BUKAN ISTRI LEMAH

BUKAN ISTRI LEMAH

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Oleh:  Rahayu Triningsih On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
26Bab
838Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Wati memutuskan untuk pulang dari Arab setelah ia mendapat kabar kalau Marno, suaminya telah berselingkuh dan menikah lagi dengan Linda, janda yang baru saja pindah ke daerah tempat tinggalnya. Parahnya lagi, perselingkuhan itu didukung oleh seluruh keluarga suaminya. Tentu saja Wati sakit hati, padahal hampir semua gajinya sudah ia berikan kepada Marno demi kehidupan mereka di masa depan. Apalagi ia tega melakukan kekerasan kepada Melati, anak semata wayang mereka dan menganak emaskan anak dari pelakor itu. Ibunya yang bernama Aminah pun juga dijadikan pembantu di rumah mewah yang dibangun dengan hasil jerih payah Wati. Kemarahan Wati jauh lebih besar daripada rasa sakit hatinya, ia pun berniat membalas perlakuan suami dan keluarganya dengan memberi pelajaran kepada mereka agar mereka tahu kalau Wati bukanlah wanita lemah.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kabar Perselingkuhan

“Halo, Wat? Aku butuh uang dua puluh lima juta untuk bayar uang pangkal sekolahnya Melati,” ucap mas Marno, suamiku begitu panggilan tersambung.

Selalu saja seperti ini, ia menelpon kalau sedang membutuhkan uang dan tak pernah sekalipun menanyakan kabarku di sini. Padahal aku disini bekerja menjadi TKW di Arab demi kehidupan keluargaku menjadi lebih baik.

“Wati! Kok kamu malah diem aja sih? Buruan kirim uangnya, Senen besok udah batas terakhir bayar. Kalau gak segera dilunasin, nama Melati bisa dicoret dan gak bisa masuk sekolah ini!” lanjut suamiku lagi.

“Kok mahal banget sih, Mas? Bukannya Melati itu baru masuk SD? Kenapa biayanya udah sama kayak SMA?” keluhku kepada suamiku yang sedang berada di rumah.

“Ya aku kan pengen Melati dapat pendidikan yang bagus, Wat. Ini kan demi masa depannya juga. Dia itu masuk ke SD Az Zahra sekolah Internasional, makanya uang masuknya mahal tapi kan sebanding sama apa yang didapat nanti!”

“Tapi, Mas. Aku gak ada uang segitu banyaknya. Uang gajiku bulan ini udah aku kirim semua ke kamu kan? Masa udah abis aja sih?”

Bukannya pelit untuk urusan anak, tapi baru awal bulan kemarin aku mengirimkan dua puluh juta kepada Mas Marno. Selain merawat seorang nenek yang ditinggal keluarganya bekerja, aku juga merangkap menjadi asisten rumah tangga, sehingga gajiku lumayan besar bila dibandingkan dengan pekerja devisa lainnya.

“Ya udah abis lah, Wat. Kemarin kan baru aja buat bayar tukang yang lagi renov rumah terus buat ngelunasin mobil juga. Pokoknya aku gak mau tahu, kirim uangnya sekarang juga! Kalau gak pengen ngeliat Melati nangis karena gak jadi masuk sekolah impiannya!”

Diancam seperti itu membuatku akhirnya hanya bisa menghela nafas.

“Ya udah aku kirim, Mas. Tapi aku hanya ada sepuluh juta, itu aja buat keperluanku di sini, Mas.”

“Ya gak bisa lah, Wat! Emangnya sekolahnya itu kayak bank plecit bisa diangsur! Ini tuh sekolah internasional jadi gak mungkin lah kalau bayarnya kurang! Aku gak mau tahu pokoknya kamu kirim sekarang juga! Ingat! Ini semua demi Melati!”

Panggilan dimatikan sepihak. Selalu saja seperti ini, kalau Mas Marno menginginkan sesuatu, aku harus menurutinya karena selalu saja anak kami yang menjadi alasan. Kuletakkan pel yang tadi sedang kupegang dan meraih ponsel yang kuletakkan di meja dapur. Aku mengirimkan uang yang diminta kepada Mas Marno.

Mau bagaimana lagi? Demi anakku, aku rela makan seadanya di sini dan mengirimkan semua uang yang ada di rekening milikku. Tidak apa-apalah, semua demi Melati, aku kerja juga buat dia semua. Laporan terkirim sudah kuterima, berarti besok Mas Marno pasti sudah bisa mencairkan uangnya, aku pun mengirim pesan kepadanya untuk memberi kabar kalau uangnya sudah masuk dan aku juga meminta Mas Marno untuk mengirimkan foto Melati mengenakan seragam barunya. Membayangkan senyum tersungging dari wajah lugunya, pasti anakku terlihat bahagia.

Satu jam, dua jam pesanku tidak dibalas oleh Mas Marno, begitu pun panggilan dariku juga diabaikan olehnya, aku menjadi kepikiran sebenarnya apa yang terjadi dengan suamiku?

Hari berganti hari, Mas Marno menjadi semakin sulit dihubungi. Ia hanya membalas dengan singkat dengan alasan sibuk mengurus toko. Hingga akhirnya nomor Mas Marno benar-benar tidak aktif.

Seharian ini, aku menjadi tidak bisa berkonsentrasi bekerja. Pesanku sejak dua hari yang lalu masih centang satu, itu artinya nomor Mas Marno masih belum aktif juga. Aku menjadi semakin panik! Takut terjadi apa-apa dengan suami dan anakku. Aku sudah mencoba menelpon Ibu mertua dan adik iparku, tapi katanya Mas Marno baik-baik saja dan hpnya rusak. Mereka memintaku mengirim uang untuk membeli ponsel baru kalau ingin Mas Marno bisa menelpon lagi.

“Halo, Wat?”

Alhamdulillah, akhirnya aku bisa mendengar suara suamiku setelah hampir seminggu tidak ada kabar meskipun aku menelpon lewat nomor ibu mertuaku.

“Kamu kemana sih, Mas? Abis aku transfer kok ngilang gitu aja!? Gimana kabar Melati? Dia udah masuk sekolah kan? Coba kirimin fotonya dong? Aku juga mau denger suaranya!” cerocosku tak bisa menahan kerinduan lagi.

“Aduh! Cerewet banget sih! Hp ku tu rusak, jadi gak bisa nelpon. Kamu kirim uang dong Wat buat beli hp baru. Aku mau nya epon yang 14 promak, malu soalnya semua wali murid make hp itu.”

“Melati mana, Mas?” Aku mengabaikan ucapannya dan memilih menanyakan anak semata wayang kami.

“Dia masih sekolah, pulangnya nanti sore jam empat. Abis itu dia ngaji dan belajar terus tidur. Jadi lebih baik gak usah ganggu dia! Yang penting kirimin uang dulu!”

Aku kembali menghela nafas, susah sekali hanya untuk berbincang dengan anakku.

“Aku belum gajian, Mas. Aku udah gak ada uang lagi, ini aja aku udah ngirit-ngirit banget di sini.”

“Ya udah, kalo gitu gak usah nyari aku karena aku gak punya hp, gak enak kalo kamu neror ibu dan adikku terus! Kabarin aja kalo kamu udah ada uang buat beli epon.”

“Astagfirullahaladzim!” aku hanya bisa beristighfar menanggapi sifat suamiku yang seenaknya sendiri begitu.

Baru saja aku meletakkan ponselku, benda pipih itu kembali berbunyi. Ngapain Mas Marno nelpon lagi?

“Halo, Assalamualaikum Mas?” Aku mengangkat panggilan tanpa melihat kembali nomor yang menelpon.

“Wa Alaikum sallam. Aku Santi, Wat. Bukan suamimu!” jawab si penelpon.

Aku sedikit kaget dan mengecek kembali ponselku ternyata memang benar kalau yang menelpon itu Santi, temanku yang sama-sama bekerja di Arab dan secara kebetulan dia tinggal tak jauh dari rumah tempat tinggalku.

“Astaga, sorry banget, San. Aku pikir kamu itu Mas Marno, barusan aku telponan sama suamiku. Tumben malem-malem gini nelpon? Ada apa, San?”

Berada di kampung sebelah, membuat Santi tahu tentang Mas Marno karena aku pernah menunjukkan foto suamiku kepadanya, hanya saja dia tidak mengenalnya dan hanya tahu wajahnya saja.

“Aku mau ngomong penting sama kamu, Wat. Tapi Kamu percaya sama aku kan? Aku ngelakuin ini karena kasihan sama kamu dan ngerasa kalau kamu harus tahu hal ini!”

“Bentar-bentar! Ini ada apa sih? Kamu kenapa, San? Lagi ada masalah?” Aku heran kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu kepadaku.

Beberapa minggu yang lalu memang Santi pulang duluan karena dia mau menikah dengan pacarnya dan rencananya akan kembali ke sini setelah menikah jadi apa mungkin ia pernikahan mereka batal?

“Aku kirim aja ya ke kamu, tapi kamu harus tenang dulu pokoknya. Ini aku dapet gak sengaja pas aku ikut temenku dateng ke acara nikahan.”

“Iya, San. Ya udah kirim aja. Aku tunggu ya!” jawabku dengan nada santai.

Santi mematikan panggilan, dan tak berapa lama sebuah video masuk kepadaku. Awalnya aku tidak berpikir apa-apa hingga saat aku memutar videonya, duniaku seakan runtuh.

Di video itu aku melihat kalau Mas Marno sedang melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita. Aku hampir tak bisa mempercayai apa yang kulihat, air mata mengalir deras. Aku tak bisa lagi melihat kelanjutan video pernikahan itu.

Mas Marno yang selama ini menjadi suami yang kucintai, tega menduakanku dan menikah dengan wanita lain di belakangku. Hatiku sakit, teramat sakit sampai aku tak bisa berkata apa-apa. Di sini aku bekerja keras demi keluargaku, tapi malah ini yang kudapatkan? Pengkhianatan dari suamiku sendiri. Pantas saja beberapa hari ini dia tak ada kabar, wajar lah karena dia sedang melangsungkan pernikahan dengan wanita perusak rumah tangga orang.

Setelah puas menangis, dengan hati yang teramat perih, aku memutuskan untuk memutar kembali video yang baru saja dikirimkan oleh Santi. Di situ pernikahan mereka dihadiri oleh seluruh keluarga Mas Marno, yang artinya Ibu dan juga adik iparku mendukung pernikahan mereka bukannya mengingatkan kalau tindakan Mas Marno itu salah. Raut bahagia terlihat sekali di wajah mereka semua. Apa mereka lupa kalau mereka bisa tersenyum lebar seperti itu karena hasil kerja kerasku?

Butuh waktu lama untuk mengontrol hatiku sendiri. Sakit memang, tapi rasa kecewa dan api kemarahan jauh lebih besar dibanding rasa sakit yang kurasakan. Sebelum menikah denganku, Mas Marno hanya bekerja serabutan sedangkan ibu hanya mendapatkan uang pensiunan dari bapak yang berpangkat rendah. Setelah aku mengangkat derajat hidup mereka dengan bekerja menjadi TKW, kini mereka malah tidak tahu diri dan tega menusukku dari belakang.

Ini tak bisa dibiarkan! Aku harus secepatnya kembali dan mendapatkan kembali apa yang memang seharusnya menjadi milikku! Aku kembali menelpon Santi setelah memikirkan masak-masak apa yang akan kulakukan kepada suamiku dan keluarganya.

“Halo, San? Sepertinya aku butuh bantuanmu disana, San!”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
jogja punya
semangat thorr ceritanya seru bikin gregettt
2024-08-18 21:56:27
0
user avatar
Wahid Listiawan
bagus ceritanya kakak bikin penasaran
2024-08-17 22:53:53
0
26 Bab
Kabar Perselingkuhan
“Halo, Wat? Aku butuh uang dua puluh lima juta untuk bayar uang pangkal sekolahnya Melati,” ucap mas Marno, suamiku begitu panggilan tersambung. Selalu saja seperti ini, ia menelpon kalau sedang membutuhkan uang dan tak pernah sekalipun menanyakan kabarku di sini. Padahal aku disini bekerja menjadi TKW di Arab demi kehidupan keluargaku menjadi lebih baik. “Wati! Kok kamu malah diem aja sih? Buruan kirim uangnya, Senen besok udah batas terakhir bayar. Kalau gak segera dilunasin, nama Melati bisa dicoret dan gak bisa masuk sekolah ini!” lanjut suamiku lagi. “Kok mahal banget sih, Mas? Bukannya Melati itu baru masuk SD? Kenapa biayanya udah sama kayak SMA?” keluhku kepada suamiku yang sedang berada di rumah. “Ya aku kan pengen Melati dapat pendidikan yang bagus, Wat. Ini kan demi masa depannya juga. Dia itu masuk ke SD Az Zahra sekolah Internasional, makanya uang masuknya mahal tapi kan sebanding sama apa yang didapat nanti!” “Tapi, Mas. Aku gak ada uang segitu banyaknya. Uang gajiku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya
Rencana Awal
“Halo, Wat? Gimana kamu? Aku sengaja gak nelpon kamu karena tahu kalo kamu butuh waktu buat nerima kabar itu. Tega banget ya suami kamu! Istrinya kerja di negara orang, dia malah enak-enakan kawin ama janda!” cerocos Santi begitu panggilan tersambung. “Janda?” “Iya! Aku aja geram liatnya, makanya nyari tahu dari ibuku yang dapet undangan nikahannya. Kata ibuku, wanita itu namanya Linda, janda anak satu. Gak tahu laki sebelumnya itu mati apa cerai. Yang jelas Ibu bilang kalo dia itu janda yang buka warung kopi di pinggir jalan kampung.” Santi menceritakan sendiri padahal aku tidak bertanya tentang hal itu. Lucu sekali kamu, Mas. menjandakan istri sendiri demi seorang janda. Memang ya, kalo udah selingkuh itu pasti gak punya otak! Atau otaknya sama-sama dipindah ke dengkul? “Aduh, sorry banget, Wat. Aku jadi ceritain hal ini sama kamu. Pasti malah buat kamu sedih ya! Betewe kamu mau minta tolong apa?” “Gak papa, San. Aku malah mau bilang makasih sama kamu karena kamu udah nunjukin b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya
Kenyataan Pahit
“Aminah! Sini kamu!” teriak sebuah suara lagi yang sangat kukenal. Suara itu milik ibu mertuaku, aku tidak tahu apa yang terjadi disana yang jelas teriakan itu menandakan kalau ibuku melakukan suatu kesalahan sehingga teriakan ibu mertuaku sekeras itu. “Kamu itu gimana sih? Dapur berantakan malah ditinggal santai-santai buruan beresin!” hardik Ibu mertuaku. Aku menahan amarah, wanita yang sudah melahirkanku diperlakuan seperti babu oleh mereka. Benar-benar keterlaluan! “San, ntar tanyain ya apa yang terjadi sampe ibuku bisa jadi pembantu di rumah ini!” ucapku kepada Santi. Seperti tadi, Santi tidak menjawab, karena pasti akan dikira gila karena berbicara sendiri. “Selamat pagi, Pak, Bu!” “Pagi. Ana ya?” “Iya, Pak. Saya dimintai tolong sama Wati buat ngurus pertukaran mobil. Katanya Wati, dia udah DP buat beli lamborghini, makanya dia minta saya buat ngambil semua surat-surat mobil yang mau ditukar tambah. Sekalian bpkb nya saya bawa nanti bapak dapat mobil Lamborghini nya atas n
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya
Datang!
“Apa maksudnya, Bu? Melati kenapa?” Aku sangat shock mendengar penuturan ibu. “Ibu sudah menduga kalau kamu pasti tidak tahu apa-apa. Baiklah, Ibu akan ceritakan semuanya dari awal. Setelahnya mau seperti apa, Ibu mendukung semua keputusanmu nanti.” Aku mendengarkan dengan seksama saat Ibu menceritakan semuanya kalau ternyata sudah satu tahun ini Linda tinggal bersama dengan mereka meskipun saat itu mereka belum menikah. Saat itu Ibu yang sudah sangat merindukan cucunya nekat datang ke rumah Mas Marno untuk bertemu dengan Melati. Untuk itu Ibu nekat meminjam uang dengan menggadaikan rumah kami kepada salah seorang saudaranya karena ongkos pesawat Sumatra-jawa tidaklah murah. Begitu Ibu datang, ia mendengar suara tangisan Melati dan saat itu Ibu tahu kalau Melati sedang dipuk*li oleh Mas Marno. Ibu ingin membawa Melati kembali ke Sumatera tapi tidak diizinkan oleh Mas Marno, untuk itulah Ibu memilih untuk memaksa tinggal disana karena takut cucunya kenapa-kenapa. Karena di sana tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya
Wati vs Linda
Aku mematung sesaat, bagaimana pun, lelaki yang sedang bergumul diatas ranjang itu adalah suamiku. Aku menikah dengannya karena cinta, bukan perjodohan yang dilakukan kedua orang tua kami. Sakiiit sekali rasanya saat melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau lelaki yang selama ini mencintaiku sedang memeluk tubuh wanita lain di ranjang tempat kami berdua memadu kasih.“Wat–ti? Kok kamu bisa ada di sini? Kapan kamu pulangnya?” Mas Marno mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Perlahan ia mendatangiku berusaha untuk memelukku tapi dengan cepat aku mendorong tubuhnya agar menjauh.Mana mungkin aku mau disentuh oleh pria yang baru saja tidur dengan wanita lain di ranjang kami berdua? Dan dengan wajah tanpa berdosa wanita itu kembali berpakaian seakan merasa kalau aku ini tidak ada di sini. Sentuhan itu membuatku tersadar kalau Mas Marno sama sekali tidak pantas untuk ditangisi, apalagi mengingat perakuannya kepada Melati membuatku teringat tujuanu datang ke sini. “Ini gak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya
Rencana Awal
Melihat wanita mur4han itu memeluk suamiku, aku tak merasa cemburu sama sekali. Yang ada aku malah jijik saat melihatnya. Apalagi wajahnya yang dibuat-buat membuatku semakin muak saat melihatnya. Saat ini, Aku sangat ingin menampar keduanya. Apalagi saat tangan Mas Marno naik bersiap untuk menamparku hingga sebuah suara menghentikan pertikaian kami berdua.“Ada apa ini?” tanya Ratna, Ibu mertuaku yang sepertinya baru saja pulang dari arisan. Ia mengenakan pakaian yang bagus dan juga memakai make up. Tidak mungkin kalau dia pergi ke pasar dengan dandanan begitu mentereng.Aku melihat Ibuku berjalan di belakangnya dengan menenteng belanjaan di kedua tangannya. Melihat sorot wajah ibuku yang kelelahan aku yakin kalau barang bawaan sangatlah berat. Apalagi wajahnya kelihatan berkilat karena keringat yang terus mengalir dari keningnya. Aku hanya bisa mengepalkan kedua tanganku. Ibuku sudah tua, tapi masih harus dipaksa membawa belanjaan begitu banyak. Apa mereka sama sekali tidak merasa ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-22
Baca selengkapnya
Kalian yang b0d0h!
“Aamiinaah! Mana makanannya aku udah laper banget ini! Lelet banget sih jadi orang tua!” Sebuah teriakan kembali terdengar dari lantai dua. Siapa lagi kalau bukan nona kecil yang bernama Tiara itu. Anak yang dibawa oleh Linda dan kini menduduki kamar yang seharusnya untuk Melati. Aku menyuruh Ibu untuk beristirahat saja di kamar sementara aku lah yang akan mengajari anak itu agar memiliki sopan santun kepada yang lebih tua.“Lama banget sih ngambilin makan aja! Budek kamu ya!” gerutu gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu.Ia masih duduk membelakangiku, pasti ia mendengar pintu terbuka sehingga bisa berbicara seperti itu meskipun tanpa menoleh. Aku masih bergeming dan hanya bersedekap saja. Aku ingin tahu gadis seperti apa Tiara ini sehingga bisa mengambil alih semua milik Melati.Karena aku hanya diam saja, Tiara akhirnya menoleh. Aku melihat kalau usia Melati dan Tiara tidak begitu jauh, mungkin hanya selisih satu atau dua tahun saja. Namun anehnya kenapa wajahnya seperti mirip Mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-22
Baca selengkapnya
Pergi
“Apa katamu, Wat? Kembalikan mobil ku!” teriak Mas Marno kesetanan.“Kenapa malah kamu yang marah? Harusnya aku yang marah sama kamu, Mas! Susah payah aku kerja jadi pembantu rumah tangga di negara orang, menahan rindu kepada anak semata wayangku dan mempercayakan semuanya di sini kepadamu. Tapi apa yang kudapat? Kamu menikah lagi, mertuamu yang juga ibu kandungku kau jadikan pembantu. Parahnya lagi kau juga menyiksa batin anakku. Dulu Melati adalah anak yang ceria, tapi kini semuanya berubah dan ini semua gara-gara kamu, Mas!”“Jangan salahin anakku!” Mertuaku tiba-tiba memotong ucapanku.“Semua ini salahmu, Wat. Coba kalau kamu itu lulusan sarjana, pasti bisa kerja daftar jadi PNS, atau minimal kerja di kantoran kayak Linda itu. Yang namanya laki-laki, pasti punya kebutuhan batin yang harus dipenuhi, dan dalam agama juga gak ada larangan kok. Kamu harusnya bersyukur, Wat karena aku gak nyuruh Marno buat nyerein kamu! Di Arab kamu emang bisa dapet banyak uang, tapi di sini? Bisa apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-23
Baca selengkapnya
Kaget
POV Marno.“Bu, apa ini gak keterlaluan? Semua uang ini kan dari Wati? Masa dia yang diusir dari rumah ini?” keluhku kepada Ibu.“Yagak lah! Siapa suruh dia gak mau nurut sama kita. Disuruh diem aja kok gak mau. Kamu juga tahu kan kalau islam itu mengajarkan laki-laki boleh punya istri sampai empat? Ini kamu baru punya dua dia kok malah marah-marah gak terima!”“Ibu bener, Mas. Kita kan udah punya segalanya, dan kamu udah punya aku, istri yang cantik, pinter dan lulusan sarjana. Jadi ngapain ada Wati lagi?” sambung Linda, istri keduaku yang sangat cantik dan semok.Aku menikah dengannya karena dia begitu perhatian dan tentu saja jauh lebih seksi daripada Wati khususnya masalah di atas ranjang. Linda lebih aktif dan memiliki banyak gaya, sehingga membuatku tak bisa lepas dari pelukannya hingga akhirnya aku nekat menikahinya dengan harapan kalau Wati masih terus mau bersamaku asalkan aku bersikap adil kepadanya.“Tapi, Bu? Mobil kita gimana?”“Kamu tenang aja. Kalau masalah itu, kita an
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-25
Baca selengkapnya
Ambil Semuanya!
Bab 10PoV WatiHari yang kutunggu akhirnya tiba, aku akan kembali ke rumah mertua yang kubangun dari hasil kerja kerasku. Kendaraan berat itu sedang diangkut ke rumah mertuaku, aku yakin mereka pasti akan kaget dengan kejutan yang kuberikan ini.“Wat, kamu serius dengan rencana kamu ini?” tanya Santi yang selama ini sudah membantuku.“Ya, tentu saja aku yakin. Enak sekali mereka mau hidup di rumah hasil kerja kerasku bertahun-tahun di negeri orang. Kalau mereka memang mau hidup enak, biar mereka usaha sendiri!” ucapku yakin.“Sapa tahu kan kamu cuma mau gertak mereka aja? Aku juga sebel sih sama keluarga suamimu itu. Gak sadar diri siapa yang selama ini udah bantu mereka. Bener-bener kacang lupa sama kulitnya itu.”Pembicaraan kami berakhir karena secara perlahan-lahan mobil sudah berhenti di sebuah rumah. Bukan milik suamiku, tapi tetangga sampingnya karena kendaraan berat di depanku itu sudah diturunkan tepat di depan gerbang.Suara yang berisik membuat beberapa orang keluar dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-26
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status