Share

Pembantu Baru

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 20:23:01

Terbangun pagi itu, Kanya mendapati dirinya di atas ranjang besar dan empuk. Tapi ia hanya sendiri. Tidak ada Raven di sana. Padahal seingat Kanya lelaki itu berbaring di sebelahnya. Hingga sebelum mata Kanya terpejam ia masih melihat Raven. Tapi pagi ini hanya permukaan kasur yang kosong dan dingin yang didapatinya.

Kanya lantas bangkit dari tidurnya. Ia menyandarkan punggung ke headboard untuk sesaat sembari pikirannya mengira apa yang harus dilakukannya hari ini.

Menyadari bahwa ia harus mengerjakan sesuatu, Kanya kemudian turun dari ranjang. Keluar dari kamar setelah mandi, Kanya mencoba mencari Raven. Namun sosok lelaki itu tidak ada di bagian mana pun di rumah itu.

Langkah Kanya berakhir di ruang belakang.

Ia tertegun saat melihat seorang perempuan sedang berkutat di dapur. Kanya lalu berdeham hingga perempuan yang sedang membelakanginya itu membalikkan badan menghadap Kanya. Lalu perempuan itu tersenyum dan menyapanya.

“Selamat pagi. Ibu Kanya sudah bangun?”

Kanya mengangguk pelan. Perasaan canggung menjalarinya. Ia merasa aneh dipanggil dengan sebutan ‘ibu’. Masalahnya, Kanya masih berumur dua puluh tahun. Terlebih perempuan itu tampak jauh lebih tua dari Kanya.

“Selamat pagi.” Kanya membalas sapaan itu dengan kaku.

“Mari, Bu Kanya, silakan sarapan pagi dulu. Saya sudah menyiapkan semuanya untuk Ibu.” Perempuan itu menggiring Kanya ke ruang makan, menarikkan kursi untuknya, menyilakannya duduk dan memperlakukannya bagaikan seorang ratu. 

Sementara di meja makan sudah tersaji hidangan super lezat dari berbagai jenis. Lengkap dengan susu dan buah-buahan.

Air liur Kanya hampir menitik. Ia tidak pernah mencicipi makanan selezat ini dan hanya mampu berangan-angan. Tapi sekarang, semua terhidang di depan mata dan disuguhkan khusus hanya untuknya.

“Ayo, Bu Kanya, silakan dimakan.” Perempuan berumur sekitar empat puluhan itu ternyata masih berdiri di dekat Kanya yang membatu.

“Maaf, Raven mana ya? Dan Ibu ini siapa?” tanya Kanya ingin tahu.

“Saya pembantu di rumah ini, Bu, panggil saja Bibi. Pak Raven memanggil saya begitu. Dan Pak Raven sudah berangkat sejak tadi ke kantor.”

Kanya termangu lagi lalu membatin sendiri. ‘Ternyata aku terlambat bangun, buktinya Raven sudah pergi. Istri macam apa aku?’

Kanya ingat nasehat pernikahan sebelum akad kemarin. Katanya tugas seorang istri adalah melayani suami, termasuk menyediakan pakaian, makanan dan melepasnya saat akan bekerja.

Semalam Raven kembali meminta Kanya melayani kebutuhan batinnya. Alhasil pagi ini Kanya jadi terlambat bangun. Mungkin setelah ini ia harus beradaptasi dengan kehidupannya yang baru.

“Saya Kanya, Bi, panggil nama saja, jangan panggil ibu,” ucap Kanya pada asisten rumah tangganya.

“Tidak sopan kalau saya panggil nama, nanti Pak Raven bisa marah.” Perempuan itu menolak. 

Akhirnya Kanya pun membiarkan. Setelahnya mereka berbincang-bincang. Mengetahui asisten rumah tangganya bersikap santun Kanya sedikit merasa lega. Setidaknya ada seseorang yang bisa diajaknya berbicara. 

Setelah sarapan pagi Kanya kebingungan harus melakukan apa karena semuanya sudah ada dan tersedia.

Alhasil pagi itu Kanya menghabiskan waktu dengan mengelilingi rumah dan area sekitarnya. Puas melihat-lihat, Kanya mencoba untuk betah menonton televisi. Biasanya ia tidak pernah sesantai ini. Dulu pada jam segini Kanya sedang membantu ibunya mencuci dan menjemur pakaian. Teringat orang tuanya yang tega menjualnya Kanya hampir saja meneteskan air mata. Sebelum kesedihannya menggurita, dering suara ponsel menginterupsi.

Ternyata Raven yang menelepon. Kemarin Raven memberikan ponsel pada Kanya agar mudah berkomunikasi. Hanya ada dua nomor tersimpan di kontak. Nomor Raven dan Aline.

“Halo, Raven.” Kanya menyapa pelan.

“Kanya, sarapan untukmu sudah dihabiskan?” tanya lelaki itu to the point.

“Sudah.”

“Vitamin sudah diminum?”

“Juga sudah.”

Panggilan terputus tanpa salam penutup. Raven masih seperti saat pertama Kanya kenal. Pria itu hanya bicara yang penting-penting saja padanya.

Baru meletakkan handphone, pembantu datang membawa gelas yang entah apa isinya.

“Bu Kanya, saatnya minum madu.”

Kanya melihat isi gelas itu.

“Itu madu dicampur apa, Bi?”

“Dicampur telur, Bu.”

Kanya bergidik melihat telur mentah yang dikocok dengan madu. Ia pernah mendengar minuman tersebut bermanfaat untuk menambah stamina. Tapi Kanya tidak suka.

“Ayo, Bu Kanya, diminum dulu madunya.”

“Maaf, Bi, saya tidak suka.” Kanya menolak dengan sopan.

“Tapi Pak Raven berpesan agar Ibu Kanya minum ini biar ibu sehat dan kuat.” Bibi tersenyum penuh makna saat menyebut kata ‘kuat’. “Mulai hari ini dibiasakan ya, Bu, lama-lama Ibu pasti suka.”

Kanya terpaksa melakukannya. Ia meneguk minuman yang tidak disukainya itu dengan terpaksa. Demi Raven.

Kanya merebahkan punggung ke sandaran sofa. Ia menghela napas panjang. Hidupnya yang baru serba berkecukupan, tapi penuh dengan aturan. Ia tidak diizinkan melakukan apapun. Tadi saat ingin bantu-bantu di dapur pembantu melarangnya.

Siangnya Aline datang dan mengajak Kanya ke luar.

“Hai, Kanya, gimana kabar kamu? Nyenyak tidur semalam? Nyenyak dong ya, kan sama Raven.” Aline berucap dengan menekankan kalimat terakhir, tapi Kanya yang polos dan menganggap semua orang baik tidak menyadari akan hal itu.

Kanya tersenyum. “Tidur saya nyenyak, saking nyenyaknya saya jadi telat bangun dan ternyata Raven sudah berangkat. Saya jadi tidak enak.”

“Oh begitu. Nggak apa-apa kok, Kanya. Raven nggak akan marah. Sekarang kamu siap-siap ya.”

“Kita mau ke mana, Aline?”

“Ke mall, aku mau ajak kamu belanja.”

Kanya menggigit bibir. Masalahnya ia tidak memiliki uang sepeser pun.

“Kenapa, Kanya? Kamu nggak mau?” Aline bertanya lantaran Kanya tiba-tiba membisu.

“Saya tidak punya uang,” lirih Kanya menjawab.

Aline mencetak senyum. “Don’t worry, Kanya, saya yang bayar. Sekarang cepat siap-siap, ganti bajumu. Okay?”

Patuh, Kanya melakukan perintah Aline. Mereka kemudian pergi ke pusat perbelanjaan besar yang membuat Kanya takjub. Ia tak henti mengagumi di dalam hati.

“Aline!” Seseorang memanggil Aline yang membuat keduanya menoleh.

“Hai, Ga, lo di sini juga.” Aline menyapa Mega, teman dekatnya, serta dua orang temannya yang lain.

“Gue baru nyampe. Lo sama siapa?” Mega melirik Kanya.

Kanya yang dilirik menganggukkan kepala dan tersenyum sopan.

“Oh, ini namanya Kanya, dia pembantu baru di rumah.”

Kanya refleks memandang pada Aline saat perempuan itu menyebutnya sebagai pembantu. Ia sungguh tidak mengerti bagaimana mungkin Aline tega mengatakannya begitu?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
orang kaya yang menganggap bahwa disamping dikenalkan sebagai pembantu terlalu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Pesanan CEO   Perhatian Kecil Raven

    Kanya menyimpan tanda tanya besar di kepalanya karena saat ini tiga teman Aline sedang memindainya dari puncak kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai.“Cantik banget pembantu lo, Lin, hati-hati, ntar Raven bisa kepincut.” Salah satu dari teman Aline berbicara dengan berbisik tapi suaranya terdengar oleh Kanya. Hanya saja Kanya tidak tahu apa yang mereka bisikkan.Aline tertawa pelan. “Serius lo mau ngebandingin gue sama tuh babu? Lo nggak lagi ngelindur kan? Ya cantikan gue ke mana-mana lah.”Lalu keempatnya tertawa bersama. Sedangkan Kanya berdiri beberapa langkah di sebelah Aline dengan kikuk. Cukup lama ia menjadi kambing congek sedangkan Aline sibuk dengan teman-temannya. Kanya merasa tidak enak hati karena sesekali Aline dan teman-temannya melirik ke arahnya sambil berbisik-bisik dan tertawa. Apa ada yang aneh denganku? Apa bajuku terbalik? Kanya meneliti diri sendiri dan mendapati tidak ada yang menggelikan. Tapi kenapa mereka terus tertawa?Apa mereka sedang membicara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Istri Pesanan CEO   Cium Saya

    Selama dalam perjalanan pulang ke rumah Raven tidak bersuara. Begitu pun dengan Kanya yang duduk di sebelahnya. Selain tidak tahu harus membicarakan apa, pikiran Kanya juga tertuju pada seseorang, yaitu Aline. Dari yang tadi terakhir Kanya lihat setelah ia berada di mobil, Aline memandang tajam ke arahnya. Mungkin Aline pikir Kanya tidak bisa merasakannya karena sudah berada di mobil. Kanya takut mengartikan tatapan yang tampak seperti tidak menyukainya. Tapi, apa mungkin Aline begitu? Jika dilihat beberapa hari ini sikapnya begitu baik pada Kanya. Lamunan Kanya buyar begitu saja begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti. Ternyata mereka sudah tiba di rumah.Kanya tertegun melihat Raven yang lebih duluan turun dari mobil ternyata menunggunya untuk berjalan bersama. Pria itu menggandeng tangan Kanya lantas membawanya masuk.Kepedulian pria itu dan perhatian-perhatian kecilnya membuat hati Kanya menghangat.Raven baru melepaskan Kanya dari kaitan tangannya ketika membuka pintu kamar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Kekurangan Aline Yang Paling Fatal

    Dua minggu sudah berlalu sejak pernikahan Kanya dan Raven. Sedikit demi sedikit Kanya mulai beradaptasi dengan kehidupannya yang baru.Raven mengizinkan Kanya melakukan aktivitas kecil-kecilan seperti memasak dan merawat tanaman hias di depan rumah. Raven juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah Kanya daripada di tempat istri pertamanya.Siang itu Kanya sedang menyiapkan masakan untuk makan siang Raven. Ia hanya punya waktu satu jam lagi sebelum suaminya itu pulang. Tadi pagi Raven mengatakan akan makan siang di rumah dan me-request salah satu makanan kesukaannya yang lain, yaitu iga bakar. Raven memang menyukai olahan daging.Setelah berkutat di dapur sendiri Kanya selesai memasak. Ia memandangi iga bakar hasil kreasinya dengan puas. Raven tidak pernah tidak memuji hasil masakannya. Dan sejujurnya hal itu membuat hati Kanya bahagia luar biasa.Kanya terkejut ketika merasakan dekapan di tubuhnya. Ia hampir saja berteriak. Namun niat itu urung terjadi karena sebuah bisikan lembut

