Share

Lelah Bertahan

Author: Borneng
last update Last Updated: 2024-11-12 22:07:04

Sejak pertengkaran Dimas dan Emir sifat Emir semakin dingin melebihi dinginnya bongkahan es di kutub utara.  Sifat dinginnya seakan-akan mampu membekukan seisi kamar yang ia tempati bersama Talita.

Susah memang menghadapi sikap pendiam,

lautan bisa diukur berapa kedalamannya

Namun, hati dan pikiran seseorang tidak ada yang tahu.

Hanya sang pemilik kehidupan yang bisa mengetahui.

Maka karena itu, Talita hanya bisa berdoa dan bersikap pasrah dan menyerahkan semuanya sama yang Kuasa.

Saat pagi tiba, Emir tampak mondar-mandir mencari sesuatu, tetapi ia tidak mau bertanya pada Talita yang saat itu sedang membereskan pakaian si kembar,

ia selalu memeriksa keperluan si kembar setiap pagi sebelum berangkat ke rumah sakit.

Emir masih dengan sikap diam tetapi tubuhnya terus bergerak mencari sesuatu.

Tidak ingin kepalanya bertambah pusing, karena melihat suaminya yang seperti setrikaan mondar-mandir. Talita memutuskan bertanya.

“Mas Emir, cari apa?” tanya Talita dengan suaranya yang amat lembut.

Lelaki bertubuh tinggi berambut cepak itu hanya diam, membiarkan pertanyaan istrinya menguap begitu saja.  Talita hanya menghela nafas pendek

melihat sikap Emir yang kian hari semakin menjengkelkan baginya.

‘Ya Allah, berikan hambamu ini kesabaran’

ucap Talita dalam hati.

Tidak ingin hubungan mereka semakin rumit, ia berdiri dan bertanya lagi. ”Mas Emir cari apa? biar aku bantu.”

“Kamu tidak akan tahu walau aku bilang.”

“Ya, katakan saja dulu, biar aku tahu.”

“Tidak perlu,teruskan saja pekerjaanmu,” ujarnya ketus.

“Kenapa jadi marah? aku hanya ingin membantumu, karena aku istrimu.” Emir menatap tajam.

“Aku tidak pernah memintamu jadi istriku, kamu yang datang padaku,” ucap Emir.

Mendengar itu sebenarnya hatinya sakit, ia marah, seolah-olah ia wanita yang gampangan yang mengejar-ngejar Emir.

Padahal ia wanita terpelajar, seorang wanita pekerja, ia setuju menikah demi kedua keponakannya, menikahi kakak iparnya yang super-duper egois dan punya sikap dingin.

‘Aku juga tidak ada niat menikah denganmu, ini demi keponakanku’ ucap Talita dalam hati.

Namun, ia tidak mengungkapkannya, ia hanya butuh kedamaian di rumah itu.

“Iya ampun kenapa jadi merembet sampai kemana-mana?

Aku hanya ingin membantu,” ujar Talita, masih mempertahankan sikapnya yang lemah lembut.

Tetapi batas kesabaran manusia itu ada batasannya, bisa saja Talita lepas kendali.

Wanita cantik itu belum menyerah, ia membuka laci meja dan mengambil bros kecil, berbentuk bunga lima sudut sebagai lambang pangkat Emir.

“Apa Mas mencari ini?” Talita meletakkan di telapak tangannya dan menyodorkan padanya.

“Iya.”

Saat Talita menemukan apa yang ia cari

Emir menarik napas lega, karena ia sudah hampir sepuluh menit berkutat mencari benda kecil tersebut. Tetapi karena keegoisannya ia tidak bertanya.

Ia menerima, tapi ia enggan mengucapkan kata terimakasih.

Tidak mengucapkan satu kata pun, untuk apa yang sudah Talita lakukan untuknya. Tidak ada ungkapan terimakasih, saat Talita sudah membantunya,

hanya mengambilnya dari tangannya dan memakaikannya di seragam polisi yang ia kenakan.

‘Terimakasih , tidak bisa di mengucapkan satu kalimat itu, apa susahnya hanya mengucapkan itu?’Talita membatin.

Wajah itu kembali ke mode awal, dingin dan wajah datar.

‘Bagaimana mbak Hanum bertahan selama ini menghadapi suami dan ibu mertuanya?

Salut sama mbakku, ia jarang mengeluh dan mengadu pada kami tentang kehidupannya.

Kami bisa tahu semua masalahnya hanya dari seorang karyawannya, tunggu, karyawan …?’

tiba-tiba ia mengingat seseorang yang sering memberitahukan keadaan Hanum pada keluarganya, saat otaknya berpikir keras, tapi tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang membuatnya seakan-akan tak terkendali. Talita marah.

“Jangan pernah berharap banyak dariku,” ucap Emir lagi.

Talita hanya mengangguk menahan amarah di dalam hati.

Tetapi yang membuat suasana makin buruk pagi itu, karena kehadiran Ibu mertuanya, yang ikut campur dalam urusan rumah tangganya.

“Katakan juga pada si Talita itu, jangan hanya sibuk kerja, anak kok ditelantarkan.”

Mulut Talita langsung menganga mendengar tuduhan yang dilakukan ibu mertuanya.

Lalu matanya menatap tajam pada Emir, lelaki itu tidak mengatakan apa-apa , ia hanya merapikan penampilannya di depan cermin, ibunya kembali memancingnya marah.

“Tanyakan juga padanya, apa tujuan dia datang ke rumah ini.”

Talita tidak tahan lagi dengan mulut ibu mertuanya.

Wanita yang lemah lembut ibu tiba-tiba berubah jadi murka bak benteng yang siap menyeruduk.

Ia berjalan dan menutup pintu kamar membuat wanita paruh baya itu mundur beberapa langkah.

“Tidak sopan kamu iya sama orang tua!” teriak ibu mertuanya.

“Apa yang kamu lakukan?”tanya Emir marah.

“Ini urusan aku dan kamu, tidak sepantasnya ibu ikut campur.

Ada baiknya orang tua tidak mencampuri masalah anak-anaknya, apa lagi sudah menikah.”

“Tapi tidak sepantasnya, kamu menutup pintu saat ibu di sana,

kamu dari luar terlihat seperti malaikat yang lemah lembut, tetapi, aku tidak menduga kamu akan berbuat kasar seperti itu.”

“Tidak semua yang kamu lihat di luar baik, baik juga dengan bagian dalamnya. Apa kau menyuruhku diam dan menangis di pojokan, saat ibumu memojokkan ku dan menuduh?

Menyebutku menelantarkan anak?’

“Kok kamu ngomong seperti itu? Kamu kasar” Emir menatap tajam.

“Itu bukan kasar, harusnya yang kasar itu, orang yang bersikap bodo amat saat saudaranya dan ibunya, memojokkan istrinya dan ingin menyakiti anak-anak tidak berdosa itu,

binatang saja masih punya empati, jika melihat anak bayi yang tidak berdosa.”

“Kamu menyamakan aku dengan binatang!?”

“Tidak! jika kamu seorang polisi, bersikaplah sebagai polisi, jika kamu merasa seorang lelaki, maka bersikaplah menjadi seorang lelaki,jika salah katakan salah, jika benar katakan benar!”

“Aku tidak peduli dengan kamu dan mereka.”

“Kamu berkata seperti itu sebagai apa? Polisi atau seorang suami?”

“Dua-duanya?”

“Baiklah, harusnya kamu malu dengan seragam polisi yang kamu pakai, coba ingat dan renungkan sumpah jabatan yang kamu ucapkan, saat menjabat menjadi polisi, bukankah kamu berjanji melayani masyarakat dengan baik?”

“Jangan menggurui aku!” ujar Emir marah.

“Aku tidak menggurui mu pak polisi.

Hanya mengingatkan sebagai warga masyarakat Indonesia yang baik. Barangkali bapak lupa."ucap Talita bernada tegas.

Emir benar-benar kalah debat dengan Talita.

“Jangan kamu pikir, karena kamu seorang bidan bisa berkata seenaknya padaku.”

“Tidak. Aku tidak berpikir seperti itu, itu pemikiran yang dangkal. Aku hanya mengatakan sebagai masyarakat bukan sebagai bidan.

Jika kamu menghargai orang lain, maka kamu juga akan dihargai.”

Ibu mertuanya meninggalkan kamar mereka setelah mendengar pertengkaran sengit antara anak dan menantunya, karena Talita berani melawan.

Tidak seperti kakaknya yang hanya diam saat dimarahi.

“Saya menghargai orang yang pantas saya hargai,”ucap Emir, masih belum mau mengalah.

“Baiklah, kamu tidak perlu menghargai ku, mari kita hidup seperti yang kamu inginkan.

Jangan urusi hidupku, dan aku juga tidak akan mengurusi hidup kamu, kamu sendiri yang menggali nerakamu sendiri di rumah ini.”

Talita keluar meninggalkan Emir yang masih kaget dengan kata-kata pedas dari Talita.

Ia tidak pernah menduga kalau wanita yang tampak seperti malaikat itu. tiba-tiba mengeluarkan kata-kata pedas padanya.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ettydia Sulemana
harus selalunlanjuttttyy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Lelaki Dari Masa lalu Mbak Hanum

    Setelah pertengkaran Talita dengan Emir pagi itu, Talita berangkat kerja lebih awal.Pertengkarannya dengan Emir pagi itu membuat suasana hati Talita tidak baik.Ia tidak ingin memulai pekerjaan dengan suasana yang buruk, apalagi profesinya sebagai bidan.Ia meminta teman seprofesinya untuk menggantikan ia pagi itu,Talita ingin mencari udara segar untuk menenangkan pikirannya.Talita menghentikan taxi membawanya ke pemakaman Hanum. Ia ingin mencurahkan semua kesedihan hatinya di gundukan tanah yang sudah mulai ditumbuhi rumput itu, tanah tempat sang kakak di makamkan.Taxi membawanya ke pemakaman umum di daerah Pondok Ranggon Jakarta timur. Sebuah pemakaman umum yang sangat luas. Setelah membeli bunga dan air mawar, Talita berjalan menyusuri deretan makam-makam yang berbaris rapi. Melihat banyak tanah kuburan yang ia lewati mengingatkannya pada diri sendiri. “Semua manusia akan mati pada akhirnya, dunia yang fana ini, hanya tempat sementara,” ucap Talita menatap sebuah makam yang m

    Last Updated : 2024-11-12
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pisah Kamar

    Talita berlari setelah keluar dari taxi, ia langsung menuju kamar si kembar.Emir berdiri di sisi ranjang berpagar milik si kembar.“Apa yang mas lakukan?” Wajah Talita berkeringat dan nafas terengah-engah saat tiba di kamar si kembar.“Kenapa? Apa aku tidak bisa melihat mereka?” tanya Emir, tatapan itu jelas tatapan kemarahan.“Tidak, Mas tidak pernah mau melihat mereka, lalu kenapa sekarang-”“Apa kamu menuduh ku!” teriak Emir membuat kedua anak kembar itu menangis, karena terkejut mendengar suara keras Emir.“Mas, apa yang kamu lakukan?”Talita menggendong Hasan dan Desi menggendong Hasna.“Justru aku yang harus bertanya itu padamu,dari mana kamu?” tatapan itu membuat Talita terkejut.‘Apa Mas Emir tahu kalau aku bertemu dengan lelaki itu tadi?’ Talita membatin.“Kenapa diam?”“Mas bisa tidak gak usah teriak-teriak, anak-anak jadi menangis mendengar suara Mas.”Talita memberikannya pada Bu Retno, wanita yang membantu merawat kedua baby kembar itu, lalu Talita mengajak Emir untuk bi

    Last Updated : 2024-11-13
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ibu Mertua Terlalu Ikut Campur

    “Kamu itu tidak becus. Aku akan mencarikan wanita untuk mengurus putraku karena kamu tidak bisa melakukannya, kamu tidak berguna jadi seorang istri.”‘Aku memang tidak berguna untuk putramu, tetapi aku sangat berguna untuk kedua keponakanku’ ucap Talita dalam hati.“Aku mau katakan sekali lagi sama , jika ibu melakukan itu, karier mas Emir akan akan dipertanyakan nantinya, sebagai seorang polisi, mana boleh polisi memiliki dua istri?”Talita meninggalkan ibu mertuanya yang aneh itu, walau Talita sudah meninggalkannya, wanita tua itu tetap mengoceh seolah-olah ia tahu segalanya.Ia berpikir semua harus di bawah kendalinya. Namun, Talita wanita yang tangguh, ia tidak mau melakukan apa yang diinginkan Ibu mertuanya.Suasana dalam rumah itu benar-benar seperti neraka. Emir pulang malam tetapi setiap kali ia pulang akan keadaan mabuk. Talita bukannya tidak mau peduli, tetapi, Emir sendiri yang meminta agar jangan ikut campur dalam hidupnya.“Ibu dan Mbak, jangan mencampuri kehidupanku lag

    Last Updated : 2024-11-14
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Mendapat Petunjuk

    Banyak masalah yang dihadapi Talita mempengaruhi pekerjaannya.Ia tidak ingin melakukan hal buruk dalam pekerjaannya, maka itu ia terpaksa beberapa kali izin pulang lebih awal.Baik hari itu setelah mendapat tamparan dari ibu mertuanya, ia masuk ke ruangannya dan ia menangis, walau ia bersikap sangat tegar dan kuat. Namun, ada kalanya ia merasa rapuh dan tidak berdaya sama seperti saat itu.Ia hanya bekerja setengah hari dan ijin pulang dengan alasan tidak enak badan, bukan badannya yang sakit melainkan hatinya yang terasa sangat sakit.Saat ia ingin pulang entah satu kebetulan atau ia sengaja menunggu tapi yang pasti lelaki yang saat ini sudah menjadi mantan ya berdiri di sampingnya mengendarai motor yang dulu selalu ia naiki.“Lita, kamu mau pulang?”“Iya Mas.” Talita hanya bisa menunduk menahan air mata yang sangat ia tahan, ia tidak ingin menangis ataupun kelihatan sedih di hadapan Dimas.“Mari aku antar pulang.”“Mas , tolong jangan seperti ini.”“Ta, aku hanya meminta mengantarm

    Last Updated : 2024-11-15
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Apakah Kakak Ku Selingkuh?

    Hari itu ia mulai melakukan penyelidikan tentang perselingkuhan Hanum. Talita memulai dari dr. Irfan, ia ingin mendatangi rumah sakit di mana lelaki itu bertugas sebagai dokter. Tetapi sebelum bertemu Talita menelepon terlebih dulu bertanya apa lelaki itu punya waktu luang.“Halo, selamat siang, Mas Irfan saya Talita. Apa Mas punya waktu untuk bertemu?”“Oh, kebetulan hari ini saya lagi cuti, saya kehilangan barang, jadi saya melapor ke kantor polisi, kalau mau kita bertemu di sini saja, nanti saya kirim alamatnya.”“Baik Mas.”Irfan mengirim alamat ke ponsel Talita, tetapi melihat hal itu, Talita, merasa keberatan karena tempat itu tempat dimana Emir bertugas.“Aduh, disini lagi alamatnya, ini kantor polisi di mana Mas Emir bertugas yang ada nanti dia melihatku dan menuduhku hal yang bukan-bukan. Namun, kalau tidak pergi sekarang, kapan

    Last Updated : 2024-11-16
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Sebab Aku Tidak Bisa Memberinya Anak

    Karena Aku Tidak Bisa Memberinya Anak.“Mau makan apa?”tanya Emir.“Haaa?” Talita menatap dengan kaget.‘Ada apa dengannya, apa ia memberiku makan dulu biar ada tenaga untuk bertengkar dengannya?’ Talita membatin, melihat raut wajah Emir, Talita yakin kalau lelaki bertampang dingin itu sedang marah.“Kamu belum makan, kan?”“Iya.”“Maka itu, mari makan." Emir memanggil pelayan restoran. "Mau mau makan, apa?" Emir menatap Talita.“Oh, sama saja sama punya Mas,” ucap Talita ter gagap, ia terkejut dengan sikap baik Emir. Tetapi, justru sikap baik itu yang membuat Talita terus bertanya dalam hati. Apa yang akan Emir lakukan padanya nanti.‘Habis makan ,apa yang ingin Emir katakan padaku, apa dia ingin mengusirku setelah melihatku dengan Irfan? Apa ia akan memaki-makiku?’Saat makan pun, Talita sudah merasa sesak napas, pikirannya tidak fokus lagi ke makanan yang ia masukkan ke mulutnya. Tetapi, otaknya dipenuhi banyak pertanyaan dan mencoba menimang -nimang apa yang akan dilakukan Emir pa

    Last Updated : 2024-11-16
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Dicibir Tetangga

    “Turun!” pinta Emir dengan marah.Talita masih terlihat shock, wajahnya menegang dan mata besar itu menatap dengan tatapan kosong, ia keluar tanpa berkata apa-apa.‘Dia mandul, lalu apa benar Mbak Ratna selingkuh, lalu … si kembar anak siapa?Ya, Allah ini sangat memalukan’ Talita memegang dadanya, ia terduduk di pinggir jalan dengan tangisan yang tidak terbendung lagi.Setelah duduk beberapa menit, ia berjalan gontai, pengakuan Emir melukai hatinya, ada perasaan kecewa, marah, benci, pada sanga kakak setelah pengakuan Emir, dugaan perselingkuhan sang kakak semakin terbukti.Ia merasa sangat terpukul, air matanya terus mengalir bagai anak sungai.Ia menangis bukan karena kata-kata kasar yang diucapkan Emir padanya, atau karena ia diturunkan dipinggir jalan, semua itu memang menyakitkan.Tetapi yang membuatnya sedih adalah kedua anak kembar yang ia jaga dan sudah ia anggap seperti anak sendiri. Ia menangis karena kecewa pada Ratna.‘Kenapa mbak, kenapa harus seperti ini, kalau Emir tid

    Last Updated : 2024-11-17
  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Hubungan yang Semakin Jauh

    Hubungan yang Semakin MenjauhHubungan Talita dan suaminya kian menjauh, sejak Emir mengaku kalau tidak bisa memiliki anak sejak kecelakaan.Talita seakan-akan kehilangan muka di depan suaminya. Ia merasa malu, karena perbuatan sang kakak. Tetapi di sisi lain Emir merasa bersalah karena memperlakukan Talita dengan buruk sejak menjadi istrinya.Ia sadar, Talita sudah melalui hal yang sangat sulit. Emir ingin berbaikan dengan Talita istrinya.Pagi-pagi sekali Emir sudah bangun dan ia sengaja menunggu Talita di depan, tetapi justru kebalikannya pada Talita, ia tidak berani menatap wajah Emir, apa yang dilakukan sang kakak membuatnya kehilangan kepercayaan diri. Bahkan ia beberapa kali berpikir ingin melarikan diri dan menghilang dari rumah Emir.Namun, keinginan itu kembali sirna dikala hatinya memikirkan kedua bocah malang tersebut. Semua orang di rumah menolak mereka bagaimana mungkin ia meninggalkan mereka.Saat Talita ingin berangkat kerja, tetapi melihat Emir belum berangkat dan mas

    Last Updated : 2024-11-18

Latest chapter

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Akhir yang Bahagia

    Pernikahan Dila dan DimasPersiapan pernikahan Dila dan Dimas dimulai dengan adat Minang yang kaya tradisi. Tahapan awal, yang disebut Meresek, dilakukan oleh keluarga besar kedua mempelai untuk membicarakan rencana pernikahan. Pada tahap ini, pihak keluarga saling berdiskusi mengenai tanggal, adat yang akan dijalankan, dan persiapan lainnya.Setelah itu, dilanjutkan dengan Menimang dan Batimbang, di mana orang tua memberikan nasihat dan doa restu kepada kedua mempelai. Suasana haru menyelimuti prosesi ini, karena kedua orang tua menyampaikan pesan penuh makna kepada anak-anak mereka yang akan memulai hidup baru.Tahapan berikutnya adalah Mananta Sirih, yaitu prosesi di mana keluarga calon pengantin pria datang menemui ninik mamak (tetua adat) dan keluarga besar calon pengantin wanita untuk menyampaikan maksud baik mereka. Pada prosesi ini, sirih menjadi simbol penghormatan dan persetujuan dari kedua belah pihak.Kemudian, Babako-Babaki menjadi tahap penting dalam adat pernikahan Mina

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Perjodohan yang Berhasil

    Beberapa minggu setelah pertemuan keluarga itu, hubungan Dila dan Dimas semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah sekadar berjalan-jalan di taman atau menikmati kopi di kafe kecil favorit Dila. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menemukan kenyamanan satu sama lain.Suatu sore, Dimas dan Dila duduk di tepi danau, menikmati semilir angin yang menyejukkan. Dila menatap Dimas dengan lembut, lalu berkata, " Bang Dimas, aku tahu perjodohan ini mungkin terasa mendadak untukmu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak ingin memaksakan apa pun. Aku hanya ingin kita jujur dengan perasaan masing-masing."Dimas tersenyum dan menggenggam tangan Dila dengan hangat. "Dila, awalnya aku memang ragu, tapi semakin lama aku mengenalmu, aku merasa lebih nyaman dan percaya bahwa mungkin ini memang jalan yang terbaik. Aku ingin kita menjalaninya dengan hati yang lapang."“Dulu kamu tidak pernah melihatku sebagai wanita, dimatamu hanya ada Talita. Apa kamu yakin bisa melupakannya?”“Se

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Rencana Perjodohan

    Talita dan Emir duduk berhadapan dengan Pak Brata di ruang tamu rumahnya yang luas dan elegan. Pria paruh baya itu menatap mereka dengan ekspresi penuh tanya, sementara secangkir teh hangat tersaji di hadapannya."Jadi, ada hal penting yang ingin kalian bicarakan, datang ke rumah saya Emir" tanya Pak Brata sambil menyilangkan tangan di dadanya.Talita tersenyum lembut, sedikit ragu sebelum akhirnya berkata, "Pak Brata, kami datang dengan niat baik. Kami ingin membicarakan tentang Dila dan Dimas. Kami merasa mereka berdua bisa menjadi pasangan yang cocok, dan kami ingin tahu pendapat Bapak tentang ini."Pak Brata mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Dila dan Dimas?" Ia menghela napas pelan lalu tersenyum kecil. "Dila memang sudah lama mengagumi Dimas, dan laki-laki itu sudah menolak menikah dengan Dila. Saya tidak ingin memaksakannya lagi. Dimas sangat tergila-gila padamu Talita.”Emir menimpali dengan suara tenang, "Dimas sudah mulai menerima kenyataan. Kami yakin, jika diberi kesem

