“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Embun Ganita mengira jika pernikahannya dengan Tuan Danar Yudistira ialah pernikahan impiannya. Namun ternyata di luar dugaan, Embun telah dijual oleh ayahnya kepada Tuan Danar hanya untuk melahirkan seorang bayi lelaki untuk Tuan Danar dan istrinya tanpa sepengetahuannya. Terpaksa Embun kehilangan bayi lelakinya dan diceraikan oleh Tuan Danar. Ia pun bersumpah akan merebut kembali putranya dan membalaskan dendam pada seluruh keluarga Yudistira tanpa terkecuali. Mampukah Embun mewujudkan keinginannya? Ataukah memaafkan Tuan Danar yang ternyata masih mencintainya? @pie_mar2023
view moreTiba-tiba, seseorang menangkap tangan Levina.Levina refleks ingin menyerang, tapi pandangannya berputar. Dunia seolah bergoyang, napasnya pendek dan berat. Matanya bertemu dengan sepasang mata tajam milik Alby.“Levina!” suara Alby penuh kepanikan.Levina mencoba mengatakan sesuatu, tapi suaranya tersendat di tenggorokan. Matanya berkaca-kaca. Ia tidak bicara. Namun ini untuk pertama kalinya, Levina yang terkenal kuat, dingin dan misterius itu merasa ketakutan dan kepanikan. Jantungnya masih berdegup kencang, tapi kali ini bukan karena takut—melainkan karena keterkejutan yang luar biasa. Ia tidak menyangka jika Roger akan melecehkannya. Ia sangat syok. Insiden yang baru saja terjadi mengingatkannya pada memori tempo dulu yang pernah ia alami.Saat Levina masih duduk di bangku sekolah dasar, ia dilecehkan oleh gurunya di sekolah. Sejak saat itu ia berusaha mati-matian belajar bela diri.“Alby...?”Dalam hitungan detik, tubuh Levina ambruk ke tanah. Alby pun merasa panik. “Levina!” p
Levina menikmati suasana pantai di balkon kamar hotelnya. Ombak berderu pelan, langit keemasan mencerminkan kehangatan yang seharusnya ia rasakan di dalam hatinya. Namun, kenyataannya ia justru merasa gelisah. Sejak pertemuan pertamanya dengan Roger, putra teman ayahnya, ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.Roger memang tampan, berpakaian necis, dan memiliki senyum yang bisa membuat wanita jatuh hati dalam hitungan detik. Tapi Levina tahu, di balik pesona itu ada sesuatu yang tidak beres. Dari cara Roger berbicara, dari tatapan matanya yang terlalu tajam dan gerakan tangannya yang selalu berusaha menyentuhnya, Levina merasa ia harus tetap waspada.Hari itu, Roger mengundangnya untuk makan malam di restoran seafood mewah di tepi pantai. Awalnya, Levina ingin menolak, tapi Roger terlalu gigih. “Hanya makan malam santai, Levina. Kau bisa anggap ini sebagai pertemanan,” ujarnya dengan nada santai.Levina akhirnya mengiyakan, namun tetap membatasi diri. Ia mengenakan dress biru sederha
Langit sore berpendar jingga ketika Alby memarkirkan mobilnya di halaman rumah Ana. Ia keluar dengan langkah ringan, meski ada kegelisahan yang bersembunyi di balik tatapan matanya. Rindu dalam dadanya tak bisa lagi ia bendung. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Levina, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan wanita itu. Ia ingin mengajaknya pergi, mungkin sekadar mengobrol sambil menikmati kopi di kafe favoritnya.Setelah mengetuk pintu beberapa kali, Ana akhirnya membukakan pintu dengan senyum ramah. Namun, ekspresi wajahnya sedikit berubah ketika melihat Alby berdiri di ambang pintu.“Alby? Ada apa?” tanya Ana, meski sudah bisa menebak alasan kedatangannya.Alby mengusap tengkuknya, sedikit canggung. “Aku mau ketemu Levina, Tante. Dia ada?”Ana tersenyum tipis, lalu menghela napas pelan. “Levina sedang pulang kampung. Dia izin libur beberapa hari untuk mengunjungi keluarganya.”Alby tertegun. Matanya berkedip beberapa kali, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
Ana mulai mencurigai sesuatu. Beberapa kali ia melihat Alby dan Levina berbincang diam-diam. Tidak seperti biasanya. Mata Ana mengerut curiga, tetapi ia memilih diam. Hanya mengamati dari jauh.Pertama Alby mau menjemput Jeena di bandara. Tunggu, bukan pertama kali. Tapi setahun yang lalu, Alby juga mengantar Jeena ke bandara! Tentu saja, bukan karena tidak ada supir. Alby memang tengah melakukan pendekatan pada Levina. Seperti saat ini, saat yang lain sibuk mengobrol dengan Jeena di ruang tamu, di taman belakang, Alby dan Levina tengah berdiri berhadapan. Seperti biasa, perdebatan kecil pun terjadi di antara mereka.“Kau terlalu keras kepala,” ucap Alby sambil menyilangkan tangan.“Dan kau terlalu sok tahu,” balas Levina, menghela napas panjang.Alby mengangkat dagunya. “Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kau tidak bisa terus bersembunyi di balik sikap dinginmu.”Levina terdiam. Tatapan matanya lebih lembut dari biasanya. “Alby, kenapa kau selalu ingin mengorek isi kepalaku?”“Kar
