanti, kalau mereka melakukan itu lagi tolong jaga mereka berdua, jangan sampai mereka mendekat, rekam apapun yang mereka lakukan jika ada yang mencurigakan ingin mereka lakukan pada si kembar,” ujar Talita, dengan wajah lelah dan wajahnya masih muka bantal karena belum membasuh wajahnya.

“Baik Bu,” ujar Desi merasa takut.

Talita turun, melihat Emir di meja makan tiba-tiba ia merasa sangat benci pada lelaki itu, ia tidak serapan setelah pamit ia berangkat kerja tanpa serapan.

Talita berjalan dari komplek rumahnya sampai ke jalan, niatnya ingin mencari taxi di depan jalan. Namun, apa yang dialami di rumahnya membuatnya menangis sepanjang jalan dan duduk di salah satu halte bus.

‘Ibu … apa yang sebenarnya terjadi, inikah tujuanmu memaksaku untuk menikah dengan Emir …?

Mbak Hanum, katakan apa yang harus aku lakukan dan apa yang sudah kamu lakukan, mbak , kini aku bagai hidup dalam neraka’ ujar Talita, sesekali ia mengusap butiran air yang mengalir dari pipinya.

Ia tidak menghiraukan tatapan orang padanya, ia tidak naik taxi, maupun naik angkutan umum, ia sangat berat hati meninggalkan kedua bayi malang itu bersama orang-orang jahat yang tidak menerima kehadiran mereka berdua di dunia ini.

Kini Talita duduk sendiri masih menangis sedih dengan bahu terisak-isak.

“Kamu tidak apa-apa, Sa?” Dimas, berdiri di depannya.

Talita mendongak, melihat lelaki tampan bertubuh tegap itu ingin rasanya ia memeluk mantan kekasihnya untuk meluapkan kesedihan hatinya.

Saat situasi saat ini, ia butuh bahu untuk bersandar. Namun, status yang ia sandang saat ini sudah jadi istri Emir, membuatnya semakin menangis.

“Mas, kenapa kesini, tolong pergi,” usir Talita menunduk.

“Kamu kenapa Sa?”

“Tidak apa-apa Mas, tolong pergi, aku mohon sebelum orang lain melihatmu, ini tidak benar, karena aku sudah jadi istri orang lain.”

“Tapi, katakan padaku kenapa kamu menangis?”

“Mas, dalam rumah tangga pasti ada masalah, tapi aku bisa mengatasinya sendiri, tolong tinggalkan aku.”

“Tidak, katakan padaku semuanya.”

“Mas, jangan seperti ini.”

Tidak ingin Emir dan keluarganya melihatnya bersama lelaki lain. Talita berdiri dan menghentikan taxi .

“Maaf Mas, aku harus pergi, aku tidak ingin menambah masalah, tolong jangan ganggu aku lagi.”

Wajah Talita sangat sendu dan matanya sembab, ia meninggalkan Dimas yang masih berdiri menatapnya pergi.

Ternyata dari jauh Emir melihat Dimas datang dan melihat kedua mantan kekasih itu saling mengobrol.

Melihat Talita menangis sedih, Dimas mengepal tangannya ia tidak terima wanita yang amat dicintai ia lihat menangis.

Padahal selama mereka menjalin hubungan selama lima tahun, Dimas tidak pernah membuat wanita cantik itu menangis.

Cintanya yang besar pada Talita membuatnya gelap mata.

Ia mendatangi kantor Emir datang ke markas polisi membuat keributan sama saja mencari masalah untuk diri sendiri.

Ia mendatangi ruangan Emir dan memberi lelaki berwajah dingin itu bogem mentah. Emir tidak mau diam, ia membalas memukul, wajah keduanya babak belur, takut mereka berdua saling menarik pistol masing -masing, para rekan polisi memisahkan keduanya.

Polisi, menahan Dimas dengan tuduhan menyerang petugas, karena terlalu mencintai Talita, ia harus merasakan dinginnya dinding penjara.

Saat sore tiba Emir pulang dengan wajah babak belur, karena Dimas menghajar dengan pukulan bertubi-tubi.

“Ada apa Mas?” tanya Talita .

“Dihajar kekasihmu.”

“Haaa …? a-a-apa yang terjadi” tanya Talita gugup.

“Kamu masih bertanya apa yang terjadi? Karena kamu datang ke rumah ini, apa kamu tidak tahu, setelah kamu datang ke rumah ini, banyak masalah yang terjadi, kamu pembawa masalah,” ujar Emir marah.

Talita diam, ia takut saat ia membuka mulut menjawab ucapan Emir lelaki itu akan semakin murka, ia memutuskan tidur di kamar si kembar.

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Lelah Bertahan

    Sejak pertengkaran Dimas dan Emir sifat Emir semakin dingin melebihi dinginnya bongkahan es di kutub utara. Sifat dinginnya seakan-akan mampu membekukan seisi kamar yang ia tempati bersama Talita.Susah memang menghadapi sikap pendiam,lautan bisa diukur berapa kedalamannyaNamun, hati dan pikiran seseorang tidak ada yang tahu.Hanya sang pemilik kehidupan yang bisa mengetahui.Maka karena itu, Talita hanya bisa berdoa dan bersikap pasrah dan menyerahkan semuanya sama yang Kuasa.Saat pagi tiba, Emir tampak mondar-mandir mencari sesuatu, tetapi ia tidak mau bertanya pada Talita yang saat itu sedang membereskan pakaian si kembar,ia selalu memeriksa keperluan si kembar setiap pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.Emir masih dengan sikap diam tetapi tubuhnya terus bergerak mencari sesuatu.Tidak ingin kepalanya bertambah pusing, karena melihat suaminya yang seperti setrikaan mondar-mandir. Talita memutuskan bertanya.“Mas Emir, cari apa?” tanya Talita dengan suaranya yang amat lembut.

    Huling Na-update : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Lelaki Dari Masa lalu Mbak Hanum

    Setelah pertengkaran Talita dengan Emir pagi itu, Talita berangkat kerja lebih awal.Pertengkarannya dengan Emir pagi itu membuat suasana hati Talita tidak baik.Ia tidak ingin memulai pekerjaan dengan suasana yang buruk, apalagi profesinya sebagai bidan.Ia meminta teman seprofesinya untuk menggantikan ia pagi itu,Talita ingin mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya.Talita menghentikan taxi membawanya ke pemakaman Hanum. Ia ingin mencurahkan semua kesedihan hatinya di gundukan tanah yang sudah mulai ditumbuhi rumput itu, tanah tempat sang kakak di makamkan.Taxi membawanya ke pemakaman umum di daerah Pondok Ranggon Jakarta timur. Sebuah pemakaman umum yang sangat luas. Setelah membeli bunga dan air mawar, Talita berjalan menyusuri deretan makam-makam yang berbaris rapi. Melihat banyak tanah kuburan yang ia lewati mengingatkannya pada diri sendiri. “Semua manusia akan mati pada akhirnya, dunia yang fana ini, hanya tempat sementara,” ucap Talita menatap sebuah makam yang m

    Huling Na-update : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pisah Kamar

    Talita berlari setelah keluar dari taxi, ia langsung menuju kamar si kembar.Emir berdiri di sisi ranjang berpagar milik si kembar.“Apa yang mas lakukan?” Wajah Talita berkeringat dan nafas terengah-engah saat tiba di kamar si kembar.“Kenapa? Apa aku tidak bisa melihat mereka?” tanya Emir, tatapan itu jelas tatapan kemarahan.“Tidak, Mas tidak pernah mau melihat mereka, lalu kenapa sekarang-”“Apa kamu menuduh ku!” teriak Emir membuat kedua anak kembar itu menangis, karena terkejut mendengar suara keras Emir.“Mas, apa yang kamu lakukan?”Talita menggendong Hasan dan Desi menggendong Hasna.“Justru aku yang harus bertanya itu padamu,dari mana kamu?” tatapan itu membuat Talita terkejut.‘Apa Mas Emir tahu kalau aku bertemu dengan lelaki itu tadi?’ Talita membatin.“Kenapa diam?”“Mas bisa tidak gak usah teriak-teriak, anak-anak jadi menangis mendengar suara Mas.”Talita memberikannya pada Bu Retno, wanita yang membantu merawat kedua baby kembar itu, lalu Talita mengajak Emir untuk bi

    Huling Na-update : 2024-11-13
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ibu Mertua Terlalu Ikut Campur

    “Kamu itu tidak becus. Aku akan mencarikan wanita untuk mengurus putraku karena kamu tidak bisa melakukannya, kamu tidak berguna jadi seorang istri.”‘Aku memang tidak berguna untuk putramu, tetapi aku sangat berguna untuk kedua keponakanku’ ucap Talita dalam hati.“Aku mau katakan sekali lagi sama , jika ibu melakukan itu, karier mas Emir akan akan dipertanyakan nantinya, sebagai seorang polisi, mana boleh polisi memiliki dua istri?”Talita meninggalkan ibu mertuanya yang aneh itu, walau Talita sudah meninggalkannya, wanita tua itu tetap mengoceh seolah-olah ia tahu segalanya.Ia berpikir semua harus di bawah kendalinya. Namun, Talita wanita yang tangguh, ia tidak mau melakukan apa yang diinginkan Ibu mertuanya.Suasana dalam rumah itu benar-benar seperti neraka. Emir pulang malam tetapi setiap kali ia pulang akan keadaan mabuk. Talita bukannya tidak mau peduli, tetapi, Emir sendiri yang meminta agar jangan ikut campur dalam hidupnya.“Ibu dan Mbak, jangan mencampuri kehidupanku lag

    Huling Na-update : 2024-11-14
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Mendapat Petunjuk

    Banyak masalah yang dihadapi Talita mempengaruhi pekerjaannya.Ia tidak ingin melakukan hal buruk dalam pekerjaannya, maka itu ia terpaksa beberapa kali izin pulang lebih awal.Baik hari itu setelah mendapat tamparan dari ibu mertuanya, ia masuk ke ruangannya dan ia menangis, walau ia bersikap sangat tegar dan kuat. Namun, ada kalanya ia merasa rapuh dan tidak berdaya sama seperti saat itu.Ia hanya bekerja setengah hari dan ijin pulang dengan alasan tidak enak badan, bukan badannya yang sakit melainkan hatinya yang terasa sangat sakit.Saat ia ingin pulang entah satu kebetulan atau ia sengaja menunggu tapi yang pasti lelaki yang saat ini sudah menjadi mantan ya berdiri di sampingnya mengendarai motor yang dulu selalu ia naiki.“Lita, kamu mau pulang?”“Iya Mas.” Talita hanya bisa menunduk menahan air mata yang sangat ia tahan, ia tidak ingin menangis ataupun kelihatan sedih di hadapan Dimas.“Mari aku antar pulang.”“Mas , tolong jangan seperti ini.”“Ta, aku hanya meminta mengantarm

    Huling Na-update : 2024-11-15
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Apakah Kakak Ku Selingkuh?

    Hari itu ia mulai melakukan penyelidikan tentang perselingkuhan Hanum. Talita memulai dari dr. Irfan, ia ingin mendatangi rumah sakit di mana lelaki itu bertugas sebagai dokter. Tetapi sebelum bertemu Talita menelepon terlebih dulu bertanya apa lelaki itu punya waktu luang.“Halo, selamat siang, Mas Irfan saya Talita. Apa Mas punya waktu untuk bertemu?”“Oh, kebetulan hari ini saya lagi cuti, saya kehilangan barang, jadi saya melapor ke kantor polisi, kalau mau kita bertemu di sini saja, nanti saya kirim alamatnya.”“Baik Mas.”Irfan mengirim alamat ke ponsel Talita, tetapi melihat hal itu, Talita, merasa keberatan karena tempat itu tempat dimana Emir bertugas.“Aduh, disini lagi alamatnya, ini kantor polisi di mana Mas Emir bertugas yang ada nanti dia melihatku dan menuduhku hal yang bukan-bukan. Namun, kalau tidak pergi sekarang, kapan

    Huling Na-update : 2024-11-16
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Sebab Aku Tidak Bisa Memberinya Anak

    Karena Aku Tidak Bisa Memberinya Anak.“Mau makan apa?”tanya Emir.“Haaa?” Talita menatap dengan kaget.‘Ada apa dengannya, apa ia memberiku makan dulu biar ada tenaga untuk bertengkar dengannya?’ Talita membatin, melihat raut wajah Emir, Talita yakin kalau lelaki bertampang dingin itu sedang marah.“Kamu belum makan, kan?”“Iya.”“Maka itu, mari makan." Emir memanggil pelayan restoran. "Mau mau makan, apa?" Emir menatap Talita.“Oh, sama saja sama punya Mas,” ucap Talita ter gagap, ia terkejut dengan sikap baik Emir. Tetapi, justru sikap baik itu yang membuat Talita terus bertanya dalam hati. Apa yang akan Emir lakukan padanya nanti.‘Habis makan ,apa yang ingin Emir katakan padaku, apa dia ingin mengusirku setelah melihatku dengan Irfan? Apa ia akan memaki-makiku?’Saat makan pun, Talita sudah merasa sesak napas, pikirannya tidak fokus lagi ke makanan yang ia masukkan ke mulutnya. Tetapi, otaknya dipenuhi banyak pertanyaan dan mencoba menimang -nimang apa yang akan dilakukan Emir pa

    Huling Na-update : 2024-11-16
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Dicibir Tetangga

    “Turun!” pinta Emir dengan marah.Talita masih terlihat shock, wajahnya menegang dan mata besar itu menatap dengan tatapan kosong, ia keluar tanpa berkata apa-apa.‘Dia mandul, lalu apa benar Mbak Ratna selingkuh, lalu … si kembar anak siapa?Ya, Allah ini sangat memalukan’ Talita memegang dadanya, ia terduduk di pinggir jalan dengan tangisan yang tidak terbendung lagi.Setelah duduk beberapa menit, ia berjalan gontai, pengakuan Emir melukai hatinya, ada perasaan kecewa, marah, benci, pada sanga kakak setelah pengakuan Emir, dugaan perselingkuhan sang kakak semakin terbukti.Ia merasa sangat terpukul, air matanya terus mengalir bagai anak sungai.Ia menangis bukan karena kata-kata kasar yang diucapkan Emir padanya, atau karena ia diturunkan dipinggir jalan, semua itu memang menyakitkan.Tetapi yang membuatnya sedih adalah kedua anak kembar yang ia jaga dan sudah ia anggap seperti anak sendiri. Ia menangis karena kecewa pada Ratna.‘Kenapa mbak, kenapa harus seperti ini, kalau Emir tid

    Huling Na-update : 2024-11-17

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Akhir yang Bahagia

    Pernikahan Dila dan DimasPersiapan pernikahan Dila dan Dimas dimulai dengan adat Minang yang kaya tradisi. Tahapan awal, yang disebut Meresek, dilakukan oleh keluarga besar kedua mempelai untuk membicarakan rencana pernikahan. Pada tahap ini, pihak keluarga saling berdiskusi mengenai tanggal, adat yang akan dijalankan, dan persiapan lainnya.Setelah itu, dilanjutkan dengan Menimang dan Batimbang, di mana orang tua memberikan nasihat dan doa restu kepada kedua mempelai. Suasana haru menyelimuti prosesi ini, karena kedua orang tua menyampaikan pesan penuh makna kepada anak-anak mereka yang akan memulai hidup baru.Tahapan berikutnya adalah Mananta Sirih, yaitu prosesi di mana keluarga calon pengantin pria datang menemui ninik mamak (tetua adat) dan keluarga besar calon pengantin wanita untuk menyampaikan maksud baik mereka. Pada prosesi ini, sirih menjadi simbol penghormatan dan persetujuan dari kedua belah pihak.Kemudian, Babako-Babaki menjadi tahap penting dalam adat pernikahan Mina

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Perjodohan yang Berhasil

    Beberapa minggu setelah pertemuan keluarga itu, hubungan Dila dan Dimas semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah sekadar berjalan-jalan di taman atau menikmati kopi di kafe kecil favorit Dila. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menemukan kenyamanan satu sama lain.Suatu sore, Dimas dan Dila duduk di tepi danau, menikmati semilir angin yang menyejukkan. Dila menatap Dimas dengan lembut, lalu berkata, " Bang Dimas, aku tahu perjodohan ini mungkin terasa mendadak untukmu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak ingin memaksakan apa pun. Aku hanya ingin kita jujur dengan perasaan masing-masing."Dimas tersenyum dan menggenggam tangan Dila dengan hangat. "Dila, awalnya aku memang ragu, tapi semakin lama aku mengenalmu, aku merasa lebih nyaman dan percaya bahwa mungkin ini memang jalan yang terbaik. Aku ingin kita menjalaninya dengan hati yang lapang."“Dulu kamu tidak pernah melihatku sebagai wanita, dimatamu hanya ada Talita. Apa kamu yakin bisa melupakannya?”“Se

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Rencana Perjodohan

    Talita dan Emir duduk berhadapan dengan Pak Brata di ruang tamu rumahnya yang luas dan elegan. Pria paruh baya itu menatap mereka dengan ekspresi penuh tanya, sementara secangkir teh hangat tersaji di hadapannya."Jadi, ada hal penting yang ingin kalian bicarakan, datang ke rumah saya Emir" tanya Pak Brata sambil menyilangkan tangan di dadanya.Talita tersenyum lembut, sedikit ragu sebelum akhirnya berkata, "Pak Brata, kami datang dengan niat baik. Kami ingin membicarakan tentang Dila dan Dimas. Kami merasa mereka berdua bisa menjadi pasangan yang cocok, dan kami ingin tahu pendapat Bapak tentang ini."Pak Brata mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Dila dan Dimas?" Ia menghela napas pelan lalu tersenyum kecil. "Dila memang sudah lama mengagumi Dimas, dan laki-laki itu sudah menolak menikah dengan Dila. Saya tidak ingin memaksakannya lagi. Dimas sangat tergila-gila padamu Talita.”Emir menimpali dengan suara tenang, "Dimas sudah mulai menerima kenyataan. Kami yakin, jika diberi kesem

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ternyata Ibuku Menghancurkan Semuanya

    Pak Anto baru saja pulang dari perjalanannya ke luar kota ketika ia mendengar suara Dimas yang meninggi dari dalam rumah. Langkahnya terhenti di ambang pintu ruang keluarga, matanya yang tajam menangkap ekspresi penuh emosi dari anak sulungnya."Apa yang sedang terjadi di sini?" suaranya dalam dan berwibawa, memecah ketegangan di ruangan itu.Bu Yani terlonjak, sementara Farida menggigit bibir, gelisah. Dimas menoleh ke arah ayahnya, wajahnya masih dipenuhi kemarahan dan kekecewaan."Ayah, lebih baik Ayah duduk. Aku punya sesuatu yang harus Ayah dengar," kata Dimas dengan suara bergetar.Pak Anto mengerutkan dahi tetapi tetap berjalan menuju kursi dan duduk. Dimas menghela napas panjang sebelum menekan tombol di ponselnya, memutar rekaman suara yang baru saja membuat ibunya pucat pasi.Suara Ibu Irfan dan Bu Yani memenuhi ruangan. Kata-kata itu begitu jelas, begitu nyata, hingga tak ada ruang bagi penyangkalan. Rekaman itu berisi percakapan yang membuktikan bahwa Bu Yani berkomplot u

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Gagal Balas Dendam

    Dimas duduk termenung di kamar apartemennya. Kata-kata Emir terus terngiang di kepalanya. Ia tidak bisa percaya bahwa ibunya, wanita yang selalu ia hormati dan kasihi, tega melakukan hal-hal keji pada Talita. Namun, sebagai seorang tentara, ia tahu bahwa kebenaran harus diungkap. Ia tidak bisa hanya bergantung pada kata-kata Emir. Ia harus mencari bukti.“Aku tidak yakin kalau Bunda melakukan seperti yang dituduhkan Emir,” ucap Dimas sembari bergumam. Tanganya sibuk mencari nama aku media sosial Ibunya dan Farida. Ia beberapa kali memasukkan kata kunci di pencarian banyak orang yang memiliki nama yang sama seperti Ibunya.“Yang mana akun Bunda,” ucapnya sesekali mengaruk kepalanya dengan kasar. Beberapa kali mencoba tidak menemukannya, ia memilih menghentikannya ia berniat bertanya pada kerabat yang berteman di media sosial dengan ibundanya. *Besok harinya ia pura-pura berkunjung ke tempat kerjaan adik sepupunya dan ia pura-pura meminjam ponsel ingin mencari teman di media

