Video Syur yang Ditonton Putriku

Video Syur yang Ditonton Putriku

last updateLast Updated : 2024-06-09
By:  Ida SaidahOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
82Chapters
10.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Karena putriku ketahuan menonton video syur di sekolah, aku mengetahui suamiku telah berselingkuh. Jika jadi aku, apa yang akan kamu lakukan? Apakah akan memilih bertahan dalam kesakitan atau memilih pergi mencari kebahagiaan sendiri?

View More

Chapter 1

Part 1

Part 1

"Maaf, Bu Ambar. Kami memanggil Ibu ke sekolah karena kami tanpa sengaja memergoki Syaqila dan dua orang temannya sedang menonton film dewasa, yang justru diperankan oleh ayahnya Syaqila sendiri. Yaitu suami Ibu," ucap kepala sekolah membuat jantung ini seketika seperti berhenti berdetak. Wanita berseragam dinas itu kemudian menunjukkan ponsel Syaqila juga video yang dimaksud kepadaku.

Tubuhku mendadak gemetar dan lunglai. Dari mana putriku mendapatkan video seperti itu? Masa iya Mas Haris dengan sengaja menyimpan video syurnya bersama seorang perempuan di ponsel anaknya yang baru dibeli beberapa hari yang lalu?

Dengan tangan gemetar mengambil benda pipih persegi berukuran tujuh inci itu, mengamati lamat-lamat video tersebut, memastikan kalau itu nyata atau editan. Dan ternyata video itu asli yang direkam menggunakan ponsel.

Tidak lupa juga melihat chat di aplikasi warna hijau milik putriku, ingin tahu dengan siapa saja dia berkirim pesan.

Alhamdulillah semuanya aman terkendali. Hanya ada beberapa pesan dariku juga mas Haris, dan beberapa obrolan dengan teman-teman sebayanya.

Kutatap wajah Syaqila yang masih menunduk ketakutan. Bibirnya sudah terlihat begitu memucat, sementara tangannya terus saja sibuk memilin-milin ujung seragamnya. Aku tahu kalau saat ini dia sedang merasa takut luar biasa juga tertekan.

"Saya minta maaf atas kecerobohan saya, Bu Kepada Sekolah. Saya tidak memeriksa ponsel anak saya karena ponsel ini baru dibelikan oleh suami saya sebagai hadiah ulang tahun Qila yang ke sepuluh kemarin. Saya juga tidak tahu kalau anak saya ternyata membawa ponsel ke sekolah. Sekali lagi saya minta maaf," ucapku dengan suara bergetar, antara kecewa terhadap diri sendiri yang sudah begitu ceroboh, juga malu karena pihak sekolah sampai melihat adegan menjijikkan yang diperagakan suami dengan seorang wanita yang teramat kukenal.

"Lain kali sebelum anak berangkat tolong dicek tasnya dulu ya, Bu. Jangan sampai kecolongan seperti ini lagi, juga jangan pernah menyimpan video-video seperti itu di ponsel anak-anak, sebab itu bisa merusak mental anak kita nanti!"

"Saya juga tidak tahu kenapa bisa ada video seperti itu di ponsel anak saya. Sekali lagi saya minta maaf."

"Yasudah. Untuk sementara masalah ini kita tutup dulu. Syaqila boleh pulang dan jangan ulangi lagi nonton film begituan ya, Nak." Bu kepala sekolah menghampiri anakku, mengusap rambutnya yang tergerai indah lalu melekuk senyum kepada Syaqila yang masih terlihat begitu ketakutan.

Aku pun lekas pamit undur diri dan membawanya pulang.

Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan di antara kami berdua. Aku hanya bisa diam sambil memikirkan adegan demi adegan dalam video tersebut, sementara Syaqila sepertinya masih merasa ketakutan. Mungkin takut aku memarahinya dan menghukumnya.

Sesampainya di rumah. Lekas menyuruh Syaqila menukar pakaian, mengajak dia makan makanan kesukaannya lalu memeluk gadis kecil itu dan menanyakan dari mana video tersebut berasal.

Awalnya dia terlihat ketakutan dan menangis. Tetapi aku terus mengatakan kalau aku tidak akan marah apalagi sampai menghukum dirinya.

