Share

Istri Pesanan CEO
Istri Pesanan CEO
Author: Zizara Geoveldy

Istri Pesanan

last update Last Updated: 2024-12-11 20:14:50

Kanya memandang ke sekelilingnya dengan tatapan bingung. Kamar besar tempatnya berada sekarang adalah tempat yang sangat asing baginya. Tadi ia baru saja dibawa ke sini setelah menjalani serangkaian prosesi pernikahan yang digelar secara tertutup.

Kanya tidak mengenal siapa suaminya. Ia hanya tahu bahwa lelaki itu adalah pemilik perkebunan tempat orang tuanya bekerja. Raven namanya.

Kanya terpaksa menikah dengan Raven demi melunasi hutang orang tuanya yang sudah menggunung. Bahkan rumah tempat tinggalnya yang dijadikan agunan terancam akan disita jika mereka masih tidak membayar hutang itu.

Raven bersedia membantu melunasi semua hutang orang tua Kanya dengan syarat Kanya mau menikah dan menjadi istrinya.

Awalnya Kanya menolak. Namun, setelah perperangan batin yang sangat hebat, ia pun bersedia. Semua demi menyelamatkan orang tua dan adik-adiknya yang masih kecil.

Suara pintu yang dibuka membuyarkan lamunan Kanya. Ia sontak berdiri dari duduk ketika mengetahui Ravenlah yang masuk.

Raven mengamati dengan ekor matanya. Kanya terlihat gugup. Selain itu perempuan tersebut juga sangat sopan. Selama beberapa hari sebelum menikah Raven sudah mengamati tingkah dan gerak-gerik Kanya. Perempuan itu tidak berbuat yang aneh-aneh. Dia normal dan begitu lugu.

Demi mengklaim warisan dari orang tuanya, Raven harus memiliki anak. Raven meminta bawahannya untuk mencarikan seorang perempuan guna dijadikan sebagai istri. Saat foto Kanya disodorkan padanya, Raven langsung terpikat. Perempuan itu cantik, masih muda dan tampak sehat meski penampilannya apa adanya.

Sementara Raven mengamatinya, Kanya berdiri sambil menundukkan kepala dengan tangan saling menggenggam di depan perutnya.

Raven berjalan mendekat. Setiap langkah kakinya membuat bulu kuduk Kanya berdiri. Raven tidak banyak bicara, akan tetapi aura dingin pria itu begitu kuat, membuat Kanya sedikit ketakutan.

Dan kini jarak mereka hanya beberapa senti. 

Kanya gemetar ketika tiba-tiba Raven mengulurkan tangan lalu mengangkat dagu Kanya dengan ujung telunjuknya hingga muka mereka bertatapan.

“Jangan takut, saya suami kamu,” ucap Raven pelan.

“Iya, Pak,” jawab Kanya lebih pelan. Semula Kanya mengira jika suaminya adalah seorang pria tua seumuran ayahnya. Dugaan Kanya salah besar. Raven adalah pria gagah dan kharismatik yang umurnya hanya selisih lima tahun di atas Kanya. Raven juga terlihat seperti pria baik-baik dan tidak banyak tingkah.

Begitu mengetahui betapa ‘sempurna’ sosok suaminya, Kanya menanam harapan bahwa pernikahan ini akan membuatnya bahagia. Kanya yakin Raven akan memperlakukannya dengan baik dan menjaganya sepanjang hidup.

“Dan mulai sekarang jangan panggil saya bapak, nama saya Raven.” Lelaki itu menyambung perkataannya.

Kanya diam sesaat. Memanggil Raven tanpa embel apapun, apa itu sopan?

“Apa kamu mengerti apa yang saya katakan?” Raven menanyakannya lantaran Kanya tidak merespon.

“Saya mengerti.” Jawaban lirih terlontar dari bibir Kanya. 

“Bagus. Dan sebagai seorang istri apa kamu tahu apa saja kewajiban kamu?”

Kanya menggigit bibir. Sebelum menikah ia memang sudah mendapat wejangan dari petugas pernikahan tentang hak dan kewajiban serta tata cara kehidupan berumah tangga.

“Apa kamu tahu apa kewajiban kamu?” Raven mengulangi pertanyaannya.

“Tahu, Pak, eh, Raven.” Lidah Kanya terasa kelu kala menyebut nama itu.

“Jadi kamu siap untuk melaksanakannya sekarang?”

Detak jantung Kanya seketika menghentak dengan sangat kencang. Apakah yang Raven maksudkan adalah mengenai hubungan badan? Kanya bergidik membayangkannya. Alih-alih akan melakukan hubungan intim, ia malah belum pernah disentuh sekali pun oleh laki-laki.

“Bagaimana? Apa kamu sudah siap?” Suara Raven terdengar lebih tegas.

“Si- siap …” Berbeda dengan Raven, Kanya terdengar gemetar. Ia takut. Sekilas yang ia dengar dari cerita teman-temannya, malam pertama setelah menikah sangatlah menyakitkan bagi wanita. Bahkan ada yang mengatakan hal itu membuat kesulitan berjalan sampai berhari-hari. Semoga saja cerita itu tidak benar.

Raven meletakkan kedua tangannya di atas pundak Kanya. Lalu dibalikkannya tubuh perempuan itu membelakanginya. Dengan perlahan ia menurunkan zipper dress Kanya hingga terlepas dan menumpuk di kaki perempuan itu. Satu demi satu penutup tubuh mulai terlepas dari badan Kanya hingga ia benar-benar polos tanpa pelapis apa-apa.

Raven tertegun. Inilah mahakarya pencipta paling sempurna yang pernah ditemuinya. Kanya begitu indah meski dilihat dari belakang. Tubuhnya berlekuk di mana-mana. Raven berharap Kanya akan memberikan anak secepatnya. Tempo hari sebelum menikahi perempuan itu Raven sudah membawanya untuk pemeriksaan kesehatan reproduksi. Dan ahli medis menyatakan bahwa Kanya dan dirinya sama-sama sehat serta siap untuk memiliki keturunan. Apalagi saat ini Kanya sedang berada di masa-masa subur. Perempuan itu baru saja selesai menstruasi. Jadi Raven pikir mereka tidak butuh waktu yang lama untuk memiliki keturuanan.

Jantung Kanya bertalu-talu. Ia menundukkan kepala, malu pada Raven dan dirinya sendiri dalam keadaan tanpa busana begini. Ia meremang ketika pundaknya dicium dari belakang. Bibir dingin Raven yang bersentuhan dengan kulitnya membuat Kanya merasakan sensasi indah yang ia tidak tahu apa namanya.

Dalam hitungan detik kecupan lelaki itu menjalar ke lehernya, sedang kedua tangannya melingkari Kanya dengan begitu erat. Kanya merasakan tungkainya lemas. Rasa geli, nikmat dan sedikit asing membuatnya melayang. 

Kanya melangkah patuh ketika Raven menggandeng ke ranjang lalu membaringkan tubuhnya di sana. Pipinya merona malu ketika menyadari pria itu juga tidak berpakaian sama sepertinya.

Raven mulai menjamah. Bibir pria itu menyapu mili demi mili permukaan kulitnya. Hingga … sesuatu yang asing terasa ingin memasukinya dan membuat Kanya terdesak.

Kanya memejamkan mata sambil menggigit bibir. Ia mengerang pelan. Raven berhasil menembusnya. Sebagian dari pria itu kini berada di dalam Kanya.

Mereka menyatu …

Beberapa jam kemudian saat Kanya membuka mata ternyata semua sudah berakhir. Tidak ada Raven di sebelahnya. Yang ada hanya sakit di bagian organ kewanitaan serta bercak darah di atas sprei.

Kanya langsung duduk setelah menyadari sesuatu. Tadi ia ketiduran setelah bercinta dengan Raven. Dan ia tidak tahu kapan laki-laki itu pergi. Terakhir yang berhasil ia ingat adalah ketika Raven melabuhkan kecupan lembut di keningnya sebelum mengangkat tubuh.