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Cinta dan Amarah

    Setelah pertemuan yang tegang itu, Talita dan Emir mencoba kembali menata hidup mereka, meskipun ada beban yang masih menggantung. Namun, jauh di dalam hati mereka, baik Talita maupun Emir tahu bahwa Dimas belum selesai. Amarah yang membara di dalam diri Dimas belum surut.“Mas, Aku tidak melakukan kesalahan kan?” tanya Talita di saat mereka berdua menjelang tidur.“Tidak, kamu tidak salah Talita. Dimas hanya merasa kecewa, karena kita menikah tanpa memberitahunya.”“Ibu Yani yang tidak ingin melihatku Mas, dia sangat membenciku,” keluh Talita sambil mengusap-usap pipi Emir yang berbaring disampingnya.“Lupakan masala lalu dan mari kita menata masa depan. Kemarahan Dimas mungkin akan hilang seiring berjalannya waktu,” ujar Emir mengecup kening Talita dan meminta wanita itu untuk tidur.“Bagaimana kalau dia marah dan balas dendam Mas?” tanya Talita menghela nafas panjang.“Kita akan hadapi sayang, istirahatlah. Besok kita sudah mulai bekerja, liburan madu kita sudah habis.” Emir mem

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Kecewa Pada Talita

    Beberapa bulan kemudian Dimas akhirnya pulih, orang yang pertama yang ingin ia lihat Talita dan si kembar.“Jangan mencarinya lagi, dia meninggalkanmu setelah kamu tidak berdaya di rumah sakit,” ucap sang Ibunda.“Itu tidak mungkin Bu. Dia wanita yang baik.”Wanita itu berdiri dengan wajah geram, “ Bunda sudah katakan padamu Dimas, dia hanya mempermainkanmu. Kamu tahu sekarang dia sudah menikah dengan polisi yang selama ini membantunya, dia menikah dengan Diego!”Dimas sudah bisa menebak siapa sosok yang disebutkan sang ibunda. Diego adalah Emir. Laki-laki itu selama ini memakai topeng karet dan menyamar sebagai Diego. Ia melakukan itu setelah Arjuna dan dr. Irfan menembaknya dan ia berhasil memalsukan kematiannya.‘Emir …?’Melihat Dimas tidak bereaksi keluarganya keheranan, “Uda tidak marah?” tanya Farida.“Apa kamu sudah tahu kalau wanita selama ini selingkuh dengansi polisi itu?” sambung Ibu Yani lagi.Dimas menarik nafas dalam, ia merasa rongga dadanya terasa sesak setelah ta

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pulang Bulan Madu

    Pagi itu, Talita terbangun dengan aroma kopi yang harum. Ia menggeliat pelan, lalu membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah Emir, berdiri di samping tempat tidur dengan nampan sarapan di tangannya."Selamat pagi, istriku," sapa Emir lembut.Talita tersenyum, masih setengah mengantuk. "Mas, apa ini?""Sarapan di tempat tidur, spesial untuk istri tercinta," jawab Emir sambil meletakkan nampan di atas selimutnya.Di atas nampan, ada roti panggang dengan telur mata sapi berbentuk hati, buah segar yang sudah dipotong rapi, dan secangkir kopi dengan foam berbentuk hati di atasnya.Talita menatap suaminya dengan penuh cinta. "Mas Emir, kamu terlalu manis," katanya sambil tersenyum lebar.Emir duduk di sampingnya. "Aku hanya ingin memastikan kamu selalu merasa dicintai."Talita meraih tangan Emir dan menciumnya lembut. "Aku selalu merasa begitu, Mas. Karena kamu."Emir mengusap pipinya dengan lembut, lalu menyuapkan sepotong roti ke mulutnya. Mereka tertawa bersama, menikmati pagi y

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Bulan Madu yang Penuh Cinta

    Pagi pertama di bulan madu mereka, Talita menggeliat pelan di tempat tidur. Matahari pagi mengintip dari celah tirai, menyinari ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut. Tangannya meraba sisi ranjang, mencari sosok Emir, tetapi tempat di sebelahnya kosong.Talita membuka matanya perlahan. Aroma harum sesuatu yang lezat menyeruak ke dalam kamar. Ia mengerutkan kening, lalu tersenyum kecil.‘Emir memasak?’Dengan rasa penasaran, Talita bangkit, mengenakan jubah tidurnya, lalu berjalan ke arah dapur tempat mereka menghabiskan bulan madu. Di sana, ia menemukan pemandangan yang membuat hatinya berdebar.Emir, dengan celemek yang melingkar di tubuhnya, sibuk di dapur. Ia mengaduk sesuatu di wajan, sesekali mencicipi saus dengan ujung sendok, lalu mengangguk puas.Talita menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap suaminya dengan senyum penuh cinta. "Aku juga tidak tahu kapan Emir bisa memasak."Emir menoleh, matanya berbinar melihat Talita yang berdiri di sana dengan rambut yang masih

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status