"Qila jujur sama Mama. Dari mana Qila dapat video itu?" tanyaku sambil berusaha menahan amarah agar tidak membuncah. Sebab jika sampai terbawa emosi, bukan solusi yang didapat, malah justru menambah masalah baru. Syaqila pasti akan semakin ketakutan dan tidak akan mengatakan dari mana ia mendapat video tidak senonoh tersebut.

"Qila nggak tahu. Video itu tiba-tiba sudah ada di ponsel Qila, Ma," jawab gadis kecilku dengan suara pelan, hampir tidak terdengar.

"Mama tanya sekali lagi. Kenapa Qila membawa ponsel ke sekolah? Kan Mama sudah berkali-kali bilang kalau Qila nggak boleh bawa ponsel ke sekolah?"

"Qila cuma mau nunjukin ke teman-teman Qila kalau Qila dapet ponsel baru dari Papa."

"Terus, kenapa liat video begituan?"

"Tadinya Qila nggak tahu. Caterin yang duluan lihat dan nunjukin ke Qila. Pas qila baru nonton, eh, ada bu guru dan langsung ambil hape Qila."

Aku kembali mengambil ponsel milik putriku, membuka galeri miliknya sambil berusaha mengatur degup jantung yang sudah tidak beraturan. Air mata hampir tumpah membanjiri pipi melihat ada lebih dari lima video yang tersimpan di gawai tersebut, dan statusnya tersimpan di kartu memori. Bukan di memori internal ponsel.

"Di ponsel Qila kenapa ada kartu seperti ini? Ini memang Papa yang taro di sini?" tanyaku lagi setelah melepas memori card dari ponsel Syaqila.

"Qila nemu di laci kerja Papa kemarin pas bantu Papa beres-beres, terus Qila pasang ke ponsel Qila. Kan di ponsel Mama juga ada kartu begituan. Makanya Qila ikut-ikutan."

Astaghfirullah...

Hatiku terasa sakit menerima kenyataan kalau suamiku sudah mengkhianati pernikahan kami. Selama ini aku selalu percaya kepadanya dan tidak pernah mengira kalau dia bisa berbuat sekeji itu. Mengkhianati cintaku, membagi hati serta raganya kepada perempuan lain.

Aku pun segera menyuruh Syaqila masuk ke dalam kamarnya, meminta Sani, asisten rumah tanggaku untuk menemani dia sebab aku ingin menyusul suami ke kantor. Ingin melihat apa saja yang dia lakukan di tempat kerja saat ini.

Perputaran keempat roda mobilku berhenti di parkiran gedung berlantai lima tempat suami mengais rezeki. Buru-buru keluar dari mobil, mengayunkan kaki menuju lift dan menekan tombol buka, lalu segera masuk ke kabin dan memencet angka tiga menuju lantai di mana ruangan suamiku berada.

"Maaf, Bu. Pak Haris sedang ada tamu, jadi tidak boleh diganggu!" Seorang karyawan tiba-tiba mencegahku masuk kala sudah berada di depan ruang kerja suami.

"Tamunya perempuan apa laki-laki?" tanyaku penasaran.

"Perempuan, Bu. Sedang membicarakan masalah bisnis sepertinya!" Si karyawan menjawab dengan ekspresi yang aku lihat tidak biasa. Seperti sedang menutupi sesuatu dariku.

Tanpa lagi menggubris ucapan pegawai suami, gegas melangkahkan kaki masuk ke dalam, ingin memastikan apa yang dikatakan karyawan suamiku itu benar.

Mataku membeliak tidak percaya ketika melihat apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Pun dengan dua insan yang tengah asik mengarungi samudera dosa di dalam. Mereka terlihat syok dan langsung memunguti pakaian mereka masing-masing.

"Oh, seperti ini rupanya? Begini cara kalian membicarakan bisnis?" teriakku sambil menarik rambut si pelakor dan menyeretnya keluar tanpa memberi dia kesempatan untuk mengenakan pakaian terlebih dahulu.

Sedang Mas Haris, dia yang masih sibuk mengenakan pakaiannya tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menatap mengiba ke arahku, memintaku untuk tidak membawa gundiknya keluar dari ruangan tersebut.

Tanpa menghiraukan teriakan si pelakor, aku terus saja membawa dia masuk ke dalam lift tanpa melepas jambakkan, menyeretnya keluar hingga menarik semua perhatian pegawai yang sedang sibuk bekerja dan melempar perempuan tidak tahu diri itu ke halaman kantor.

"Silakan kamu enyah dari kantor ini dan jangan pernah lagi kembali!" usirku.

"Ambar, aku nggak mungkin pergi dengan keadaan seperti ini. Aku malu, Ambar. Tolong berprikemanusiaan sedikit lah. Aku ini sahabat kamu, bukan orang lain," ucap si gundik dengan nada penuh permohonan.

Aku lekas kembali naik ke lantai atas, mengambil baju-baju milik gundik suamiku lalu membakarnya dan segera pergi meninggalkan kantor Mas Haris.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
muliani reskia
bagus banget ceritanya istrinya ga menye menye tp tegas dn berani
2024-03-04 05:00:52
0
user avatar
Harsa Amerta Nawasena
Suka dengan ceritanya
2024-01-27 13:11:13
0
82 Chapters
Part 1
Part 1"Maaf, Bu Ambar. Kami memanggil Ibu ke sekolah karena kami tanpa sengaja memergoki Syaqila dan dua orang temannya sedang menonton film dewasa, yang justru diperankan oleh ayahnya Syaqila sendiri. Yaitu suami Ibu," ucap kepala sekolah membuat jantung ini seketika seperti berhenti berdetak. Wanita berseragam dinas itu kemudian menunjukkan ponsel Syaqila juga video yang dimaksud kepadaku.Tubuhku mendadak gemetar dan lunglai. Dari mana putriku mendapatkan video seperti itu? Masa iya Mas Haris dengan sengaja menyimpan video syurnya bersama seorang perempuan di ponsel anaknya yang baru dibeli beberapa hari yang lalu?Dengan tangan gemetar mengambil benda pipih persegi berukuran tujuh inci itu, mengamati lamat-lamat video tersebut, memastikan kalau itu nyata atau editan. Dan ternyata video itu asli yang direkam menggunakan ponsel.Tidak lupa juga melihat chat di aplikasi warna hijau milik putriku, ingin tahu dengan siapa saja dia berkirim pesan. Alhamdulillah semuanya aman terkendal
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more
Part 2
Azriel, anak pertamaku yang kini sudah menginjak remaja sudah berdiri di halaman rumah ketika aku sampai.Aku juga merasa kalau ada yang berbeda dengan si sulung. Sudah beberapa hari ini dia selalu menghindari sang ayah, bahkan sudah dua kali kepergok tengah cekcok dengan Mas Haris.Apa mungkin diam-diam dia sudah tahu kalau ayahnya memiliki wanita idaman lain dan merahasiakannya dariku?"Mama dari mana?" tanyanya seraya meraih tanganku dan mencium bagian punggungnya dengan khidmat."Dari kantor Papa kamu. Abang tumben sudah pulang? Nggak eskul dulu?" "Lagi malas. Pengen cepet-cepet ketemu Mama. Kangen!""Udah gede masih saja manja!" Menarik hidung mancungnya lalu merangkul tubuh putraku yang sudah berusia tujuh belas tahun itu.Tidak lama kemudian terlihat mobil Mas Haris memasuki pekarangan rumah kami. Azriel lekas beranjak dari duduknya, mengayunkan kaki lebar-lebar masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa-apa. Aku semakin curiga melihat tingkah bocah itu, karena sepertinya dia seda
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more
Part 3
"Tutup mulut kamu, Azriel!" Mas Haris menarik kerah baju putranya, ingin melayangkan tinju akan tetapi dengan cepat kutangkis tangan kekar tersebut. Tangan yang dulu selalu mengusap lembut rambut anak-anak. Tangan yang selalu menjadi pelindung kami semua.Kini semuanya telah berubah. Sikap lemah lembut suami yang selalu ditunjukkan di depan kami telah musnah. "Didik anak kamu dengan benar, Ambar. Ajari dia supaya menjadi anak yang tahu diri agar tidak pernah berani melawan orang yang sudah susah payah membesarkan dan membiayai dia sekolah!" sungut laki-laki berusia empat puluh tahun itu seraya melewati tubuhku lalu keluar sambil membanting pintu.Azriel ingin mengejar, akan tetapi tubuhnya segera kutahan, memeluknya, menenangkan dia agar tidak ikut terbawa emosi.Sementara Syaqila, gadis berusia sepuluh tahun itu masih duduk memeluk lutut di pojok kamar dengan tatapan kosong serta terlihat ketakutan. Ini kali pertamanya Mas Haris berbicara dengan nada meninggi di depan anak-anak. Me
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more
Part 4
"Emm... Memangnya Qila ketemu Tante Devi di mana?" tanyaku lagi."Tante Devi kemarin ke sekolah sama Papa. Katanya Qila juga mau dipindahkan dari sekolah Qila. Qila nggak mau Mama..."Benar-benar sudah keterlaluan Mas Haris. Belum cukupkah luka yang dia torehkan dalam dada? Aku sudah berusaha sabar menghadapi mereka berdua, akan tetapi sepertinya mereka malah mengibarkan bendera perang."Qila dengar ya, Sayang. Selamanya Qila akan bersama Mama dan Abang. Apa pun yang terjadi nanti." Menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menatap mata bening itu penuh dengan kehangatan sambil melekuk bibir walau hati sedang terbakar emosi.Syaqila mengangguk perlahan lalu segera menyantap cereal yang sudah kubuatkan, meneguk susu coklat kesukaannya kemudian mengambil tas dan segera berjalan bersisian denganku dengan mode bergandengan tangan menuju parkiran.Seperti hari-hari sebelumnya aku tetap mengantarkan Qila ke sekolah menggunakan mobil yang dibelikan oleh Mas Haris sebagai hadiah ulang t
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more
Part 5
Ibu mertua memelukku erat sambil menangis, sementara Bapak segera menghampiri laki-laki yang baru saja menalakakku dan menamparnya di depan semua orang."Tidak tahu diri kamu, Haris. Kacang lupa kulitnya, tidak tahu malu dan tidak tahu balas budi. Apa kamu lupa, kamu bisa seperti ini itu karena siapa? Karena Ambar. Kalau bukan karena dia, kamu itu bukan siapa-siapa. Mungkin kamu masih menjadi karyawan biasa yang gajinya tidak pernah dibayar secara tepat waktu oleh bos kamu dan harus putar otak jika waktunya bayar kontrakan dan bahan pokok habis semua. Sekarang, setelah sukses dan punya segalanya, kamu mau membuang Ambar? Kalau kamu mau pisah dari dia, lepaskan semua kemewahan yang kamu punya, sebab ini semu milik Ambar. Dia yang mengeluarkan modal, sedangkan kamu hanya mengelola saja!" rutuk bapak mertua panjang lebar, membuat wajah Mas Haris memerah padam. Mungkin dia malu dikata-katai seperti itu oleh bapaknya sendiri di depan para karyawan."Pak, kita bisa bicarakan masalah ini ba
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more
Part 6
"Bapak mengancam?" tanya Mas Haris sambil menyeka keringat menggunakan saputangan, padahal jelas-jelas ruangan ini berpendingin udara dengan suhu enam belas derajat Celcius.Dia memang akan berkeringat secara berlebihan jika sedang ketakutan. Aku paham betul itu, karena sudah belasan tahun mendampingi dirinya."Bapak tidak mengancam. Hanya memperingatkan!" tekan seraya menatap tajam."Oke, begini saja. Aku akan memberikan rumah yang sekarang ditinggali oleh Ambar dan juga mobil yang sedang dia pakai," usul lelaki berusia empat puluh tahun itu."Tidak. Itu belum cukup. Bapak maunya kamu menyerahkan segalanya!""Ya Tuhan... Sebenarnya yang anak Bapak ini siapa, sih? Aku, apa Ambar?""Bapak hanya membela yang benar. Walaupun yang anak kandung Bapak itu kamu, tetapi karena kamu salah Bapak tidak akan memihak.""Oke. Begini saja, bagaimana kalau semua aset yang aku miliki dibagi dua. Biar adil. Dulu pertama usaha memang menggunakan uang Ambar untuk modal, dan aku yang mengelolanya sampai m
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more
Part 7
"Urusannya sudah selesai 'kan? Sekarang sebaiknya kita pulang, Mas. Aku malas berada di rumah ini terus!" sungut Devi seraya beranjak dari sofa dan menarik tangan Mas Haris tanpa memberi izin mantan suamiku untuk berpamitan kepada ibu dan bapak.Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya, pun dengan mertua. Mata dan hati Mas Haris sudah benar-benar buta karena cinta, sampai tidak bisa melihat keburukan yang selalu Devi tunjukkan."Astaghfirullahaladzim... Sebenarnya setan apa yang merasuki Haris sampai dia menjadi seperti itu, Bu. Bapak doakan semoga saja usahanya bangkrut dan dia merasakan seperti apa sakitnya dibuang oleh orang yang dia sayang, agar bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Ambar saat ini!" ucap Bapak membuat pandangan kami semua tertuju kepadanya."Ya Allah, Pak. Jangan nyumpahin anak seperti itu. Nggak baik. Sebaiknya Bapak doakan semoga Allah segera membuka pintu hatinya dan mengubah sikapnya yang buruk itu. Doa orangtua itu langsung didengar dan dikabu
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more
Part 8
"Breng-sek kamu, Ambar. Teman sendiri lagi kesusahan malah nggak mau nolongin. Awas saja, aku adukan kamu nanti sama Mas Haris, biar dia mengambil kembali apa yang sudah diberikan!" teriak Devi sambil terus mengusap wajahnya yang sudah terlihat seperti monster."Maaf, Devi. Untuk kali ini aku tidak lagi mau membantu kamu. Kapok. Kamu itu kan ditulung malah mentung!" ujarku sambil mengayunkan kaki meninggalkan selingkuhan suami yang masih berada di dalam kubangan.Pun dengan Azriel yang langsung masuk ke dalam dengan terburu-buru."Ada apa, Bang? Kok kamu balik lagi? Ada yang ketinggalan?" tanyaku sambil menghampiri si sulung di kamarnya."Ada tugas aku yang ketinggalan, Ma. Makanya aku balik lagi ambil tugas ini, kebetulan juga jam pelajaran masih sepuluh menit lagi," jawabnya sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya lalu mencium pipi ini dan segera pergi.Aku terus menatap punggung anak laki-lakiku yang semakin beranjak besar, bahkan sekarang menggantikan po
last updateLast Updated : 2023-12-28
Read more
Part 9
"Hus! Hus! Hus! Pergi dari sini, jangan kotori persaudaraan kami!" Mbak Rika mengibas-ngibaskan tangan mengusir Devi dari hadapan kami."Tapi, Jeng? Aku ini..." Perempuan ulet keket itu masih bersikeras untuk bergabung."Sudah kami bilang kalau kami tidak menerima pelakor di tengah-tengah kami! Ini itu circle-nya wanita baik-baik, bukan perebut laki orang seperti kamu!" potong Mbak Rianti semakin terlihat emosi."Kalian akan menyesal sudah nolak aku di sini. Aku akan mengadukan kalian sama Mas Haris biar dia memutuskan kerjasama dengan suami-suami kalian!" ancam Devi sambil menghentakkan kaki dan pergi meninggalkan kami.Beberapa orang yang ada di acara arisan langsung mendekatiku, memeluk serta memberikan kata-kata motivasi supaya aku kuat menghadapi pelakor seperti dia."Saya juga akan mengandukan perselingkuhan Pak Haris ke suami saya supaya dia dikasih pelajaran. Mbak Ambar nggak keberatan kan, kalau saya memberitahu suami tentang hal ini?" ujar Mbak Rianti. Dia adalah istri dari
last updateLast Updated : 2023-12-31
Read more
Part 10
"Dasar anak se*an. Awas saja kamu Azriel. Saya tidak akan melepaskan kamu!" ancam Mas Haris seraya berusaha bangun, mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah lalu berjalan gontai meninggalkan kamar.Napas Azriel masih naik turun tidak beraturan menahan emosi. Aku terus memeluk tubuhnya, menumpahkan air mata sambil tidak henti-hentinya mengingatkan dia untuk mengucap istighfar.Tidak lama kemudian Syaqila berlari masuk dan menghambur ke dalam pelukan, ikut menangis sambil mendekap erat pinggang ini."Qila takut, Mama," lirihnya dengan suara bergetar."Qila nggak usah takut. Ada Abang yang akan melindungi Qila dan Mama dari si Haris breng-sek itu!" sungut si sulung masih dengan nada meninggi, bahkan sekarang malah memanggil ayahnya tanpa embel-embel papa."San, tolong ambilkan minum buat abang!" titahku kepada Sani yang tengah berdiri di muka pintu dengan mata sudah berembun. Sepertinya dia juga ketakutan melihat kelakuan mant
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status