Share

Bab 6

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-06 20:43:34

Barangkali bukan rezeki Embun untuk bekerja di cafe milik saudara temannya Yasmin?

Ibu satu anak itu pun menghela napas.

Digantinya seragam cafe dengan pakaian sebelumnya.

Ia memutuskan berjalan keluar kafe dan berdiri mematung di tepi jalan dengan perasaan yang runyam. Ia bingung harus pulang ke apartemen Yasmin. Yasmin pasti marah padanya karena ia sudah merusak kepercayaan Yasmin. Padahal adik sambungnya itu sudah bersusah payah mencarikannya pekerjaan.

“Ternyata, benar apa kata Ayah. Mencari kerja di kota sangat sulit. Apalagi aku hanya lulusan SMA di kampung.”

Embun menghela nafas panjang. Tatapannya menyapu seluruh sudut jalan. Ia merasa dunianya kosong. Tangannya begitu saja mengusap perutnya. Lupa jika ia telah melahirkan. 

Mengingat bayinya yang tampan, dada Embun merasa sesak sekali. Hatinya terasa perih. Namun ia berusaha menegarkan dirinya kendati merasa hidup tidak adil baginya! Mengapa ia harus menanggung masalah ke dua orang tuanya?

Jangan tanyakan perasaannya saat ini! Hatinya sangat hancur. Ia merasa dikhianati oleh pria yang begitu dipujanya. Pun, ia merasa dijebak dan dimanfaatkan olehnya.  

Kenangan-kenangan buruk yang melintas sungguh menguras energi wanita lugu itu. Ia menjadi lapar dan haus. Namun, uang yang tersisa hanya sedikit. Ia pun mampir ke sebuah warung yang berada di tepi jalan. Ia membeli air mineral dalam botol.

Glek, glek, glek,

Embun meneguk perlahan air mineral itu. Sungguh, ia merasa sangat kehausan. Beberapa detik kemudian, Embun merasa sakit di bagian payudaranya. Seharusnya ia memompa ASI-nya. Namun ia tidak memiliki kesempatan melakukannya. Payudaranya mengeras dan sangat sakit.

Tatapan Embun beralih dari botol mineral tersebut pada sebuah layar 14 Inchi yang berada di warung tersebut. Seketika ia berjengit kaget saat melihat ada sebuah berita yang menampilkan sosok familiar.

“CEO PT Yudistira Group-Danar Yudistira dan CEO PT Cahyadi Group-Paramita Rosalina Cahyadi kini tengah mereguk kebahagiaan yang sempurna. Setelah menunggu selama sepuluh tahun lamanya akhirnya mereka dikaruniai putra tampan melalui proses kehamilan yang teramat sukar.”

Begitulah narasi yang diberitakan dalam berita tersebut.

Embun merasa sakit di ulu hatinya. Ia baru tahu jika suaminya itu bukanlah orang biasa. Ia hanya tahu jika suaminya seorang pengusaha dan bekerja di ibukota. Selama menjadi istrinya, Danar memang pendiam dan tidak membahas apapun selain sebuah pesan pada istrinya. “Kau harus makan dengan baik karena ada janin yang harus kaujaga!”

Yang paling mengejutkan ialah ternyata suaminya sudah memiliki istri sebelumnya. Bahkan pernikahan mereka sudah mencapai sepuluh tahun. Kesimpulannya sudah jelas jika dirinya hanyalah alat untuk mendapatkan keturunan pewaris. 

“Beruntung sekali ya kalau jadi Paramita. Sudah anak pengusaha, penerus usaha keluarganya dan suaminya pengusaha. Hidupnya enak dari lahir. Apalagi katanya Tuan Danar itu orangnya baik banget. Dia pria setia, gak neko-neko. Argh, sempurna sudah!”

Pemilik warung-wanita bertubuh tambun mengomentari berita yang tengah viral itu. 

Embun hanya menghela nafas pelan mendengarnya. Cara pandang dirinya pada mantan suaminya sudah berubah seratus delapan puluh derajat.

“Eh, katanya, kalau misalkan Tuan Danar gak punya anak lelaki, maka warisan dari kakeknya itu akan turun pada sepupunya.”

Tiba-tiba ada seorang pembeli yang menimpali.

“Keren lah! Pulang dari luar negeri langsung bawa anak! Dulu katanya Paramita mandul. Tapi … the power of money apa sih yang enggak zaman sekarang.”

Wanita pemilik warung itu berkomentar dengan santai.

Embun yang mendengarnya merasa tercabik-cabik hatinya. Bayi yang dikatakan mereka itu bayinya dengan Danar. Ia yang sudah menjaga bayi itu selama sembilan bulan lamanya dalam rahimnya. Lalu dengan enteng mereka mengumumkan bayi itu anak dari Paramita?

Namun Embun hanya memilih diam, menyimak perbincangan mereka. Mungkin selama ini ia hanya berkutat di rumah. Ia tidak mengetahui ihwal berita yang berada di luar sana. Ada banyak hal yang dilewatkan dalam hidupnya karena disibukkan dengan urusan rumah tangga. Ia juga tidak aktif mengikuti media sosial.

“Kalian senang sekali bergosip! Sudah! Cari berita yang penting kek,” imbuh si suami wanita itu memperingati. 

“Ah, si Bapak, gak apa-apa dong kali-kali nonton gosip,” kata si pembeli tadi, wanita muda bicara dengan kekehan kecil.

“Pernikahan bisnis di keluarga pengusaha itu sudah biasa. Anaknya pengusaha batu bara nikah sama anak pengusaha emas. Pokoknya ya seputar lingkungan mereka. Jangan harap orang-orang kayak kalian dinikahi macam Tuan Danar! Kecuali kalian jadi wanita simpanan, ya Neng!”

Bapak itu berkata sembari menoleh ke arah Embun. 

Telinga Embun semakin memanas mendengar percakapan mereka. Ingin segera beranjak dari sana.

Embun akan pulang kembali ke apartemen milik adik sambungnya. Sayang, karena ia tidak tahu jalan, ia justru tersesat. Ia pun memilih menunggu di sebuah halte bus yang menurutnya tempat paling aman. Ia pun menelepon Yasmin namun tidak diangkat. Naasnya, Embun bahkan tidak tahu bagaimana caranya memesan kendaraan secara online.

Embun celingukan ingin bertanya pada wanita yang duduk di sampingnya. Wanita paruh baya yang sibuk karena mencari dompetnya. 

“Astaga, dompet hilang! Bagaimana aku membayar bus? Mana gak ada pulsa lagi gak bisa telepon.”

Embun mendengar wanita paruh baya berpakaian rapi itu mengoceh sendiri seperti orang tidak waras. Ia mengecek beberapa kali tas dan barang bawaannya. Nihil, ia memang dicopet saat tadi turun dari kendaraan umum di sana.

Melihat wanita itu sibuk dengan wajah yang cemas, Embun memberanikan diri bertanya padanya. Barangkali ia bisa membantunya. “Bu, apa yang sedang kaucari?”

Wanita itu menoleh seraya tersenyum menatap Embun. “Cah Ayu, saya sedang mencari dompet. Sepertinya hilang dicopet tadi saat naik kereta.”

“Ya ampun, Bu. Ibu mau pergi ke mana sekarang?” tanya Embun bernada khawatir. Ia lupa jika dirinya juga tengah kebingungan.

Alih-alih menjawab pertanyaan Embun, wanita paruh baya itu berkata,  “Neng, saya bisa pinjam uang gak? Nanti saya bayar.”

Embun terdiam sejenak. Uang miliknya saja hanya tersisa seratus ribu rupiah. Jika ia membagi uang itu dengannya maka ia tidak yakin bisa tiba di apartemen Yasmin. 

Sisi lain, wanita itu berpikir jika Embun pasti keberatan. Mereka baru saja bertemu. Nanti dikira ia seorang penipu.  

“Atau, begini, boleh saya pinjam hape-nya? Saya mau telepon seseorang untuk menjemput saya.”

Jika demikian, Embun pun tak keberatan. Wanita bermanik almond itu meminjamkan ponselnya pada wanita itu. Matanya bergerak-bergerak mengawasi wanita yang sedang teleponan dengan seseorang. Embun takut jika ponselnya dicuri sebab belum dibayar.

“Makasih ya!” imbuh wanita itu dengan perasaan lega. Mereka pun berkenalan. Wanita bernama Mbak Nuri itu ternyata seorang asisten rumah tangga yang bekerja di salah satu perumahan elit di ibukota. Ia baru saja pulang kampung karena menghadiri adiknya yang menikah.

Diam-diam, Embun menyimak perbincangan di antara wanita bernama Mbak Nuri dengan seseorang. Terdengar Mbak Nuri ingin dijemput oleh seorang supir. Namun seketika ia terperangah saat mendengar Mbak Nuri menyebutkan alamat majikannya. Sebuah alamat yang sudah ia hafal sejak ia menginjakan kakinya di ibukota. 

“Siapa majikan Mbak Nuri?” tanya Embun dengan hati-hati.

Mbak Nuri menatap Embun lama kemudian menjawab. “Majikan saya Tuan Danar Yudistira.”

Mendengar nama itu disebut, ke dua tangan Embun meremat roknya dengan kuat. 

Danar Yudistra--nama mantan suaminya!

Bab terkait

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 7

    Di sisi lain, Danar langsung menyuruh asisten pribadinya--Gilang--untuk mencarikan ibu susu yang cocok untuk putranya. Untungnya, ia pun langsung membuka lowongan kerja untuk ibu susu anak tuannya dengan syarat yang ketat.Calon ibu susu untuk Sagara harus berasal dari wanita yang bertubuh sehat, resik dan berusia di bawah tiga puluh tahun. Selain itu, wanita itu juga harus mengikuti pemeriksaan medis oleh tim dokter yang khusus diundang datang ke sana.Saat Danar dan Mita berada di kantor masing-masing, di kediaman mewah Danar, Gilang dan Maya-babysitter mendadak menjadi Tim HRD yang tengah melakukan interview pada calon ibu susu untuk Sagara.Tak butuh waktu lama, para pelamar pun berdatangan. Hal pertama yang akan mereka jalani yakni proses interview. Bukan tanpa alasan, Gilang harus memastikan jika asal usul keluarga calon ibu susu jelas. Setelah itu, tahap ke dua yakni mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh tim dokter spesialis. Barulah di tahap terakhi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 8

    Embun pun pergi bersama Mbak Nuri menuju kediaman mewah Danar Yudistira. Dalam waktu empat puluh menit, akhirnya mereka tiba di sana. Kedatangan mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Sebuah hunian berlantai tiga yang menampilkan desain modern-kontemporer. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan beberapa unsur di antaranya material kayu, material non finish dan material batu alam. Hingga tanpa sàdar, Embun menganga melihatnya.Belum lagi pemandangan hamparan taman yang luas mirip permadani karena ditumbuhi rumput gajah yang estetis. Area garasi dan carport yang lengkap diisi oleh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Ia seperti tengah memasuki negeri dongeng.Namun hanya dalam hitungan sepersekian detik, senyum Embun memudar setelah mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya. Hatinya merasa teriris. Rupanya, suaminya itu bukan orang sembarangan. Suaminya seorang sultan dengan harta kekayaan yang melimpah. Ironis, baginya ia tidak peduli asal usul siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 9

    Tak lama, senyum kelegaan terbit di wajah mereka yang seharian letih mencari ibu susu untuk Tuan muda itu.Di sisi lain, Embun menatap bayinya dengan penuh kasih sayang dan rindu.‘Sayang, jadi selama ini kau hanya minum susu formula? Betapa tega Papamu, Nak. Tapi tenang saja, mulai saat ini Mama akan merawatmu. Apapun yang terjadi.’Masih menggendong Sagara, Embun pun memilih duduk. Ia akan menyusui bayinya. Namun seketika tatapannya tertuju pada Gilang yang masih berada di kamar itu.Menyadari tatapan Embun tertuju padanya, Gilang berkata padanya. “Hum, maaf ya Mbak Embun, Tuan Danar meminta saya untuk tetap mengawasi Tuan Sagara saat Anda menyusuinya. Tidak selamanya, hanya saat masa training. Ya begitu,” katanya dengan sedikit sungkan. Embun merasa kecewa karena ia merasa risih jika harus menyusui di depan orang lain baik itu wanita maupun pria. Ia pun berinisiatif memunggungi Gilang dan ke dua babysitter Sagara. Ia segera melepas empat kancing kemeja teratas yang dipakainya. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 10

    Saat hendak pulang dari kantor, tiba-tiba saja Danar mendengar kabar buruk yang menimpa istri tercinta. Mita mengalami kecelakaan. Ia pun segera pergi ke rumah sakit.Awalnya, Danar akan segera pulang karena harus mengurus perihal calon ibu susu untuk anaknya. Namun saat yang sama Gilang pun mengabarinya bahwa ia sudah mendapatkan ibu susu yang tepat untuk Sagara.Danar pun merasa lega dan memutuskan untuk melihat istrinya ke rumah sakit. Mita tertabrak motor saat pulang dari kantornya. Ke dua suami istri tersebut memang memiliki perusahaan masing-masing. Sehingga mereka memiliki kantor yang jelas berbeda tempat. Mereka hanya bertemu saat jam makan siang. Itupun ketika ke duanya tidak sibuk.“Sayang, kenapa kau tidak hati-hati!” imbuh Danar membelai lembut pipi istrinya. Ia sangat syok saat mendengar kabar tentang istrinya yang tertabrak motor ketika ia sedang menepikan kendaraan beroda empat miliknya di depan sebuah restoran.Area parkir restoran itu penuh sehingga dengan terpaksa, Mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 11

    Setelah sedikit berdebat dengan Yasmin, akhirnya Embun bisa pergi dari apartemennya. Kali ini Embun membuat sebuah penolakan. Yasmin sampai tidak percaya akan keputusan kakak sambungnya itu. Embun mengatakan padanya bahwa ia bekerja menjadi seorang art di salah satu perumahan elit di sana.Embun pun tiba kembali di kediaman mantan suaminya hampir larut malam. Sebelum diantar menuju paviliun yang akan ditempatinya, Maya meminta Embun untuk memompa susunya dan menyimpannya dalam botol. Sagara terbiasa bangun malam dan pasti akan meminta susu. Tak mungkin ‘kan Maya menyuruh Embun datang malam-malam ke sana. Mengingat aturan yang dibuat oleh Danar untuk ibu susu Sagara.Embun memompa ASI nya dengan senang hati. Setelahnya, ia pun diantara Mbak Nuri menuju ke paviliun di mana ia akan tinggal di sana bersama beberapa art wanita lainnya. Berbeda dengan Mbak Nuri yang sudah mendapat kepercayaan penuh dari Danar hingga ia bisa menempati rumah utama.“Makasih, Mbak Nuri,” kata Embun menatap wan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 12

    “Sayang, aku mencarimu. Ternyata kau di sini rupanya.”Suara yang lembut merambat di telinga Danar Yudistira. Ia pun menoleh ke arah istrinya yang tengah memeluknya dari belakang.“Lihatlah! Anak kita sekarang sudah bisa tenang dan mendapatkan ASI.”Danar berbisik lirih pada istrinya dengan perasaan membuncah bahagia.Tatapan Mita pun tertuju pada wanita yang kini tengah menyusui bayi mereka. Namun ia tidak bisa melihat wajahnya karena posisi Embun yang membelakangi mereka. “Tidur yuk! Biarin Gara tidur. Biasanya kalau kenyang bayi suka langsung tidur,”Mita merangkul lengan suaminya dengan mesra. Tatapan yang bikin jengkel bagi Maya dan Linda yang masih jomblo. Ke dua babysitter Tuan muda itu saling lirik penuh arti.Sebetulnya mereka kurang menyukai kepribadian majikan wanitanya yang manja dan sedikit menyebalkan. Mereka terkadang melihat wanita itu seperti memiliki dua kepribadian. Di depan Danar, Mita selalu bersikap lemah lembut dan manja. Namun di belakang suaminya, wanita itu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 13

    Malam itu, Embun hanya bisa memejamkan matanya sebentar. Dini hari ia sudah bangun. Ia tidak terbiasa tidur di tempat asing. Ia begitu kesulitan ketika menemukan tempat baru dan beradaptasi dengan lingkungannya.Masalahnya Embun itu seorang introvert. Ia tidak terbiasa bergaul dengan orang lain. Kehidupannya berkutat di sekitar rumah. Ia pun segera mandi dan berganti pakaian. Kemudian ia menghidupkan ponselnya. Ada banyak pesan sms yang masuk ke dalam ponselnya. Ia pun membukanya satu per satu. Ia mendesah pelan saat melihat ternyata pesan itu berasal dari saudarinya-Yasmin yang memintanya pulang ke apartemennya.Setelah membaca pesan itu, Embun menaruh kembali ponselnya di atas ranjang. Ia mengabaikan pesan Yasmin. Embun tak ingin pulang kampung. Ia hanya ingin berada di sisi putranya bagaiamanapun caranya. Senyum kecil terbit di wajahnya. Bukankah ada kamera di ponselnya. Ponselnya terbilang bagus berarti kameranya juga bagus. Sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya. Ia akan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 14

    Seketika jantung Bu Neli berdenyut lebih cepat. Ia begitu tegang saat dipanggil oleh Danar ke ruang makan. Danar bertanya padanya siapakah yang membuat salad sayur untuknya?Sial, pasti saladnya tidak enak. Bu Neli sudah berburuk sangka. Ia menyesal telah menyuruh Embun untuk membuat salad. ‘Aduh, aku bilang jujur gak ya? Tapi kalo jujur, kasihan anak itu nanti kena marah. Tidak apa-apalah, aku yang akan mengaku. Setidaknya aku sudah bekerja lama di rumah Tuan Danar. Paling kena marah atau hukuman potong gaji gak masalah.’Pikiran Bu Neli sudah berkecamuk. Sungguh, ia begitu takut melihat kemarahan majikannya.“Hum, maaf, Tuan, saya yang membuat salad sayur itu. Maaf, jika …” ucapan Bu Neli menggantung sebab Danar langsung menyelanya.“Aku suka salad sayur ini, Bu Neli! Aku ingin kau membuatnya lagi nanti. Soalnya saya sekarang harus menjenguk Eyang.”Danar Yudistira berkata dengan santai. Ia melanjutkan lagi menyendok salad sayur itu dengan antusias. Ia begitu lahap memakannya.Bu Ne

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29

Bab terbaru

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 383

    “Sa, udah cukup. Aku udah kenyang.”Rosa menahan tangan Pasha untuk terus menyuapinya.Pasha pun menurut lalu menyerahkan sebotol air minum untuk Rosa, lengkap dengan sedotannya. Tanpa ragu, Rosa menerima air minum itu lalu meneguknya perlahan. Dengan telaten, Pasha pun menaruh nampan bekas makan Rosa di atas nakas. Lalu ia langsung memanggil perawat yang tiba di sana untuk membereskan bekas makan Rosa. Ia tidak bisa melihat ada barang kotor di sana.Setelah memastikan Rosa makan dengan benar, Pasha tak langsung beranjak dari sana. Ia kembali duduk di sisi Rosa, membetulkan bantal yang menjadi sandaran Rosa meskipun ia terlihat letih.“Sa,” imbuh Rosa menatap Pasha yang mengabaikan dirinya sendiri. Wajah pria tampan itu terlihat letih dengan penampilannya yang berantakan.“Apa?” tanya Pasha dengan suara serak—yang letih.“Kamu pulang aja,” Rosa menatap iba pemuda itu. “Kamu bisa istirahat di rumah. Di sini ada perawat kok,”Pasha menatap Rosa dengan tatapan penuh arti. Tangannya memb

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 382

    “Siapa Na?” Sulis bertanya saat Ana tak kunjung mengangkat teleponnya.Ana melirik ke arah Sulis setelah mengatur ponsel itu menjadi silent. Untuk saat ini ia tidak ingin mendengar tentang Selina ataupun keluarganya. Ia hanya ingin fokus pada kebahagiaan Pasha dan wanita pilihannya. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Pasha sudah memilih Rosa. Bahkan kini mereka sudah punya anak.Mungkin ia akan segera menangani soal pertunangan Pasha dengan Selina yang akan batal untuk ke dua kalinya. Ana belum tahu apa yang ditemukan oleh Jeena di apartemen Pasha. Andai Ana tahu apa yang terjadi pasti ia akan murka. Seolah memahami isyarat yang diberikan oleh Ana, Sulis pun memilih mendekat. Ke dua wanita yang sudah tidak muda itu lalu memilih keluar ruangan. “Dasha telepon,” imbuh Ana sembari merangkul lengan Sulis. Sulis menatap Ana dengan tatapan serius. “Kamu harus segera bertemu dengan Dasha. Kalau kamu takut, aku temani,”Ana meraih oksigen rakus lalu mengembuskannya dengan berat, menja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 381

    Rosa terdiam mendengar permintàan maaf mantan bosnya itu. Bukankah itu pertanda jika ia merestui hubungannya dengan putra kesayangannya?Dengan napas tersengal, Rosa mencoba menggerakkan tubuhnya, berusaha menyesuaikan diri dengan keberadaan wanita yang dulu menolak keberadaannya.Pasha yang duduk di kursi samping tempat tidur, langsung menggenggam tangan Rosa, seakan tahu bahwa Rosa sedang ketakutan. “Tenang, aku di sini,” bisiknya pelan.Ana memperhatikan interaksi mereka. Ada sesuatu dalam sorot matanya—sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Mungkin itu penyesalan, mungkin itu rasa bersalah.“Nyonya … aku …” imbuh Rosa menggantung sebab Ana sudah lebih dulu memotongnya.“Jangan banyak bicara. Kau masih belum pulih,” ucap Ana dengan nada simpatik.Rosa menunduk, menatap selimutnya dengan pandangan kosong. Ia masih takut. Ia ingat dengan jelas bagaimana Ana dulu mengatakan bahwa ia tidak pantas untuk Pasha, dan permintaannya agar bisa menjauh dari Pasha.Tapi kini, Ana ada

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 380

    Di ruangan bernuansa putih yang sepi, hanya suara detak monitor dan hembusan lembut oksigen yang menemani. Lampu redup di langit-langit menerangi wajah pucat Rosa yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Kini ia sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.Di sampingnya, Pasha duduk dengan tubuh lelah, pakaian kusut, rambut berantakan, dan mata yang sembab. Namun, ia tetap tidak beranjak.Tangannya menggenggam erat jemari Rosa, seolah takut kehilangan lagi.Kelopak mata Rosa mulai bergerak. Pelan, ia membuka matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyilaukan. Pandangannya buram sesaat, sebelum akhirnya menangkap sosok di sampingnya.Pasha.Dengan wajah yang begitu lelah, namun tatapan matanya hangat… dan penuh penyesalan.“Pasha,” suaranya serak, nyaris seperti bisikan.Sekejap, Pasha menegakkan tubuhnya. Matanya membulat, penuh keterkejutan sekaligus kelegaan.“Kamu sadar,” suaranya bergetar. Jemarinya refleks menggenggam tangan Rosa lebih erat, seolah ingin memastikan ini bukan

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 379

    Ana berdiri di depan ruang ICU dengan perasaan campur aduk. Matanya sembab karena menangis terlalu lama, tapi ia tetap berdiri di sana, menunggu.Hatinya berdegup kencang saat akhirnya pintu ICU terbuka. Lalu tampaklah Pasha melangkah keluar.Putranya tampak berantakan—wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan matanya merah karena letih. Seorang pria yang terbebani oleh terlalu banyak emosi.“Pasha,” suara Ana nyaris berbisik.Tapi Pasha bahkan tidak menoleh. Pemuda tampan itu berjalan lurus, melewati Ana begitu saja, seolah ibunya tidak ada di sana.Ana menahan napas. Sakit. Hatinya terasa diremuk. Tapi ia tahu—ia pantas mendapatkannya. Pasha sangat marah dan kecewa padanya. Dengan cepat, Ana berbalik dan mengejar langkah Pasha yang menuju bangku tunggu di lorong rumah sakit.“Pasha… Nak, dengar dulu,” suara Ana sedikit gemetar, mencoba menyentuh lengan putranya.Tapi Pasha menepis tangannya, menghindar. Ana merasa tersentak mendapat perlakuan Pasha seperti itu. Pasha putranya yang manja

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 378

    Ana berdiri di depan ruang bayi dengan tangan gemetar. Matanya yang sembab menatap ke dalam, mencari sosok dua bayi mungil yang terbaring di dalam inkubator. Napasnya tertahan saat akhirnya menemukannya, dua cucunya, begitu kecil, begitu rapuh, tetapi hidup.Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.Selama ini, ia keras kepala, menutup hati terhadap Rosa. Ia menganggap Rosa bukan bagian dari keluarga, bukan seseorang yang pantas untuk Pasha. Namun kini, ketika melihat bayi-bayi itu, darah daging Pasha, hatinya terasa remuk.“Andai saja aku bisa memutar waktu,” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.Ia menggenggam dadanya yang terasa sesak. Rosa sudah berjuang begitu keras. Sendirian. Tanpa dukungan dari keluarga yang seharusnya menerimanya. Dan sekarang, Rosa terbaring di ruang ICU, bertaruh nyawa setelah membawa dua kehidupan baru ke dunia ini.Ana menangis tersedu. “Maafkan aku, Rosa,”Tiba-tiba, ia merasakan bahu seseorang menyentuhnya. Jeena berdiri di sampingnya, matanya juga berkac

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 377

    Pasha berdiri terpaku di depan ruang ICU dengan wajah pucat, kedua tangannya mengepal erat. Matanya merah, penuh amarah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Di dalam sana, Rosa, wanita yang dicintainya terbaring tanpa daya, dikelilingi oleh tim medis yang berusaha sekuat tenaga menyelamatkannya.Dokter baru saja keluar dengan ekspresi serius. “Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi pendarahannya terlalu banyak. Kondisinya sangat kritis,” katanya pelan. “Yang bisa Anda lakukan sekarang adalah berdoa.”Berdoa? Pasha merasa dadanya sesak. Hatinya menolak menerima kenyataan itu. Bukankah Rosa sudah mendapatkan pertolongan pertama darinya? Seharusnya ia cukup kuat dan bisa melewati masa kritis dengan cepat.Seketika tubuhnya lesu dengan suara yang tercekat di tenggorokan. “Tidak mungkin! Anda harus melakukan sesuatu!” suaranya bergetar, hampir memohon.Dokter menghela napas. “Kami akan terus berusaha, tapi bersiaplah untuk kemungkinan terburuk.”Pasha mundur selangkah, punggungnya me

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 376

    Selina terduduk di tepi ranjangnya, kedua tangannya menggenggam erat kain rok yang ia kenakan. Napasnya tersengal, jantungnya berdebar kencang. Bayangan Rosa yang kesakitan, wajahnya yang memucat saat ia merintih meminta bantuan, terus berputar di pikirannya.Tapi apa yang telah ia lakukan? Ia justru pergi. Ia meninggalkan Rosa sendirian.“Ya Tuhan…” gumamnya, suara seraknya hampir tak terdengar. Namun ia merasa apa yang dilakukannya tidak apa-apa dibanding dengan kebohongan yang Pasha dan Rosa lakukan padanya. Ia merasa dikhianati.Selina menggelengkan kepalanya dengan rahang yang mengetat, “Kau pantas mendapatkannya.”Pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan ibunya berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan sorot mata tajam. “Selina, ada apa denganmu?” suara ibunya terdengar curiga. “Kenapa kau pulang sendiri? Di mana Pasha? Bukankah kalian akan membeli cincin tunangan?”Selina menelan ludah. Ia mencoba tersenyum, tetapi bibirnya gemetar. “Aku… aku hanya lelah, Ma. Kami menundanya dulu. Pa

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 375

    Namun tiba-tiba, sesuatu yang sangat tipis terdengar—napas. Pelan. Hampir tak terdengar.Pasha tersentak. Dengan cepat ia menempelkan telinganya ke dada Rosa.Masih ada detak jantung. Rosa masih hidup! Pasha juga segera mengecek nadinya yang ternyata masih berdenyut. Ia harus menjaga kesadaran Rosa.“Rosa, Sayang, bangun! Aku di sini! Bertahanlah!” ucap Pasha dengan suara yang bergetar dan begitu takut. Ia sangat takut kehilangan Rosa.Kejadian Maria Lubis tempo lalu setidaknya membuatnya trauma dalam menangani pasien dalam kondisi yang kritis.“Sayang, bangun!” Pasha buru-buru mengusap wajah Rosa, panik. Ia langsung meraih ponselnya, tangan bergetar saat menekan nomor darurat.Sambil menunggu sambungan telepon terhubung, ia menatap Rosa dan bayi mereka dengan mata penuh harapan. Ia belum kehilangan mereka. Tidak sekarang. Tidak akan pernah.“Bertahanlah, Rosa… Aku tidak akan membiarkanmu pergi…”“Pa…” Rosa mencoba berbicara, tapi suaranya hampir tak keluar.Pasha merasakan dadanya se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status