Levina menundukkan wajahnya, merasakan telapak tangannya yang mulai berkeringat. Ia tidak menyangka Alby akan mengatakannya secara gamblang seperti ini. Hatinya bergetar, tetapi pikirannya menolak. Ia tidak boleh percaya pada pria seperti Alby. Tidak boleh.Makan siang itu berakhir dalam keheningan. Jeena yang kembali dari toilet hanya mengangkat alis melihat atmosfer yang berbeda antara Levina dan Alby. Namun, ia memilih diam. Tidak mau mengusik apa yang sedang terjadi di antara mereka.Saat mereka kembali ke mobil, Levina tetap menjaga jarak dari Alby. Namun, pria itu tidak menyerah. Bahkan ketika mereka sudah tiba di depan rumah Ana, Alby masih bersikeras ingin berbicara.“Lev, aku serius dengan perasaanku,” ujarnya pelan, tetapi tegas.Levina menatapnya tajam. “Jangan buang waktumu, Alby. Aku tidak akan berubah pikiran.”“Aku tidak meminta jawaban sekarang. Aku akan menunggumu,” Alby tersenyum tipis. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku akan tetap ada. Sampai kapan pun.”Levina mena
Setahun berlaluBandara Internasional Soekarno-HattaJeena menghela napas lega saat pesawat mendarat dengan mulus di landasan. Setelah setahun di Manhattan, akhirnya ia pulang ke Indonesia. Selama ini ia hanya pulang beberapa kali ke Indo, selebihnya keluarganya yang rutin menjenguknya. Di sebelahnya, Levina tampak sibuk mengecek ponselnya, memastikan tidak ada pesan penting yang terlewat.“Akhirnya, pulang juga,” gumam Jeena sambil meregangkan tubuhnya. “Aku sudah kangen makanan Indonesia.”Levina hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Sebenarnya, hatinya sedang sedikit gelisah, meski ia sendiri enggan mengakuinya. Kenapa? Karena orang yang menjemput mereka bukan sembarang orang.Alby.Pria itu sudah menunggu mereka di pintu kedatangan, bersandar santai di mobilnya dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya. Dari kejauhan, ia terlihat seperti tokoh dalam film, menunggu dengan ekspresi tenang namun penuh keyakinan.Saat Jeena melihatnya, ia langsung tersenyum penuh arti. “Wah, wah…
Pasha memasuki kamar dengan langkah perlahan. Malam yang panjang baru saja ia lalui, mencoba menenangkan Selina yang nyaris mengakhiri hidupnya karena patah hati. Pikirannya masih kalut, rasa bersalah menggumpal di dadanya. Namun, saat matanya menangkap sosok Rosa yang tertidur di sofa, rasa bersalah itu semakin menyesakkan.Rambut panjang istrinya tergerai di atas bantal kecil. Napasnya terdengar teratur, wajahnya tampak begitu damai dalam tidur. Tapi Pasha tahu, Rosa pasti sudah lama menunggunya. Bahkan mungkin ia tertidur dalam kekhawatiran. Sejenak, ia hanya berdiri di ambang pintu, menatap wanita yang kini menjadi istrinya. Hatinya bergetar.Dengan hati-hati, ia melangkah mendekat, berlutut di samping sofa. Jarinya terulur, menyelipkan anak rambut Rosa yang jatuh ke wajahnya. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berbisik, “Rosa…”Kelopak mata Rosa bergerak perlahan. Sejenak, ia tampak bingung sebelum akhirnya kesadarannya pulih. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan. Tak a
Setelah Selina berhasil ditenangkan, Pasha, Dasha, Ana dan Sulis membawanya turun ke apartemen untuk beristirahat. Beryl pun ikut menemani, meninggalkan Alby dan Levina yang masih berdiri di rooftop, dikelilingi angin malam yang dingin.Alby akhirnya melangkah mendekat, berdiri di belakang Levina. Levina sedang memandang kerlap kerlip lampu kota yang begitu indah saat malam. Alby menatapnya dari belakang dan tanpa sadar bergumam, “Aku semakin kagum padamu, Lev.”Levina menoleh sekilas. Rambutnya yang tergerai berkibar diterpa angin malam membuatnya tampak cantik bahkan masih memakai piyama tidur yang dibalut jaket kulitnya. “Apa?”Alby tersenyum kecil. “Tidak ada. Kau luar biasa, itu saja.”Levina mengerutkan kening. “Jangan cari gara-gara di saat begini, Al.”Alby hanya terkekeh pelan. Tapi dalam hati, ia tahu satu hal.Ia baru saja melihat sisi lain dari Levina—dan semakin sulit baginya untuk mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh di hatinya.Alby menatap Levina dengan senyum menyeb
Pasha terdiam sejenak, seakan tak percaya. “Apa? Selina? Itu bukan urusanku lagi, Mami.”Ana menggeleng kuat. “Pasha, tolonglah… Mami gak peduli lagi soal dia, tapi keluarga besar menekan Mami untuk melakukan sesuatu. Mami sudah bilang gak mau ikut campur, tapi mereka terus mendesak.”Ana menghela nafas berat. Lalu ia melanjutkan kalimatnya lagi.“Tante Dasha sampai menghubungi nenekmu,”Mata Pasha menggelap, rahangnya menegang. Ia mendengus kesal. Drama apalagi yang dibuat oleh Selina. Seharusnya ia menikmati malam pengantinnya dengan tenang, tanpa ada gangguan.Pasha menoleh ke belakang. Ia tak ingin menyinggung perasaan Rosa sebagai istrinya. Seolah mengerti perasaan suaminya, Rosa menghampirinya. “Pergilah! Aku gak keberatan kok,”Bertolak belakang dengan hatinya yang sebenarnya keberatan. Namun apalah daya. Daripada terjadi apa-apa pada Selina, mungkin kemungkinan terburuk keluarganya akan menyeret Pasha. Ia tak mau kehilangan Pasha. “Sayang, aku pergi dulu ya. Baik-baik di rumah
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments