Share

Datang!

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-02 21:52:12

“Apa maksudnya, Bu? Melati kenapa?” Aku sangat shock mendengar penuturan ibu.

“Ibu sudah menduga kalau kamu pasti tidak tahu apa-apa. Baiklah, Ibu akan ceritakan semuanya dari awal. Setelahnya mau seperti apa, Ibu mendukung semua keputusanmu nanti.”

Aku mendengarkan dengan seksama saat Ibu menceritakan semuanya kalau ternyata sudah satu tahun ini Linda tinggal bersama dengan mereka meskipun saat itu mereka belum menikah. Saat itu Ibu yang sudah sangat merindukan cucunya nekat datang ke rumah Mas Marno untuk bertemu dengan Melati. Untuk itu Ibu nekat meminjam uang dengan menggadaikan rumah kami kepada salah seorang saudaranya karena ongkos pesawat Sumatra-jawa tidaklah murah. Begitu Ibu datang, ia mendengar suara tangisan Melati dan saat itu Ibu tahu kalau Melati sedang dipuk*li oleh Mas Marno. Ibu ingin membawa Melati kembali ke Sumatera tapi tidak diizinkan oleh Mas Marno, untuk itulah Ibu memilih untuk memaksa tinggal disana karena takut cucunya kenapa-kenapa. Karena di sana tidak ada pemasukan dan merasa menumpang, akhirnya Ibu pun lama kelamaan dianggap pembantu karena Ibu lah yang mengerjakan semua pekerjaan rumah.

“Astagfirullahaladzim! Benar-benar keluarga b1aad4p! Bisa-bisanya dia menyiksa anaknya sendiri!”

Aku benar- benar marah saat mendengar semua cerita Ibu. Sama sekali tidak terlintas dalam pikiranku kalau Melati juga mendapatkan kekerasan suamiku padahal dia adalah darah dagingnya sendiri.

“Ini gak bisa dibiarkan, Bu! Secepatnya aku juga harus bawa Melati keluar dari rumah itu. Ibu, kumohon tinggallah bersamaku, jangan di rumah itu lagi. Aku gak terima kalau Ibu dianggap babu di sana.”

“Iya, Ibu mau, Nak. Tapi jangan sekarang, Marno belum tahu kan kalau kamu udah kembali? Kalau ibu tiba-tiba pergi begini, dia pasti curiga. Lebih baik bawa Ibu kembali ke sana. Ibu janji akan selalu menjaga Melati sampai kamu menjemput kami berdua nanti.”

“Ya udah, tapi sebelum ibu pulang, Ibu ikut aku bentar ya!”

Ibu mengangguk patuh, aku membawa Ibu ke sebuah konter hp dan membelikan Ibu ponsel baru. Bukan yang mahal karena aku tahu ibu sama sekali tidak bisa menggunakan ponsel sehingga kalau terlalu canggih aku yakin malah akan membuat ibu kesulitan menggunakannya.

“Bu, Ini diterima ya! Biar aku gampang ngubungin Ibu.”

“Tapi, Nak. Kamu tahu sendiri kalau Ibu itu gak bisa main hp.”

“Aku ajarin, Ibu. Yang penting Ibu bisa nelpon dan nerima telfonku. Itu dulu aja.”

Setelah melihat Ibu mengangguk, aku pun mengajari Ibu mengoperasikan ponsel itu, dan setelah berulang kali mencoba, akhirnya Ibu pun membawa ponsel itu pulang bersama nya. Aku memesankan ojol karena tidak mungkin mengantarkannya langsung ke rumah. Aku juga meminta Ibu untuk sedikit berbohong kepada mereka agar rencanaku tidak ketahuan.

“Aku gak habis pikir, Wat. Kupikir suami kamu cuman menikah lagi, tapi ternyata nggak. Dia juga tega nyiksa anak dan mertuanya sendiri. Beneran dah suami kamu itu.”

“Makanya itu, San. Aku gak mungkin diem aja kan? Gak ada waktu buat meratapi nasib karena ditinggal nikah lagi, bagaimana pun caranya aku harus bisa ngebuat mereka nangis darah dan mohon ampun kepada Ibu dan anakku!”