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Berbagi Suami

    “Rav, kamu dengar aku kan? Kamu masih di sana?” Aline menegur Raven lantaran tidak menjawab pertanyaannya.“Iya, bisa,” jawab Raven memutuskan. Walau hatinya berat tapi Raven menyadari bahwa ia harus mampu bersikap adil pada kedua wanitanya.“Beneran ya, Rav, jangan sampai telat.”“Iya, Lin, beneran.”“Aku tunggu ya, Rav.” Aline menekankan nada ucapannya yang berarti ia sangat menantikan kehadiran Raven.“Iyaaaa …” Raven ikut menekan nada suaranya, sedikit gemas pada Aline yang seakan tidak memercayainya.“Love you, Rav.”Raven tertegun dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Sudah cukup lama ia dan Aline tidak saling mengucapkan kata cinta. Dan sekarang tiba-tiba saja kalimat sakti itu meluncur dari bibir Aline.“Rav, kamu masih di sana?” Untuk kedua kalinya Aline bertanya untuk hal yang berbeda.“Iya, aku di sini.”“Kok nggak ngejawab aku?”Raven berdeham. Ia hanya perlu menjawab ucapan Aline. Namun kenapa terasa begitu berat?“Love you too.” Entah mengapa lidahnya sangat k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Kejutan

    Kanya memandangi layar gawainya dengan intens. Berkali-kali ia membaca balasan pesan yang dikirimkan Raven padanya. Kanya tidak menyangka akan mendapat jawaban kata-kata kasar yang membuat perasaannya menjadi sedih. Selama dua minggu pernikahan mereka lelaki itu tidak sekali pun berlaku kasar atau menunjukkan tindakan yang tidak menyenangkan padanya. Baru kali ini Raven melakukannya.Setengah mati Kanya memikirkan apa kesalahannya. Namun sampai buntu pikirannya Kanya tidak menemukannya. Bahkan tadi sebelum pergi Raven masih sempat meninggalkan kecupan lembut di keningnya. Lantas, apa kesalahannya?Rasanya Kanya ingin langsung menelepon Raven dan menanyakan apa kesalahannya. Namun, apa Raven tidak akan marah?Bermenit-menit lamanya Kanya mondar-mandir di kamar sembari mempertimbangkan apa sebaiknya menelepon Raven atau tidak. Setelah berdebat dengan batinnya Kanya memutuskan untuk menelepon Raven. Tapi panggilannya dijawab oleh suara operator. Raven mematikan ponsel. Ternyata pria itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Tinggal Satu Bulan

    Hari ini tepat dua bulan Kanya dan Raven menikah. Hingga sejauh ini Kanya bahagia dengan kehidupan pernikahannya bersama lelaki itu meskipun sesekali Raven meninggalkannya untuk bersama Aline.Selama tiga puluh hari ini pula Kanya sudah banyak berubah. Sekolah kepribadian yang diikutinya membuat Kanya menjadi ‘sosok yang baru’. Kanya bertransformasi menjadi perempuan moderat karena tuntutan lingkungan di sekitarnya. Tidak ada yang menyangka bahwa dia datang dari sebuah daerah perkebunan milik Raven yang terletak jauh dari kota. Meskipun penampilannya berubah tapi tidak ikut membuat sifat dan karakter Kanya jadi berganti. Kanya tetaplah Kanya, seorang perempuan muda berumur dua puluh tahun berparas manis yang lembut dan baik hati.“Apa sudah ada tanda-tanda?”Kanya mengernyit ketika Raven bertanya padanya.“Maksudnya apa ya, Rav?” Kanya balas bertanya pada sang suami atas pertanyaan yang tidak dimengertinya.Raven mencetak senyum. Ia tahu Kanya tidak sebodoh itu. Hanya kalimatnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Bertukar Keringat

    PS: ada adegan 21. Skip saja bagi yang tidak suka.***Kanya memandang hampa pada hamparan air biru di sekelilingnya. Saat ini ia sedang duduk melamun sendiri di depan water villa yang ditempatinya bersama Raven. Iya, baru beberapa jam yang lalu mereka tiba di Maldives. Raven merealisasikan janjinya untuk mengajak Kanya berbulan madu. Harusnya saat ini Kanya merasa bahagia. Tapi yang terjadi hatinya gundah gulana. Perkataan Aline kemarin begitu meresahkan. Membuat Kanya tidak bisa berhenti memikirkannya. Jika Kanya tidak berhasil hamil dan memberi Raven anak maka pria itu akan menceraikannya dan mencampakkan Kanya. Kemudian Raven akan menikah lagi dengan perempuan lain yang jauh lebih subur dan menghasilkan. Kanya khawatir, jika Raven menceraikannya ia harus pergi ke mana? Kanya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Kanya tidak ingin kembali pada orang tuanya. Pengalaman mengajarkan Kanya akan banyak hal. Bukan tidak mungkin kedua orang tuanya akan kembali menjual Kanya. Dan kali ini p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Istri Pesanan CEO   Saya Tidak Berani Mencintai Kamu

    Elusan Raven di punggung Kanya spontan berhenti. Jujur saja, pertanyaan yang diajukan istrinya mengagetkan Raven.Sesungguhnya Raven memesan Kanya pada bawahannya lantas membeli perempuan itu dan menikahinya semata-mata karena rahimnya. Namun kemudian Raven teringat pada pesan dokter Gatra. Dirinya atau pun Kanya jangan sampai stres agar program hamil tersebut berhasil. Jadi Raven cukup bijak untuk hal ini.“Kenapa bertanya begitu?” ucapnya kemudian.“Saya hanya bertanya. Saya takut usaha kita sia-sia dan kamu akan menceraikan saya. Saya udah nggak punya siapa-siapa.” Suara Kanya tenggelam di dada Raven.“Bagi saya tidak ada yang sia-sia. Yang penting kita sudah mencoba.” Raven menjawab sambil menghadiahkan kecupan di kepala Kanya.Namun bukan jawaban itu yang ingin Kanya dengarkan. Yang Kanya butuhkan adalah kepastian bahwa Raven tidak akan mencampakkannya jika Kanya gagal memberi keturunan. “Udah yuk, kita mandi dulu lalu makan.”Kanya terpaksa menyingkir dari pangkuan Raven setela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • Istri Pesanan CEO   Happy Ending

    Raven termangu sekian lama sambil memandang nanar cincin yang diberikan Kanya langsung ke telapak tangannya.“Nggak bisa begitu, Nya. Kamu nggak bisa membatalkan pernikahan kita hanya karena Qiandra terbukti sebagai anak Davva. Kita sudah merencanakan semua ini dengan matang. Undangan sudah dicetak, gedung sudah di-booking, belum lagi yang lainnya,” tukas Raven tidak terima. Ini bukan hanya semata-mata perihal persiapan pernikahan, melainkan tentang perasaannya pada Kanya. Ia tidak rela melepas Kanya justru setelah perempuan itu berada di genggamannya.“Rav, mengertilah, aku nggak bisa,” jawab Kanya putus asa. Entah bagaimana lagi caranya menjelaskan pada Raven bahwa dirinya benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan mereka.“Kamu minta aku untuk mengerti kamu, tapi apa kamu mengerti aku? Alasan kamu nggak jelas. Kenapa baru sekarang kamu bilang nggak bisa menikah denganku? Kenapa bukan dari sebelum-sebelumnya? Kenapa setelah kedatangan Davva? Semua ini terlalu lucu untuk disebut hany

  • Istri Pesanan CEO   Cinta Saja Tidak Cukup

    Waktu saat ini menunjukkan pukul satu malam waktu Indonesia bagian barat, tapi tidak sepicing pun Kanya mampu memejamkan matanya. Adegan demi adegan tadi siang terus membayang. Saat ia bertemu dengan Davva, bicara berdua dari hati ke hati, serta mengungkapkan langsung kegalauannya pada laki-laki itu. Dan Davva dengan begitu bijak menjawab saat Kanya menanyakan apa ia harus memikirkan lagi hubungannya dengan Raven.“Aku rasa aku butuh waktu untuk mengkaji ulang hubungan dengan Raven. Aku nggak mau gagal lagi seperti dulu. Menurut kamu gimana kalau misalnya aku menunda atau membatalkan pernikahan itu?”Davva terlihat kaget mendengar pertanyaan Kanya. Ia memindai raut Kanya dengan seksama demi meyakinkan jika Kanya sungguh-sungguh bertanya padanya. Dan hasilnya adalah Davva melihat keraguan yang begitu kentara di wajah Kanya.“Aku bingung, aku nggak mau gagal lagi.” Kanya mengucapkannya sekali lagi sambil menatap Davva dengan intens.“Follow your heart, Nya. Ikuti apa kata hatimu. Dan ja

  • Istri Pesanan CEO   Kesadaran Yang Menghampiri

    Kanya tersentak ketika mendengar ketukan di depan pintu. Pasti itu Raven yang datang, pikirnya. Beberapa hari ini memang tidak bertemu dengan laki-laki itu. Bukan karena mereka ada masalah, tapi karena Kanya sedang butuh waktu untuk sendiri.Mengayunkan langkah ke depan, Kanya membuka pintu. Tubuhnya membeku seketika begitu mengetahui siapa yang saat ini berdiri tegak di hadapannya. Bukan Raven seperti yang tadi menjadi dugaannya, tapi ...“Dav ...”Davva membalas gumaman Kanya dengan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.“Aku baru tahu semuanya dari Raven. Aku minta maaf karena waktu itu ninggalin kamu. Aku nggak tahu kalau kamu hamil anak kita,” bisik Davva pelan penuh penyesalan.“Kamu nggak salah, Dav, aku yang salah. Aku pikir Qiandra anak Raven,” isak Kanya dalam dekapan laki-laki itu.Kenyataan bahwa Qiandra adalah darah daging Davva membuat Kanya begitu terpukul. Beberapa hari ini ia merenungi diri dan menyesali betapa bodoh dirinya yang tidak tahu mengenai hal tersebut.

  • Istri Pesanan CEO   Pulang

    Davva menegakkan duduknya lalu memfokuskan pendengarannya pada Raven yang menelepon dari benua yang berbeda dengannya.“Sorry, Rav, ini kita lagi membicarakan siapa? Baby girl apa maksudnya?” Davva ingin Raven memperjelas maksud ucapannya. Apa mungkin Raven salah orang? “Ini aku Davva. Kamu yakin yang mau ditelepon Davva aku? Atau mungkin Davva yang lain tapi salah dial?”“Aku nggak salah orang. Hanya ada satu Davva yang berhubungan dengan hidupku dan Kanya, yaitu kamu," tegas Raven.Perasaaan Davva semakin tegang mendengarnya, apalagi mendengar nada serius dari nada suara Raven.“Jadi maksudnya baby girl apa? Kenapa kasih selamat sama aku?” tanya Davva tidak mengerti. Justru seharusnya Davvalah yang menyampaikan ucapan tersebut pada Raven karena dialah yang berada di posisi itu.“Aku tahu semua ini nggak akan cukup kalau hanya disampaikan melalui telepon. Ceritanya panjang. Tapi aku harus bilang sekarang kalau Qiandra adalah anak kandung kamu, Dav. Dia bukan darah dagingku. Hasil tes

  • Istri Pesanan CEO   Karena Darah Lebih Kental Daripada Air

    Kanya mengajak Raven keluar dari ruangan dokter. Mereka tidak mungkin berdebat apalagi sampai bertengkar di sana.“Jawab pertanyaanku, Nya, siapa bapak anak itu?” Raven kembali mendesak setelah mereka tiba di luar.Kanya menggelengkan kepala. Bukan karena tidak tahu, tapi juga akibat syok mendapati kenyataan yang tidak disangka-sangka.“Jadi kamu nggak tahu siapa bapak anak itu? Memangnya berapa banyak lelaki yang meniduri kamu, Nya?” Kanya membuat Raven hampir saja terpancing emosi.“Jangan pernah menuduhkku sembarangan, Rav! Aku bukan perempuan murahan yang akan tidur dengan laki-laki sembarangan! Aku masih punya harga diri,” bantah Kanya membela diri.“Tapi hasil tes itu nggak mungkin berbohong, Kanya!” ucap Raven gregetan. “Ini rumah sakit internasional, tenaga medis di sini juga profesional. Mereka nggak akan mungkin salah menentukan hasil tes. Jangan kamu pikir mamaku yang mengacaukan agar hasilnya berbeda. Ini kehidupan nyata, Kanya, bukan adegan sinetron!”Suara tinggi Raven m

  • Istri Pesanan CEO   Hasil Tes DNA

    “Kanya, aku rasa sudah saatnya kita lakukan tes DNA. Aku nggak mau menunggu lagi. Aku nggak bisa melihat kamu mengurus anak-anak kita sendiri.”Kanya menolehkan kepalanya kala mendengar ucapan Raven.Hari ini baby Qiandra berumur satu bulan. Kanya sudah sejak lama pulang dari rumah sakit. Kondisinya pasca persalinan juga sangat baik.Setelah saat itu Raven datang ke rumah sakit, Davva pergi tiba-tiba. Padahal Raven ingin mengucapkan terima kasih padanya.“Siang ini aku harus pulang ke NY, Nya.” Itu alasan Davva saat Kanya menelepon menanyakan keberadaannya.“Tapi kenapa kamu pergi nggak bilang aku dulu?”“Maaf banget ya, Nya, aku ada panggilan mendadak dan nggak sempat bilang ke kamu.”Setelah hari itu Kanya tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Davva. Davva sibuk dengan pekerjaannya, Kanya juga sedang menikmati hari-harinya memiliki buah hati yang baru.“Kanya! Gimana?” tegur Raven meminta jawaban lantaran Kanya tidak menjawab.“Harus banget ya tes DNA itu?” Kanya masih merasa keber

  • Istri Pesanan CEO   Tahu Diri

    Pria itu baru saja keluar dari mobil lalu menarik langkah cepat. Ia mengangguk sepintas pada seseorang saat berpapasan. Entah siapa orang itu tidak terekam di benaknya. Ia hanya ingin segera tiba secepatnya di kamar lalu beristirahat sepuasnya.Smart lock kamarnya berbunyi kecil saat mendeteksi kesesuaian. Pintu kamar pun terbuka.Raven—lelaki itu langsung masuk. Begitu melihat hamparan kasur ia langsung menghambur. Hari ini begitu melelahkan. Pertemuan serta dengar pendapat dengan pemerintah daerah tadi siang berlangsung dengan alot. Pemerintah setempat memberi banyak tuntutan yang kurang masuk akal kepada para pengusaha yang sebagian besar tidak bisa mereka penuhi.Tatapan Raven berlabuh pada benda seukuran telapak tangan yang terselip di antara bantal. Ternyata Raven lupa membawa ponselnya yang ternyata berada dalam keadaan mati.Sambil berbaring Raven menyalakannya. Beberapa detik kemudian setelah mendapat sinyal, notifikasinya berdenting. Raven terkesiap ketika membaca pesan dari

  • Istri Pesanan CEO   Segalanya Untuk Kanya

    Sedikit pun tidak terlintas di pikiran Kanya bahwa dirinya akan menghadapi hal menakjubkan di dalam hidupnya, yaitu melakukan persalinan sendiri tanpa bantuan tenaga medis dan terjadi di tempat yang sama sekali tidak disangka-sangka.Setelah melahirkan di toilet SPBU ditemani Davva, Kanya mendapat pertolongan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Cerita tentang persalinan di toilet tersebut menjadi buah bibir di sekitar tempat itu, tapi untung tidak sampai viral, karena Kanya tidak ingin populer dengan cara tersebut.Setelah proses observasi, saat ini Kanya berada di ruang rawat. Kondisi Kanya masih terlihat lemah karena kehilangan banyak energi. Tapi perasaan bahagia yang begitu dalam menyelimuti hatinya melihat bayi perempuan yang dilahirkannya begitu sehat, normal, serta lengkap seluruh organ tubuhnya. Bayi mungil itu saat ini berada di dalam box yang diletakkan di samping tempat tidur Kanya.Monic begitu gembira karena pada akhirnya keinginan anak itu untuk memiliki adik perempuan m

  • Istri Pesanan CEO   Melahirkan Anakmu Bersamamu

    “Kanya, maaf sekali, aku nggak bisa menemani kamu lahiran.”Kanya yang saat itu sedang menyesap juice apel refleks memandang ke arah Raven kala mendengar ucapan laki-laki itu. Bagaimana tidak, mereka sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Bahkan Raven sudah mem-booking rumah sakit terbaik untuk proses persalinan Kanya. Lalu dengan seenaknya sekarang Raven mengatakan tidak bisa.Raven mengangkat tangan sebagai isyarat bahwa ia akan menjelaskan alasannya pada Kanya sebelum perempuan itu mengajukan aksi protes.“Aku baru mendapat telepon dari asistenku di daerah. Dia bilang ada undangan untuk pertemuan dari pemerintah daerah setempat, dan itu nggak bisa diwakilkan. Bukan hanya aku tapi semua pengusaha sawit yang berada di sana,” jelas Raven menyampaikan alasannya.Kanya memahami argumen Raven. Dalam hal ini ia tidak boleh egois dengan memikirkan dirinya sendiri. Ia juga harus mendukung karir Raven.“Nggak apa-apa, Rav, pergilah,” jawab Kanya merelakan.Raven memindai wajah Kanya, mencoba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status