Riana tak pernah membayangkan hidupnya berubah drastis setelah satu malam penuh kemalangan. Fandy, pria asing yang salah masuk kamar, menolak bertanggung jawab atas perbuatannya karena ia akan menikah dengan cinta sejatinya. Namun, takdir berkata lain. Pernikahan Fandy dibatalkan, dan ia terpaksa memilih Riana sebagai pengantin pengganti. “Jangan pernah mengharapkan cinta dariku,” kata Fandy dengan dingin. Tapi di tengah pernikahan tanpa cinta, muncul pria lain yang membuat Riana merasa lebih nyaman. Apakah Riana akan bertahan dengan Fandy, atau memilih pergi demi kebahagiaan sejatinya?
View MoreRiana menerbitkan senyumnya lalu melingkarkan tangannya di ceruk leher Satya yang kemudian mengecup singkat bibir lelaki itu."Terima kasih, sudah mau bertahan demi aku. Kalau nggak ada kamu, entah apa yang akan terjadi pada hidupku dan juga Fabian. Mungkin akan sengsara selamanya."Satya menghela napasnya dengan panjang dan menatap wajah Riana dengan lekat. "Jika aku tidak ada, mungkin akan ada pria lain yang akan buat kamu bahagia. Dan sepertinya aku tidak terima."Riana mengerucutkan bibirnya. "Alasan kamu nggak mau pulang ke Indonesia itu karena kamu tidak yakin akan sembuh?" tanyanya ingin tahu.Satya menggeleng pelan. "Karena aku tidak ingin melihat air mata Mama dan Papa yang terus meratapi kesedihan akan kondisiku. Itulah kenapa Mama sangat menyayangi kamu. Karena kamu sudah menyelamatkan hidup anak sulungnya."Riana mengulas senyumnya kepada suaminya itu. "Begitu rupanya. Aku bersyukur punya Mama dan Papa yang care dan sayang sama aku, Kak
Riana menganggukkan kepalanya dan menerbitkan senyum kepadanya. "Semangat."Tak lama kemudian, Satya pun datang menghampiri istrinya itu. Ia lalu menyapa Deasy yang tengah duduk di samping istrinya."Kenalin, ini suami saya. Namanya Satya.""Deasy." Perempuan itu memperkenalkan dirinya kepada Satya."Satya." Ia hanya tersenyum kepada perempuan itu tanpa menjabat tangannya."Suami saya pernah memiliki penyakit aneh. Dia tidak berani menyentuh perempuan mana pun kecuali mamanya. Dan sampai sekarang, dia masih belum berani menyentuh perempuan lain selain saya dan mamanya."Riana menjelaskan kepada Deasy tentang Satya yang menolak jabatan tangannya.Deasy akhirnya paham kemudian mengulas senyumnya. "Memang ada, penyakit seperti itu dan sangat langka."Riana mengangguk. "Iya. Dan suami saya merupakan salah satunya yang mengalami penyakit itu."Deasy mengangguk. Ia kemudian pamit kepada Riana sebentar untuk mengambil ponselnya
Satya menarik tangan Riana dan memeluknya lagi. Angin yang bertiup cukup kencang dengan terik matahari yang menyinari bumi, keduanya berpijak di sana menikmati keindahan alam.Malam harinya, Riana dan Satya memilih untuk dinner di sebuah restoran yang ada di dalam hotel miliknya.Baru pertama kali buka, pengunjung hotel sudah sebanyak hampir tiga puluh persen. Banyak yang menyukai desain dan interiornya. Juga pelayanan yang ramah, seperti hotel di Jakarta."Kak. Aku baru tahu kalau kamu punya banyak teman ternyata. Aku pikir kamu ini introvert," ucap Riana sembari melahap makanan miliknya.Satya terkekeh pelan. "Bisa-bisanya kamu mikir kalau aku seorang introvert. Aku menutup diri hanya sejak mengalami penyakit itu saja. Sebenarnya aku tidak seperti itu."Riana manggut-manggut dengan pelan kemudian menerbitkan senyumnya kepada suaminya itu."Sekarang udah berani buat terbuka lagi?"Satya mengendikan bahunya. "Aku sudah menikah, sudah
Riana mengulas senyum dan mengangguk kecil. "Sama-sama. Makin ke sini kamu makin menggila, Kak."Satya terkekeh pelan. "Malu, sama badan kekar tapi payah dalam melakukan itu."Riana mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan suaminya itu. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tidur.Pun dengan Satya. Lelaki itu juga masuk ke dalam kamar mandi dan mengenakan celana boxer miliknya."Kamu yakin, hanya ingin satu bulan saja di sini? Memangnya cukup?" tanya Satya kepada Riana yang tengah membasuh wajahnya.Riana menoleh dan menatap suaminya itu. "Kenapa emang? Mau nambah hari?""Terserah kamu sih."Riana menghela napasnya. "Nggak deh, Kak. Di sini hanya cabang, kan? Kamu nggak harus nuruti semua yang aku inginkan, Kak. Karena kamu pun pasti punya keinginan."Satya kembali mengecup kening Riana. "I love you," ucapnya kemudian keluar dari kamar mandi tanpa be
Riana tampak begitu bahagia bahkan menganggukkan kepalanya sangat antusias. "Yeaayy! Liburan ke Bali.""Belum pernah, hm?" tanyanya sembari mengusapi sisian wajah Riana dengan lembut.Riana menggeleng pelan. "Belum. Karena nggak ada yang ngajakin."Satya manggut-manggut dengan pelan. "Mau satu bulan, di sana?""Woah! Lama juga. Boleh. Itu pun kalau kamu nggak keberatan.""No, Honey. Kapan, aku keberatan nurutin permintaan kamu? Gendong kamu aja nggak berat."Riana lantas mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan dari suaminya itu. "Nggak gitu maksudnya, Kak Satya."Lelaki itu lantas tertawa dengan pelan. "Canda, Sayang. Kamu boleh tinggal di sana sepuas kamu. Karena aku juga masih harus cek kondisi hotel dan semua karyawan juga pemimpin di sana.""Sekalian kerja juga, yaa. Bukan beneran mau liburan sama bininya," ucapnya kemudian menyunggingkan bibirnya.Melihat itu, sontak membuat Satya mencium gemas pipi istrinya. "Nggak
Riana meringis pelan. "Yaa maksudnya banyak banget ini, Kak. Aku nggak sanggup nih, buka sendirian hadiahnya.""Nanti aku bantu. Mama sama Papa juga nanti ke sini buat bantu kita bukain kadonya Fabian.""Okelah kalau begitu. Kamu masih cuti, Kak?" tanyanya kemudian."Sampai besok. Kenapa memangnya?""Nggak sih. Cuma nanya aja."Satya menaikan alisnya sebelah. "Nggak biasanya kamu nanya tapi nggak ada alasan. Ada apa, hem?" tanyanya sembari mengusapi sisian wajah istrinya itu."Nggak, kok. Beneran cuma nanya aja.""Oh, begitu. Baiklah." Satya kemudian mengulas senyumnya. "Eum. Ada yang ingin aku tanyakan pada kamu, Sayang."Satya menggenggam kedua tangan Riana seraya menatapnya dengan lekat kemudian menghela napasnya dengan panjang."Maaf, kalau aku terkesan buru-buru. Tapi, aku hanya ingin tahu adakah niat di hati kamu atau tidak."Riana menaikan alisnya sebelah. "Maksud kamu?" tanyanyak masih bingung dengan ucapan dari suaminya itu.Satya menelan saliva dengan pelan. "Eum! Aku ingin
Satu tahun berlalu.Usia Fabian kini sudah satu tahun. Tepat di hari ini, Fabian merayakan ulang tahunnya yang pertama. Di hotel miliknya di sebuah aula yang sangat luas, kedua orang tuanya merayakan ulang tahun anak satu-satunya mereka dengan meriah."Selamat ulang tahun cucuku. Oma doakan kamu akan menjadi anak yang baik dan sayang pada kedua orang tuamu." Yuni memberikan selamat kepada sang cucu sembari mencium pipinya."Makasih ya, Oma. Hadiahnya banyak banget." Riana mengusapi pucuk kepala sang anak sembari berbicara kepada mertuanya."Sama-sama. Ini nggak seberapa sama hadiah yang dikasih Satya."Riana mengulas senyumnya. "Kalian memang sangat luar biasa. Aku sayang kalian semua. Fabian juga pasti menyayangi papa, oma dan opanya."Yuni kemudian mengusapi lengan menantunya itu sembari mengulas senyumnya. "Banyak, yang menyayangi kamu dan Fabian, Sayang. Lihatlah! Betapa banyak tamu undangan yang menghadiri acara ulang tahun Fabian."Riana mengulas senyum lagi seraya menganggukkan