Pandanganku melayang jauh, aku harus segera mengambil kembali anakku sebelum dia kembali disiksa. Sebelum Ibu pulang tadi, aku sudah menanyakan kabar Melati, ternyata dia hanya di sekolahkan di sekolah yang biasa saja bahkan gratis SPP dan uang masuk karena anakku anak yang pintar. Berarti uang yang diminta kemarin jelas untuk tambahan biaya pernikahan Mas Marno, bukan untuk sekolah Melati yang katanya masuk SD Internasional dan bodohnya aku percaya begitu saja.

Setelah mendapatkan info valid mengenai kabar Melati, aku pun memulai rencana keduaku yaitu bertemu dengan Melati. Saat ini aku sudah menunggu Melati di SD yang letaknya cukup jauh dari rumah. Matahari belum sepenuhnya meninggi Saat aku sedang menunggu Melati pulang dari sekolahnya. Aku menggunakan jilbab panjang dan menutupi wajahku dengan masker karena takut kalau Mas Marno melihatku saat menjemput Melati.

“Melati!”

Aku memanggil seorang anak yang baru saja keluar dari gerbang sekolah. Sekali lihat pun aku tahu kalau itu adalah anakku meskipun sudah beberapa tahun aku tidak melihatnya. Melati menoleh, ia terdiam sebentar, mungkin sedang mencari tahu apakah dia mengenaliku atau tidak. Aku pun membuka masker yang kupakai agar dia bisa melihat wajahku, barulah setelah itu dia berlari memanggil namaku.

“Mama!”

Ya Tuhan, dari dekat aku bisa melihat tubuhnya kurus kering, wajahnya pun sama seperti ibu, terlihat kuyu dan kulitnya berubah kecoklatan seperti terkena sengatan matahari setiap hari. Ya Allah, sebenarnya apa yang terjadi dengan orang-orang yang kusayangi? Kenapa keadaan ibu dan anakku begitu mengenaskan begini?

Aku menahan tangis saat memeluk tubuh kurus kering itu, berusaha terlihat tegar dan tersenyum meskipun hatiku menjerit. Anak dan Ibuku menjadi korban keb14dapan suami dan keluarganya.

“Kok Mama ada di sini? Kata Ayah, Mama udah gak sayang sama aku lagi karena aku anak nakal. Aku udah gak nakal kok, Ma gak pernah nangis lagi, gak ngompol lagi. Jadi apa Mama mau sayang sama aku lagi gak?”

Luruh sudah air mataku, aku tak kuat lagi menahan rasa sesak ini. Antara marah dan sedih, perasaanku bercampur menjadi satu.

“Mana mungkin Mama gak sayang sama kamu, Nak. Kamu itu anak Mama satu-satunya, Mama kerja jauh biar kamu bahagia. Maafkan Mama kalau kepergian Mama malah bikin kamu sedih ya, Nak.”

“Tapi aku jauh lebih bahagia kalau ada Mama, aku seneng Mama ada di sini. Papa sama Mama Linda jahat soalnya.”

Aku sampai tak bisa berkata-kata. Celotehan gadis kecil itu benar-benar membuat hatiku hancur, aku tak tahu penderitaan macam apa yang mereka alami, tapi aku berjanji kalau aku pasti akan membalasnya ribuan kali lebih pedih. Kupikir kepulanganku ke sini hanya untuk memberi pelajaran suami tak tahu diri itu, tapi kenyataan yang kudapat jauh lebih menyakitkan. Anak dan ibuku disiksa, sementara selama ini aku tak tahu apa-apa. Sudah cukup aku menjadi sumber ATM berjalan mereka, sudah cukup kebod0h4nku selama ini. Sekarang aku akan fokus pada tujuanku yang penting kedua orang yang kusayang sudah berada di sisiku.

“Ma, aku lapar, aku boleh makan sekarang?” ucap Melati saat ia menggandeng tanganku.

“Tentu aja boleh dong, Sayang. Kamu pengen makan apa? Bilang sama Mama. Pasti Mama beliin buat kamu.”

“Horee, aku pengen makan ayam kriuk yang ada di ujung jalan tu, Ma. Tiap hari aku cuma bisa liat, kayaknya kok enak banget. Boleh, Ma?”

“Oke!” Tangan kecil itu kembali meremas tanganku, aku merasakan kehangatan yang menjalar sampai ke relung hatiku.

“Loh? Kok kesini, Nak? Katanya mau beli ayam goreng kriuk itu?” Aku heran, barusan Melati bilang kalau dia ingin makan ayam, tapi kenapa malah menjauh dan menuju ke jalan besar?

“Iya, kan aku harus minta-minta dulu di perempatan sana, Ma baru boleh makan itu kan? Tapi boleh gak kalo aku makan satu ayamnya utuh, Ma? Biasanya aku cuma makan sisa dari Tiara aja, sekali-kali pengen ngerasain dagingnya juga.”

Hatiku mencelos saat mendengarnya. Anakku diberi makanan sisa? Ya Tuhan, kenyataan apa lagi ini? Aku yakin Tiara adalah anak dari janda itu. Jadi selain menyiksa, ia juga lalai memberi makan anakku? Pantas saja tubuhnya hitam terbakar matahari, wajar saja tubuhnya kurus kering begini, padahal terakhir kali bertemu dengannya ia adalah gadis kecil yang cantik dan lincah, tapi sekarang?

“Siapa itu Tiara?” tanyaku menahan air mataku agar tidak jatuh.

“Tiara itu anak yang dibawa Mama Linda. Dia lebih tua dariku, Ma. Dan kata Mama Linda aku boleh makan ayam kalo pulang sekolah bawa uang minimal sepuluh ribu, itu pun ayamnya dimakan dulu sama Tiara baru aku boleh makan.

“Astagfirullahaladzim.”

Aku sama sekali tidak tahu tentang hal ini karena Ibu sama sekali tidak menceritakannya kepadaku. Wajar saja kalau Ibu rela diperlakukan seperti pembantu disana karena sikapnya kepada Melati sungguh sangat tidak manusiawi. Kalau saja tidak ada Ibu, aku tak tahu hal kejam apa yang akan diterima anakku. Ibuku hanya wanita desa biasa, Ibu juga tidak bisa menggunakan ponsel sehingga tidak bisa menelponku dan mengatakan semuanya kepadaku. Namun yang membuatku heran kenapa Ibu tidak membawa Melati pergi kalau ternyata dia tidak bahagia selama tinggal di sana?

“Kamu boleh makan sepuasmu, Nak. gak perlu minta-minta di pinggir jalan. Sekarang kamu makan, terus pulang sama Tante Santi ya. Nanti dia akan nganter kamu ke tempat Mama. Mama masih ada urusan sebentar, Nak! Gimana? Kamu mau kan tinggal sama Mama?”

“Mau! Horeee! Aku gak perlu lagi pulang ke rumah Nenek. Tapi Mama janji bakalan jemput aku kan?”

“Iya, Sayang. Mama janji!”

Aku membawa Melati makan di ayam goreng yang tokonya tersebar di seluruh dunia. Ia tampak menikmati makanan itu.

“Pelan-pelan, Nak makannya, nanti kamu kesedak. Ngomong-ngomong setiap hari kamu pulang sendirian?” tanyaku saat menatap anakku yang sedang makan dengan lahap.

Melati menjawab dengan anggukan karena mulutnya masih mengunyah makanan.

“Jalan kaki sendirian?” tanyaku tak percaya. Ia kembali mengangguk. Anakku terlihat jauh lebih dewasa dari usianya. Justru aku yang sejak tadi menahan air mata yang selalu saja lolos turun membasahi pipi.

Setelah menemani Melati makan siang, akhirnya ia dibawa ke hotel oleh Santi sedangkan aku tak bisa lagi menahan amarahku. Lupakan saja rencana selanjutnya, aku akan mendatangi mereka secara langsung dan meminta penjelasan tentang hal ini. Mereka pasti kebingungan sekarang. Aku mendatangi rumah yang dulunya hanya satu petak saja. Kini rumah ini sudah jauh lebih megah daripada pada saat kutinggalkan. Namun tak ada rumah lain di sampingnya yang artinya Mas Marno menggunakan uangku hanya untuk memperbaiki rumah ibunya, padahal ia berkata kalau membuat rumah untuk kami berdua.

Aku mengetuk pintu depan, aku yakin mereka akan terkejut karena kedatanganku. Satu ketukan, masih tak ada jawaban. Aku kembali mengetuk, lagi-lagi tidak ada yang membuka pintu. Kemana mereka? Tidak mungkin tak ada di rumah kan? Iseng aku mencoba untuk membuka pintu, ternyata tidak terkunci. Perlahan aku masuk ke dalam rumah dan melihat sekilas, rumah ini sudah banyak berubah. Aku tidak sempat berkeliling karena tujuanku adalah kamar kami berdua dulu.

Begitu pintu kamar terbuka, pemandangan mencengangkan yang terlihat di depanku. Ada dua orang yang tengah bergumul tanpa busana dan mereka langsung panik saat menyadari ada yang membuka pintu saat mereka sedang ‘sibuk.’

“Wati?” Mas Marno seperti melihat hantu disiang bolong, wajahnya shock dan hanya bisa mematung. Sementara wanita itu menutupi tubuh polosnya dengan selimut.

“Jadi ini yang kamu lakuin selama aku jadi TKW, Mas?”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
jogja punya
bagus seru jalan ceritanya tor lanjut
goodnovel comment avatar
Wahid Listiawan
siapa kira-kira yang datang? penasaran aja ne cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Wati vs Linda

    Aku mematung sesaat, bagaimana pun, lelaki yang sedang bergumul diatas ranjang itu adalah suamiku. Aku menikah dengannya karena cinta, bukan perjodohan yang dilakukan kedua orang tua kami. Sakiiit sekali rasanya saat melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau lelaki yang selama ini mencintaiku sedang memeluk tubuh wanita lain di ranjang tempat kami berdua memadu kasih.“Wat–ti? Kok kamu bisa ada di sini? Kapan kamu pulangnya?” Mas Marno mengambil sarung untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Perlahan ia mendatangiku berusaha untuk memelukku tapi dengan cepat aku mendorong tubuhnya agar menjauh.Mana mungkin aku mau disentuh oleh pria yang baru saja tidur dengan wanita lain di ranjang kami berdua? Dan dengan wajah tanpa berdosa wanita itu kembali berpakaian seakan merasa kalau aku ini tidak ada di sini. Sentuhan itu membuatku tersadar kalau Mas Marno sama sekali tidak pantas untuk ditangisi, apalagi mengingat perakuannya kepada Melati membuatku teringat tujuanu datang ke sini. “Ini gak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Rencana Awal

    Melihat wanita mur4han itu memeluk suamiku, aku tak merasa cemburu sama sekali. Yang ada aku malah jijik saat melihatnya. Apalagi wajahnya yang dibuat-buat membuatku semakin muak saat melihatnya. Saat ini, Aku sangat ingin menampar keduanya. Apalagi saat tangan Mas Marno naik bersiap untuk menamparku hingga sebuah suara menghentikan pertikaian kami berdua.“Ada apa ini?” tanya Ratna, Ibu mertuaku yang sepertinya baru saja pulang dari arisan. Ia mengenakan pakaian yang bagus dan juga memakai make up. Tidak mungkin kalau dia pergi ke pasar dengan dandanan begitu mentereng.Aku melihat Ibuku berjalan di belakangnya dengan menenteng belanjaan di kedua tangannya. Melihat sorot wajah ibuku yang kelelahan aku yakin kalau barang bawaan sangatlah berat. Apalagi wajahnya kelihatan berkilat karena keringat yang terus mengalir dari keningnya. Aku hanya bisa mengepalkan kedua tanganku. Ibuku sudah tua, tapi masih harus dipaksa membawa belanjaan begitu banyak. Apa mereka sama sekali tidak merasa ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Kalian yang b0d0h!

    “Aamiinaah! Mana makanannya aku udah laper banget ini! Lelet banget sih jadi orang tua!” Sebuah teriakan kembali terdengar dari lantai dua. Siapa lagi kalau bukan nona kecil yang bernama Tiara itu. Anak yang dibawa oleh Linda dan kini menduduki kamar yang seharusnya untuk Melati. Aku menyuruh Ibu untuk beristirahat saja di kamar sementara aku lah yang akan mengajari anak itu agar memiliki sopan santun kepada yang lebih tua.“Lama banget sih ngambilin makan aja! Budek kamu ya!” gerutu gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu.Ia masih duduk membelakangiku, pasti ia mendengar pintu terbuka sehingga bisa berbicara seperti itu meskipun tanpa menoleh. Aku masih bergeming dan hanya bersedekap saja. Aku ingin tahu gadis seperti apa Tiara ini sehingga bisa mengambil alih semua milik Melati.Karena aku hanya diam saja, Tiara akhirnya menoleh. Aku melihat kalau usia Melati dan Tiara tidak begitu jauh, mungkin hanya selisih satu atau dua tahun saja. Namun anehnya kenapa wajahnya seperti mirip Mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Pergi

    “Apa katamu, Wat? Kembalikan mobil ku!” teriak Mas Marno kesetanan.“Kenapa malah kamu yang marah? Harusnya aku yang marah sama kamu, Mas! Susah payah aku kerja jadi pembantu rumah tangga di negara orang, menahan rindu kepada anak semata wayangku dan mempercayakan semuanya di sini kepadamu. Tapi apa yang kudapat? Kamu menikah lagi, mertuamu yang juga ibu kandungku kau jadikan pembantu. Parahnya lagi kau juga menyiksa batin anakku. Dulu Melati adalah anak yang ceria, tapi kini semuanya berubah dan ini semua gara-gara kamu, Mas!”“Jangan salahin anakku!” Mertuaku tiba-tiba memotong ucapanku.“Semua ini salahmu, Wat. Coba kalau kamu itu lulusan sarjana, pasti bisa kerja daftar jadi PNS, atau minimal kerja di kantoran kayak Linda itu. Yang namanya laki-laki, pasti punya kebutuhan batin yang harus dipenuhi, dan dalam agama juga gak ada larangan kok. Kamu harusnya bersyukur, Wat karena aku gak nyuruh Marno buat nyerein kamu! Di Arab kamu emang bisa dapet banyak uang, tapi di sini? Bisa apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Kaget

    POV Marno.“Bu, apa ini gak keterlaluan? Semua uang ini kan dari Wati? Masa dia yang diusir dari rumah ini?” keluhku kepada Ibu.“Yagak lah! Siapa suruh dia gak mau nurut sama kita. Disuruh diem aja kok gak mau. Kamu juga tahu kan kalau islam itu mengajarkan laki-laki boleh punya istri sampai empat? Ini kamu baru punya dua dia kok malah marah-marah gak terima!”“Ibu bener, Mas. Kita kan udah punya segalanya, dan kamu udah punya aku, istri yang cantik, pinter dan lulusan sarjana. Jadi ngapain ada Wati lagi?” sambung Linda, istri keduaku yang sangat cantik dan semok.Aku menikah dengannya karena dia begitu perhatian dan tentu saja jauh lebih seksi daripada Wati khususnya masalah di atas ranjang. Linda lebih aktif dan memiliki banyak gaya, sehingga membuatku tak bisa lepas dari pelukannya hingga akhirnya aku nekat menikahinya dengan harapan kalau Wati masih terus mau bersamaku asalkan aku bersikap adil kepadanya.“Tapi, Bu? Mobil kita gimana?”“Kamu tenang aja. Kalau masalah itu, kita an

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Ambil Semuanya!

    Bab 10PoV WatiHari yang kutunggu akhirnya tiba, aku akan kembali ke rumah mertua yang kubangun dari hasil kerja kerasku. Kendaraan berat itu sedang diangkut ke rumah mertuaku, aku yakin mereka pasti akan kaget dengan kejutan yang kuberikan ini.“Wat, kamu serius dengan rencana kamu ini?” tanya Santi yang selama ini sudah membantuku.“Ya, tentu saja aku yakin. Enak sekali mereka mau hidup di rumah hasil kerja kerasku bertahun-tahun di negeri orang. Kalau mereka memang mau hidup enak, biar mereka usaha sendiri!” ucapku yakin.“Sapa tahu kan kamu cuma mau gertak mereka aja? Aku juga sebel sih sama keluarga suamimu itu. Gak sadar diri siapa yang selama ini udah bantu mereka. Bener-bener kacang lupa sama kulitnya itu.”Pembicaraan kami berakhir karena secara perlahan-lahan mobil sudah berhenti di sebuah rumah. Bukan milik suamiku, tapi tetangga sampingnya karena kendaraan berat di depanku itu sudah diturunkan tepat di depan gerbang.Suara yang berisik membuat beberapa orang keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Hancurkan!

    Dari tadi Mas Marno diam saja saat barang-barang yang ada di dalam rumah diambil, justru Ibu yang menangis darah saat benda itu berpindah masuk ke dalam truk. Namun saat sangkar burung mahalnya dibawa pergi, barulah dia marah-marah kepadaku. Aku tahu kalau suamiku hobi memelihara burung, bahkan ia bisa membeli hewan kecil itu dengan harga puluhan juta tapi tetap saja menggunakan uangku sehingga aku tetap mengambilnya kembali. Bukannya aku kejam, hanya saja aku tak rela kalau mereka berbahagia menggunakan uangku.“Aku akan tetap membawanya karena itu dibeli menggunakan uangku. Aku beri waktu sampai besok untuk kalian mengembalikan semua uangku yang dipakai untuk membangun rumah ini. Kalau tidak, maka bersiaplah kalau rumah ini aku hancurkan menggunakan benda itu.” Aku menunjuk alat berat yang berwarna kuning itu.Mas Marno hanya bisa meneguk ludah, ia tak punya daya untuk melawan karena aku meminta preman untuk mengawalku.“Besok pagi aku akan kesini lagi dan pastikan kalian sudah puny

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • BUKAN ISTRI LEMAH   Alasan!

    “Sudah, Bu. Sudah. Saya tahu kalau Ibu sedang marah dengan keluarga Ibu. Tapi Bukankah semua bisa dibicarakan secara kekeluargaan?” tanya pria berpangkat RT tersebut.“Apanya yang mesti dibicarakan, Pak? Kemarin aku udah bilang, silakan kalau mau nikah lagi, tapi kembalikan semua harta yang udah kukasih. Au ga rela kalau aku yang nyari duit tapi mereka yang nikmatin. Selama ini aku diem karena kupikir Mas Marno ini laki-laki yang bertanggung jawab. Tapi aku salah besar. Anakku dianiaya, Ibuku dijadikan pembantu dan dia nikah lagi sama janda gak jelas ini. Apa lagi yang mau dibicarakan, Pak?”Enak saja ketua RT ini minta bicara baik-baik. Dia tak merasakan apa yang kurasakan saat ini sehingga bisa dengan mudahnya meminta hal yang mustahil.“Iya, Saya tahu kalau Ibu sakit hati. Tapi kalau ibu menghancurkan rumah ini, itu sama aja dengan perusakan fasilitas pribadi.”“Ya emang disengaja. Mereka udah make uangku ratusan juta, tapi yang kudapat cuma sakit hati. Aku minta uangku dikembalika

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Karma?

    Sudah enam bulan berlalu sejak aku memberi tahu Melati kalau ayahnya sekarang berada di penjara. Mungkin dia memang masih kecil tapi aku tidak mungkin membohonginya sehingga aku pun mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya. Mas Marno di penjara karena perbuatannya menyakiti Melati, secara tidak langsung aku mengajari Melati kalau kekerasan itu tidak boleh dilakukan. Awalnya Melati merasa sedih karena bagaimanapun dia adalah ayahnya tapi kini senyum ceria di wajahnya sudah kembali.“Wat, usahamu sudah berkembang dengan pesat, gimana kalau kamu mulai buat beli rumah? Ucap Ibu di sela-sela memasak. “Boleh juga, Bu tapi aku belum nemu yang cocok. Ibu ada rekomendasi gak pengen tinggal dimana?”“Sebenarnya ada sih.” Ibu menaruh pisau yang dipegangnya kemudian mulai bercerita.“Bu Intan yang dulu tinggal gak jauh dari rumah mertuamu nawarin tanahnya. Dia mau jual karena butuh biaya buat berobat anaknya. Katanya sih mau dijual murah.”“Murahnya berapa, Bu?” tanyaku mulai tertarik. Aku meman

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Diusir

    PoV Ratna“Setelah melihat dari bukti dan saksi yang ada akhirnya kami memutuskan untuk memberikan hukuman selama satu tahun penjara dan denda satu milyar. Mereka mendapatkan keringanan karena berkelakuan baik selama berada di dalam penjara. Hal itu lah yang digunakan sebagai pertimbangan.”Aku tidak mungkin bisa melupakan kalimat yang membuat hidupku berubah. Anakku satu-satunya di penjara padahal dia sama sekali tidak bersalah. Ini semua gara-gara Wati, wanita yang dinikahi oleh Marno, anakku. Kalau saja mereka tidak menikah, pasti kejadian ini tidak akan pernah terjadi kepadaku. Setiap hari aku hanya bisa menangis di dalam kamar yang sempit ini menunggu mereka berdua keluar dari hotel prodeo itu.Brak!Pintu kamar dibuka dengan keras, membuatku sampai berjingkat karena kaget. Rupanya yang melakukannya Devi, adiknya Linda yang menggantikan usaha kakaknya berjualan warung kopi yang lumayan ramai dikunjungi pembeli.“Bu, aku udah bilang berapa kali? Di sini tuh bukan hotel jadi jangan

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Gara-gara Tiara!

    Aku mengajaknya turun untuk makan, dan mungkin bisa mengalihkan pembicaraan. Aku tidak ingin membahas tentang hal ini karena menurutku belum saatnya Melati mengetahui kalau ayahnya beras dibalik jeruji.Kupikir dia akan lupa, tapi tetap saja ia turun dengan membawa baju untuk ayahnya. Ya sudah mau tak mau aku pun harus menjawab pertanyaannya anak gadisku ini. Namun Bagaimana bisa dia membeli baju laki-laki seukuran ayahnya? Apakah begitu mudahnya dia memaafkan perilaku bapaknya yang tidak manusiawi itu? Aku masih terdiam, masih belum bisa menerima kenyataan kalau Melati semudah itu ingin bertemu dengan bapak kandungnya “Bukan ibu yang suruh, tapi dia tadi ngerengek minta dibeliin baju buat suami mu. Katanya di sekolah besok ada pelajaran bercerita tentang ayahnya, jadi dia pengen beliin sesuatu dan akan dia ceritakan di sekolah kalau dia masih punya bapak yang sayang sama dia.”Ya Allah, hatiku mencelos saat mendengar ibu menceritakan kisah dibalik sebuah kemeja berwarna putih itu.

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Hukuman

    Aku menjalani hari dengan tenang karena kedua orang yang mengganggu hidupku kini sedang berada di penjara. Aku senang karena akhirnya perlahan keadilan mulai datang kepadaku. Mas Marno dan Linda sedang berada di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya meskipun keputusan dari pengadilan belum keluar sepenuhnya. Beberapa minggu yang lalu aku mendapatkan panggilan telepon dari kepolisian katanya mereka berdua ingin berbicara denganku tapi aku mengabaikannya. Dan hari ini adalah sidang putusan tentang semuanya, makanya aku memutuskan untuk mengunjungi merek sebentar.“Bu, aku titip Melati ya! Bekal dan peralatan sekolahnya udah kusiapkan di kamar.”“Iya, Wat. Oh iya, nanti aku mau ngajak Melati jalan-jalan ke mall karena katanya dia pengen beli mainan yang sama dengan temannya. Boleh kan?”“Boleh, Bu. nanti aku transfer uangnya ya! Jangan lupa nanti pulangnya langsung ke warung aja, Bu. Soalnya nanti truk pengangkutnya datang siang.” Ibuku mengangguk setuju, tak lupa aku salim

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Rencana Masa Depan

    Tanpa menunggu lagi, aku mendatangi rumah rentenir yang biasa dipanggil Bu Kaji itu. Siapa pun yang mendengar pertama kali pasti tidak akan menyangka kalau wanita itu adalah seorang rentenir karena gayanya yang terlihat biasa saja. Sudah dua kali aku pergi ke rumahnya dan terus saja kagum karena keamanannya. Banyak sekali preman-preman yang duduk santai di rumah ini seakan rumah mereka sendiri. Wajah mereka seram dan bertato tapi sama sekali tidak menakutkan karena mereka sangat ramah kepadaku. Preman itu juga selalu tersenyum, kontras sekali dengan jaket kulit dan tato yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.“Duduk di sini ya Mbak Wati. sebentar lagi Ibu turun kok. Diminum dulu tehnya!”“Makasih, Mas.” Aku tersenyum saat ada seorang pria yang menyodorkan segelas teh kepadaku, aku mencicipinya untuk menghargai si empunya rumah yang sudah menyambutku dan tak lama kemudian yang kucari akhirnya muncul. Seperti biasa, wanita yang akrab dipanggil Bu Kaji ini datang dengan menggunakan daste

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Gadaikan Saja

    “Wati? Kok mau bisa ada di sini?”“Ibu apain anakku?” teriakku marah.Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi apa yang sudah ibu perbuat benar-benar membuatku kehilangan kesabaran. Kupikir setelah kehilangan rumah, Ibu akan menyadari kesalahannya tapi ternyata tidak. Memang benar kalau watak itu tidak akan bisa berubah.“Ibu gak ngapa-ngapain kok. Melati terus aja teriak-teriak padahal gak ada apa-apa. Ibu minta buat diem, tapi dia ngeyel. Ya udah gimana lagi?”Nafasku memburu, dalam hati berulang kali aku mengucapkan istigfar agar tidak memukul wanita yang sudah melahirkan suamiku ini. Perbuatannya kali ini sudah diluar batas dan tidak bisa dimaafkan lagi. “Dari Mana Ibu bisa tahu dimana sekolah Melati, hah? Dan kenapa ibu lancang jemput dia? Apa ibu belum puas nyakitin anakku?! Dasar–” Hampir saja amarahku meledak, untung saja tadi akhirnya Ibu dan Ardian ikut serta sehingga bisa membuatku mengerem ucapanku sendiri agar tidak mengumpat di depan Melati.Kuhirup nafas dalam-dalam untuk

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Ulah Ibu

    Apa katanya? Melati tidak ada di sana? Bagaimana bisa ia mengatakan kalau aku kecelakaan padahal aku jelas sedang berdiri di sini? Kuarahkan pandangan kepada dua orang di depanku ini, keduanya sama-sama menyeringai, menandakan kalau mereka lah yang sudah mengatur hal ini.“Itu kalian kan? Dimana anakku!” teriakku panik. Ardian yang masih ada di sampingku pun sampai terkejut melihatnya.“Apa maksudmu, Wat? Aku gak paham,” ujar Mas Marno merasa tak bersalah. Bahkan wajahnya terlihat kebingungan. Bukankah barusan dia menyeringai? Kenapa sekarang berlagak bodoh?“Katakan dimana Melati! Bagaimana kamu bisa tahu di sekolah dimana, hah? Apa yang kamu lakukan kepadanya?”“Anakmu aman kalau kamu mengalah kepada kami, wanita s1alan! Dia belum hilang lebih dari dua puluh empat jam jadi kamu gak akan bisa melaporkannya ke polisi. Kalau kamu menurut, dia akan aman!” sambung wanita jahat itu. Aku sudah akan membalas ucapannya, tapi sebuah tangan menarikku kembali. Tanpa melihat pun aku yakin kalau

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Sidang

    Sudah beberapa hari berlalu setelah pertemuanku dan Linda. Aku sama sekali tidak menyangka kalau ternyata tujuan Linda menikahi Mas Marno karena uang. Terbukti setelah Mas Marno tak lagi memiliki rumah mewah itu, Linda langsung mencari mangsa baru untuk diporotin . kasihan banget kamu, Mas. Niatnya punya istri dua biar ada yang melayani, tapi ujung-ujungnya malah zonk, kamu kehilangan semuanya. Kamu kehilangan istri dan anak yang selama ini menyayangimu, kehilangan rumah dan juga kehilangan istri keduamu karena jelas dia tidak akan mau diajak susah. Kalau saja kamu gak selingkuh, mungkin saat ini aku pulang dan kita akan bahagia, bahkan aku berniat membeli rumah baru atas namamu. Namun di dunia ini, tak ada yang namanya ‘andaikan’ semuanya sudah berjalan seperti adanya dan itu karena ulahmu sendiri jadi jangan salahin aku ya, Mas.“Hei! Pagi-pagi kok ngelamun! Bayangin apa sih?” tanya Santi yang ikutan duduk di teras sambil meletakkan segelas teh hangat.“Kamu nih ngagetin aja, San. A

  • BUKAN ISTRI LEMAH   Memergoki Pelakor

    Aku penasaran dengan ucapan Santi barusan karena jarang sekali dia memintaku untuk segera datang kalau aku sedang melaksanakan ibadah. Aku yakin pasti hal ini sangat mendesak sampai-sampai dia memintaku untuk segera datang. Mukena sudah kulipat dengan rapi dan kumasukkan kembali ke dalam tas, aku pun segera turun untuk menemui temanku yang sedang menungguku.“Ada apa sih, San? Tumben banget kamu minta aku buat cepet-cepet?” tanyaku setelah duduk di depan Santi.“Tuh. liat aja sendiri!” Santi menunjuk dengan wajahnya.Aku mengikuti arah pandang Santi dan aku melihat kalau ada seorang pasangan suami istri yang juga sedang makan siang bersama. Aku bisa mengatakan kalau mereka pasangan karena tangan laki-laki selalu menyentuh bagian tubuh si wanita.“Apa yang aneh sama pasangan itu? Kamu nih aneh-aneh aja! Nyuruh aku datang cuma buat kasih liat mereka yang lagi mesra-mesraan?” gerutuku sambil membuka buku menu, bersiap untuk memesan makan siangku.“Liat dengan jelas, siapa wanita itu?”“E

DMCA.com Protection Status