Share

Lelah Bertahan

Author: Borneng
last update Last Updated: 2024-11-12 22:07:04

Sejak pertengkaran Dimas dan Emir sifat Emir semakin dingin melebihi dinginnya bongkahan es di kutub utara.  Sifat dinginnya seakan-akan mampu membekukan seisi kamar yang ia tempati bersama Talita.

Susah memang menghadapi sikap pendiam,

lautan bisa diukur berapa kedalamannya

Namun, hati dan pikiran seseorang tidak ada yang tahu.

Hanya sang pemilik kehidupan yang bisa mengetahui.

Maka karena itu, Talita hanya bisa berdoa dan bersikap pasrah dan menyerahkan semuanya sama yang Kuasa.

Saat pagi tiba, Emir tampak mondar-mandir mencari sesuatu, tetapi ia tidak mau bertanya pada Talita yang saat itu sedang membereskan pakaian si kembar,

ia selalu memeriksa keperluan si kembar setiap pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.

Emir masih dengan sikap diam tetapi tubuhnya terus bergerak mencari sesuatu.

Tidak ingin kepalanya bertambah pusing, karena melihat suaminya yang seperti setrikaan mondar-mandir. Talita memutuskan bertanya.

“Mas Emir, cari apa?” tanya Talita dengan suaranya yang amat lembut.

Lelaki bertubuh tinggi berambut cepak itu hanya diam, membiarkan pertanyaan istrinya menguap begitu saja.  Talita hanya menghela nafas pendek

melihat sikap Emir yang kian hari semakin menjengkelkan baginya.

‘Ya Allah, berikan hambamu ini kesabaran’

ucap Talita dalam hati.

Tidak ingin hubungan mereka semakin rumit, ia berdiri dan bertanya lagi. ”Mas Emir cari apa? biar aku bantu.”

“Kamu tidak akan tahu walau aku bilang.”

“Ya, katakan saja dulu, biar aku tahu.”

“Tidak perlu,teruskan saja pekerjaanmu,” ujarnya ketus.

“Kenapa jadi marah? aku hanya ingin membantumu, karena aku istrimu.” Emir menatap tajam.

“Aku tidak pernah memintamu jadi istriku, kamu yang datang padaku,” ucap Emir.

Mendengar itu sebenarnya hatinya sakit, ia marah, seolah-olah ia wanita yang gampangan yang mengejar-ngejar Emir.

Padahal ia wanita terpelajar, seorang wanita pekerja, ia setuju menikah demi kedua keponakannya, menikahi kakak iparnya yang super-duper egois dan punya sikap dingin.

‘Aku juga tidak ada niat menikah denganmu, ini demi keponakanku’ ucap Talita dalam hati.

Namun, ia tidak mengungkapkannya, ia hanya butuh kedamaian di rumah itu.

“Iya ampun kenapa jadi merembet sampai kemana-mana?

Aku hanya ingin membantu,” ujar Talita, masih mempertahankan sikapnya yang lemah lembut.

Tetapi batas kesabaran manusia itu ada batasannya, bisa saja Talita lepas kendali.

Wanita cantik itu belum menyerah, ia membuka laci meja dan mengambil bros kecil, berbentuk bunga lima sudut sebagai lambang pangkat Emir.

“Apa Mas mencari ini?” Talita meletakkan di telapak tangannya dan menyodorkan padanya.

“Iya.”

Saat Talita menemukan apa yang ia cari

Emir menarik napas lega, karena ia sudah hampir sepuluh menit berkutat mencari benda kecil tersebut. Tetapi karena keegoisannya ia tidak bertanya.

Ia menerima, tapi ia enggan mengucapkan kata terimakasih.

Tidak mengucapkan satu kata pun, untuk apa yang sudah Talita lakukan untuknya. Tidak ada ungkapan terimakasih, saat Talita sudah membantunya,

hanya mengambilnya dari tangannya dan memakaikannya di seragam polisi yang ia kenakan.

‘Terimakasih , tidak bisa di mengucapkan satu kalimat itu, apa susahnya hanya mengucapkan itu?’Talita membatin.

