Di sisi lain, Danar langsung menyuruh asisten pribadinya--Gilang--untuk mencarikan ibu susu yang cocok untuk putranya.
Untungnya, ia pun langsung membuka lowongan kerja untuk ibu susu anak tuannya dengan syarat yang ketat.
Calon ibu susu untuk Sagara harus berasal dari wanita yang bertubuh sehat, resik dan berusia di bawah tiga puluh tahun. Selain itu, wanita itu juga harus mengikuti pemeriksaan medis oleh tim dokter yang khusus diundang datang ke sana.
Saat Danar dan Mita berada di kantor masing-masing, di kediaman mewah Danar, Gilang dan Maya-babysitter mendadak menjadi Tim HRD yang tengah melakukan interview pada calon ibu susu untuk Sagara.
Tak butuh waktu lama, para pelamar pun berdatangan. Hal pertama yang akan mereka jalani yakni proses interview. Bukan tanpa alasan, Gilang harus memastikan jika asal usul keluarga calon ibu susu jelas. Setelah itu, tahap ke dua yakni mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh tim dokter spesialis. Barulah di tahap terakhir, mereka diizinkan menyusui bayi Sagara.
Dua jam berlalu dengan cepat. Gilang dan Maya-babysitter Sagara saling lirik penuh arti. Ada tiga orang wanita yang memenuhi kriteria calon ibu susu Sagara. Kini mereka akan diberi kesempatan untuk memangku bayi Sagara terlebih dahulu sebelum benar-benar menyusuinya.
Di antara kurang lebih lima belas pelamar, hanya tiga orang yang tersisa dan sesuai kriteria yang ditentukan oleh Danar Yudistira.
“Kalian memiliki poin yang sama. Kalian masih muda, sehat dan berpenampilan rapi dan bersih. Test selanjutnya ialah langsung melihat bayi Tuan.”
Gilang berbicara pada ke tiga pelamar wanita tersebut.
Para pelamar pun antusias untuk melihat bayi Sagara yang ternyata baru berusia dua mingguan.
Gilang akan menguji mereka dengan melihat cara bagaimana para pelamar itu memangku bayi Sagara dan mengasuhnya.
“Pak Gilang, bagaimana ini? Den Gara malah menangis digendong oleh mereka. Apa karena asing begitu? Sama aku saja saja butuh waktu. Apalagi sama mereka? Nyonya bahkan sampai gak sudi menggendong bayinya sendiri. Aneh, ada ibu yang tak mau menyusui anaknya sendiri.”
Maya berbisik pada telinga Gilang.
Gilang menghela nafas panjang. “Yang penting coba aja dulu! Kau tahu, Tuan Danar ‘kan orangnya otoriter dan perfeksionis! Kalau beliau bilang hari ini harus sudah ada ibu susu. Maka sudah harus ada!”
Pemuda itu masih berpikir optimis.
Namun tak dinyana, baru saja salah satu calon ibu susu menyentuhnya, Sagara langsung menangis histeris. Bahkan hingga sampai calon pelamar ke tiga, Sagara tetap menangis. Rupanya, bayi tampan itu tidak bersedia disentuh oleh orang asing.
Maya meneguk salivanya yang terasa kecut ketika melihat pemandangan itu, ia jadi teringat dirinya memang butuh waktu yang lama untuk berkenalan dengan Sagara. Namun kali ini Sagara terlihat menolak terang-terangan orang asing.
“Mas Gilang bagaimana ini?” tanya Maya dengan melayangkan tatapan bingung pada Gilang. Ia mulai terlihat panik.
Gilang hanya mendesah pelan melihatnya. Ia bahkan lebih bingung ketimbang Maya. Sepertinya usaha mereka tidak akan berhasil! Akhirnya Gilang menyerah dan segera melapor pada tuannya.
[Tuan Danar, maafkan saya! Tuan muda tidak bersedia digendong. Apalagi disusui oleh wanita asing. Jika Anda tidak percaya, silahkan tanya pada Maya, babysitter Tuan muda.]
Danar menarik nafas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Bahkan, suara helaan nafasnya terdengar berisik di telinga Gilang hingga membuatnya merinding ketakutan. Gilang harus segera menyiapkan mentalnya. Danar pasti akan marah padanya karena tidak becus melakukan pekerjaannya.
Alih-alih menjawab pertanyaan Gilang, Danar berkata hal lain. [Nyonya Mita di mana?]
[Nyonya Mita pergi ke kantor Tuan.]
Gilang menjawab dengan hati-hati. Ia juga meringis saat melihat Maya yang kini tengah menimang-nimang Sagara akibat tangisannya enggan berhenti.
Danar menutup sambungan telepon sepihak. Ia menghela nafas pelan. Ia cukup bersabar menghadapi istrinya yang memang selalu menguji dirinya. Mita sendiri yang menginginkan anak, namun setelah anak itu hadir, ia justru tak bersedia merawatnya. Seharusnya Mita berada di sana merawat bayi mereka dan ikut menyeleksi calon Ibu susu untuk Sagara.
Karena merasa khawatir, Danar pun memutuskan menyudahi pekerjaannya dan pulang ke rumah. Ia akan pulang dan memutuskan siapakah ibu susu untuk putranya.
****
Di sisi lain, Embun Ganita tercenung saat mendengar jawaban Mbak Nuri yang mengatakan padanya bahwa ia bekerja untuk seorang pengusaha terkenal bernama Danar Yudistira. Tubuhnya gemetar dan jantungnya berdetak tak karuan.
Tuhan mendengar doanya. Keinginan untuk bertemu dengan putranya akan segera terwujud.
Embun berusaha mengendalikan emosi di matanya yang berkilat-kilat. Rasanya ia ingin bergegas mendatangi rumah mantan suaminya. Namun bagaimana caranya agar berhasil?
Setelah memutar otak, akhirnya Embun menemukan sebuah ide.
“Mbak Nuri, apa masih ada lowongan kerja di sana? Saya sangat butuh pekerjaan. Saya bisa memasak dan beres-beres rumah.”
Embun mengutarakan alasan mengapa ia ingin bekerja di kediaman Danar Yudistira. Bagaimanapun caranya, ia harus bisa pergi ke sana. Sungguh, ia merindukan bayinya.
“Saya gak tau, Neng. Maaf, setahu saya Tuan Danar tidak sembarangan mempekerjakan asisten rumah tangga. Beliau selalu merekrut pekerjanya dari yayasan. Itupun melalui Mas Gilang, aspri beliau.”
Mbak Nuri menatap Embun dengan tatapan yang rumit. Di matanya Embun seorang gadis cantik yang lugu dan datang dari kampung. Ia merasa iba padanya dan ingin membantunya.
Namun masalahnya, ia tidak memiliki wewenang mengajaknya ke rumah majikannya. Ia juga tidak mau mengambil resiko membawa orang asing ke sana. Meskipun terlihat lugu, ia juga khawatir ternyata aslinya Embun itu seorang penipu. Jika ia keliru mengambil langkah, ia pasti menerima konsekuensi dipecat oleh atasannya.
Embun menunggu jawaban Mbak Nuri dengan penuh harap. Seketika rajut wajahnya berubah sendu. “Aku butuh pekerjaan karena ayahku terlilit hutang, Mbak Nuri. Makanya aku sampai datang ke kota. Padahal aku tidak pernah menginjakan kaki di sini. Aku juga menunggu di halte karena tersesat. Aku sudah menelepon adikku tetapi tidak diangkat,”
Mendengar cerita Embun, rasanya hati wanita mana yang tidak tega mendengarnya. Mungkin usia Embun sepantaran adik bungsunya.
Siapa sangka ternyata Mbak Nuri mengangguk dan mengijinkan Embun ikut bersamanya.
“Makasih Mbak Nuri,” imbuh Embun Ganita dengan perasaan membuncah bahagia. Akhirnya ia bisa segera menemui putranya. Semoga saja!
Embun pun pergi bersama Mbak Nuri menuju kediaman mewah Danar Yudistira. Dalam waktu empat puluh menit, akhirnya mereka tiba di sana. Kedatangan mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Sebuah hunian berlantai tiga yang menampilkan desain modern-kontemporer. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan beberapa unsur di antaranya material kayu, material non finish dan material batu alam. Hingga tanpa sàdar, Embun menganga melihatnya.Belum lagi pemandangan hamparan taman yang luas mirip permadani karena ditumbuhi rumput gajah yang estetis. Area garasi dan carport yang lengkap diisi oleh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Ia seperti tengah memasuki negeri dongeng.Namun hanya dalam hitungan sepersekian detik, senyum Embun memudar setelah mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya. Hatinya merasa teriris. Rupanya, suaminya itu bukan orang sembarangan. Suaminya seorang sultan dengan harta kekayaan yang melimpah. Ironis, baginya ia tidak peduli asal usul siapa
Tak lama, senyum kelegaan terbit di wajah mereka yang seharian letih mencari ibu susu untuk Tuan muda itu.Di sisi lain, Embun menatap bayinya dengan penuh kasih sayang dan rindu.‘Sayang, jadi selama ini kau hanya minum susu formula? Betapa tega Papamu, Nak. Tapi tenang saja, mulai saat ini Mama akan merawatmu. Apapun yang terjadi.’Masih menggendong Sagara, Embun pun memilih duduk. Ia akan menyusui bayinya. Namun seketika tatapannya tertuju pada Gilang yang masih berada di kamar itu.Menyadari tatapan Embun tertuju padanya, Gilang berkata padanya. “Hum, maaf ya Mbak Embun, Tuan Danar meminta saya untuk tetap mengawasi Tuan Sagara saat Anda menyusuinya. Tidak selamanya, hanya saat masa training. Ya begitu,” katanya dengan sedikit sungkan. Embun merasa kecewa karena ia merasa risih jika harus menyusui di depan orang lain baik itu wanita maupun pria. Ia pun berinisiatif memunggungi Gilang dan ke dua babysitter Sagara. Ia segera melepas empat kancing kemeja teratas yang dipakainya. Ia
Saat hendak pulang dari kantor, tiba-tiba saja Danar mendengar kabar buruk yang menimpa istri tercinta. Mita mengalami kecelakaan. Ia pun segera pergi ke rumah sakit.Awalnya, Danar akan segera pulang karena harus mengurus perihal calon ibu susu untuk anaknya. Namun saat yang sama Gilang pun mengabarinya bahwa ia sudah mendapatkan ibu susu yang tepat untuk Sagara.Danar pun merasa lega dan memutuskan untuk melihat istrinya ke rumah sakit. Mita tertabrak motor saat pulang dari kantornya. Ke dua suami istri tersebut memang memiliki perusahaan masing-masing. Sehingga mereka memiliki kantor yang jelas berbeda tempat. Mereka hanya bertemu saat jam makan siang. Itupun ketika ke duanya tidak sibuk.“Sayang, kenapa kau tidak hati-hati!” imbuh Danar membelai lembut pipi istrinya. Ia sangat syok saat mendengar kabar tentang istrinya yang tertabrak motor ketika ia sedang menepikan kendaraan beroda empat miliknya di depan sebuah restoran.Area parkir restoran itu penuh sehingga dengan terpaksa, M
Setelah sedikit berdebat dengan Yasmin, akhirnya Embun bisa pergi dari apartemennya. Kali ini Embun membuat sebuah penolakan. Yasmin sampai tidak percaya akan keputusan kakak sambungnya itu. Embun mengatakan padanya bahwa ia bekerja menjadi seorang art di salah satu perumahan elit di sana.Embun pun tiba kembali di kediaman mantan suaminya hampir larut malam. Sebelum diantar menuju paviliun yang akan ditempatinya, Maya meminta Embun untuk memompa susunya dan menyimpannya dalam botol. Sagara terbiasa bangun malam dan pasti akan meminta susu. Tak mungkin ‘kan Maya menyuruh Embun datang malam-malam ke sana. Mengingat aturan yang dibuat oleh Danar untuk ibu susu Sagara.Embun memompa ASI nya dengan senang hati. Setelahnya, ia pun diantara Mbak Nuri menuju ke paviliun di mana ia akan tinggal di sana bersama beberapa art wanita lainnya. Berbeda dengan Mbak Nuri yang sudah mendapat kepercayaan penuh dari Danar hingga ia bisa menempati rumah utama.“Makasih, Mbak Nuri,” kata Embun menatap wan
“Sayang, aku mencarimu. Ternyata kau di sini rupanya.”Suara yang lembut merambat di telinga Danar Yudistira. Ia pun menoleh ke arah istrinya yang tengah memeluknya dari belakang.“Lihatlah! Anak kita sekarang sudah bisa tenang dan mendapatkan ASI.”Danar berbisik lirih pada istrinya dengan perasaan membuncah bahagia.Tatapan Mita pun tertuju pada wanita yang kini tengah menyusui bayi mereka. Namun ia tidak bisa melihat wajahnya karena posisi Embun yang membelakangi mereka. “Tidur yuk! Biarin Gara tidur. Biasanya kalau kenyang bayi suka langsung tidur,”Mita merangkul lengan suaminya dengan mesra. Tatapan yang bikin jengkel bagi Maya dan Linda yang masih jomblo. Ke dua babysitter Tuan muda itu saling lirik penuh arti.Sebetulnya mereka kurang menyukai kepribadian majikan wanitanya yang manja dan sedikit menyebalkan. Mereka terkadang melihat wanita itu seperti memiliki dua kepribadian. Di depan Danar, Mita selalu bersikap lemah lembut dan manja. Namun di belakang suaminya, wanita itu
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj
"Aaa..."Embun terbangun saat merasakan cipratan air mengenai wajahnya. Ia merasa tersentak lalu membelakan mata almondnya dengan penuh keterkejutan. Tangannya buru-buru mengusap air dingin yang membasahi wajahnya. Sepasang mata tajam langsung menyambut Embun. Seketika perempuan muda itu langsung menggerakan bibirnya, ingin menanyakan soal perjanjian yang dibuat antara ayahnya dan suaminya. Atau, mungkin wanita pesolek yang berdiri di hadapannya itu ikut terlibat di dalamnya! Sembari mencengkram sprei dan berusaha menegakkan tubuhnya, Embun langsung membuka mulutnya. “Tante, perjanjian apa yang dilakukan Ayah dengan Tuan Danar?”Suara Embun bergetar hebat. Sebetulnya sudah jelas Embun membaca surat kontrak yang dibawa suaminya. Hanya saja, ia tak terima karena merasa tidak pernah membuat kesepakatan apapun dengan Danar.Embun menyukai Danar dan jatuh hati pada pandangan pertama. Ketika Danar melamarnya di depan sang ayah, ia langsung menerimanya dengan penuh sukacita. Indira-ibu t
Menaiki angkutan umum, Embun pergi ke sebuah villa sederhana dekat hutan pinus yang ia tinggali saat menjalani pernikahan dengan Danar Yudistira.Setelah dipersunting oleh Danar, Embun langsung diboyong oleh pria itu untuk menempati villa yang sepi dan sunyi itu. Letak villa itu jauh dari pemukiman warga. Di sana Embun tinggal dengan seorang asisten rumah tangga dan seorang security. Namun villa itu kini kosong!Usai ijab qabul, Danar hanya menginap semalam untuk melakukan ritual malam pertama dengan Embun. Keesokan harinya Danar pergi keluar kota karena harus bekerja. Perusahaan miliknya berada di luar kota. Semenjak menikahi Embun, hanya dalam hitungan jari, Danar pulang ke villa itu. Lagi, ia hanya datang untuk meminta haknya sebagai suami dan mengecek kehamilan Embun. Embun yang lugu tidak pernah menaruh curiga pada Danar. Air mata Embun kini tak terbendung ketika mengingat keping demi keping kenangan yang dilewatinya bersama Danar. Pantas saja, Danar hanya bersikap seperlunya p