Lima belas menit setelah mandi, Satya keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang hanya dililit oleh handuk membuatnya malu sendiri."Kamu kenapa sih, Kak? Gugup?" tanya Riana kemudian mengatup bibirnya menahan tawa melihat wajah Satya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu lucu ia lihat.Satya menghela napasnya dengan panjang kemudian menghampiri Riana dan menatapnya dengan lekat."Aku memang sedikit gugup, tapi aku juga pengen.""Ya udah, nggak usah gugup. Kamu berhak minta kapan pun selagi aku sempat dan mau juga. Walau sebenarnya menolak itu dosa."Satya menerbitkan senyumnya. "Baiklah. Maaf ya, kalau aku terkesan norak."Riana mengusapi lengan suaminya itu. "Nggak apa-apa. Aku maklumi kok. Nanti juga terbiasa. Lagi pula, kita nikah juga baru satu minggu. Belum satu tahun."Satya menerbitkan cengiran. "Ya sudah kalau begitu, kita mulai saja."Riana mengangguk seraya mengulas senyumnya kepada suaminya itu. Satya kemudian melangkah lebih mendekat kepada Riana.Meraup bibir itu dengan lembu
Tak lama setelahnya, Satya mengakhiri panggilan tersebut dan menghampiri Riana yang tengah duduk sembari memainkan ponselnya."Masak apa hari ini?" tanyanya sembari membuka kotak nasi tersebut."Cumi saus padang sama tumis kangkung pakai udang. Nggak ada alergi udang, kan?"Satya menggeleng. "Nggak kok. Terima kasih, sudah membawakan aku makan siang masakan kamu.""Sama-sama. Dihabisin ya, jangan sampai nggak.""Pasti. Masakan kamu enak, nggak pernah gagal."Riana lantas menerbitkan senyumnya mendengar pujian dari sang suami. "Bisa aja. Padahal aku sering lho, gagal bikin masakan.""Nggak apa-apa. Aku maklumi. Namanya manusia tidak ada yang sempurna."Riana kembali tersenyum mendengar ucapan dari suaminya itu. "Manis banget sih. Suami siapa sih ini?""Kamu nggak ngakuin aku?"Riana terkekeh pelan. "Dihabisin nasinya. Nanti yang udah buatnya nangis.""Nanti aku peluk kalau nangis."Riana lantas mengerucutkan bibirnya. "Bisa-bisanya ngegombal. Saya ini udah jadi istri Bapak. Nggak butuh
“Lepaskan! Aku mohon jangan sentuh aku!”Pekikan dari seorang wanita bernama Riana Anggraini—perempuan cantik berusia dua puluh enam tahun itu tengah direnggut paksa mahkota sucinya oleh seorang pria mabuk yang rupanya salah memasuki kamar.“Diam, Sayang. Biasanya kamu tidak pernah menolakku seperti ini.” Fandy Pramudia—pria berusia tiga puluh tahun yang tak lain adalah putra pemilik hotel tersebut tidak sadar, siapa yang tengah dia gauli itu.“Kenapa sempit sekali,” ucapnya dengan suara paraunya. Namun, lelaki itu terus memaksanya agar masuk. Hingga akhirnya kesucian Riana direnggut oleh pria yang tidak dia kenali itu.Hanya bisa menjerit, menangis, meraung dan segala kekesalan bersatu dalam dirinya. Riana harus kehilangan mahkota yang selalu ia jaga, yang hanya akan dia berikan kepada suaminya itu rupanya harus hilang di malam itu.**Pagi telah menyusup dengan sinarnya yang lembut, namun bagi Riana, sinar itu seolah menyayat, mempertegas jejak kelam yang baru ia lalui.Udara pagi s...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments