“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Embun Ganita mengira jika pernikahannya dengan Tuan Danar Yudistira ialah pernikahan impiannya. Namun ternyata di luar dugaan, Embun telah dijual oleh ayahnya kepada Tuan Danar hanya untuk melahirkan seorang bayi lelaki untuk Tuan Danar dan istrinya tanpa sepengetahuannya. Terpaksa Embun kehilangan bayi lelakinya dan diceraikan oleh Tuan Danar. Ia pun bersumpah akan merebut kembali putranya dan membalaskan dendam pada seluruh keluarga Yudistira tanpa terkecuali. Mampukah Embun mewujudkan keinginannya? Ataukah memaafkan Tuan Danar yang ternyata masih mencintainya? @pie_mar2023
View MorePasha telah bermimpi beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir. Dalam mimpinya, ia berdiri di sebuah taman luas, matahari bersinar hangat, angin bertiup lembut. Lalu, dua anak kecil berlari ke arahnya. Dua anak lelaki. Mereka berwajah sama. Keduanya memiliki mata yang tajam seperti dirinya. Rambut mereka hitam, sedikit berantakan. Mereka tersenyum ceria, berlari sambil memanggilnya. [Papa!]Pasha selalu terbangun dengan napas memburu setiap kali mimpi itu datang. Kini, setelah mendengar cerita Jeena, sebuah firasat kuat menghantamnya. [Jeen,] suaranya terdengar lebih serius. [Bagaimana jika anak itu… anakku?]Jeena terdiam di tempatnya, ponsel masih menempel di telinganya. Kata-kata Pasha bergema di kepalanya, seperti gema yang enggan mereda. [Bagaimana jika anak itu… anakku?]Di seberang telepon, Pasha terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang. Jeena mengerjap, merasa seperti mendengar sesuatu yang salah. Ia menggigit bibirnya, jantungnya berdetak lebih
Jeena melangkah pelan di sepanjang trotoar kota kecil itu, tangannya menggamit lengan Manggala. Udara sore membawa hembusan angin hangat yang mengelus pipinya, sementara cahaya matahari yang meredup membuat segalanya tampak lebih tenang. “Kau yakin ini lokasi proyek yang kita cari?” tanya Jeena, melirik sekeliling. Saat ini Jeena pulang di sela-sela kegiatan kampusnya yang longgar. Ia memilih menemani suami tercinta melakukan survey ke beberapa tempat.Manggala mengangguk. “Ya. Tanah di pinggiran kota ini cukup potensial. Jika proyek ini berjalan, daerah ini bisa berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan, Yang,” Jeena mengangguk, meskipun pikirannya melayang ke tempat lain. Ia merindukan Bagas. Sudah lama ia tidak tahu kabar tentangnya. Pergi ke tempat pelosok selalu membawa nostalgia yang sulit dijelaskan. Namun, takdir sering kali memiliki cara aneh untuk membawa masa lalu kembali ke hadapan seseorang. Saat langkah mereka mendekati sebuah butik kecil di ujung jalan, mata
Laila mundur perlahan, matanya membulat saat melihat ekspresi Beryl yang entah kenapa malam ini terlihat sangat berbahaya. “Kak, kau kenapa menatapku seperti itu?” tanyanya dengan suara lirih, tubuhnya menempel ke dinding seperti seekor cicak, seakan berharap bisa menembusnya dan kabur. Beryl menyilangkan tangan di dada, bibirnya terangkat sedikit. “Kenapa? Aku hanya menatap istriku yang manis ini. Gak boleh emang?”Laila semakin waspada. Beryl tidak pernah bicara selembut itu. Apalagi dengan ekspresi seperti itu. “Jangan macam-macam, ya,” ancamnya, menunjuk Beryl dengan jari telunjuknya yang mungil. Beryl melangkah pelan mendekat. “Macam-macam bagaimana?”Laila makin panik. “Kak! Aku serius! Aku masih harus banyak istirahat!”Laila cukup trauma saat ia memergoki suaminya di kamar mandi. Ia terkejut saat melihat kejantanan suaminya yang besar. Ia menjadi takut menghadapi malam pertama dengan segala skenario aneh di kepalanya. Ia takut milik suaminya melukainya dan sebagainya.“
Selina berdiri di depan rumah sakit dengan kotak makan siang di tangannya, menggenggamnya erat seolah-olah itu adalah harapan terakhirnya. Angin dingin Manhattan menusuk kulitnya, tetapi ia tidak peduli. Matanya menerawang ke arah pintu utama rumah sakit, menunggu sosok yang sudah memenuhi pikirannya sejak lama.Tak lama kemudian, Pasha keluar dengan langkah cepat, mengenakan jas dokternya yang memberi kesan tegas dan profesional. Wajahnya terlihat lelah, mungkin karena jam panjang dalam masa magangnya. Saat melihat Selina berdiri di sana, ia terkejut sejenak, lalu menarik napas dalam sebelum melangkah mendekat.“Selina… kenapa kamu di sini?” suaranya terdengar tenang, tetapi ada nada kehati-hatian di dalamnya.Selina tersenyum kecil, meski matanya menyiratkan kegelisahan. “Aku bawakan makan siang untukmu. Aku ingat kamu suka sandwich ayam dan salad buah. Kamu pasti sibuk dan lupa makan.”Pasha menatap kotak itu dengan ragu. Ia tahu maksud Selina lebih dari sekadar perhatian. Ini bukan
Hujan rintik-rintik mengguyur kota saat Rosa melangkah keluar dari mini market tempatnya bekerja. Tangannya menangkup perutnya yang mulai membesar, merasakan gerakan kecil dari dua nyawa yang tumbuh dalam dirinya. Ia tersenyum tipis, bukan karena kebahagiaan, tetapi karena tekad yang semakin menguat dalam dirinya.“Ros, pulanglah dulu. Hujan semakin deras,” suara Dahayu Ilyas menghentikan langkahnya. Wanita paruh baya itu sudah menganggap Rosa seperti anaknya sendiri sejak ia menyelamatkannya dari perampokan sebulan yang lalu.“Tidak apa-apa, Bu. Saya membawa payung,” jawab Rosa, meskipun sebenarnya ia merasa tubuhnya semakin lemah. Kehamilan ini tidak mudah, hamil dua janin membuatnya cepat letih, tetapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bertahan, untuk membesarkan anak-anaknya dengan baik tanpa menuntut siapa pun bertanggung jawab. Ia merasa tidak pantas meminta pertanggungjawaban pada Pasha.Apalagi, ia dengar rumor yang mengatakan bahwa Pasha tinggal di Manhattan bersam
Di dalam mobil, Beryl sesekali melirik ke arah istrinya yang duduk manis dengan mata berbinar. Laila tampak begitu bersemangat ingin segera sampai di rumah Jeena. Ia bahkan terus membicarakan Sagara, bocah kecil lucu yang sudah dianggapnya seperti keponakan sendiri. Alih-alih menghabiskan waktu berdua sebagai pengantin baru, Laila ingin menghabiskan waktu dengan Sagara sebelum pergi ke Malaysia untuk melanjutkan terapi yang sempat tertunda.“Kita ini pengantin baru, tahu?” keluh Beryl akhirnya. “Harusnya kita pacaran berdua, bukan kamu sibuk main sama bocil ingusan!”Laila tertawa kecil. “Sagara itu bukan bocil ingusan, Kak! Dia putra Jeena yang tampan dan menggemaskan! Anak itu cerdas dan aku menyukainya.”Beryl mendengus, pura-pura cemburu. “Jadi aku nggak lebih menggemaskan dan cerdas dari Sagara?”Laila menatap suaminya sambil tersenyum jahil. “Kamu? Hmmm, lebih mirip bayi raksasa yang rewel!”Beryl hampir saja memarkir mobil di pinggir jalan dan menyandera istrinya dengan serangan
Rosa merintih pelan, rasa nyeri mencengkeram perutnya saat tubuhnya terguncang di dalam mobil. Wanita tua di sampingnya menggenggam tangannya erat, wajahnya pucat penuh kekhawatiran. Ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Rosa. Rosa mengalami pendarahan akibat ingin menyelamatkan dirinya dari perampok.“Tahan, Nak… kita sudah hampir sampai,” ujar wanita itu dengan suara gemetar. Darah masih mengalir di antara pahanya, membasahi celana dan kursi mobil. Matanya berkunang-kunang, tapi ia tetap sadar. Ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada rasa sakit ini—janinnya. Sial, Rosa lupa jika dirinya sedang hamil.Sesampainya di rumah sakit, pintu mobil langsung dibuka oleh seorang perawat laki-laki yang sigap. “Pasien hamil dengan perdarahan?” tanyanya cepat. Wanita tua itu mengangguk panik. “Ia melawan perampok untuk menolongku! Tolong selamatkan dia… dan bayinya!” katanya dengan suara yang gemetar. Air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya.Tanpa membuang waktu, mereka membaw
Sulis menyesap teh hangatnya sambil melirik putranya yang duduk di sofa dengan wajah muram. Beryl menunduk, sesekali memainkan jemarinya di atas meja, pikirannya jelas sedang berkecamuk. Kali ini pria berhidung bangir itu mendapat teguran keras dari ibunya, akibat insiden semalam. Sulis memergoki Beryl mencumbu Laila. Namun sebagai seorang wanita yang berpengalaman, ia tahu akhir dari aktivitas untuk tadi pasti pergulatan panas di atas ranjang. Mungkin situasi akan normal, sebagai sepasang suami istri yang baru saja menikah, mereka akan menikmati momen malam pertama. Masalahnya, Laila masih sakit. Tubuhnya belum siap untuk semua itu. Seharusnya, Beryl bisa menahan diri dan sedikit bersabar hingga Laila benar-benar siap.Sulis menghela napas, lalu meletakkan cangkirnya. “Beryl, Mommy tahu kamu sayang sekali sama Laila. Tapi soal hak-hakmu sebagai suami, mungkin kamu harus bersabar dulu. Bukankah dokter juga sudah memberikan weyangan padamu? Jangan pura-pura amnesia! Ingat, pernikaha
Beryl menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Aku akan menghadapinya. Jangan khawatir. Laila bobo aja ya,”Laila menggeleng lemah. “Aku ikut. Kenapa mereka tiba-tiba datang? Pasti ada sesuatu yang penting,” katanya dengan nafas yang terengah.Namun Beryl bukan fokus pada perkataan Laila, tatapannya justru fokus pada bibir Laila yang merah dan bengkak. Rasanya, ia ingin meraup bibir manis itu lagi.“Tunggu sebentar ya, Sayang,” imbuh Beryl begitu lembut pada istrinya.Beryl mengecup keningnya dengan lembut sebelum beranjak menuju pintu. Dengan perasaan yang masih bergolak, ia membuka pintu kamar pengantin itu, menghadapi dua sosok yang berdiri dengan ekspresi penuh tanda tanya di ambang pintu.Di hadapannya berdiri dua pria—Rahes dan Yuda. Ayah kandung dan ayah tiri Laila.“Ada apa malam-malam begini?” tanya Beryl, suaranya rendah namun jelas menunjukkan ketidaksenangan.Rahes melangkah masuk tanpa dipersilakan, diikuti oleh Yuda. Mata pria paruh baya itu menatap tajam ke pin
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments