Share

Bab 9

Author: Piemar
last update Last Updated: 2024-09-27 11:49:04

Tak lama, senyum kelegaan terbit di wajah mereka yang seharian letih mencari ibu susu untuk Tuan muda itu.

Di sisi lain, Embun menatap bayinya dengan penuh kasih sayang dan rindu.

‘Sayang, jadi selama ini kau hanya minum susu formula? Betapa tega Papamu, Nak. Tapi tenang saja, mulai saat ini Mama akan merawatmu. Apapun yang terjadi.’

Masih menggendong Sagara, Embun pun memilih duduk. Ia akan menyusui bayinya. Namun seketika tatapannya tertuju pada Gilang yang masih berada di kamar itu.

Menyadari tatapan Embun tertuju padanya, Gilang berkata padanya. “Hum, maaf ya Mbak Embun, Tuan Danar meminta saya untuk tetap mengawasi Tuan Sagara saat Anda menyusuinya. Tidak selamanya, hanya saat masa training. Ya begitu,” katanya dengan sedikit sungkan.

Embun merasa kecewa karena ia merasa risih jika harus menyusui di depan orang lain baik itu wanita maupun pria. Ia pun berinisiatif memunggungi Gilang dan ke dua babysitter Sagara. Ia segera melepas empat kancing kemeja teratas yang dipakainya. Ia
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Naih Rita
Ayo lawan Bun
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
keterlaluan banget dungunya si embun. dimaki2 adik tirinya diam aja.
goodnovel comment avatar
Hanung Adja
semoga embun bisa trs breng saga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 10

    Saat hendak pulang dari kantor, tiba-tiba saja Danar mendengar kabar buruk yang menimpa istri tercinta. Mita mengalami kecelakaan. Ia pun segera pergi ke rumah sakit.Awalnya, Danar akan segera pulang karena harus mengurus perihal calon ibu susu untuk anaknya. Namun saat yang sama Gilang pun mengabarinya bahwa ia sudah mendapatkan ibu susu yang tepat untuk Sagara.Danar pun merasa lega dan memutuskan untuk melihat istrinya ke rumah sakit. Mita tertabrak motor saat pulang dari kantornya. Ke dua suami istri tersebut memang memiliki perusahaan masing-masing. Sehingga mereka memiliki kantor yang jelas berbeda tempat. Mereka hanya bertemu saat jam makan siang. Itupun ketika ke duanya tidak sibuk.“Sayang, kenapa kau tidak hati-hati!” imbuh Danar membelai lembut pipi istrinya. Ia sangat syok saat mendengar kabar tentang istrinya yang tertabrak motor ketika ia sedang menepikan kendaraan beroda empat miliknya di depan sebuah restoran.Area parkir restoran itu penuh sehingga dengan terpaksa, Mi

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 11

    Setelah sedikit berdebat dengan Yasmin, akhirnya Embun bisa pergi dari apartemennya. Kali ini Embun membuat sebuah penolakan. Yasmin sampai tidak percaya akan keputusan kakak sambungnya itu. Embun mengatakan padanya bahwa ia bekerja menjadi seorang art di salah satu perumahan elit di sana.Embun pun tiba kembali di kediaman mantan suaminya hampir larut malam. Sebelum diantar menuju paviliun yang akan ditempatinya, Maya meminta Embun untuk memompa susunya dan menyimpannya dalam botol. Sagara terbiasa bangun malam dan pasti akan meminta susu. Tak mungkin ‘kan Maya menyuruh Embun datang malam-malam ke sana. Mengingat aturan yang dibuat oleh Danar untuk ibu susu Sagara.Embun memompa ASI nya dengan senang hati. Setelahnya, ia pun diantara Mbak Nuri menuju ke paviliun di mana ia akan tinggal di sana bersama beberapa art wanita lainnya. Berbeda dengan Mbak Nuri yang sudah mendapat kepercayaan penuh dari Danar hingga ia bisa menempati rumah utama.“Makasih, Mbak Nuri,” kata Embun menatap wan

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 12

    “Sayang, aku mencarimu. Ternyata kau di sini rupanya.”Suara yang lembut merambat di telinga Danar Yudistira. Ia pun menoleh ke arah istrinya yang tengah memeluknya dari belakang.“Lihatlah! Anak kita sekarang sudah bisa tenang dan mendapatkan ASI.”Danar berbisik lirih pada istrinya dengan perasaan membuncah bahagia.Tatapan Mita pun tertuju pada wanita yang kini tengah menyusui bayi mereka. Namun ia tidak bisa melihat wajahnya karena posisi Embun yang membelakangi mereka. “Tidur yuk! Biarin Gara tidur. Biasanya kalau kenyang bayi suka langsung tidur,”Mita merangkul lengan suaminya dengan mesra. Tatapan yang bikin jengkel bagi Maya dan Linda yang masih jomblo. Ke dua babysitter Tuan muda itu saling lirik penuh arti.Sebetulnya mereka kurang menyukai kepribadian majikan wanitanya yang manja dan sedikit menyebalkan. Mereka terkadang melihat wanita itu seperti memiliki dua kepribadian. Di depan Danar, Mita selalu bersikap lemah lembut dan manja. Namun di belakang suaminya, wanita itu t

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 13

    Malam itu, Embun hanya bisa memejamkan matanya sebentar. Dini hari ia sudah bangun. Ia tidak terbiasa tidur di tempat asing. Ia begitu kesulitan ketika menemukan tempat baru dan beradaptasi dengan lingkungannya.Masalahnya Embun itu seorang introvert. Ia tidak terbiasa bergaul dengan orang lain. Kehidupannya berkutat di sekitar rumah. Ia pun segera mandi dan berganti pakaian. Kemudian ia menghidupkan ponselnya. Ada banyak pesan sms yang masuk ke dalam ponselnya. Ia pun membukanya satu per satu. Ia mendesah pelan saat melihat ternyata pesan itu berasal dari saudarinya-Yasmin yang memintanya pulang ke apartemennya.Setelah membaca pesan itu, Embun menaruh kembali ponselnya di atas ranjang. Ia mengabaikan pesan Yasmin. Embun tak ingin pulang kampung. Ia hanya ingin berada di sisi putranya bagaiamanapun caranya. Senyum kecil terbit di wajahnya. Bukankah ada kamera di ponselnya. Ponselnya terbilang bagus berarti kameranya juga bagus. Sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya. Ia akan men

    Last Updated : 2024-09-29
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 14

    Seketika jantung Bu Neli berdenyut lebih cepat. Ia begitu tegang saat dipanggil oleh Danar ke ruang makan. Danar bertanya padanya siapakah yang membuat salad sayur untuknya?Sial, pasti saladnya tidak enak. Bu Neli sudah berburuk sangka. Ia menyesal telah menyuruh Embun untuk membuat salad. ‘Aduh, aku bilang jujur gak ya? Tapi kalo jujur, kasihan anak itu nanti kena marah. Tidak apa-apalah, aku yang akan mengaku. Setidaknya aku sudah bekerja lama di rumah Tuan Danar. Paling kena marah atau hukuman potong gaji gak masalah.’Pikiran Bu Neli sudah berkecamuk. Sungguh, ia begitu takut melihat kemarahan majikannya.“Hum, maaf, Tuan, saya yang membuat salad sayur itu. Maaf, jika …” ucapan Bu Neli menggantung sebab Danar langsung menyelanya.“Aku suka salad sayur ini, Bu Neli! Aku ingin kau membuatnya lagi nanti. Soalnya saya sekarang harus menjenguk Eyang.”Danar Yudistira berkata dengan santai. Ia melanjutkan lagi menyendok salad sayur itu dengan antusias. Ia begitu lahap memakannya.Bu Ne

    Last Updated : 2024-09-29
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 15

    “Mbak Embun, sebelum Tuan Danar pergi ke Jogja, beliau telah berpesan. Mohon maaf sebelumnya, ada beberapa perubahan poin penting tentang kontrak sebagai ibu susu Tuan muda.”Gilang mengeluarkan surat dari dalam tas miliknya.Embun mengangkat mata untuk menatap berkas itu. Namun ia pun segera menunduk lagi saat tatapan mereka bertemu. Setelah apa yang dialaminya, Embun menjadi pribadi yang tak mudah percaya. Ia membangun sebuah jarak dengan orang lain.“Tuan Danar meminta Mbak Embun tinggal di kamar atas. Lebih tepatnya kamar yang berada di sebelah Tuan muda agar memudahkan akses untuk menyusui Tuan muda.”Gilang berkata dengan serius. Ia pun menunjukan berkas perjanjian itu ke atas meja. Ia bekerja secara profesional. Ia tidak ingin dianggap membuat sebuah keputusan sepihak yang merugikan salah satu pihak.“Saya sudah tahu, Pak Gilang. Tadi Mbak Maya sudah menyampaikannya. Bahkan saya sudah memindahkan barang milik saya ke sana.”Embun menjawab apa adanya. Ia sempat berpikir jika Dan

    Last Updated : 2024-09-29
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 16

    “Mas Danar, aku mau lihat Gara,” kata Mita menggeser tubuhnya dan mencoba mengintip ponsel yang saat ini tengah dipegang oleh suaminya. Mita pun penasaran dan ingin melihat foto bayi mereka. Danar buru-buru mengusap layar ponselnya dan membuka aplikasi galeri. Mita jangan sampai tahu siapa ibu susu anak mereka. Ia pasti akan marah dan cemburu padanya. “Lucu ya, Gara! Wajahnya mirip …” ucap Mita di mana tenggorokannya langsung tercekat. Sial, baby Sagara makin ke sini makin mirip perpaduan Danar dan wanita bernama Embun. Meskipun hanya pernah sekali melihat Embun, namun Mita bisa mengingat wajahnya. Ia tidak menampik jika Embun itu wanita cantik dan kulitnya putih nan bersih. Hanya saja, ia tidak mengikuti serangkaian perawatan kecantikan saja seperti dirinya. Tubuhnya juga bagus, tinggi mirip model. Mungkin di bawah dirinya lima sentimeter-an. “Sayang, Gara adalah anak kita. Dia mirip kita.”Danar menghibur suasana hati istrinya yang tiba-tiba murung saat menelisik wajah Sagara. Se

    Last Updated : 2024-09-30
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 17

    Keesokan harinya, Gilang pergi mendatangi rumah Danar dengan perasaan yang berkecamuk. Ia bingung harus menyampaikan pesan atasannya pada Embun Ganita. Sebetulnya ada yang lebih membingungkan baginya. Mengapa tuannya memintanya untuk memecat Embun? Apa alasannya? “Mas Gilang rajin amat datang ke sini. Padahal, Tuan Danar sedang keluar kota loh,” sapa Mbak Nuri yang sedang asik menyiram bunga membantu tukang kebun di sana.Di sana terlihat ramai karena para kuli banguanan mulai berdatangan. Mereka sedang mengerjakan proyek renovasi rumah bagian belakang. “Ya udah, aku pulang lagi nih. Tapi jangan kangen ya Mbak,” jawab Gilang seraya memutar tubuhnya dengan gerakan lambat. Seketika ia tertawa menatap Mbak Nuri yang terlihat basah-basahan.“Mbak, mau mandi atau mau menyiram bunga? Hum, sepertinya Mbak Nuri butuh siraman kasih sayang deh,” kata Gilang sembari melewati Mbak Nuri begitu saja. “Terserah, Mas Gilang!” beo Mbak Nuri dengan tawa kecilnya. Ia menggelengkan kepalanya beberap

    Last Updated : 2024-09-30

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 383

    “Sa, udah cukup. Aku udah kenyang.”Rosa menahan tangan Pasha untuk terus menyuapinya.Pasha pun menurut lalu menyerahkan sebotol air minum untuk Rosa, lengkap dengan sedotannya. Tanpa ragu, Rosa menerima air minum itu lalu meneguknya perlahan. Dengan telaten, Pasha pun menaruh nampan bekas makan Rosa di atas nakas. Lalu ia langsung memanggil perawat yang tiba di sana untuk membereskan bekas makan Rosa. Ia tidak bisa melihat ada barang kotor di sana.Setelah memastikan Rosa makan dengan benar, Pasha tak langsung beranjak dari sana. Ia kembali duduk di sisi Rosa, membetulkan bantal yang menjadi sandaran Rosa meskipun ia terlihat letih.“Sa,” imbuh Rosa menatap Pasha yang mengabaikan dirinya sendiri. Wajah pria tampan itu terlihat letih dengan penampilannya yang berantakan.“Apa?” tanya Pasha dengan suara serak—yang letih.“Kamu pulang aja,” Rosa menatap iba pemuda itu. “Kamu bisa istirahat di rumah. Di sini ada perawat kok,”Pasha menatap Rosa dengan tatapan penuh arti. Tangannya memb

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 382

    “Siapa Na?” Sulis bertanya saat Ana tak kunjung mengangkat teleponnya.Ana melirik ke arah Sulis setelah mengatur ponsel itu menjadi silent. Untuk saat ini ia tidak ingin mendengar tentang Selina ataupun keluarganya. Ia hanya ingin fokus pada kebahagiaan Pasha dan wanita pilihannya. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Pasha sudah memilih Rosa. Bahkan kini mereka sudah punya anak.Mungkin ia akan segera menangani soal pertunangan Pasha dengan Selina yang akan batal untuk ke dua kalinya. Ana belum tahu apa yang ditemukan oleh Jeena di apartemen Pasha. Andai Ana tahu apa yang terjadi pasti ia akan murka. Seolah memahami isyarat yang diberikan oleh Ana, Sulis pun memilih mendekat. Ke dua wanita yang sudah tidak muda itu lalu memilih keluar ruangan. “Dasha telepon,” imbuh Ana sembari merangkul lengan Sulis. Sulis menatap Ana dengan tatapan serius. “Kamu harus segera bertemu dengan Dasha. Kalau kamu takut, aku temani,”Ana meraih oksigen rakus lalu mengembuskannya dengan berat, menja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 381

    Rosa terdiam mendengar permintàan maaf mantan bosnya itu. Bukankah itu pertanda jika ia merestui hubungannya dengan putra kesayangannya?Dengan napas tersengal, Rosa mencoba menggerakkan tubuhnya, berusaha menyesuaikan diri dengan keberadaan wanita yang dulu menolak keberadaannya.Pasha yang duduk di kursi samping tempat tidur, langsung menggenggam tangan Rosa, seakan tahu bahwa Rosa sedang ketakutan. “Tenang, aku di sini,” bisiknya pelan.Ana memperhatikan interaksi mereka. Ada sesuatu dalam sorot matanya—sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Mungkin itu penyesalan, mungkin itu rasa bersalah.“Nyonya … aku …” imbuh Rosa menggantung sebab Ana sudah lebih dulu memotongnya.“Jangan banyak bicara. Kau masih belum pulih,” ucap Ana dengan nada simpatik.Rosa menunduk, menatap selimutnya dengan pandangan kosong. Ia masih takut. Ia ingat dengan jelas bagaimana Ana dulu mengatakan bahwa ia tidak pantas untuk Pasha, dan permintaannya agar bisa menjauh dari Pasha.Tapi kini, Ana ada

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 380

    Di ruangan bernuansa putih yang sepi, hanya suara detak monitor dan hembusan lembut oksigen yang menemani. Lampu redup di langit-langit menerangi wajah pucat Rosa yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Kini ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.Di sampingnya, Pasha duduk dengan tubuh lelah, pakaian kusut, rambut berantakan, dan mata yang sembab. Namun, ia tetap tidak beranjak.Tangannya menggenggam erat jemari Rosa, seolah takut kehilangan lagi.Kelopak mata Rosa mulai bergerak. Pelan, ia membuka matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Pandangannya buram sesaat, sebelum akhirnya menangkap sosok di sampingnya.Pasha.Dengan wajah yang begitu lelah, namun tatapan matanya hangat… dan penuh penyesalan.“Pasha,” suaranya serak, nyaris seperti bisikan.Sekejap, Pasha menegakkan tubuhnya. Matanya membulat, penuh keterkejutan sekaligus kelegaan.“Kamu sadar,” suaranya bergetar. Jemarinya refleks menggenggam tangan Rosa lebih erat, seolah ingin memastikan ini bukan

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 379

    Ana berdiri di depan ruang ICU dengan perasaan campur aduk. Matanya sembab karena menangis terlalu lama, tapi ia tetap berdiri di sana, menunggu.Hatinya berdegup kencang saat akhirnya pintu ICU terbuka. Lalu tampaklah Pasha melangkah keluar.Putranya tampak berantakan—wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan matanya merah karena letih. Seorang pria yang terbebani oleh terlalu banyak emosi.“Pasha,” suara Ana nyaris berbisik.Tapi Pasha bahkan tidak menoleh. Pemuda tampan itu berjalan lurus, melewati Ana begitu saja, seolah ibunya tidak ada di sana.Ana menahan napas. Sakit. Hatinya terasa diremuk. Tapi ia tahu—ia pantas mendapatkannya. Pasha sangat marah dan kecewa padanya. Dengan cepat, Ana berbalik dan mengejar langkah Pasha yang menuju bangku tunggu di lorong rumah sakit.“Pasha… Nak, dengar dulu,” suara Ana sedikit gemetar, mencoba menyentuh lengan putranya.Tapi Pasha menepis tangannya, menghindar. Ana merasa tersentak mendapat perlakuan Pasha seperti itu. Pasha putranya yang manja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 378

    Ana berdiri di depan ruang bayi dengan tangan gemetar. Matanya yang sembab menatap ke dalam, mencari sosok dua bayi mungil yang terbaring di dalam inkubator. Napasnya tertahan saat akhirnya menemukannya, dua cucunya, begitu kecil, begitu rapuh, tetapi hidup.Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.Selama ini, ia keras kepala, menutup hati terhadap Rosa. Ia menganggap Rosa bukan bagian dari keluarga, bukan seseorang yang pantas untuk Pasha. Namun kini, ketika melihat bayi-bayi itu, darah daging Pasha, hatinya terasa remuk.“Andai saja aku bisa memutar waktu,” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.Ia menggenggam dadanya yang terasa sesak. Rosa sudah berjuang begitu keras. Sendirian. Tanpa dukungan dari keluarga yang seharusnya menerimanya. Dan sekarang, Rosa terbaring di ruang ICU, bertaruh nyawa setelah membawa dua kehidupan baru ke dunia ini.Ana menangis tersedu. “Maafkan aku, Rosa,”Tiba-tiba, ia merasakan bahu seseorang menyentuhnya. Jeena berdiri di sampingnya, matanya juga berkac

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 377

    Pasha berdiri terpaku di depan ruang ICU dengan wajah pucat, kedua tangannya mengepal erat. Matanya merah, penuh amarah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Di dalam sana, Rosa, wanita yang dicintainya terbaring tanpa daya, dikelilingi oleh tim medis yang berusaha sekuat tenaga menyelamatkannya.Dokter baru saja keluar dengan ekspresi serius. “Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi pendarahannya terlalu banyak. Kondisinya sangat kritis,” katanya pelan. “Yang bisa Anda lakukan sekarang adalah berdoa.”Berdoa? Pasha merasa dadanya sesak. Hatinya menolak menerima kenyataan itu. Bukankah Rosa sudah mendapatkan pertolongan pertama darinya? Seharusnya ia cukup kuat dan bisa melewati masa kritis dengan cepat.Seketika tubuhnya lesu dengan suara yang tercekat di tenggorokan. “Tidak mungkin! Anda harus melakukan sesuatu!” suaranya bergetar, hampir memohon.Dokter menghela napas. “Kami akan terus berusaha, tapi bersiaplah untuk kemungkinan terburuk.”Pasha mundur selangkah, punggungnya me

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 376

    Selina terduduk di tepi ranjangnya, kedua tangannya menggenggam erat kain rok yang ia kenakan. Napasnya tersengal, jantungnya berdebar kencang. Bayangan Rosa yang kesakitan, wajahnya yang memucat saat ia merintih meminta bantuan, terus berputar di pikirannya.Tapi apa yang telah ia lakukan? Ia justru pergi. Ia meninggalkan Rosa sendirian.“Ya Tuhan…” gumamnya, suara seraknya hampir tak terdengar. Namun ia merasa apa yang dilakukannya tidak apa-apa dibanding dengan kebohongan yang Pasha dan Rosa lakukan padanya. Ia merasa dikhianati.Selina menggelengkan kepalanya dengan rahang yang mengetat, “Kau pantas mendapatkannya.”Pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan ibunya berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan sorot mata tajam. “Selina, ada apa denganmu?” suara ibunya terdengar curiga. “Kenapa kau pulang sendiri? Di mana Pasha? Bukankah kalian akan membeli cincin tunangan?”Selina menelan ludah. Ia mencoba tersenyum, tetapi bibirnya gemetar. “Aku… aku hanya lelah, Ma. Kami menundanya dulu. Pa

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 375

    Namun tiba-tiba, sesuatu yang sangat tipis terdengar—napas. Pelan. Hampir tak terdengar.Pasha tersentak. Dengan cepat ia menempelkan telinganya ke dada Rosa.Masih ada detak jantung. Rosa masih hidup! Pasha juga segera mengecek nadinya yang ternyata masih berdenyut. Ia harus menjaga kesadaran Rosa.“Rosa, Sayang, bangun! Aku di sini! Bertahanlah!” ucap Pasha dengan suara yang bergetar dan begitu takut. Ia sangat takut kehilangan Rosa.Kejadian Maria Lubis tempo lalu setidaknya membuatnya trauma dalam menangani pasien dalam kondisi yang kritis.“Sayang, bangun!” Pasha buru-buru mengusap wajah Rosa, panik. Ia langsung meraih ponselnya, tangan bergetar saat menekan nomor darurat.Sambil menunggu sambungan telepon terhubung, ia menatap Rosa dan bayi mereka dengan mata penuh harapan. Ia belum kehilangan mereka. Tidak sekarang. Tidak akan pernah.“Bertahanlah, Rosa… Aku tidak akan membiarkanmu pergi…”“Pa…” Rosa mencoba berbicara, tapi suaranya hampir tak keluar.Pasha merasakan dadanya se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status