Wajah itu kembali ke mode awal, dingin dan wajah datar.

‘Bagaimana mbak Hanum bertahan selama ini menghadapi suami dan ibu mertuanya?

Salut sama mbakku, ia jarang mengeluh dan mengadu pada kami tentang kehidupannya.

Kami bisa tahu semua masalahnya hanya dari seorang karyawannya, tunggu, karyawan …?’

tiba-tiba ia mengingat seseorang yang sering memberitahukan keadaan Hanum pada keluarganya, saat otaknya berpikir keras, tapi tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang membuatnya seakan-akan tak terkendali. Talita marah.

“Jangan pernah berharap banyak dariku,” ucap Emir lagi.

Talita hanya mengangguk menahan amarah di dalam hati.

Tetapi yang membuat suasana makin buruk pagi itu, karena kehadiran Ibu mertuanya, yang ikut campur dalam urusan rumah tangganya.

“Katakan juga pada si Talita itu, jangan hanya sibuk kerja, anak kok ditelantarkan.”

Mulut Talita langsung menganga mendengar tuduhan yang dilakukan ibu mertuanya.

Lalu matanya menatap tajam pada Emir, lelaki itu tidak mengatakan apa-apa , ia hanya merapikan penampilannya di depan cermin, ibunya kembali memancingnya marah.

“Tanyakan juga padanya, apa tujuan dia datang ke rumah ini.”

Talita tidak tahan lagi dengan mulut ibu mertuanya.

Wanita yang lemah lembut ibu tiba-tiba berubah jadi murka bak benteng yang siap menyeruduk.

Ia berjalan dan menutup pintu kamar membuat wanita paruh baya itu mundur beberapa langkah.

“Tidak sopan kamu iya sama orang tua!” teriak ibu mertuanya.

“Apa yang kamu lakukan?”tanya Emir marah.

“Ini urusan aku dan kamu, tidak sepantasnya ibu ikut campur.

Ada baiknya orang tua tidak mencampuri masalah anak-anaknya, apa lagi sudah menikah.”

“Tapi tidak sepantasnya, kamu menutup pintu saat ibu di sana,

kamu dari luar terlihat seperti malaikat yang lemah lembut, tetapi, aku tidak menduga kamu akan berbuat kasar seperti itu.”

“Tidak semua yang kamu lihat di luar baik, baik juga dengan bagian dalamnya. Apa kau menyuruhku diam dan menangis di pojokan, saat ibumu memojokkan ku dan menuduh?

Menyebutku menelantarkan anak?’

“Kok kamu ngomong seperti itu? Kamu kasar” Emir menatap tajam.

“Itu bukan kasar, harusnya yang kasar itu, orang yang bersikap bodo amat saat saudaranya dan ibunya, memojokkan istrinya dan ingin menyakiti anak-anak tidak berdosa itu,

binatang saja masih punya empati, jika melihat anak bayi yang tidak berdosa.”

“Kamu menyamakan aku dengan binatang!?”

“Tidak! jika kamu seorang polisi, bersikaplah sebagai polisi, jika kamu merasa seorang lelaki, maka bersikaplah menjadi seorang lelaki,jika salah katakan salah, jika benar katakan benar!”

“Aku tidak peduli dengan kamu dan mereka.”

“Kamu berkata seperti itu sebagai apa? Polisi atau seorang suami?”

“Dua-duanya?”

“Baiklah, harusnya kamu malu dengan seragam polisi yang kamu pakai, coba ingat dan renungkan sumpah jabatan yang kamu ucapkan, saat menjabat menjadi polisi, bukankah kamu berjanji melayani masyarakat dengan baik?”

“Jangan menggurui aku!” ujar Emir marah.

“Aku tidak menggurui mu pak polisi.

Hanya mengingatkan sebagai warga masyarakat Indonesia yang baik. Barangkali bapak lupa."ucap Talita bernada tegas.

Emir benar-benar kalah debat dengan Talita.

“Jangan kamu pikir, karena kamu seorang bidan bisa berkata seenaknya padaku.”

“Tidak. Aku tidak berpikir seperti itu, itu pemikiran yang dangkal. Aku hanya mengatakan sebagai masyarakat bukan sebagai bidan.

Jika kamu menghargai orang lain, maka kamu juga akan dihargai.”

Ibu mertuanya meninggalkan kamar mereka setelah mendengar pertengkaran sengit antara anak dan menantunya, karena Talita berani melawan.

Tidak seperti kakaknya yang hanya diam saat dimarahi.

“Saya menghargai orang yang pantas saya hargai,”ucap Emir, masih belum mau mengalah.

“Baiklah, kamu tidak perlu menghargai ku, mari kita hidup seperti yang kamu inginkan.

Jangan urusi hidupku, dan aku juga tidak akan mengurusi hidup kamu, kamu sendiri yang menggali nerakamu sendiri di rumah ini.”

Talita keluar meninggalkan Emir yang masih kaget dengan kata-kata pedas dari Talita.

Ia tidak pernah menduga kalau wanita yang tampak seperti malaikat itu. tiba-tiba mengeluarkan kata-kata pedas padanya.

Bersambung.

Related chapters

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Lelaki Dari Masa lalu Mbak Hanum

    Setelah pertengkaran Talita dengan Emir pagi itu, Talita berangkat kerja lebih awal.Pertengkarannya dengan Emir pagi itu membuat suasana hati Talita tidak baik.Ia tidak ingin memulai pekerjaan dengan suasana yang buruk, apalagi profesinya sebagai bidan.Ia meminta teman seprofesinya untuk menggantikan ia pagi itu,Talita ingin mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya.Talita menghentikan taxi membawanya ke pemakaman Hanum. Ia ingin mencurahkan semua kesedihan hatinya di gundukan tanah yang sudah mulai ditumbuhi rumput itu, tanah tempat sang kakak di makamkan.Taxi membawanya ke pemakaman umum di daerah Pondok Ranggon Jakarta timur. Sebuah pemakaman umum yang sangat luas. Setelah membeli bunga dan air mawar, Talita berjalan menyusuri deretan makam-makam yang berbaris rapi. Melihat banyak tanah kuburan yang ia lewati mengingatkannya pada diri sendiri. “Semua manusia akan mati pada akhirnya, dunia yang fana ini, hanya tempat sementara,” ucap Talita menatap sebuah makam yang m

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pisah Kamar

    Talita berlari setelah keluar dari taxi, ia langsung menuju kamar si kembar.Emir berdiri di sisi ranjang berpagar milik si kembar.“Apa yang mas lakukan?” Wajah Talita berkeringat dan nafas terengah-engah saat tiba di kamar si kembar.“Kenapa? Apa aku tidak bisa melihat mereka?” tanya Emir, tatapan itu jelas tatapan kemarahan.“Tidak, Mas tidak pernah mau melihat mereka, lalu kenapa sekarang-”“Apa kamu menuduh ku!” teriak Emir membuat kedua anak kembar itu menangis, karena terkejut mendengar suara keras Emir.“Mas, apa yang kamu lakukan?”Talita menggendong Hasan dan Desi menggendong Hasna.“Justru aku yang harus bertanya itu padamu,dari mana kamu?” tatapan itu membuat Talita terkejut.‘Apa Mas Emir tahu kalau aku bertemu dengan lelaki itu tadi?’ Talita membatin.“Kenapa diam?”“Mas bisa tidak gak usah teriak-teriak, anak-anak jadi menangis mendengar suara Mas.”Talita memberikannya pada Bu Retno, wanita yang membantu merawat kedua baby kembar itu, lalu Talita mengajak Emir untuk bi

    Last Updated : 2024-11-13
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ibu Mertua Terlalu Ikut Campur

    “Kamu itu tidak becus. Aku akan mencarikan wanita untuk mengurus putraku karena kamu tidak bisa melakukannya, kamu tidak berguna jadi seorang istri.”‘Aku memang tidak berguna untuk putramu, tetapi aku sangat berguna untuk kedua keponakanku’ ucap Talita dalam hati.“Aku mau katakan sekali lagi sama , jika ibu melakukan itu, karier mas Emir akan akan dipertanyakan nantinya, sebagai seorang polisi, mana boleh polisi memiliki dua istri?”Talita meninggalkan ibu mertuanya yang aneh itu, walau Talita sudah meninggalkannya, wanita tua itu tetap mengoceh seolah-olah ia tahu segalanya.Ia berpikir semua harus di bawah kendalinya. Namun, Talita wanita yang tangguh, ia tidak mau melakukan apa yang diinginkan Ibu mertuanya.Suasana dalam rumah itu benar-benar seperti neraka. Emir pulang malam tetapi setiap kali ia pulang akan keadaan mabuk. Talita bukannya tidak mau peduli, tetapi, Emir sendiri yang meminta agar jangan ikut campur dalam hidupnya.“Ibu dan Mbak, jangan mencampuri kehidupanku lag

    Last Updated : 2024-11-14
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Mendapat Petunjuk

    Banyak masalah yang dihadapi Talita mempengaruhi pekerjaannya.Ia tidak ingin melakukan hal buruk dalam pekerjaannya, maka itu ia terpaksa beberapa kali izin pulang lebih awal.Baik hari itu setelah mendapat tamparan dari ibu mertuanya, ia masuk ke ruangannya dan ia menangis, walau ia bersikap sangat tegar dan kuat. Namun, ada kalanya ia merasa rapuh dan tidak berdaya sama seperti saat itu.Ia hanya bekerja setengah hari dan ijin pulang dengan alasan tidak enak badan, bukan badannya yang sakit melainkan hatinya yang terasa sangat sakit.Saat ia ingin pulang entah satu kebetulan atau ia sengaja menunggu tapi yang pasti lelaki yang saat ini sudah menjadi mantan ya berdiri di sampingnya mengendarai motor yang dulu selalu ia naiki.“Lita, kamu mau pulang?”“Iya Mas.” Talita hanya bisa menunduk menahan air mata yang sangat ia tahan, ia tidak ingin menangis ataupun kelihatan sedih di hadapan Dimas.“Mari aku antar pulang.”“Mas , tolong jangan seperti ini.”“Ta, aku hanya meminta mengantarm

    Last Updated : 2024-11-15
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Apakah Kakak Ku Selingkuh?

    Hari itu ia mulai melakukan penyelidikan tentang perselingkuhan Hanum. Talita memulai dari dr. Irfan, ia ingin mendatangi rumah sakit di mana lelaki itu bertugas sebagai dokter. Tetapi sebelum bertemu Talita menelepon terlebih dulu bertanya apa lelaki itu punya waktu luang.“Halo, selamat siang, Mas Irfan saya Talita. Apa Mas punya waktu untuk bertemu?”“Oh, kebetulan hari ini saya lagi cuti, saya kehilangan barang, jadi saya melapor ke kantor polisi, kalau mau kita bertemu di sini saja, nanti saya kirim alamatnya.”“Baik Mas.”Irfan mengirim alamat ke ponsel Talita, tetapi melihat hal itu, Talita, merasa keberatan karena tempat itu tempat dimana Emir bertugas.“Aduh, disini lagi alamatnya, ini kantor polisi di mana Mas Emir bertugas yang ada nanti dia melihatku dan menuduhku hal yang bukan-bukan. Namun, kalau tidak pergi sekarang, kapan

    Last Updated : 2024-11-16
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Sebab Aku Tidak Bisa Memberinya Anak

    Karena Aku Tidak Bisa Memberinya Anak.“Mau makan apa?”tanya Emir.“Haaa?” Talita menatap dengan kaget.‘Ada apa dengannya, apa ia memberiku makan dulu biar ada tenaga untuk bertengkar dengannya?’ Talita membatin, melihat raut wajah Emir, Talita yakin kalau lelaki bertampang dingin itu sedang marah.“Kamu belum makan, kan?”“Iya.”“Maka itu, mari makan." Emir memanggil pelayan restoran. "Mau mau makan, apa?" Emir menatap Talita.“Oh, sama saja sama punya Mas,” ucap Talita ter gagap, ia terkejut dengan sikap baik Emir. Tetapi, justru sikap baik itu yang membuat Talita terus bertanya dalam hati. Apa yang akan Emir lakukan padanya nanti.‘Habis makan ,apa yang ingin Emir katakan padaku, apa dia ingin mengusirku setelah melihatku dengan Irfan? Apa ia akan memaki-makiku?’Saat makan pun, Talita sudah merasa sesak napas, pikirannya tidak fokus lagi ke makanan yang ia masukkan ke mulutnya. Tetapi, otaknya dipenuhi banyak pertanyaan dan mencoba menimang -nimang apa yang akan dilakukan Emir pa

    Last Updated : 2024-11-16
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Dicibir Tetangga

    “Turun!” pinta Emir dengan marah.Talita masih terlihat shock, wajahnya menegang dan mata besar itu menatap dengan tatapan kosong, ia keluar tanpa berkata apa-apa.‘Dia mandul, lalu apa benar Mbak Ratna selingkuh, lalu … si kembar anak siapa?Ya, Allah ini sangat memalukan’ Talita memegang dadanya, ia terduduk di pinggir jalan dengan tangisan yang tidak terbendung lagi.Setelah duduk beberapa menit, ia berjalan gontai, pengakuan Emir melukai hatinya, ada perasaan kecewa, marah, benci, pada sanga kakak setelah pengakuan Emir, dugaan perselingkuhan sang kakak semakin terbukti.Ia merasa sangat terpukul, air matanya terus mengalir bagai anak sungai.Ia menangis bukan karena kata-kata kasar yang diucapkan Emir padanya, atau karena ia diturunkan dipinggir jalan, semua itu memang menyakitkan.Tetapi yang membuatnya sedih adalah kedua anak kembar yang ia jaga dan sudah ia anggap seperti anak sendiri. Ia menangis karena kecewa pada Ratna.‘Kenapa mbak, kenapa harus seperti ini, kalau Emir tid

    Last Updated : 2024-11-17
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Hubungan yang Semakin Jauh

    Hubungan yang Semakin MenjauhHubungan Talita dan suaminya kian menjauh, sejak Emir mengaku kalau tidak bisa memiliki anak sejak kecelakaan.Talita seakan-akan kehilangan muka di depan suaminya. Ia merasa malu, karena perbuatan sang kakak. Tetapi di sisi lain Emir merasa bersalah karena memperlakukan Talita dengan buruk sejak menjadi istrinya.Ia sadar, Talita sudah melalui hal yang sangat sulit. Emir ingin berbaikan dengan Talita istrinya.Pagi-pagi sekali Emir sudah bangun dan ia sengaja menunggu Talita di depan, tetapi justru kebalikannya pada Talita, ia tidak berani menatap wajah Emir, apa yang dilakukan sang kakak membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Bahkan ia beberapa kali berpikir ingin melarikan diri dan menghilang dari rumah Emir.Namun, keinginan itu kembali sirna dikala hatinya memikirkan kedua bocah malang tersebut. Semua orang di rumah menolak mereka bagaimana mungkin ia meninggalkan mereka.Saat Talita ingin berangkat kerja, tetapi melihat Emir belum berangkat dan mas

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Bertemu Mantan Kembali

    Tidak mudah memaafkan orang yang menyakiti kita, apalagi menyakiti orang yang kita sayangi, tetapi Talita harus mengelus dadanya dan menyampingkan kemarahannya pada wanita yang hampir mencelakai anak -anaknya.Ia rela menemui Dinar ke penjara, untuk meminta alamat rumah mantan atasan Emir, karena ia tidak punya orang lain yang bisa di minta tolong, ia tidak tega melihat Emir mendapat kekerasan lagi di dalam penjara, ia tidak ingin suaminya mati sia-sia di penjara.Ia tahu kasus Emir“Sampai kapanpun, aku tidak akan memaafkanmu Talita. Aku memberikan ini demi adikku Emir,” ujar Dinar, menatap tajam kearah Talita.‘Harusnya aku yang mengatakan itu, mbak … karena kamu yang salah, tapi ya sudahlah, aku tidak ingin berdebat’ Talita membatin, ia meminta izin sama petugas untuk mencatat alamat rumah yang disebutkan kakak iparnya.

