Share

Bab 7: Penganti Baru?

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-10-31 14:18:16

Riana mengangguk pelan, suaranya mulai pecah. “Dia… salah masuk kamar, Ma. Waktu itu dia mabuk, dan dia… dia tidak peduli dengan keberadaan saya… Saya merasa tak punya pilihan.”

Yuni menggenggam tangan Riana, mencoba memahami luka yang baru saja tersingkap. “Oh, Riana… Maafkan Mama karena harus bertanya…”

Riana menghela napas kasar, menguatkan diri. “Kalau bukan karena Fandy yang sudah merenggut semuanya dari saya, saya tidak akan menerima pernikahan ini, Ma. 

“Dengan menikah, setidaknya, kalau suatu hari Fandy kembali pada Citra dan menceraikan saya, status saya jelas. Saya sudah tidak perawan, tapi saya… punya status sebagai wanita yang pernah menikah.”

Yuni menarik napas dalam-dalam, memandang Riana dengan raut penuh simpati. “Apa maksudmu bicara begitu, Riana?”

Riana menatap Yuni, matanya penuh kepahitan. “Dia akan menceraikan saya, Ma, setelah Citra sembuh dari sakitnya. Saya hanya menjadi bayangan, pengganti sementara di dalam hidupnya. Saya tahu sejak awal.”

Yuni memandang Riana dengan sorot mata yang penuh amarah, matanya menyala dalam dingin yang menghujam. “Tidak!” seru Yuni, nadanya tegas dan tak terbantahkan. 

“Keluarga itu sudah mempermalukan Mama! Mama tidak akan pernah merestui Fandy kembali pada perempuan itu. Walaupun sudah sembuh, Mama tidak akan pernah memberikan restu apalagi menyetujui dia menceraikan kamu.”

Yuni tidak bisa menerima kenyataan bahwa putranya, Fandy, masih berniat untuk kembali kepada Citra setelah perempuan itu sembuh. 

Sudah cukup baginya menahan amarah dan penghinaan ketika pernikahan mereka dibatalkan secara mendadak, hanya demi mengetahui belakangan bahwa alasan di balik pembatalan itu adalah penyakit yang Citra sembunyikan selama enam bulan terakhir. 

Keluarga Citra, baginya, tak hanya mempermalukan putranya tetapi juga mengorbankan martabat keluarganya sendiri.

“Bodoh! Bodoh kalau Fandy masih mencintai perempuan itu. Sudah tahu, keluarga Citra yang sudah membatalkan pernikahan itu. 

Itu artinya Citra sudah tidak menginginkan Fandy lagi. Brengsek, memang si Fandy ini,” geram Yuni, kemarahannya menggelegak tanpa kendali.

Riana hanya tersenyum tipis, pandangannya dingin, namun ada ketabahan yang tersembunyi di balik bibirnya yang tertutup rapat. 

Dia tahu betul sikap Fandy, bagaimana lelaki itu tak pernah benar-benar memperlakukannya dengan penuh cinta atau kasih sayang, namun tetap saja, sebagai istri yang terjebak dalam situasi ini, ia tahu batasan untuk berbicara.

“Ma,” bisiknya lirih, “Saya juga tidak mengharapkan pernikahan ini langgeng. Kalau bisa, saya ingin pisah saja dengan dia.”

Perkataan Riana membuat Yuni terkejut, dan tanpa berpikir panjang, perempuan itu jatuh berlutut di hadapan Riana, mengangkat kedua tangannya seolah merapal doa kepada Tuhan.

“Jangan, Nak,” katanya dengan suara lirih, penuh permohonan. “Mama mohon, jangan, Sayang. Mama tidak ingin kalian berpisah.”

Riana terperangah, mencoba menarik Yuni agar berdiri, namun Yuni menolak. “Ma… jangan seperti ini. Bangunlah, Ma!”

Yuni tetap menggelengkan kepalanya, suaranya bergetar penuh tekad. “Mama tidak akan bangun kalau kamu tidak mengiyakan permintaan Mama. Jangan cerai dengan Fandy, Sayang. Mama janji, Mama akan membuat Fandy mencintai kamu.”

Riana akhirnya mengangguk dengan berat hati, menyentuh tangan Yuni yang masih bergetar. “Iya, Ma. Saya tidak akan berpisah dengannya. Saya mohon, Ma, bangunlah.” Dengan lembut, dia menarik Yuni, membantunya untuk duduk kembali di sofa.

Yuni menatap Riana dengan penuh tekad, seperti ibu singa yang bersumpah melindungi anaknya. “Mama tidak ingin Fandy kembali pada Citra. Tanpa mereka sadari, mereka sudah membuat kami terluka. Fandy memang bodoh! Tapi, Mama akan memberi pelajaran padanya!”

“Jangan, Ma…” Riana berbisik dengan nada takut, hampir seperti gumaman. “Fandy akan memarahi saya karena Mama tahu apa yang dia rencanakan. Dia terlalu arogan menurut saya, Ma. Dia bisa… membunuhku kalau tahu, saya bercerita semuanya pada Mama.”

Riana menghela napas pelan, menyembunyikan ketakutan di balik kata-katanya. Fandy bukan hanya seorang lelaki yang bertindak sesuka hatinya; dia bisa menjadi sosok yang begitu menakutkan saat marah. 

Pernah suatu kali, ia kehilangan kendali, dan itu meninggalkan jejak dalam ingatan Riana. Keterbatasannya melawan, kelemahannya, semua itu membuat dia tak bisa melawan saat situasi memanas.

Yuni menggigit bibirnya, menahan amarah. “Mama pikir, Fandy akan melupakan perempuan itu. Rupanya tidak. Malah ingin menunggunya sampai sembuh dan akan menceraikan kamu kemudian menikah dengan dia. Kurang ajar!” serunya penuh kejengkelan. “Seharusnya dia berterima kasih pada kamu karena sudah bersedia menggantikan Citra.”

Di dalam hati Yuni, tersimpan kekecewaan yang mendalam pada putranya, putranya yang hanya mempermalukan dirinya dan keluarganya. 

“Tanpa kamu, Riana, mereka semua akan menertawakan keluarga kita. Mama tak akan membiarkan itu terjadi. Kamu harus tahu, kita semua berterima kasih atas pengorbananmu,” ujarnya dengan penuh empati.

Riana hanya bisa menganggukkan kepala. “Kalau begitu, Ma, saya akan berusaha sebaik mungkin,” ucapnya, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Mungkin keinginannya untuk berpisah hanya akan menjadi mimpi yang tak pernah terwujud.

Yuni berdiri, mengusap mata yang mulai basah, lalu menghela napas. “Mama harus pulang sekarang. Kalau ada apa-apa, hubungi Mama. Jangan diam saja.”

Riana tersenyum tipis. “Iya, Ma. Saya akan menghubungi Mama kalau ada sesuatu.”

Setelah Yuni pergi, rumah itu terasa sunyi kembali. Riana duduk termenung, memandangi ruang kosong yang kini terasa seperti cangkang kosong. Jam dinding menunjukkan pukul tiga sore, saatnya berangkat kerja. 

Malam ini, ia merasa sedikit lega, sebab ia akan pulang larut malam, dan Fandy mungkin sudah tidur, memberinya waktu untuk menikmati kedamaian sementara.

Saat tiba di hotel, Vivi, rekannya, langsung mendekat. “Riana! Kemarin kamu ke mana? Kok nggak masuk?” tanya Vivi penasaran.

“Oh, kemarin ada urusan mendadak, Vi. Makanya nggak masuk,” jawab Riana beralasan, sambil mencoba tersenyum.

Vivi mengangguk. “Aah, baiklah. Eh, tolong bersihkan kamar nomor 203, ya. Aku mau ke lantai lima dulu, ada pasangan pengantin baru yang mau ketemu aku.”

“Pengantin baru? Siapa?” tanya Riana, sedikit tertarik.