Menyingkap selimut, Kanya baru tahu tidak selapis pun kain menutupinya kecuali selembar selimut putih tadi. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya. Gerakannya tidak seleluasa biasa lantaran perih di pangkal pahanya.

Suara deheman lalu terdengar. Seketika Kanya merasa lega ketika tahu itu Raven. Laki-laki itu masih di sana.

“Sekarang siap-siap, mandi dan pakai baju ini.” Raven memberi paper bag pada Kanya.

“Kita mau ke mana?” tanya Kanya ingin tahu.

“Nanti kamu akan tahu sendiri.”

Kanya terdiam dan tidak lagi bertanya. Namun satu pertanyaan mengganjal di kepalanya yang langsung ia suarakan.

“Kalau begitu boleh saya tahu kenapa orang tua saya tidak datang saat kita menikah? Atau mereka baru akan datang besok?”

Raven tak langsung memberi jawaban. Ia menatap Kanya lekat dan dekat. 

“Mereka tidak akan pernah datang,” jawabnya datar.

“Kenapa? Apa ibu dan bapak saya sakit?” Kanya jadi cemas.

“Karena saya sudah membeli kamu dari mereka. Mulai saat itu kamu menjadi milik saya. Kamu tidak punya hubungan lagi dengan mereka dan tidak boleh lagi berhubungan.”

Kanya terkejut. Suara dingin Raven terdengar seperti halilintar di telinganya. Langit seperti akan jatuh menimpanya mendengar pengakuan pria itu.

***

Related chapters

  • Istri Pesanan CEO   Menjadi Istri Kedua

    Kanya mengusap muka. Ia menghapus air mata yang tidak berhenti menetes di pipinya.Sudah sejak tadi ia menangis. Lebih tepatnya setelah mengetahui fakta bahwa kedua orang tuanya telah menjualnya pada Raven. Dan setelah transaksi tersebut Kanya menjadi milik Raven sepenuhnya. Hubungannya dengan orang tua serta keluarganya terputus. Kanya tidak boleh menghubungi mereka dan sebaliknya. Kanya jelas sedih. Namun yang membuatnya semakin sakit adalah karena ia tidak tahu apa-apa mengenai hal tersebut. Ia merasa ditipu.“Berhentilah menangis karena hal itu tidak akan mengubah apapun. Yang ada hanya akan membuat matamu semakin bengkak.”Kanya menyapukan jari ke pipinya sekali lagi ketika mendengar ucapan Raven. “Sekarang ganti pakaianmu, kita pergi sekarang. Saya tunggu di luar.” Lelaki itu menyambung ucapannya sebelum melangkah pergi dari kamar.Ingin rasanya Kanya marah pada Raven yang telah memperlakukannya seperti barang dagangan. Namun, ia bisa apa? Seluruh hidupnya kini berada di bawah

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri Pesanan CEO   Bukan Salah Raven

    Jawaban yang baru saja terlontar dari bibir Aline tidak hanya mengejutkan Kanya tapi juga membuat perempuan itu ingin pingsan.“Mak— maksudnya apa? Tolong katakan pada saya dengan jelas,” pinta Kanya dengan bibir gemetar. Begitu pun dengan anggota tubuhnya yang lain.“Apa masih kurang jelas juga? Saya adalah istri pertama Raven dan kamu istri keduanya.” Sekali lagi senyum merekah sempurna dari bibir perempuan cantik di hadapan Kanya.Kanya sontak membisu. Ia menatap nanar pada perempuan di hadapannya. Fakta mengejutkan ini membuatnya syok. Tadinya Kanya sudah mencoba menerima pernikahan ini dengan ikhlas dan berharap akan bahagia. Namun, ketika mendengar langsung pengakuan Aline, ia merasa sakit. Kanya tidak rela jadi istri kedua. Ia tidak bisa menerima. Hal itu sangat bertentangan dengan prinsip hidupnya.“Kenapa, Kanya? Kamu kenapa terkejut?” ucap Aline ringan melihat wajah pucat Kanya, lalu menyambung perkataannya. “Justru saat ini saya berterimakasih padamu, karena kamu bersedia u

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri Pesanan CEO   Pembantu Baru

    Terbangun pagi itu, Kanya mendapati dirinya di atas ranjang besar dan empuk. Tapi ia hanya sendiri. Tidak ada Raven di sana. Padahal seingat Kanya lelaki itu berbaring di sebelahnya. Hingga sebelum mata Kanya terpejam ia masih melihat Raven. Tapi pagi ini hanya permukaan kasur yang kosong dan dingin yang didapatinya.Kanya lantas bangkit dari tidurnya. Ia menyandarkan punggung ke headboard untuk sesaat sembari pikirannya mengira apa yang harus dilakukannya hari ini.Menyadari bahwa ia harus mengerjakan sesuatu, Kanya kemudian turun dari ranjang. Keluar dari kamar setelah mandi, Kanya mencoba mencari Raven. Namun sosok lelaki itu tidak ada di bagian mana pun di rumah itu.Langkah Kanya berakhir di ruang belakang.Ia tertegun saat melihat seorang perempuan sedang berkutat di dapur. Kanya lalu berdeham hingga perempuan yang sedang membelakanginya itu membalikkan badan menghadap Kanya. Lalu perempuan itu tersenyum dan menyapanya.“Selamat pagi. Ibu Kanya sudah bangun?”Kanya mengangguk pe

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri Pesanan CEO   Perhatian Kecil Raven

    Kanya menyimpan tanda tanya besar di kepalanya karena saat ini tiga teman Aline sedang memindainya dari puncak kepala hingga ujung kaki dengan tatapan menilai.“Cantik banget pembantu lo, Lin, hati-hati, ntar Raven bisa kepincut.” Salah satu dari teman Aline berbicara dengan berbisik tapi suaranya terdengar oleh Kanya. Hanya saja Kanya tidak tahu apa yang mereka bisikkan.Aline tertawa pelan. “Serius lo mau ngebandingin gue sama tuh babu? Lo nggak lagi ngelindur kan? Ya cantikan gue ke mana-mana lah.”Lalu keempatnya tertawa bersama. Sedangkan Kanya berdiri beberapa langkah di sebelah Aline dengan kikuk. Cukup lama ia menjadi kambing congek sedangkan Aline sibuk dengan teman-temannya. Kanya merasa tidak enak hati karena sesekali Aline dan teman-temannya melirik ke arahnya sambil berbisik-bisik dan tertawa. Apa ada yang aneh denganku? Apa bajuku terbalik? Kanya meneliti diri sendiri dan mendapati tidak ada yang menggelikan. Tapi kenapa mereka terus tertawa?Apa mereka sedang membicara

    Last Updated : 2024-12-11
  • Istri Pesanan CEO   Cium Saya

    Selama dalam perjalanan pulang ke rumah Raven tidak bersuara. Begitu pun dengan Kanya yang duduk di sebelahnya. Selain tidak tahu harus membicarakan apa, pikiran Kanya juga tertuju pada seseorang, yaitu Aline. Dari yang tadi terakhir Kanya lihat setelah ia berada di mobil, Aline memandang tajam ke arahnya. Mungkin Aline pikir Kanya tidak bisa merasakannya karena sudah berada di mobil. Kanya takut mengartikan tatapan yang tampak seperti tidak menyukainya. Tapi, apa mungkin Aline begitu? Jika dilihat beberapa hari ini sikapnya begitu baik pada Kanya. Lamunan Kanya buyar begitu saja begitu mobil yang mereka tumpangi berhenti. Ternyata mereka sudah tiba di rumah.Kanya tertegun melihat Raven yang lebih duluan turun dari mobil ternyata menunggunya untuk berjalan bersama. Pria itu menggandeng tangan Kanya lantas membawanya masuk.Kepedulian pria itu dan perhatian-perhatian kecilnya membuat hati Kanya menghangat.Raven baru melepaskan Kanya dari kaitan tangannya ketika membuka pintu kamar

    Last Updated : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Kekurangan Aline Yang Paling Fatal

    Dua minggu sudah berlalu sejak pernikahan Kanya dan Raven. Sedikit demi sedikit Kanya mulai beradaptasi dengan kehidupannya yang baru.Raven mengizinkan Kanya melakukan aktivitas kecil-kecilan seperti memasak dan merawat tanaman hias di depan rumah. Raven juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah Kanya daripada di tempat istri pertamanya.Siang itu Kanya sedang menyiapkan masakan untuk makan siang Raven. Ia hanya punya waktu satu jam lagi sebelum suaminya itu pulang. Tadi pagi Raven mengatakan akan makan siang di rumah dan me-request salah satu makanan kesukaannya yang lain, yaitu iga bakar. Raven memang menyukai olahan daging.Setelah berkutat di dapur sendiri Kanya selesai memasak. Ia memandangi iga bakar hasil kreasinya dengan puas. Raven tidak pernah tidak memuji hasil masakannya. Dan sejujurnya hal itu membuat hati Kanya bahagia luar biasa.Kanya terkejut ketika merasakan dekapan di tubuhnya. Ia hampir saja berteriak. Namun niat itu urung terjadi karena sebuah bisikan lembut

    Last Updated : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Berbagi Suami

    “Rav, kamu dengar aku kan? Kamu masih di sana?” Aline menegur Raven lantaran tidak menjawab pertanyaannya.“Iya, bisa,” jawab Raven memutuskan. Walau hatinya berat tapi Raven menyadari bahwa ia harus mampu bersikap adil pada kedua wanitanya.“Beneran ya, Rav, jangan sampai telat.”“Iya, Lin, beneran.”“Aku tunggu ya, Rav.” Aline menekankan nada ucapannya yang berarti ia sangat menantikan kehadiran Raven.“Iyaaaa …” Raven ikut menekan nada suaranya, sedikit gemas pada Aline yang seakan tidak memercayainya.“Love you, Rav.”Raven tertegun dengan ponsel yang masih menempel di telinganya. Sudah cukup lama ia dan Aline tidak saling mengucapkan kata cinta. Dan sekarang tiba-tiba saja kalimat sakti itu meluncur dari bibir Aline.“Rav, kamu masih di sana?” Untuk kedua kalinya Aline bertanya untuk hal yang berbeda.“Iya, aku di sini.”“Kok nggak ngejawab aku?”Raven berdeham. Ia hanya perlu menjawab ucapan Aline. Namun kenapa terasa begitu berat?“Love you too.” Entah mengapa lidahnya sangat k

    Last Updated : 2024-12-12
  • Istri Pesanan CEO   Kejutan

    Kanya memandangi layar gawainya dengan intens. Berkali-kali ia membaca balasan pesan yang dikirimkan Raven padanya. Kanya tidak menyangka akan mendapat jawaban kata-kata kasar yang membuat perasaannya menjadi sedih. Selama dua minggu pernikahan mereka lelaki itu tidak sekali pun berlaku kasar atau menunjukkan tindakan yang tidak menyenangkan padanya. Baru kali ini Raven melakukannya.Setengah mati Kanya memikirkan apa kesalahannya. Namun sampai buntu pikirannya Kanya tidak menemukannya. Bahkan tadi sebelum pergi Raven masih sempat meninggalkan kecupan lembut di keningnya. Lantas, apa kesalahannya?Rasanya Kanya ingin langsung menelepon Raven dan menanyakan apa kesalahannya. Namun, apa Raven tidak akan marah?Bermenit-menit lamanya Kanya mondar-mandir di kamar sembari mempertimbangkan apa sebaiknya menelepon Raven atau tidak. Setelah berdebat dengan batinnya Kanya memutuskan untuk menelepon Raven. Tapi panggilannya dijawab oleh suara operator. Raven mematikan ponsel. Ternyata pria itu

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Istri Pesanan CEO   Bicara Empat Mata

    Raven dan Aline serentak memandang ke arah Davva. Air muka Raven berubah seketika setelah mendengar ucapan laki-laki itu. Jadi mereka ke sini untuk membeli cincin nikah? Apa mereka akan menikah?Raven yang selama ini selalu tenang tidak kuasa menyembunyikan kegelisahan yang terlukis jelas di raut gagahnya.“Wedding ring untuk siapa? Siapa yang akan menikah?” Entah bagaimana tapi pertanyaan itu terlontar dari bibir Raven.“Kami yang akan menikah, aku dan Kanya.” Masih Davva yang menjawab.Raven memindahkan arah pandangnya pada Kanya seakan ingin meminta langsung penjelasan dari mantan istrinya itu. Raven ingin Kanya berbicara. Ia berharap Kanya menidakkan dan yang tadi didengarnya tadi hanyalah lanturan Davva saja.Kanya menundukkan kepala, tidak sanggup membalas tatapan Raven yang menghujamnya begitu dalam.“Kanya, apa itu benar? Apa kamu akan menikah?” Raven mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Kanya jawab.“Kami memang akan menikah,” jawab Davva mewakili Kanya.“Aku bicara pad

  • Istri Pesanan CEO   Panasnya Hati Raven

    Setelah keluar dari rumah, Davva langsung mengajak Kanya pergi. Kanya diam membeku di sebelah Davva. Peristiwa yang dialaminya barusan sangat mengguncangnya. Tuduhan keluarga Davva membuatnya lebih dari terhina.“Kanya …”Kanya diam saja saat Davva menyentuh pundaknya.“Jangan dimasukin ke hati ya kata-kata Mama tadi.”Larangan Davva sangat mengusik Kanya. Bagaimana mungkin Kanya tidak memasukkan ke hati? Toh Kanya adalah manusia yang memiki perasaan. Jika yang dulu-dulu Kanya masih bisa menahannya, tapi sekarang tidak lagi. Mereka sudah kelewatan. “Aku bukan robot, Dav. Aku punya hati. Nggak mungkin aku nggak tersinggung sedangkan keluarga kamu menuduhku yang bukan-bukan,” lirih Kanya sembari menaikkan tangan mengusap matanya. Bulir-bulir air bening itu kembali meluncur.Merasa masalah ini tidak bisa dibicarakan sambil menyetir, Davva menepi lalu berhenti di tepi jalan. Davva beringsut memiringkan duduknya mengarah pada Kanya.“Aku tahu kata-kata Mama sangat keterlaluan dan membuat

  • Istri Pesanan CEO   Aku Sudah Meniduri Dia

    Rupanya dugaan Kanya terbukti benar. Tidak salah lagi. Ia akan mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga Davva. Sejujurnya Kanya merasa sangat sedih atas hinaan yang diterimanya. Tapi Davva yang mencintainya membuat Kanya memiliki keberanian untuk maju. Jika Davva saja tidak mempermasalahkan keadaannya, kenapa ia harus ambil pusing pada perkataan orang lain?Berdeham, Kanya membuka suaranya. “Maaf, Bu, mungkin saya akan terkesan tidak sopan di mata Ibu. Tapi saya tahu diri. Saya sadar kondisi dan keadaan saya. Menurut Ibu saya tidak pantas untuk Davva. Tapi tentang uang dan harta saya sama sekali tidak menginginkannya dari Davva. Saya punya pekerjaan dan saya cukup mapan. Masalahnya, Davva yang mengejar-ngejar saya. Saya sudah tolak berulang kali, tapi Davva tidak mengerti. Davva tetap ingin saya menerima cintanya. Jadi menurut Ibu apa ini adalah kesalahan saya?” Kanya tidak tahu entah dari mana memiliki keberanian untuk bicara selugas itu. Namun ia berhasil membuat perempua

  • Istri Pesanan CEO   Menghadapi Keluarga Davva

    Ada yang mengatakan bahwa cinta akan datang karena terbiasa. Itu pula yang kini ditanamkan Kanya pada dirinya. Ia mencoba untuk percaya bahwa nanti setelah terbiasa bersama maka cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Oleh sebab itulah Kanya mencoba membuka pintu hatinya yang tertutup untuk Davva. Mungkin jika bukan sekarang, cinta akan tumbuh di hatinya suatu saat nanti.“Lagi ngelamunin apa, Nya?” Suara yang baru saja didengarnya membuat Kanya menoleh ke sebelah. Lensa matanya mendapati Davva sedang menyetir di sampingnya. Saat ini Davva dan Kanya sedang berada di dalam perjalanan menuju rumah orang tua Davva.Davva mengajak Kanya ke sana. Mereka akan berbicara face to face bertiga. Davva bermaksud menyampaikan niatnya untuk menata hubungan yang lebih serius dengan Kanya.Kanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak ngelamunin apa-apa.”“Yakin? Kalau nggak ngelamun kenapa dari tadi kamu hanya diam?”“Aku agak grogi,” jawab Kanya berterus terang. Mendatangi rumah orang t

  • Istri Pesanan CEO   Berjuanglah Bersamaku

    “Rav, aku kepikiran deh buat jodohin Ray dan Lavanya.”Celetukan yang berasal dari mulut Aline itu sontak membuat Raven mengangkat mukanya lalu memindahkan pandangannya pada istrinya itu. “Jodohin apa maksud kamu?” Alis Raven bertaut..“Ya dijodohin. Mereka kan nggak ada hubungan darah apa-apa. Daripada sama orang lain mending Ray sama Lavanya. Dia kan anak kita juga. Lagian aku lihat kalau kecilnya aja udah cantik gimana gedenya.”Raven geleng-geleng kepala mendengar ide Aline. Ray belum berumur dua tahun tapi pikiran Aline sudah ke mana-mana.“Mereka masih kecil tapi kamu mikirnya udah kejauhan.”“Sekarang mereka memang masih kecil tapi anak-anak gedenya nggak berasa lho, Rav. Tau-tau udah SMU, tau-tau udah kuliah, tau-tau udah tiga puluh tahun.”Raven diam saja, tidak menanggapi ocehan Aline. Ia kembali menekuri english breakfast-nya.“Aku pikir nggak ada salahnya kita rencanakan masa depan mereka sejak sekarang. Kita jodohin mereka dari kecil jadi dewasanya nggak akan ke mana-man

  • Istri Pesanan CEO   Berjuang Sendiri

    Kanya mulai berpikir untuk mencari pekerja baru di butiknya mengingat makin ke sini Monique semakin ramai sehingga ia dan Dita juga semakin kewalahan. Belum lagi Kanya juga harus mengasuh Monic yang sedang aktif-aktifnya.Kanya juga sedang mempertimbangkan rencananya untuk pindah ke butik dan memberikan kembali apartemen yang ditempatinya selama ini pada Davva. Pelan-pelan ia akan mengembalikan segala pemberian Davva padanya. Bukan sekaligus tapi bertahap. Karena Kanya juga tidak akan mampu mengembalikan semuanya secara langsung.Dan tentang Davva sendiri sudah beberapa hari ini Kanya tidak pernah lagi bertemu dengannya. Lebih tepatnya sejak di rumah sakit. Entah karena Davva masih sibuk mengurus mamanya atau mungkin karena pelan-pelan pikirannya mulai terbuka dan menyadari bahwa hubungan mereka tidak mungkin dilanjutkan. Apapun itu Kanya mensyukurinya.Beralih pikiran dari Davva, pandangan Kanya lalu tertuju pada Monic yang sedang main sendiri. Perasaan sedih terbersit di hatinya men

  • Istri Pesanan CEO   Hidup Bukan Tentang Aku, Kamu, Dan Cinta

    “Kanya! Tunggu dulu, Nya!” Davva berseru keras memanggil Kanya yang berjalan beberapa meter di depannya sambil menggendong Monic.Semakin dipanggil Kanya melangkah semakin cepat hingga Davva terpaksa mengejarnya agar tidak ketinggalan terlalu jauh.Davva akhirnya berhasil menangkap lengan Kanya, lalu mensejajarkan langkah dengan perempuan itu.“Eh, Dav,” kata Kanya seakan tidak terjadi apa-apa. Ia terpaksa menahan kakinya demi meladeni Davva bicara dengannya.“Kamu jangan salah paham dulu, Nya, kasih aku kesempatan untuk menjelaskannya.”“Apa yang mau dijelaskan, Dav?” Kanya masih menjaga ketenangan sikap meski ada sebagian diri yang terluka.“Tentang yang kamu dengar tadi, Nya. Aku harap kamu nggak salah paham.” Sungguh, Davva tidak ingin jika Kanya jadi salah mengartikannya. Ingin marah pada Wanda tapi wanita itu adalah ibu kandung tempat dirinya berasal.“Yang mana ya, Dav?”“Tentang Shella. Dia sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama aku. Dia anak sahabatnya Mama.” Davva berus

  • Istri Pesanan CEO   Terhina

    “Lagi sibuk banget ya, Dav?”Kanya menatap lekat layar gawainya sampai menggelap sendiri. Ia baru saja mengirim pesan pada Davva. Sudah beberapa hari ini Davva menghilang tanpa berkabar pada Kanya. Sikap Davva tersebut tentu saja membuat Kanya cemas. Dulu Davva juga pernah hilang-hilang timbul seperti ini. Hal itu terjadi cukup lama sebelum akhirnya Davva kembali muncul ke kehidupan Kanya.Ting!Denting dari notifikasi ponselnya membuat Kanya terkesiap. Pandangannya lalu turun pada ponsel yang berada dalam genggamannya. Ada balasan pesan dari Davva yang sejak tadi dinantinya.“Sorry baru ngabarin sekarang, aku lagi di rumah sakit, Nya. Mama sakit.” Tidak ada emoji atau emoticon dalam pesan yang Davva kirim. Tapi Kanya bisa merasakan getar kekhawatiran di sana. “Mama sakit apa, Dav?” tanyanya kemudian membalas pesan tersebut.Lama Kanya menanti balasannya sampai pesan kedua dari Davva kembali masuk ke ponselnya.“Hipertensi.”“Mama dirawat di rumah sakit mana, Dav?”Davva membalasny

  • Istri Pesanan CEO   Aku Sudah Punya Kekasih

    “Hueek … hueeek ... hueeek ..."Suara itu menggema di kamar. Kanya terhuyung. Tidak hanya merasa pusing tapi ia juga muntah sekarang. Melihat Kanya hampir saja terjatuh, Davva dengan sigap menangkap tubuh Kanya. Di saat yang sama Kanya mengeluarkan lagi muntahan dari perutnya dan mengenai baju Davva.“Sorry, Dav,” ucap Kanya tidak enak hati.“Nggak apa-apa,” jawab Davva pengertian. Ia membuka bajunya yang ternoda kemudian menuntun Kanya ke kamar mandi untuk muntah di sana.Kanya memuntahkan isi perutnya sedangkan Davva memijit tengkuknya, memperlakukan perempuan itu sebagaimana yang dilakukan orang-orang pada biasanya.Setelah tidak ada lagi yang bisa dikeluarkannya Kanya membersihkan mulut dan mukanya dengan nafas sedikit sesak.“Hamilnya nggak akan seekspres ini kan, Dav?” celetuk Kanya ketika Davva menggandengnya keluar dari kamar mandi.Tawa Davva berderai. “Iya kali, Nya, bikinnya baru tadi malam tapi paginya udah langsung jadi.”“Terus kenapa aku jadi muntah-muntah begini?”“It

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status