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ada Dalang Besar

    Seburuk buruknya polisi yang disuap untuk menyingkirkan Emir, rupanya ada satu orang petugas lapas yang tulus membantu Emir. Pria itu mungkin hasil doa Talita yang selalu memohon untuk mengirim seseorang untuk membantu Emir di penjara.Talita sudah melihat bagaimana rekan polisi menjebak Emir, maka ia selalu memohon agar ada seorang yang bisa menolongnya.Setelah pergantian shift jaga. Apa yang dipikirkan Emir benar, beberapa polisi melakukan sandiwara, salah seorang petugas sipir seolah-olah kehilangan barang dan semua barang milik rekan mereka diperiksa.‘ Pak Emir benar’ Reimon membatin.Tetapi ia bersikap tenang, apa yang dikatakan Emir ia lakukan dengan baik, kini giliran Reimon yang di periksa, ia tetapi giliran memeriksa dirinya ia semua pakaian di lepaskan bahkan sepatu di buka.“Maaf ya Bro … kami hanya diminta atasan,” bisi

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Tekanan di Dalam penjara.

    Malam itu Talita tidak bisa tidur, pikirannya terus saja tertuju pada Emir, ia punya firasat kalau suaminya mengalam sesuatu.Talita duduk di si sisi tempat tidur, memikirkan acara apa yang akan ia lakukan untuk membebaskan suaminya dari penjara. Ia berdiri karena mendengar suara tangis dari kamar bayi.“Kenapa Des?”“Tidak tahu Bu, dari tadi mereka berdua sangat gelisah”Melihat kedua anak itu gelisah ia percaya kalau mereka merasakan batin ayah mereka, setelah mereka semua tidur Talita mengirim pesan pada Emir.[Assalamualaikum Mas … sudah tidur?]Talita berjalan mondar mandir , saat Emir tak kunjung membalas pesan darinya.‘Apa hape mas Emir juga disita’ Ia bertanya dalam hati.Setelah beberapa menit kemudian ia &nb

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pura- Pura Baik Pada Keluarga

    Hari ini saat Talita lagi libur, lagi-lagi Irfan datang lagi.Irfan memang lelaki bermuka dua, di depan keluarga Talita ia tampil seperti lelaki yang baik dan lemah lembut, perhatiannya pada si kembar membuat hati orang tua Talita terpedaya, terlebih ibu Talita.Ia membeli susu yang termahal untuk si kembar dan pakaian bermerek dan mengajaknya bermain , ia seolah-olah ingin menunjukkan kalau ia ayah yang baik untuk kedua anak kembar, bukan hanya itu, ia juga menjelaskan semua hal-hal yang baik untuk perkembangan mereka pada Desi, padahal Talita juga bidan ia tahu apa yang terbaik untuk kedua anak kembarnya.Bu Juminten, begitu terpedaya, ia sangat puas melihat semua yang dilakukan Irfan, ia tahu bagaimana cara mengambil hati wanita tentunya dengan perhiasan dan barang-barang mahal.“Ini tas mahal Bu, harganya bisa beli satu sepeda mo

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Mulai Saling Percaya

    Talita ingin menjenguk suaminya di penjara, tetapi Emir melarang Talita datang, bukan karena ia membenci istrinya, Emir sangat khawatir untuk keselamatan istrinya.“Kenapa seperti itu?”“Irfan akan semakin menekanmu, jika dia melihatmu menjengukku”“Tapi kamu suamiku Mas, apa salah istrinya menjenguk suaminya?”Talita menunduk sedih.“Lita ibu akan semakin memojokkanmu dan Irfan akan memanfaatkan hal itu, percaya padaku,” ujarnya dengan suara bergetar.“Lalu apa yang harus aku lakukan Mas, saat kamu di sini bagaimana aku bisa hidup tenang di rumah”“Bersikaplah biasa saja, aku akan menghubungimu kalau aku butuh sesuatu”“Lalu kamu?”“Akan menjalani hukuman ini”&nb

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Akan Berjuang

    Saat Irfan memancing emosinya, sebenarnya bola api dalam dada Emir sudah ingin meledak. Namun, perkataan Talita yang mengingatkannya membuat polisi tampan itu tetap tenang. Ia berjuan menahan diri, awalnya sangat berat menahan emosinya. Tetapi wajah cantik Talita yang memeluknya hari itu membuatnya jadi setenang itu.‘Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba jadi setenang ini?’ tanya Irfan dalam hati.“Aku akan pastikan kamu di penjara dalam waktu yang lama pak polisi,” ujar Irfan.Emir masih bertahan dalam sikap tenang, ia mengingat nasihat Talita saat datang berkunjung. Talita berkata padanya terkadang orang kalah dalam segala hal karena ia mudah terpancing emosinya, untuk mengalahkan lawan cobalah untuk bersikap tenang maka musuhmu akan merasa takut.Hal itulah yang terjadi dengan Irfan saat Emir bersikap tenang, Irfan menjadi bingung dan ragu

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Benih-Benih Cinta

    Saat semua orang semua orang membenci Emir. Namun entah kenapa hati Talita sangat sedih, ia merasa kasihan pada Emir. Apakah hatinya sudah tumbuh benih-benih cinta?Malam itu sebelum ia tidur, Talita membereskan semua perlengkapan si kembar, ponsel miliknya berdering.Dengan cepat Talita menyambar benda pipih persegi empat itu, ia mengusap layarnya, tetapi ia terdiam mengangkat kedua alis matanya. Tidak ada nama pemanggil yang tertera di layar ponsel miliknya.“Halo …”“Ta, Apa aku mengganggu tidurmu?”Wajah cantik itu berubah merekah bagai bunga tulip yang baru mekar.“Mas Emir …?”Talita merasa jantungnya berdebar saat mendengar suara suaminya di ujung telepon, ia memegang dadanya karena jantungnya berpacu dengan cepat.“Iya, tadi komandan memberikan ponsel ini untuk aku pak

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ternyata Hati Ini Milik Suamiku

    Saat ini Talita duduk berdua dengan dr. Irfan. Tidak bisa dipungkiri Irfan tidak bisa menyembunyikan kemarahannya saat itu. Mendengar Talita menemui Emir di penjara ia sangat murka. Tetapi Talita wanita yang kuat, ia berani karena merasa tidak salah. Ia melakukan hal yang benar, menemui suaminya di penjara hal yang tepat. Walau ia awalnya marah dan benci pada Emir. Namun biar bagaimanapun laki-laki itu adalah suaminya, ayah dari si kembar.“Talita bukannya kamu sudah berjanji akan berpisah dengan lelaki jahat itu?”Dalam hati Talita menjawab; Kamu yang jahat yang memanfaatkan kesusahan orang lain untuk kepentingan kamu sendiri’“Dok, saya tidak pernah berjanji padamu, saya bilang saat itu akan melihat situasinya.”“Lalu setelah kamu lihat situasi yang sekarang, apa yang kamu pikirkan?”Talita ingin mengatakan kalau ia ingin membantu Emir keluar dari pe

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Cinta Apa Kasihan?

    Niat hati Talita datang ke penjara sebenarnya hanya ingin mengucapkan selamat tinggal pada suaminya. Ia juga ingin memperjelas hubungan rumah tangga mereka. Namun tiba di sana ia menemukan Emir di posisi yang tidak baik. Ia perlakukan tidak baik dipenjara.“Ta, aku tidak mau kamu melakukan hal ini lagi, mau di mana harga diriku?” ujar Emir marah, saat Talita melaporkan konsisi suaminya pada atasan Emir.“Mas, harga diri itu akan pulih kalau kamu bebas dari sini,” ujar Talita sangat prihatin melihat kondisi Emir.“Kamu tidak tahu apa-apa Ta, bahkan kamu tidak bertanya kenapa aku di sini. Apa yang telah aku lakukan? kamu hanya melihat kondisi luar saja,” ujar Emir, melemparkan buku yang ia baca .Lelaki berambut cepak itu merasa malu karena Talita meminta bantuan pada sang komandan.“Aku sudah tahu Mas, makanya aku tidak perlu bertany

DMCA.com Protection Status