Related chapters

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 8: Statusmu tak Lebih dari Sekadar Istri Pengganti

    “Siapa lagi, kalau bukan Pak Fandy. Kemarin kan dia menikah sama pujaan hatinya,” jawab Vivi tanpa sadar, tak tahu bahwa Riana adalah orang yang dimaksud.Riana hampir ingin tertawa mendengar ucapan Vivi yang polos itu, namun rasa getir dalam hatinya membuatnya hanya tersenyum lemah. “Baiklah, silakan, Vivi,” ujarnya dengan suara yang dipaksakan ceria.‘Rupanya tidak semua orang tahu kalau pengantinnya adalah aku,’ pikir Riana dalam hati. ‘Pengantin pengganti yang terpaksa menerima pernikahan itu karena dia sudah merenggut kesucianku.’Dalam hati, Riana masih merasakan kepedihan yang tak terucapkan. Sekalipun kini menyandang status sebagai istri Fandy, hatinya terasa hampa, seperti jiwanya tak pernah benar-benar menyatu dengan lelaki itu. Dia tak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berakhir dalam ikatan tanpa cinta, namun itulah takdir yang kini ia jalani.Riana berjalan menuju kamar yang harus ia bersihkan. “Aku harus mengunci kamar ini supaya tidak ada yang masuk ke dalam kamar

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 9: Ingin punya Cucu

    “Apa yang ingin Mama bicarakan?” tanyanya dengan rasa penasaran yang tertahan.“Datang saja. Banyak hal yang perlu kita bicarakan. Tentunya sangat penting. Mama tunggu jam tujuh malam ini,” jawab Yuni sebelum menutup telepon, meninggalkan kesan misterius yang mencekam.Fandy menghela napas berat dan meletakkan ponselnya di atas meja. Tatapannya kosong, berpikir keras tentang topik apa yang akan dibahas malam ini. Mengalihkan perhatian, ia berbalik ke arah Riana yang berada di ruangan yang sama dengannya.“Kita bicara soal masalah pribadi. Kamu, baru saja bertemu dengan Mama?” tanyanya curiga.Riana, yang sedari tadi terlihat tenang, menggeleng pelan. “Tidak. Memangnya kenapa? Untuk apa aku bertemu dengan Mama kamu? Ada hal yang harus aku lakukan?” tanyanya sambil menatapnya lurus, seolah mempertanyakan kecurigaan Fandy.Fandy mempersempit pandangan matanya, mencoba membaca ekspresi Riana yang terlihat tenang. “Lalu, kenapa Mama ingin bertemu denganku dan ada yang ingin dia bicarakan.

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 10: Menyiksamu!

    Fandy mendesah. Ia tahu tuntutan ini bukan hanya tentang keinginan Yuni untuk memiliki cucu, tetapi juga usaha sang ibu untuk memaksanya menjauh dari Citra. Yuni ingin ia berhenti mencintai Citra dan fokus pada keluarga baru yang kini ia miliki bersama Riana.“Belajar mencintainya, Fandy. Jangan hanya ingin tidur dengannya saja. Kamu punya hati, gunakan hati itu untuk mencintai istri kamu sendiri,” ucap Yuni dengan nada tajam.“Pernikahan ini memang awalnya hanya untuk mencari pengganti Citra. Tapi, Mama lihat kalau Riana ini jauh lebih baik dari Citra. Dia pun rela menikah denganmu hanya karena tidak punya tempat tinggal.“Lebih baik kamu belajar mencintai istrimu sendiri, Fandy. Karena Mama yakin, kamu masih mencintai perempuan tidak bertanggung jawab itu. Alasan berobat, padahal memang ingin membatalkan pernikahan itu!”Fandy menggeleng tak terima, menatap ibunya dengan wajah terluka. “Kenapa Mama begitu membencinya? Dia lagi sakit, Ma. Harusnya Mama paham dong!” sergahnya, tak rel

    Last Updated : 2024-10-31
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 11: Kedatangan Tamu

    “Fandy!” pekik Riana, meronta mencoba menjauh dari Fandy, meskipun di lubuk hatinya ia tahu sekeras apa pun ia melawan, sia-sia.Meski status istri melekat padanya, Riana tak pernah menginginkan diperlakukan seperti ini oleh lelaki yang mengaku suaminya itu.“Jangan pernah berharap aku akan melepaskan kamu, Riana!” ucap Fandy penuh penekanan, dengan nada serak yang terdengar beringas.“Dan ingat! Aku tidak takut dengan ancaman Mama. Aku akan tetap kembali pada Citra setelah dia sudah kembali ke Indonesia. Aku hanya mencintainya!” Fandy melanjutkan dengan suara yang berbisik dingin, sebelum akhirnya menyatukan dirinya pada Riana tanpa peduli akan protes dan rasa sakit yang terlukis di wajah wanita itu.Riana menggigit bibir, menahan jeritan yang tertahan di tenggorokannya. Rasa sakit menusuk tubuhnya, namun Fandy tetap tak bergeming, memperlakukannya dengan kejam tanpa mempedulikan tangisan yang samar-samar terdengar di telinganya."Bedebah gila!" pekiknya, merasakan tubuhnya diguncang

    Last Updated : 2024-11-01
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 12: Seperti Orang Asing

    Dengan hati-hati, Riana mendorong meja berisi hidangan menuju ruang VIP. Ia melangkah masuk setelah mengetuk pelan, mencoba menyembunyikan gugup yang merayap di dalam hatinya.Ruangan itu terasa hangat dan dipenuhi dengan tawa kecil dan percakapan akrab di antara para pria yang sedang duduk di sana.“Permisi,” ucap Riana pelan, sebelum mendorong meja ke dalam ruangan. Senyum kecil ia bentangkan saat menyusun hidangan di atas meja untuk Satya."Terima kasih," Satya menatapnya dengan senyum lembut yang menenangkan, membuat Riana sedikit mengendurkan ketegangan dalam dirinya."Sama-sama," balas Riana dengan sopan.Herman, ayah dari Satya dan Fandy, menatapnya dengan senyum penuh kebapakan. "Riana, tetap di sini sebentar. Ini Satya, kakak iparmu," ucapnya memperkenalkan dengan nada penuh kehormatan.Satya menatap Riana dengan alis terangkat. Matanya penuh dengan rasa ingin tahu dan sedikit bingung. "Kok dia? Bukannya Citra? Aku baru lihat wajahnya sekarang. Namanya siapa tadi?" tanyanya s

    Last Updated : 2024-11-01
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 13: Istrinya atau Pembantunya?

    Malam sudah larut, jam berdentang dua belas, dan angin terasa dingin menusuk hingga ke sumsum. Di sudut gelap parkiran hotel, Riana duduk di atas jok motornya, bersiap pulang setelah jam kerjanya yang panjang.Pandangannya sejenak tertuju ke jalanan yang lengang, seolah mencari sesuatu di kejauhan, sebelum suara pelan memanggil namanya.“Riana?”Dimas muncul dari kegelapan, menghampirinya dengan langkah perlahan yang seperti menembus kabut malam. Wajahnya setengah tersenyum di bawah cahaya temaram.“Iya, Dimas?” Riana menoleh, memasang helmnya dengan gerakan anggun namun terburu.“HP kamu ketinggalan.” Dimas mengulurkan benda kecil itu, ponselnya, yang bersinar redup seperti memberi tahu hal penting yang tertunda.“Oh, astaga. Thanks, Dim,” sahutnya sambil meraih ponsel dari tangan Dimas. Jemari mereka hampir bersentuhan, dan ada jeda yang terasa lama—atau mungkin itu hanya di benak Dimas

    Last Updated : 2024-11-02
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 14: Jangan Mencampuri Urusanku!

    Lelaki itu, masih diliputi keangkuhan yang kental, menatap Riana yang tengah sibuk dengan masakan di dapur. “Buatkan aku sup pereda pengar. Sup tauge,” titahnya, nadanya datar, nyaris tanpa ekspresi.“Ya,” jawab Riana pendek. Kata-katanya tercekat, hanya sepatah dua yang keluar, seakan menyimpan seluruh perasaan yang mendidih di dalam.Fandy memandang punggung Riana, ada sesuatu yang ganjil yang tak bisa ia abaikan. Wajah Riana yang keras kepala dan teguh seolah menantang untuk dikenal lebih dalam, tetapi harga dirinya terlanjur menahannya.“Riana!” panggil Fandy dengan suara yang nyaris dingin.“Ya?” sahut Riana lagi, suara yang terkesan acuh, sekilas menusuk ke relung keangkuhan Fandy.“Jangan dekat-dekat Kak Satya,” ujarnya pelan namun tegas, mengabaikan tatapan penuh kecurigaan Riana. “Dia bukan orang sembarangan, dan kamu harus tahu… dia tidak menyukai perempuan seperti k

    Last Updated : 2024-11-02
  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 15: Memanggil nama Citra

    Pagi tiba dengan warna-warna lembut yang mengintip di antara gorden jendela. Dengan hati yang setengah ragu, Riana berdiri di dapur, memasak sup untuk Fandy, mencoba mengusir sisa mabuk yang melekat padanya."Aku akan berhenti jadi istri Fandy setelah Citra kembali," bisiknya pada dirinya sendiri, suara yang bergetar oleh keraguan. "Tapi... bagaimana jika Mama tidak setuju? Apakah selamanya aku akan terjebak dalam bayang-bayang wanita yang tak pernah kulihat?"Suara langkah berat di belakangnya menghentikan pikirannya. Fandy berjalan mendekatinya, tatapan datar menghiasi wajahnya, sisa malam tadi masih tampak di garis-garis wajahnya. "Apa yang sedang kamu buat?" tanyanya, suaranya rendah, nyaris tanpa emosi."Sup pereda pengar, untukmu," jawab Riana, suaranya terdengar lebih dingin dari udara pagi, dan pandangannya terarah lurus ke panci sup.Fandy menghela napas, perasaan yang terpendam menyelimuti suasana. "Aku akan mandi," ucapnya sebelum beranjak perg

    Last Updated : 2024-11-03

Latest chapter

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 77: Fandy sudah Berubah

    "Kenapa, Viona? Tidak senang kalau Kak Satya mau kembali mencari pasangan?" suara Fandy tiba-tiba memecah lamunannya, nadanya terdengar ringan namun menyentuh tepat di inti pikirannya.Viona menggeleng cepat, hampir seperti gerakan otomatis untuk menyembunyikan kegundahannya. "Nggak," jawabnya dengan senyum tipis yang dipaksakan. "Aku sangat senang sekali karena akhirnya Kak Satya mau membuka hatinya dan mau jatuh cinta lagi.Itu akan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri untukku," tambahnya, berusaha meyakinkan bukan hanya Fandy, tapi juga dirinya sendiri.Fandy menyunggingkan senyum tipis, seperti seseorang yang tengah menikmati ironi kehidupan. "Itu sudah menjadi momen paling ditunggu oleh Mama dan Papa. Aku pun tidak tahu siapa orang yang sedang ia usahakan untuk menjadi kekasihnya."Viona menelan salivanya perlahan, matanya melirik ke arah Fandy, mencari petunjuk apakah ada yang dia sembunyikan."Semoga Kak Satya segera menemukan tambatan hatinya," ucapnya lirih, suara itu terdeng

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 76: Harusnya Senang

    Fandy melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu terasa seperti pasir halus yang terus meluncur di dalam jam pasir, tak pernah berhenti, tak pernah kembali. "Sudah sampai kayaknya. Kamu mau ikut atau mau di sini saja?" tanyanya lagi, nadanya datar tapi penuh perhatian."Ikut," jawab Viona dengan cepat, suaranya terdengar seperti bisikan angin yang melintasi celah sunyi."Sudah satu minggu ini aku tidak melihat Mama. Bahkan semenjak menemani Kak Satya di sana pun dia nggak menghubungiku." Matanya menunduk, dan ada bayang kesedihan yang mengintip di balik bulu matanya.Rasanya seperti kehilangan sosok ibu kandung sendiri, Yuni yang biasanya hangat kini terasa jauh, dingin seperti musim dingin di Amerika.Fandy, seolah merasakan getar emosi itu, mengulurkan tangannya dan mengusap lembut lengan istrinya. Sentuhannya seperti sinar matahari pagi, hangat dan menenangkan."Ya sudah, sekarang kita jemput Mama di bandara. Yuk!" katanya dengan senyum kecil yang mencoba mencairka

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 75: Kondisinya Mulai Membaik

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam, dan gelap malam seperti kain beludru hitam mulai merangkul langit.Angin dingin mengelus lembut kaca jendela, menciptakan alunan samar yang hampir seperti bisikan. Viona dan Fandy baru saja melangkah melewati pintu rumah, membawa aroma samar obat-obatan dari kunjungan mereka ke rumah sakit."Aku buatkan makan malam dulu. Kamu pasti lapar," ucap Fandy seraya membantu Viona duduk di ranjang yang kini terasa seperti singgasana rapuh.Viona menatapnya dengan alis yang terangkat setengah. "Emang bisa masak?" tanyanya, nada skeptisnya seperti jarum yang menusuk kepercayaan diri Fandy."Kamu meremehkan aku?" Fandy mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya menyusuri wajah Viona seperti seorang pemburu yang menantikan reaksi mangsanya.Dengan cepat, Viona memundurkan wajahnya, seolah hawa panas dari keberadaan Fandy terlalu membakar. "Jangan dekat-dekat, bisa?" katanya, tatapan matanya dingin dan tajam seperti ujung pedang yang baru diasah.Fandy mundu

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 74: Tidak Takut

    Perempuan itu menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Baru-baru ini juga, aku tahu kalau Pak Fandy suaminya Viona," ucapnya menjelaskan.Dimas menghela napas kasar seraya menatap Viona yang tampak biasa saja kala Dimas tahu bila dirinya adalah istrinya Fandy. Tentu saja seperti itu sementara dirinya tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Dimas.Pria itu lantas tersenyum tipis. Ia hanya bisa pasrah dan menata kembali pikirannya tentang Fandy dan juga Satya yang memang seringkali memanggil Viona."Semoga langgeng, yaa. Dan untuk saat ini, semoga cepat sembuh," ucapnya dengan pelan.Viona menganggukkan kepalanya. "Terima kasih sudah menjenguk.""Sama-sama. Aku pamit ke toilet sebentar, yaa."Maya menganggukkan kepalanya kemudian duduk di samping Viona dan mengulas senyumnya."Dimas, menyukai Viona?" tanya Fandy kepada Maya.Perempuan itu kemudian menolehkan kepalanya dengan pelan kepada Fandy, lalu menganggukkan kepalanya. "Iya,

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 73: Sudah Tahu

    Pria itu menganggukkan kepalanya. “Dia hanya punya teman yang mendirikan hotel di sana. Sekadar membantunya. Yang dia lakukan di sana adalah berobat. Satu tahun menjalani terapy dengan dokter di sini, tidak ada hasil. Akhirnya dokter yang merawat Kak Satya merekomendasikan agar menjalani terapy di Amerika.”Viona menghela napas panjang. “Separah itu rupanya, trauma yang dirasakan oleh Kak Satya,” ucapnya pelan.“Bukan hanya itu, Viona.”Viona menolehkan kepalanya dengan pelan kepada suaminya itu. “Ada lagi?” tanyanya kemudian.“Ya. Pria itu … pria yang berhubungan badan dengan Arumi melakukannya juga pada Kak Satya.”Viona membolakan matanya dengan mulut menganga. “A—apa? Maksud kamu ….”Fandy menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Dia tidak ingin disentuh oleh siapa pun setelah kejadian itu. Hampir satu bulan lamanya mengurung di kamarnya. Samp

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 72: Telah Membohongi Viona

    Sayup-sayup Viona membuka matanya. Ruangan itu terasa asing baginya. Tidak ada siapa pun di sana yang menemaninya. Sembari memegang kepalanya yang terasa pening, perempuan itu mengedarkan pandangannya di sekitaran ruangan tersebut.“Ssst ….” Viona merintih pelan kemudian memegang keningnya yang sudah diperban. “Di mana ini?” tanyanya seraya mengedarkan pandangannya di sekitaran ruangan tersebut.Cklek!Fandy datang menghampiri Viona kemudian dengan cepat duduk di samping perempuan itu. “Sudah siuman, Viona. Bagaimana perasaanmu?” tanyanya dengan pelan.“Kamu habis dari mana?” tanyanya ingin tahu.Fandy menelan salivanya dengan pelan. “Mengurus penerbangan Kak Satya ke Amerika. Kejadian semalam, kamu masih ingat?” tanyanya kemudian.Viona membolakan matanya. “Heuh? Hari ini juga? Memangnya kondisinya sudah baik?” tanyanya kemudian. Ia menganggukkan kepalanya dengan

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 71: Penyakit Satya Kambuh

    Di sisi lain ruangan, Satya tetap sibuk dengan rekaman yang terus diputar. Satu demi satu wajah muncul di layar, menjadi saksi atas rahasia gelap yang tersembunyi di balik tirai tebal hotel ini. Satya menghela napas kasar, jemarinya mengepal erat hingga buku-bukunya memutih.“Kebanyakan pada shift malam,” gumamnya lirih. Tatapannya kembali tertuju pada Viona, yang tak sadar dirinya menjadi pusat kekacauan ini.“Viona, perempuan baik-baik seperti kamu, ikut tercoreng namanya hanya karena ulah segelintir karyawan yang rela memberikan tubuhnya pada pria haus birahi.”Ia menutup wajah dengan kedua tangannya, merasakan campuran lelah, marah, dan getir yang tak kunjung sirna. Saat ia menghela napas panjang, senyum lirih muncul di sudut bibirnya—bukan senyum kebahagiaan, melainkan semacam harapan samar yang ia tujukan untuk perempuan itu.‘Semoga kejadian ini tidak pernah terulang lagi, Viona.’ Kalimat itu menggema dalam hatinya, sebuah janji tak terucap yang ia titipkan pada dirinya sendiri

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 70: Terlalu Berlebihan

    Maya menelan salivanya pelan, matanya menyipit seolah mencoba membaca pikiran Dimas. Setelah beberapa detik terdiam, ia berkata dengan nada yang lebih serius, “Tidak mungkin, Dimas.” Suaranya tegas namun tetap lembut.“Pak Satya hanya membela mana yang benar. Kalau bukan Viona yang difitnah, siapa pun yang ada di posisi itu pasti akan dibelanya. Dia punya hati dan perasaan, Dimas. Dia tidak pernah membiarkan ketidakadilan terjadi di depan matanya.”Dimas mendesah panjang, seolah membiarkan kata-kata Maya meresap ke dalam benaknya. “Tapi di hotel lain, biasanya karyawan yang seperti Viona sudah pasti dipecat, apalagi kalau ada masalah dengan tamu. Pak Satya malah turun tangan sendiri. Itu yang bikin aku heran,” gumamnya pelan, suaranya hampir tenggelam oleh desau pendingin ruangan.“Itu karena Pak Satya bukan bos biasa,” sahut Maya dengan mata yang berbinar penuh keyakinan. “Dia tahu betul apa yang terjadi, Dimas. Dia membela Viona karena dia tahu gadis itu hampir diperkosa. Apa kamu k

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 69: Kecurigaan Dimas

    Satya hanya menghela napas panjang, tangannya terangkat untuk menggaruk alis. Ia tidak terpengaruh oleh provokasi murah itu, tetapi kejengahan jelas terlihat di wajahnya.Dalam hatinya, ia sempat merenung. Fandy mungkin seperti itu. Tapi aku? Tidak. Bahkan menyentuh perempuan saja aku sudah tidak sanggup.Pandangan Satya melirik Viona yang duduk diam di sudut ruangan, matanya penuh luka yang tersembunyi. Tapi kenapa dengan Viona semuanya terasa baik-baik saja? Apakah aku sudah sembuh? Pikirannya berputar, mencari jawaban atas perasaan yang tiba-tiba muncul.Namun ia segera membuang jauh pikiran itu. Viona adalah adik iparnya, dan Fandy sudah berjanji akan menjadi suami yang baik untuknya—meski semua itu sekarang tampak seperti janji kosong.Lima belas menit berlalu, sirine polisi terdengar dari luar. Orang-orang di hotel mulai berkerumun, bisik-bisik memenuhi lorong. Banyak yang mengira bahwa Viona-lah yang akan dibawa ke kantor polisi.“Selamat malam,” sapa seorang petugas, suaranya

DMCA.com Protection Status