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Ternyata Ibuku Menghancurkan Semuanya

    Pak Anto baru saja pulang dari perjalanannya ke luar kota ketika ia mendengar suara Dimas yang meninggi dari dalam rumah. Langkahnya terhenti di ambang pintu ruang keluarga, matanya yang tajam menangkap ekspresi penuh emosi dari anak sulungnya."Apa yang sedang terjadi di sini?" suaranya dalam dan berwibawa, memecah ketegangan di ruangan itu.Bu Yani terlonjak, sementara Farida menggigit bibir, gelisah. Dimas menoleh ke arah ayahnya, wajahnya masih dipenuhi kemarahan dan kekecewaan."Ayah, lebih baik Ayah duduk. Aku punya sesuatu yang harus Ayah dengar," kata Dimas dengan suara bergetar.Pak Anto mengerutkan dahi tetapi tetap berjalan menuju kursi dan duduk. Dimas menghela napas panjang sebelum menekan tombol di ponselnya, memutar rekaman suara yang baru saja membuat ibunya pucat pasi.Suara Ibu Irfan dan Bu Yani memenuhi ruangan. Kata-kata itu begitu jelas, begitu nyata, hingga tak ada ruang bagi penyangkalan. Rekaman itu berisi percakapan yang membuktikan bahwa Bu Yani berkomplot u

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Gagal Balas Dendam

    Dimas duduk termenung di kamar apartemennya. Kata-kata Emir terus terngiang di kepalanya. Ia tidak bisa percaya bahwa ibunya, wanita yang selalu ia hormati dan kasihi, tega melakukan hal-hal keji pada Talita. Namun, sebagai seorang tentara, ia tahu bahwa kebenaran harus diungkap. Ia tidak bisa hanya bergantung pada kata-kata Emir. Ia harus mencari bukti.“Aku tidak yakin kalau Bunda melakukan seperti yang dituduhkan Emir,” ucap Dimas sembari bergumam. Tanganya sibuk mencari nama aku media sosial Ibunya dan Farida. Ia beberapa kali memasukkan kata kunci di pencarian banyak orang yang memiliki nama yang sama seperti Ibunya.“Yang mana akun Bunda,” ucapnya sesekali mengaruk kepalanya dengan kasar. Beberapa kali mencoba tidak menemukannya, ia memilih menghentikannya ia berniat bertanya pada kerabat yang berteman di media sosial dengan ibundanya. *Besok harinya ia pura-pura berkunjung ke tempat kerjaan adik sepupunya dan ia pura-pura meminjam ponsel ingin mencari teman di media

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Cinta dan Amarah

    Setelah pertemuan yang tegang itu, Talita dan Emir mencoba kembali menata hidup mereka, meskipun ada beban yang masih menggantung. Namun, jauh di dalam hati mereka, baik Talita maupun Emir tahu bahwa Dimas belum selesai. Amarah yang membara di dalam diri Dimas belum surut.“Mas, Aku tidak melakukan kesalahan kan?” tanya Talita di saat mereka berdua menjelang tidur.“Tidak, kamu tidak salah Talita. Dimas hanya merasa kecewa, karena kita menikah tanpa memberitahunya.”“Ibu Yani yang tidak ingin melihatku Mas, dia sangat membenciku,” keluh Talita sambil mengusap-usap pipi Emir yang berbaring disampingnya.“Lupakan masala lalu dan mari kita menata masa depan. Kemarahan Dimas mungkin akan hilang seiring berjalannya waktu,” ujar Emir mengecup kening Talita dan meminta wanita itu untuk tidur.“Bagaimana kalau dia marah dan balas dendam Mas?” tanya Talita menghela nafas panjang.“Kita akan hadapi sayang, istirahatlah. Besok kita sudah mulai bekerja, liburan madu kita sudah habis.” Emir mem

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Kecewa Pada Talita

    Beberapa bulan kemudian Dimas akhirnya pulih, orang yang pertama yang ingin ia lihat Talita dan si kembar.“Jangan mencarinya lagi, dia meninggalkanmu setelah kamu tidak berdaya di rumah sakit,” ucap sang Ibunda.“Itu tidak mungkin Bu. Dia wanita yang baik.”Wanita itu berdiri dengan wajah geram, “ Bunda sudah katakan padamu Dimas, dia hanya mempermainkanmu. Kamu tahu sekarang dia sudah menikah dengan polisi yang selama ini membantunya, dia menikah dengan Diego!”Dimas sudah bisa menebak siapa sosok yang disebutkan sang ibunda. Diego adalah Emir. Laki-laki itu selama ini memakai topeng karet dan menyamar sebagai Diego. Ia melakukan itu setelah Arjuna dan dr. Irfan menembaknya dan ia berhasil memalsukan kematiannya.‘Emir …?’Melihat Dimas tidak bereaksi keluarganya keheranan, “Uda tidak marah?” tanya Farida.“Apa kamu sudah tahu kalau wanita selama ini selingkuh dengansi polisi itu?” sambung Ibu Yani lagi.Dimas menarik nafas dalam, ia merasa rongga dadanya terasa sesak setelah ta

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Pulang Bulan Madu

    Pagi itu, Talita terbangun dengan aroma kopi yang harum. Ia menggeliat pelan, lalu membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah Emir, berdiri di samping tempat tidur dengan nampan sarapan di tangannya."Selamat pagi, istriku," sapa Emir lembut.Talita tersenyum, masih setengah mengantuk. "Mas, apa ini?""Sarapan di tempat tidur, spesial untuk istri tercinta," jawab Emir sambil meletakkan nampan di atas selimutnya.Di atas nampan, ada roti panggang dengan telur mata sapi berbentuk hati, buah segar yang sudah dipotong rapi, dan secangkir kopi dengan foam berbentuk hati di atasnya.Talita menatap suaminya dengan penuh cinta. "Mas Emir, kamu terlalu manis," katanya sambil tersenyum lebar.Emir duduk di sampingnya. "Aku hanya ingin memastikan kamu selalu merasa dicintai."Talita meraih tangan Emir dan menciumnya lembut. "Aku selalu merasa begitu, Mas. Karena kamu."Emir mengusap pipinya dengan lembut, lalu menyuapkan sepotong roti ke mulutnya. Mereka tertawa bersama, menikmati pagi y

  • Pesona Istri yang Tak Dianggap   Bulan Madu yang Penuh Cinta

    Pagi pertama di bulan madu mereka, Talita menggeliat pelan di tempat tidur. Matahari pagi mengintip dari celah tirai, menyinari ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut. Tangannya meraba sisi ranjang, mencari sosok Emir, tetapi tempat di sebelahnya kosong.Talita membuka matanya perlahan. Aroma harum sesuatu yang lezat menyeruak ke dalam kamar. Ia mengerutkan kening, lalu tersenyum kecil.‘Emir memasak?’Dengan rasa penasaran, Talita bangkit, mengenakan jubah tidurnya, lalu berjalan ke arah dapur tempat mereka menghabiskan bulan madu. Di sana, ia menemukan pemandangan yang membuat hatinya berdebar.Emir, dengan celemek yang melingkar di tubuhnya, sibuk di dapur. Ia mengaduk sesuatu di wajan, sesekali mencicipi saus dengan ujung sendok, lalu mengangguk puas.Talita menyandarkan tubuhnya di ambang pintu, menatap suaminya dengan senyum penuh cinta. "Aku juga tidak tahu kapan Emir bisa memasak."Emir menoleh, matanya berbinar melihat Talita yang berdiri di sana dengan rambut yang masih

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status