Share

Bab 5

Author: Piemar
last update Last Updated: 2024-09-04 22:39:09

Dua pekan sudah Embun berusaha menegarkan dirinya. Ia bertekad akan melanjutkan hidupnya. Ia akan mencoba mencari pengalaman baru bekerja di luar kota. Selain itu, ada hal yang mendesak pula sebagai alasan yaitu sang ayah yang ternyata masih terlilit hutang pada beberapa orang rentenir. 

Oleh karena itu, Embun akan mencoba peruntungan bekerja di kota kendati tidak memiliki pengalaman sedikit pun. Nyaris dua puluh satu tahun, Embun Ganita hanya menghabiskan waktunya di kota kembang. Setelah lulus sekolah menengah atas, Embun hanya menghabiskan waktunya di rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga, sejak dini hari hingga malam menjemput. Adapun Bibik Lilis mulai bekerja di rumahnya ketika Embun dinikahi oleh Danar. 

Sebetulnya, Bagas tidak memberikan ijin Embun pergi keluar kota. Ia sudah memiliki rencana lain setelah putrinya itu berhenti nifas. Namun untuk mengendalikan kondisi psikis Embun yang tengah hancur akibat kehilangan bayinya, ia mengijinkannya. Ia yakin, Embun tidak akan bertahan bekerja di kota. Tak mungkin!

Embun hanya lulusan SMA di kampung dan anak rumahan yang tidak mengenal dunia luar. Sebagian besar waktunya ia habiskan untuk berbakti pada ke dua orang tuanya. Berbeda dengan Yasmin-adik sambungnya. Ia bahkan bisa belajar hingga ke perguruan tinggi di ibukota.

Embun tidak pernah iri pada adiknya. Ia hanya tidak ingin merepotkan ke dua orang tuanya. 

“Dengar, Embun! Ini ponsel barumu! Kau harus menggantinya saat kau mendapat gaji pertama dari Tuan Raymond!”

Yasmin menyerahkan sebuah ponsel android pada Embun. Wanita bermata almond itu tidak menerima ponsel itu. Ia hanya menyematkan senyuman tipis pada adik sambungnya.

“Aku masih punya ponsel ini!” jawab Embun menunjukan sebuah ponsel model lama yang diperolehnya dari Bagas.

Yasmin meringis melihat ponsel milik Embun lalu ia menggeleng pelan.

“Kau sekarang pake ponsel ini! Ingat, ini tidak gratis! Kau harus membayarnya saat kau sudah mendapat gaji pertamamu! Kau bisa menyicilnya!”

Embun mengangguk pelan. Setelah dipikir-pikir, memang betul perkataan adiknya. Ponsel lamanya sudah jadul dan kurang berfungsi. Ia pun menerima ponsel itu. Di sana ada beberapa aplikasi yang bisa Embun gunakan untuk memesan kendaraan secara online.

Setelah berpamitan pada Bagas dan Indira, kini mereka pun berangkat bersama ke ibukota. Embun seketika terkejut saat tahu jika Yasmin tinggal di sebuah unit apartemen meskipun berbentuk studio. 

Pertanyaannya dari manakah Yasmin bisa mendapatkan uang untuk membeli apartemen itu?

“Biasa saja lihatnya! Kau tahu, aku sekarang bekerja freelance sebagai model iklan ya meski belum terkenal!” seru Yasmin yang kesal atas kehadiran saudarinya yang kampungan. Ia merutuki ke dua orang tuanya yang menyuruhnya membawa Embun serta merta di sana.

“Kau tidur di situ! Nanti kau bisa cari kontrakan! Aku tak mau kita serumah. Nanti teman-teman kampusku tahu, aku ‘kan malu punya saudara kampungan!” ucap Yasmin berhasil membuat hati Embun teriris sembilu. 

 Seburuk itukah dia di mata Yasmin?

Yasmin menudingkan jarinya ke arah ruang tamu minimalis itu. Ia menyuruh Embun tidur di atas karpet. 

Sebetulnya tujuan Embun pergi ke sana bukan untuk mencari kerja saja. Ia memiliki niat lain!

Berbekal ongkos dua ratus ribu rupiah yang diberikan Bagas padanya, siang itu Embun pergi ke sebuah cafe kopi atas rekomendasi Yasmin. Di sana Embun akan bekerja sebagai seorang pramusaji. Cafe kopi itu milik om-nya teman kampus Yasmin.

Yasmin memesankan ojek online untuk mengantar Embun ke sana. Bukan tanpa alasan, meskipun ia sebenarnya malas berhubungan dengan kakak sambungnya, ia hanya tak ingin Embun tersesat selama berada di sana dan merepotkannya.

Embun pun lolos wawancara dan langsung dapat bekerja di sana karena memang cafe kopi itu sedang membutuhkan pramusaji di sana. Wawancara itu dianggap formalitas belaka.

Naasnya, jarang ada karyawan atau staf yang betah bekerja lama di sana. Tuan Raymond-pemilik cafe itu sangat galak dan tak ayal memperlakukan karyawannya dengan sangat buruk. Pria tua itu sangat perfeksionis dan tidak memiliki toleransi pada kesalahan apapun!

“Kau bisa langsung bekerja di sini! Dengan satu syarat!”

Seorang manajer cafe, wanita seksi dalam balutan seragam rapi, kemeja berwarna gading ketat dan rok sepan selutut berwarna hitam memperingati Embun soal jobdesk dan tata tertib selama bekerja di sana.

Embun menyimak betul perkataan sang manajer cantik nan seksi itu. Ia adalah tangan kanan Raymond-pemilik Cafe. Namun saat Embun menatap wanita itu, sebaliknya wanita itu memindai penampilan Embun dari atas hingga bawah dengan sorot ingin tahu.

Embun memiliki tubuh yang bagus dengan buah dada yang besar. Jelas saja, ia tengah menyusui hingga ukuran asetnya lebih besar dari biasanya. Pun, ia diberkati kulit yang bersih meski tanpa polesan makeup. Namun sayangnya, cara berpakaian Embun terlihat sangat kampungan. 

Embun menundukan pandangannya saat menyadari tatapan ngeri dari atasannya. Ia menjadi gamang, apakah penampilannya sangat buruk hingga ia ditatap dengan cara seperti itu.

“Jangan membusungkan dada begitu!” bentak wanita berambut sebahu berwarna brunette itu. Ia menatap bengis ke arah Embun. Ia tengah berpikir jika Embun seorang wanita penggoda dengan berpura-pura polos padahal aslinya binal.

“A-aku tidak membusungkan dadaku, Bu.”

Embun berkelit mendengar ucapan wanita itu. Untuk apa ia membusungkan dadanya. Dadanya memang besar setelah melahirkan.

Dari pada kena marah terus, Embun pun memilih membungkukan tubuhnya agar dadanya tidak terlihat besar. Mungkin besok Embun akan memakai korset atau pakaian yang ketat di balik kemejanya agar bentuk tubuhnya tidak terlihat seperti sedang menggoda. 

“Lupakan! Cepat kau kenakan seragam!” titah Manajer kafe.

Tanpa banyak kata, Embun langsung mengganti pakaiannya yang sederhana dengan seragam pramusaji cafe di sana. Ia pun mulai mengerjakan tugasnya melayani pengunjung cafe. Selain itu, ia juga mengerjakan tugas dishwasher atau tukang cuci piring. Para karyawan senior semena-mena menyuruh Embun.

Wanita yang baru saja kehilangan bayinya itu hanya bisa pasrah menerima perlakuan mereka. Yang terpenting ia bisa mendapatkan upah.

Prang,

Tak sengaja, Embun memecahkan gelas ketika ia sedang merapikan salah satu meja. Lekas, Embun buru-buru membereskan pecahan gelas itu. Pasti, manajer bernama Nita akan marah padanya.

Benar saja, Manajer cafe itu langsung berjalan ke arah Embun. Embun sudah menyiapkan hatinya dimaki-maki oleh wanita seksi itu. Ia hanya menundukan kepalanya kemudian berkata mendahuluinya. “Maaf, Bu, saya tak sengaja menjatuhkan gelas. Saya akan segera membersihkannya sekarang. Saya juga akan mengganti rugi gelas yang pecah ini,”

Plak!

Sebelum ucapan Embun selesai, sebuah tamparan mendarat sempurna di wajah mulusnya. Embun menganga mendapat tamparan yang menyakitkan itu. Tangannya reflek menyentuh pipinya yang terasa panas dan kebas. Lidahnya seketika terasa asin. Sungguh, tenaga wanita itu sangat kuat hingga membuat sudut bibirnya berdarah akibat tamparan itu.

“Kau menghinaku? Aku tidak buta! Aku bisa lihat kau menjatuhkan gelas bukan panci!” salak Nita dengan dengusan kesal. Telunjuknya yang kurus kering teracung- acung di depan muka Embun. Embun sampai mengerjapkan matanya beberapa kali karena takut jika telunjuk wanita menor itu mencolok matanya.

“Bu, maaf, saya akan menggantinya.”

Embun kembali memelas. Ia beringsut mundur.

Alih-alih menanggapi permintàan maaf dan bentuk tanggung jawab Embun, Nita langsung memekik.

"Keluar cepat!”

Nita menudingkan jari telunjuknya ke arah pintu hingga Embun pun mengikuti arah telunjuknya. 

Embun terperangah. Ia tidak percaya di hari pertama dirinya bekerja, ia langsung dipecat. Mengapa kesialan selalu mengikutinya?

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Naih Rita
Mangat thor
goodnovel comment avatar
Naih Rita
Yang kuat Embun ayo bangkit
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampus ajalah kau mbun. koq bego betul jadi orang. tamat sma kau jadi babu dari pagi sampai malam di rumah ortu mu. setahun jd istri orkay kau ngapain aja? cuman ngangkang? dasar kau goblok
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 6

    Barangkali bukan rezeki Embun untuk bekerja di cafe milik saudara temannya Yasmin?Ibu satu anak itu pun menghela napas.Digantinya seragam cafe dengan pakaian sebelumnya. Ia memutuskan berjalan keluar kafe dan berdiri mematung di tepi jalan dengan perasaan yang runyam. Ia bingung harus pulang ke apartemen Yasmin. Yasmin pasti marah padanya karena ia sudah merusak kepercayaan Yasmin. Padahal adik sambungnya itu sudah bersusah payah mencarikannya pekerjaan. “Ternyata, benar apa kata Ayah. Mencari kerja di kota sangat sulit. Apalagi aku hanya lulusan SMA di kampung.”Embun menghela nafas panjang. Tatapannya menyapu seluruh sudut jalan. Ia merasa dunianya kosong. Tangannya begitu saja mengusap perutnya. Lupa jika ia telah melahirkan. Mengingat bayinya yang tampan, dada Embun merasa sesak sekali. Hatinya terasa perih. Namun ia berusaha menegarkan dirinya kendati merasa hidup tidak adil baginya! Mengapa ia harus menanggung masalah ke dua orang tuanya?Jangan tanyakan perasaannya saat in

    Last Updated : 2024-09-06
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 7

    Di sisi lain, Danar langsung menyuruh asisten pribadinya--Gilang--untuk mencarikan ibu susu yang cocok untuk putranya. Untungnya, ia pun langsung membuka lowongan kerja untuk ibu susu anak tuannya dengan syarat yang ketat.Calon ibu susu untuk Sagara harus berasal dari wanita yang bertubuh sehat, resik dan berusia di bawah tiga puluh tahun. Selain itu, wanita itu juga harus mengikuti pemeriksaan medis oleh tim dokter yang khusus diundang datang ke sana.Saat Danar dan Mita berada di kantor masing-masing, di kediaman mewah Danar, Gilang dan Maya-babysitter mendadak menjadi Tim HRD yang tengah melakukan interview pada calon ibu susu untuk Sagara.Tak butuh waktu lama, para pelamar pun berdatangan. Hal pertama yang akan mereka jalani yakni proses interview. Bukan tanpa alasan, Gilang harus memastikan jika asal usul keluarga calon ibu susu jelas. Setelah itu, tahap ke dua yakni mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh tim dokter spesialis. Barulah di tahap terakhi

    Last Updated : 2024-09-27
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 8

    Embun pun pergi bersama Mbak Nuri menuju kediaman mewah Danar Yudistira. Dalam waktu empat puluh menit, akhirnya mereka tiba di sana. Kedatangan mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Sebuah hunian berlantai tiga yang menampilkan desain modern-kontemporer. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan beberapa unsur di antaranya material kayu, material non finish dan material batu alam. Hingga tanpa sàdar, Embun menganga melihatnya.Belum lagi pemandangan hamparan taman yang luas mirip permadani karena ditumbuhi rumput gajah yang estetis. Area garasi dan carport yang lengkap diisi oleh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Ia seperti tengah memasuki negeri dongeng.Namun hanya dalam hitungan sepersekian detik, senyum Embun memudar setelah mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya. Hatinya merasa teriris. Rupanya, suaminya itu bukan orang sembarangan. Suaminya seorang sultan dengan harta kekayaan yang melimpah. Ironis, baginya ia tidak peduli asal usul siapa

    Last Updated : 2024-09-27
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 9

    Tak lama, senyum kelegaan terbit di wajah mereka yang seharian letih mencari ibu susu untuk Tuan muda itu.Di sisi lain, Embun menatap bayinya dengan penuh kasih sayang dan rindu.‘Sayang, jadi selama ini kau hanya minum susu formula? Betapa tega Papamu, Nak. Tapi tenang saja, mulai saat ini Mama akan merawatmu. Apapun yang terjadi.’Masih menggendong Sagara, Embun pun memilih duduk. Ia akan menyusui bayinya. Namun seketika tatapannya tertuju pada Gilang yang masih berada di kamar itu.Menyadari tatapan Embun tertuju padanya, Gilang berkata padanya. “Hum, maaf ya Mbak Embun, Tuan Danar meminta saya untuk tetap mengawasi Tuan Sagara saat Anda menyusuinya. Tidak selamanya, hanya saat masa training. Ya begitu,” katanya dengan sedikit sungkan. Embun merasa kecewa karena ia merasa risih jika harus menyusui di depan orang lain baik itu wanita maupun pria. Ia pun berinisiatif memunggungi Gilang dan ke dua babysitter Sagara. Ia segera melepas empat kancing kemeja teratas yang dipakainya. Ia

    Last Updated : 2024-09-27
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 10

    Saat hendak pulang dari kantor, tiba-tiba saja Danar mendengar kabar buruk yang menimpa istri tercinta. Mita mengalami kecelakaan. Ia pun segera pergi ke rumah sakit.Awalnya, Danar akan segera pulang karena harus mengurus perihal calon ibu susu untuk anaknya. Namun saat yang sama Gilang pun mengabarinya bahwa ia sudah mendapatkan ibu susu yang tepat untuk Sagara.Danar pun merasa lega dan memutuskan untuk melihat istrinya ke rumah sakit. Mita tertabrak motor saat pulang dari kantornya. Ke dua suami istri tersebut memang memiliki perusahaan masing-masing. Sehingga mereka memiliki kantor yang jelas berbeda tempat. Mereka hanya bertemu saat jam makan siang. Itupun ketika ke duanya tidak sibuk.“Sayang, kenapa kau tidak hati-hati!” imbuh Danar membelai lembut pipi istrinya. Ia sangat syok saat mendengar kabar tentang istrinya yang tertabrak motor ketika ia sedang menepikan kendaraan beroda empat miliknya di depan sebuah restoran.Area parkir restoran itu penuh sehingga dengan terpaksa, Mi

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 11

    Setelah sedikit berdebat dengan Yasmin, akhirnya Embun bisa pergi dari apartemennya. Kali ini Embun membuat sebuah penolakan. Yasmin sampai tidak percaya akan keputusan kakak sambungnya itu. Embun mengatakan padanya bahwa ia bekerja menjadi seorang art di salah satu perumahan elit di sana.Embun pun tiba kembali di kediaman mantan suaminya hampir larut malam. Sebelum diantar menuju paviliun yang akan ditempatinya, Maya meminta Embun untuk memompa susunya dan menyimpannya dalam botol. Sagara terbiasa bangun malam dan pasti akan meminta susu. Tak mungkin ‘kan Maya menyuruh Embun datang malam-malam ke sana. Mengingat aturan yang dibuat oleh Danar untuk ibu susu Sagara.Embun memompa ASI nya dengan senang hati. Setelahnya, ia pun diantara Mbak Nuri menuju ke paviliun di mana ia akan tinggal di sana bersama beberapa art wanita lainnya. Berbeda dengan Mbak Nuri yang sudah mendapat kepercayaan penuh dari Danar hingga ia bisa menempati rumah utama.“Makasih, Mbak Nuri,” kata Embun menatap wan

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 12

    “Sayang, aku mencarimu. Ternyata kau di sini rupanya.”Suara yang lembut merambat di telinga Danar Yudistira. Ia pun menoleh ke arah istrinya yang tengah memeluknya dari belakang.“Lihatlah! Anak kita sekarang sudah bisa tenang dan mendapatkan ASI.”Danar berbisik lirih pada istrinya dengan perasaan membuncah bahagia.Tatapan Mita pun tertuju pada wanita yang kini tengah menyusui bayi mereka. Namun ia tidak bisa melihat wajahnya karena posisi Embun yang membelakangi mereka. “Tidur yuk! Biarin Gara tidur. Biasanya kalau kenyang bayi suka langsung tidur,”Mita merangkul lengan suaminya dengan mesra. Tatapan yang bikin jengkel bagi Maya dan Linda yang masih jomblo. Ke dua babysitter Tuan muda itu saling lirik penuh arti.Sebetulnya mereka kurang menyukai kepribadian majikan wanitanya yang manja dan sedikit menyebalkan. Mereka terkadang melihat wanita itu seperti memiliki dua kepribadian. Di depan Danar, Mita selalu bersikap lemah lembut dan manja. Namun di belakang suaminya, wanita itu t

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 13

    Malam itu, Embun hanya bisa memejamkan matanya sebentar. Dini hari ia sudah bangun. Ia tidak terbiasa tidur di tempat asing. Ia begitu kesulitan ketika menemukan tempat baru dan beradaptasi dengan lingkungannya.Masalahnya Embun itu seorang introvert. Ia tidak terbiasa bergaul dengan orang lain. Kehidupannya berkutat di sekitar rumah. Ia pun segera mandi dan berganti pakaian. Kemudian ia menghidupkan ponselnya. Ada banyak pesan sms yang masuk ke dalam ponselnya. Ia pun membukanya satu per satu. Ia mendesah pelan saat melihat ternyata pesan itu berasal dari saudarinya-Yasmin yang memintanya pulang ke apartemennya.Setelah membaca pesan itu, Embun menaruh kembali ponselnya di atas ranjang. Ia mengabaikan pesan Yasmin. Embun tak ingin pulang kampung. Ia hanya ingin berada di sisi putranya bagaiamanapun caranya. Senyum kecil terbit di wajahnya. Bukankah ada kamera di ponselnya. Ponselnya terbilang bagus berarti kameranya juga bagus. Sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya. Ia akan men

    Last Updated : 2024-09-29

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 383

    “Sa, udah cukup. Aku udah kenyang.”Rosa menahan tangan Pasha untuk terus menyuapinya.Pasha pun menurut lalu menyerahkan sebotol air minum untuk Rosa, lengkap dengan sedotannya. Tanpa ragu, Rosa menerima air minum itu lalu meneguknya perlahan. Dengan telaten, Pasha pun menaruh nampan bekas makan Rosa di atas nakas. Lalu ia langsung memanggil perawat yang tiba di sana untuk membereskan bekas makan Rosa. Ia tidak bisa melihat ada barang kotor di sana.Setelah memastikan Rosa makan dengan benar, Pasha tak langsung beranjak dari sana. Ia kembali duduk di sisi Rosa, membetulkan bantal yang menjadi sandaran Rosa meskipun ia terlihat letih.“Sa,” imbuh Rosa menatap Pasha yang mengabaikan dirinya sendiri. Wajah pria tampan itu terlihat letih dengan penampilannya yang berantakan.“Apa?” tanya Pasha dengan suara serak—yang letih.“Kamu pulang aja,” Rosa menatap iba pemuda itu. “Kamu bisa istirahat di rumah. Di sini ada perawat kok,”Pasha menatap Rosa dengan tatapan penuh arti. Tangannya memb

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 382

    “Siapa Na?” Sulis bertanya saat Ana tak kunjung mengangkat teleponnya.Ana melirik ke arah Sulis setelah mengatur ponsel itu menjadi silent. Untuk saat ini ia tidak ingin mendengar tentang Selina ataupun keluarganya. Ia hanya ingin fokus pada kebahagiaan Pasha dan wanita pilihannya. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Pasha sudah memilih Rosa. Bahkan kini mereka sudah punya anak.Mungkin ia akan segera menangani soal pertunangan Pasha dengan Selina yang akan batal untuk ke dua kalinya. Ana belum tahu apa yang ditemukan oleh Jeena di apartemen Pasha. Andai Ana tahu apa yang terjadi pasti ia akan murka. Seolah memahami isyarat yang diberikan oleh Ana, Sulis pun memilih mendekat. Ke dua wanita yang sudah tidak muda itu lalu memilih keluar ruangan. “Dasha telepon,” imbuh Ana sembari merangkul lengan Sulis. Sulis menatap Ana dengan tatapan serius. “Kamu harus segera bertemu dengan Dasha. Kalau kamu takut, aku temani,”Ana meraih oksigen rakus lalu mengembuskannya dengan berat, menja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 381

    Rosa terdiam mendengar permintàan maaf mantan bosnya itu. Bukankah itu pertanda jika ia merestui hubungannya dengan putra kesayangannya?Dengan napas tersengal, Rosa mencoba menggerakkan tubuhnya, berusaha menyesuaikan diri dengan keberadaan wanita yang dulu menolak keberadaannya.Pasha yang duduk di kursi samping tempat tidur, langsung menggenggam tangan Rosa, seakan tahu bahwa Rosa sedang ketakutan. “Tenang, aku di sini,” bisiknya pelan.Ana memperhatikan interaksi mereka. Ada sesuatu dalam sorot matanya—sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Mungkin itu penyesalan, mungkin itu rasa bersalah.“Nyonya … aku …” imbuh Rosa menggantung sebab Ana sudah lebih dulu memotongnya.“Jangan banyak bicara. Kau masih belum pulih,” ucap Ana dengan nada simpatik.Rosa menunduk, menatap selimutnya dengan pandangan kosong. Ia masih takut. Ia ingat dengan jelas bagaimana Ana dulu mengatakan bahwa ia tidak pantas untuk Pasha, dan permintaannya agar bisa menjauh dari Pasha.Tapi kini, Ana ada

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 380

    Di ruangan bernuansa putih yang sepi, hanya suara detak monitor dan hembusan lembut oksigen yang menemani. Lampu redup di langit-langit menerangi wajah pucat Rosa yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Kini ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.Di sampingnya, Pasha duduk dengan tubuh lelah, pakaian kusut, rambut berantakan, dan mata yang sembab. Namun, ia tetap tidak beranjak.Tangannya menggenggam erat jemari Rosa, seolah takut kehilangan lagi.Kelopak mata Rosa mulai bergerak. Pelan, ia membuka matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Pandangannya buram sesaat, sebelum akhirnya menangkap sosok di sampingnya.Pasha.Dengan wajah yang begitu lelah, namun tatapan matanya hangat… dan penuh penyesalan.“Pasha,” suaranya serak, nyaris seperti bisikan.Sekejap, Pasha menegakkan tubuhnya. Matanya membulat, penuh keterkejutan sekaligus kelegaan.“Kamu sadar,” suaranya bergetar. Jemarinya refleks menggenggam tangan Rosa lebih erat, seolah ingin memastikan ini bukan

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 379

    Ana berdiri di depan ruang ICU dengan perasaan campur aduk. Matanya sembab karena menangis terlalu lama, tapi ia tetap berdiri di sana, menunggu.Hatinya berdegup kencang saat akhirnya pintu ICU terbuka. Lalu tampaklah Pasha melangkah keluar.Putranya tampak berantakan—wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan matanya merah karena letih. Seorang pria yang terbebani oleh terlalu banyak emosi.“Pasha,” suara Ana nyaris berbisik.Tapi Pasha bahkan tidak menoleh. Pemuda tampan itu berjalan lurus, melewati Ana begitu saja, seolah ibunya tidak ada di sana.Ana menahan napas. Sakit. Hatinya terasa diremuk. Tapi ia tahu—ia pantas mendapatkannya. Pasha sangat marah dan kecewa padanya. Dengan cepat, Ana berbalik dan mengejar langkah Pasha yang menuju bangku tunggu di lorong rumah sakit.“Pasha… Nak, dengar dulu,” suara Ana sedikit gemetar, mencoba menyentuh lengan putranya.Tapi Pasha menepis tangannya, menghindar. Ana merasa tersentak mendapat perlakuan Pasha seperti itu. Pasha putranya yang manja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 378

    Ana berdiri di depan ruang bayi dengan tangan gemetar. Matanya yang sembab menatap ke dalam, mencari sosok dua bayi mungil yang terbaring di dalam inkubator. Napasnya tertahan saat akhirnya menemukannya, dua cucunya, begitu kecil, begitu rapuh, tetapi hidup.Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.Selama ini, ia keras kepala, menutup hati terhadap Rosa. Ia menganggap Rosa bukan bagian dari keluarga, bukan seseorang yang pantas untuk Pasha. Namun kini, ketika melihat bayi-bayi itu, darah daging Pasha, hatinya terasa remuk.“Andai saja aku bisa memutar waktu,” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.Ia menggenggam dadanya yang terasa sesak. Rosa sudah berjuang begitu keras. Sendirian. Tanpa dukungan dari keluarga yang seharusnya menerimanya. Dan sekarang, Rosa terbaring di ruang ICU, bertaruh nyawa setelah membawa dua kehidupan baru ke dunia ini.Ana menangis tersedu. “Maafkan aku, Rosa,”Tiba-tiba, ia merasakan bahu seseorang menyentuhnya. Jeena berdiri di sampingnya, matanya juga berkac

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 377

    Pasha berdiri terpaku di depan ruang ICU dengan wajah pucat, kedua tangannya mengepal erat. Matanya merah, penuh amarah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Di dalam sana, Rosa, wanita yang dicintainya terbaring tanpa daya, dikelilingi oleh tim medis yang berusaha sekuat tenaga menyelamatkannya.Dokter baru saja keluar dengan ekspresi serius. “Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi pendarahannya terlalu banyak. Kondisinya sangat kritis,” katanya pelan. “Yang bisa Anda lakukan sekarang adalah berdoa.”Berdoa? Pasha merasa dadanya sesak. Hatinya menolak menerima kenyataan itu. Bukankah Rosa sudah mendapatkan pertolongan pertama darinya? Seharusnya ia cukup kuat dan bisa melewati masa kritis dengan cepat.Seketika tubuhnya lesu dengan suara yang tercekat di tenggorokan. “Tidak mungkin! Anda harus melakukan sesuatu!” suaranya bergetar, hampir memohon.Dokter menghela napas. “Kami akan terus berusaha, tapi bersiaplah untuk kemungkinan terburuk.”Pasha mundur selangkah, punggungnya me

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 376

    Selina terduduk di tepi ranjangnya, kedua tangannya menggenggam erat kain rok yang ia kenakan. Napasnya tersengal, jantungnya berdebar kencang. Bayangan Rosa yang kesakitan, wajahnya yang memucat saat ia merintih meminta bantuan, terus berputar di pikirannya.Tapi apa yang telah ia lakukan? Ia justru pergi. Ia meninggalkan Rosa sendirian.“Ya Tuhan…” gumamnya, suara seraknya hampir tak terdengar. Namun ia merasa apa yang dilakukannya tidak apa-apa dibanding dengan kebohongan yang Pasha dan Rosa lakukan padanya. Ia merasa dikhianati.Selina menggelengkan kepalanya dengan rahang yang mengetat, “Kau pantas mendapatkannya.”Pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan ibunya berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan sorot mata tajam. “Selina, ada apa denganmu?” suara ibunya terdengar curiga. “Kenapa kau pulang sendiri? Di mana Pasha? Bukankah kalian akan membeli cincin tunangan?”Selina menelan ludah. Ia mencoba tersenyum, tetapi bibirnya gemetar. “Aku… aku hanya lelah, Ma. Kami menundanya dulu. Pa

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 375

    Namun tiba-tiba, sesuatu yang sangat tipis terdengar—napas. Pelan. Hampir tak terdengar.Pasha tersentak. Dengan cepat ia menempelkan telinganya ke dada Rosa.Masih ada detak jantung. Rosa masih hidup! Pasha juga segera mengecek nadinya yang ternyata masih berdenyut. Ia harus menjaga kesadaran Rosa.“Rosa, Sayang, bangun! Aku di sini! Bertahanlah!” ucap Pasha dengan suara yang bergetar dan begitu takut. Ia sangat takut kehilangan Rosa.Kejadian Maria Lubis tempo lalu setidaknya membuatnya trauma dalam menangani pasien dalam kondisi yang kritis.“Sayang, bangun!” Pasha buru-buru mengusap wajah Rosa, panik. Ia langsung meraih ponselnya, tangan bergetar saat menekan nomor darurat.Sambil menunggu sambungan telepon terhubung, ia menatap Rosa dan bayi mereka dengan mata penuh harapan. Ia belum kehilangan mereka. Tidak sekarang. Tidak akan pernah.“Bertahanlah, Rosa… Aku tidak akan membiarkanmu pergi…”“Pa…” Rosa mencoba berbicara, tapi suaranya hampir tak keluar.Pasha merasakan dadanya se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status