Barangkali bukan rezeki Embun untuk bekerja di cafe milik saudara temannya Yasmin?
Ibu satu anak itu pun menghela napas.
Digantinya seragam cafe dengan pakaian sebelumnya.
Ia memutuskan berjalan keluar kafe dan berdiri mematung di tepi jalan dengan perasaan yang runyam. Ia bingung harus pulang ke apartemen Yasmin. Yasmin pasti marah padanya karena ia sudah merusak kepercayaan Yasmin. Padahal adik sambungnya itu sudah bersusah payah mencarikannya pekerjaan.
“Ternyata, benar apa kata Ayah. Mencari kerja di kota sangat sulit. Apalagi aku hanya lulusan SMA di kampung.”
Embun menghela nafas panjang. Tatapannya menyapu seluruh sudut jalan. Ia merasa dunianya kosong. Tangannya begitu saja mengusap perutnya. Lupa jika ia telah melahirkan.
Mengingat bayinya yang tampan, dada Embun merasa sesak sekali. Hatinya terasa perih. Namun ia berusaha menegarkan dirinya kendati merasa hidup tidak adil baginya! Mengapa ia harus menanggung masalah ke dua orang tuanya?
Jangan tanyakan perasaannya saat ini! Hatinya sangat hancur. Ia merasa dikhianati oleh pria yang begitu dipujanya. Pun, ia merasa dijebak dan dimanfaatkan olehnya.
Kenangan-kenangan buruk yang melintas sungguh menguras energi wanita lugu itu. Ia menjadi lapar dan haus. Namun, uang yang tersisa hanya sedikit. Ia pun mampir ke sebuah warung yang berada di tepi jalan. Ia membeli air mineral dalam botol.
Glek, glek, glek,
Embun meneguk perlahan air mineral itu. Sungguh, ia merasa sangat kehausan. Beberapa detik kemudian, Embun merasa sakit di bagian payudaranya. Seharusnya ia memompa ASI-nya. Namun ia tidak memiliki kesempatan melakukannya. Payudaranya mengeras dan sangat sakit.
Tatapan Embun beralih dari botol mineral tersebut pada sebuah layar 14 Inchi yang berada di warung tersebut. Seketika ia berjengit kaget saat melihat ada sebuah berita yang menampilkan sosok familiar.
“CEO PT Yudistira Group-Danar Yudistira dan CEO PT Cahyadi Group-Paramita Rosalina Cahyadi kini tengah mereguk kebahagiaan yang sempurna. Setelah menunggu selama sepuluh tahun lamanya akhirnya mereka dikaruniai putra tampan melalui proses kehamilan yang teramat sukar.”
Begitulah narasi yang diberitakan dalam berita tersebut.
Embun merasa sakit di ulu hatinya. Ia baru tahu jika suaminya itu bukanlah orang biasa. Ia hanya tahu jika suaminya seorang pengusaha dan bekerja di ibukota. Selama menjadi istrinya, Danar memang pendiam dan tidak membahas apapun selain sebuah pesan pada istrinya. “Kau harus makan dengan baik karena ada janin yang harus kaujaga!”
Yang paling mengejutkan ialah ternyata suaminya sudah memiliki istri sebelumnya. Bahkan pernikahan mereka sudah mencapai sepuluh tahun. Kesimpulannya sudah jelas jika dirinya hanyalah alat untuk mendapatkan keturunan pewaris.
“Beruntung sekali ya kalau jadi Paramita. Sudah anak pengusaha, penerus usaha keluarganya dan suaminya pengusaha. Hidupnya enak dari lahir. Apalagi katanya Tuan Danar itu orangnya baik banget. Dia pria setia, gak neko-neko. Argh, sempurna sudah!”
Pemilik warung-wanita bertubuh tambun mengomentari berita yang tengah viral itu.
Embun hanya menghela nafas pelan mendengarnya. Cara pandang dirinya pada mantan suaminya sudah berubah seratus delapan puluh derajat.
“Eh, katanya, kalau misalkan Tuan Danar gak punya anak lelaki, maka warisan dari kakeknya itu akan turun pada sepupunya.”
Tiba-tiba ada seorang pembeli yang menimpali.
“Keren lah! Pulang dari luar negeri langsung bawa anak! Dulu katanya Paramita mandul. Tapi … the power of money apa sih yang enggak zaman sekarang.”
Wanita pemilik warung itu berkomentar dengan santai.
Embun yang mendengarnya merasa tercabik-cabik hatinya. Bayi yang dikatakan mereka itu bayinya dengan Danar. Ia yang sudah menjaga bayi itu selama sembilan bulan lamanya dalam rahimnya. Lalu dengan enteng mereka mengumumkan bayi itu anak dari Paramita?
Namun Embun hanya memilih diam, menyimak perbincangan mereka. Mungkin selama ini ia hanya berkutat di rumah. Ia tidak mengetahui ihwal berita yang berada di luar sana. Ada banyak hal yang dilewatkan dalam hidupnya karena disibukkan dengan urusan rumah tangga. Ia juga tidak aktif mengikuti media sosial.
“Kalian senang sekali bergosip! Sudah! Cari berita yang penting kek,” imbuh si suami wanita itu memperingati.
“Ah, si Bapak, gak apa-apa dong kali-kali nonton gosip,” kata si pembeli tadi, wanita muda bicara dengan kekehan kecil.
“Pernikahan bisnis di keluarga pengusaha itu sudah biasa. Anaknya pengusaha batu bara nikah sama anak pengusaha emas. Pokoknya ya seputar lingkungan mereka. Jangan harap orang-orang kayak kalian dinikahi macam Tuan Danar! Kecuali kalian jadi wanita simpanan, ya Neng!”
Bapak itu berkata sembari menoleh ke arah Embun.
Telinga Embun semakin memanas mendengar percakapan mereka. Ingin segera beranjak dari sana.
Embun akan pulang kembali ke apartemen milik adik sambungnya. Sayang, karena ia tidak tahu jalan, ia justru tersesat. Ia pun memilih menunggu di sebuah halte bus yang menurutnya tempat paling aman. Ia pun menelepon Yasmin namun tidak diangkat. Naasnya, Embun bahkan tidak tahu bagaimana caranya memesan kendaraan secara online.
Embun celingukan ingin bertanya pada wanita yang duduk di sampingnya. Wanita paruh baya yang sibuk karena mencari dompetnya.
“Astaga, dompet hilang! Bagaimana aku membayar bus? Mana gak ada pulsa lagi gak bisa telepon.”
Embun mendengar wanita paruh baya berpakaian rapi itu mengoceh sendiri seperti orang tidak waras. Ia mengecek beberapa kali tas dan barang bawaannya. Nihil, ia memang dicopet saat tadi turun dari kendaraan umum di sana.
Melihat wanita itu sibuk dengan wajah yang cemas, Embun memberanikan diri bertanya padanya. Barangkali ia bisa membantunya. “Bu, apa yang sedang kaucari?”
Wanita itu menoleh seraya tersenyum menatap Embun. “Cah Ayu, saya sedang mencari dompet. Sepertinya hilang dicopet tadi saat naik kereta.”
“Ya ampun, Bu. Ibu mau pergi ke mana sekarang?” tanya Embun bernada khawatir. Ia lupa jika dirinya juga tengah kebingungan.
Alih-alih menjawab pertanyaan Embun, wanita paruh baya itu berkata, “Neng, saya bisa pinjam uang gak? Nanti saya bayar.”
Embun terdiam sejenak. Uang miliknya saja hanya tersisa seratus ribu rupiah. Jika ia membagi uang itu dengannya maka ia tidak yakin bisa tiba di apartemen Yasmin.
Sisi lain, wanita itu berpikir jika Embun pasti keberatan. Mereka baru saja bertemu. Nanti dikira ia seorang penipu.
“Atau, begini, boleh saya pinjam hape-nya? Saya mau telepon seseorang untuk menjemput saya.”
Jika demikian, Embun pun tak keberatan. Wanita bermanik almond itu meminjamkan ponselnya pada wanita itu. Matanya bergerak-bergerak mengawasi wanita yang sedang teleponan dengan seseorang. Embun takut jika ponselnya dicuri sebab belum dibayar.
“Makasih ya!” imbuh wanita itu dengan perasaan lega. Mereka pun berkenalan. Wanita bernama Mbak Nuri itu ternyata seorang asisten rumah tangga yang bekerja di salah satu perumahan elit di ibukota. Ia baru saja pulang kampung karena menghadiri adiknya yang menikah.
Diam-diam, Embun menyimak perbincangan di antara wanita bernama Mbak Nuri dengan seseorang. Terdengar Mbak Nuri ingin dijemput oleh seorang supir. Namun seketika ia terperangah saat mendengar Mbak Nuri menyebutkan alamat majikannya. Sebuah alamat yang sudah ia hafal sejak ia menginjakan kakinya di ibukota.
“Siapa majikan Mbak Nuri?” tanya Embun dengan hati-hati.
Mbak Nuri menatap Embun lama kemudian menjawab. “Majikan saya Tuan Danar Yudistira.”
Mendengar nama itu disebut, ke dua tangan Embun meremat roknya dengan kuat.
Danar Yudistra--nama mantan suaminya!
Di sisi lain, Danar langsung menyuruh asisten pribadinya--Gilang--untuk mencarikan ibu susu yang cocok untuk putranya. Untungnya, ia pun langsung membuka lowongan kerja untuk ibu susu anak tuannya dengan syarat yang ketat.Calon ibu susu untuk Sagara harus berasal dari wanita yang bertubuh sehat, resik dan berusia di bawah tiga puluh tahun. Selain itu, wanita itu juga harus mengikuti pemeriksaan medis oleh tim dokter yang khusus diundang datang ke sana.Saat Danar dan Mita berada di kantor masing-masing, di kediaman mewah Danar, Gilang dan Maya-babysitter mendadak menjadi Tim HRD yang tengah melakukan interview pada calon ibu susu untuk Sagara.Tak butuh waktu lama, para pelamar pun berdatangan. Hal pertama yang akan mereka jalani yakni proses interview. Bukan tanpa alasan, Gilang harus memastikan jika asal usul keluarga calon ibu susu jelas. Setelah itu, tahap ke dua yakni mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh tim dokter spesialis. Barulah di tahap terakhi
Embun pun pergi bersama Mbak Nuri menuju kediaman mewah Danar Yudistira. Dalam waktu empat puluh menit, akhirnya mereka tiba di sana. Kedatangan mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Sebuah hunian berlantai tiga yang menampilkan desain modern-kontemporer. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan beberapa unsur di antaranya material kayu, material non finish dan material batu alam. Hingga tanpa sàdar, Embun menganga melihatnya.Belum lagi pemandangan hamparan taman yang luas mirip permadani karena ditumbuhi rumput gajah yang estetis. Area garasi dan carport yang lengkap diisi oleh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Ia seperti tengah memasuki negeri dongeng.Namun hanya dalam hitungan sepersekian detik, senyum Embun memudar setelah mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya. Hatinya merasa teriris. Rupanya, suaminya itu bukan orang sembarangan. Suaminya seorang sultan dengan harta kekayaan yang melimpah. Ironis, baginya ia tidak peduli asal usul siapa
Tak lama, senyum kelegaan terbit di wajah mereka yang seharian letih mencari ibu susu untuk Tuan muda itu.Di sisi lain, Embun menatap bayinya dengan penuh kasih sayang dan rindu.‘Sayang, jadi selama ini kau hanya minum susu formula? Betapa tega Papamu, Nak. Tapi tenang saja, mulai saat ini Mama akan merawatmu. Apapun yang terjadi.’Masih menggendong Sagara, Embun pun memilih duduk. Ia akan menyusui bayinya. Namun seketika tatapannya tertuju pada Gilang yang masih berada di kamar itu.Menyadari tatapan Embun tertuju padanya, Gilang berkata padanya. “Hum, maaf ya Mbak Embun, Tuan Danar meminta saya untuk tetap mengawasi Tuan Sagara saat Anda menyusuinya. Tidak selamanya, hanya saat masa training. Ya begitu,” katanya dengan sedikit sungkan. Embun merasa kecewa karena ia merasa risih jika harus menyusui di depan orang lain baik itu wanita maupun pria. Ia pun berinisiatif memunggungi Gilang dan ke dua babysitter Sagara. Ia segera melepas empat kancing kemeja teratas yang dipakainya. Ia
Saat hendak pulang dari kantor, tiba-tiba saja Danar mendengar kabar buruk yang menimpa istri tercinta. Mita mengalami kecelakaan. Ia pun segera pergi ke rumah sakit.Awalnya, Danar akan segera pulang karena harus mengurus perihal calon ibu susu untuk anaknya. Namun saat yang sama Gilang pun mengabarinya bahwa ia sudah mendapatkan ibu susu yang tepat untuk Sagara.Danar pun merasa lega dan memutuskan untuk melihat istrinya ke rumah sakit. Mita tertabrak motor saat pulang dari kantornya. Ke dua suami istri tersebut memang memiliki perusahaan masing-masing. Sehingga mereka memiliki kantor yang jelas berbeda tempat. Mereka hanya bertemu saat jam makan siang. Itupun ketika ke duanya tidak sibuk.“Sayang, kenapa kau tidak hati-hati!” imbuh Danar membelai lembut pipi istrinya. Ia sangat syok saat mendengar kabar tentang istrinya yang tertabrak motor ketika ia sedang menepikan kendaraan beroda empat miliknya di depan sebuah restoran.Area parkir restoran itu penuh sehingga dengan terpaksa, Mi
Setelah sedikit berdebat dengan Yasmin, akhirnya Embun bisa pergi dari apartemennya. Kali ini Embun membuat sebuah penolakan. Yasmin sampai tidak percaya akan keputusan kakak sambungnya itu. Embun mengatakan padanya bahwa ia bekerja menjadi seorang art di salah satu perumahan elit di sana.Embun pun tiba kembali di kediaman mantan suaminya hampir larut malam. Sebelum diantar menuju paviliun yang akan ditempatinya, Maya meminta Embun untuk memompa susunya dan menyimpannya dalam botol. Sagara terbiasa bangun malam dan pasti akan meminta susu. Tak mungkin ‘kan Maya menyuruh Embun datang malam-malam ke sana. Mengingat aturan yang dibuat oleh Danar untuk ibu susu Sagara.Embun memompa ASI nya dengan senang hati. Setelahnya, ia pun diantara Mbak Nuri menuju ke paviliun di mana ia akan tinggal di sana bersama beberapa art wanita lainnya. Berbeda dengan Mbak Nuri yang sudah mendapat kepercayaan penuh dari Danar hingga ia bisa menempati rumah utama.“Makasih, Mbak Nuri,” kata Embun menatap wan
“Sayang, aku mencarimu. Ternyata kau di sini rupanya.”Suara yang lembut merambat di telinga Danar Yudistira. Ia pun menoleh ke arah istrinya yang tengah memeluknya dari belakang.“Lihatlah! Anak kita sekarang sudah bisa tenang dan mendapatkan ASI.”Danar berbisik lirih pada istrinya dengan perasaan membuncah bahagia.Tatapan Mita pun tertuju pada wanita yang kini tengah menyusui bayi mereka. Namun ia tidak bisa melihat wajahnya karena posisi Embun yang membelakangi mereka. “Tidur yuk! Biarin Gara tidur. Biasanya kalau kenyang bayi suka langsung tidur,”Mita merangkul lengan suaminya dengan mesra. Tatapan yang bikin jengkel bagi Maya dan Linda yang masih jomblo. Ke dua babysitter Tuan muda itu saling lirik penuh arti.Sebetulnya mereka kurang menyukai kepribadian majikan wanitanya yang manja dan sedikit menyebalkan. Mereka terkadang melihat wanita itu seperti memiliki dua kepribadian. Di depan Danar, Mita selalu bersikap lemah lembut dan manja. Namun di belakang suaminya, wanita itu t
Malam itu, Embun hanya bisa memejamkan matanya sebentar. Dini hari ia sudah bangun. Ia tidak terbiasa tidur di tempat asing. Ia begitu kesulitan ketika menemukan tempat baru dan beradaptasi dengan lingkungannya.Masalahnya Embun itu seorang introvert. Ia tidak terbiasa bergaul dengan orang lain. Kehidupannya berkutat di sekitar rumah. Ia pun segera mandi dan berganti pakaian. Kemudian ia menghidupkan ponselnya. Ada banyak pesan sms yang masuk ke dalam ponselnya. Ia pun membukanya satu per satu. Ia mendesah pelan saat melihat ternyata pesan itu berasal dari saudarinya-Yasmin yang memintanya pulang ke apartemennya.Setelah membaca pesan itu, Embun menaruh kembali ponselnya di atas ranjang. Ia mengabaikan pesan Yasmin. Embun tak ingin pulang kampung. Ia hanya ingin berada di sisi putranya bagaiamanapun caranya. Senyum kecil terbit di wajahnya. Bukankah ada kamera di ponselnya. Ponselnya terbilang bagus berarti kameranya juga bagus. Sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya. Ia akan men
Seketika jantung Bu Neli berdenyut lebih cepat. Ia begitu tegang saat dipanggil oleh Danar ke ruang makan. Danar bertanya padanya siapakah yang membuat salad sayur untuknya?Sial, pasti saladnya tidak enak. Bu Neli sudah berburuk sangka. Ia menyesal telah menyuruh Embun untuk membuat salad. ‘Aduh, aku bilang jujur gak ya? Tapi kalo jujur, kasihan anak itu nanti kena marah. Tidak apa-apalah, aku yang akan mengaku. Setidaknya aku sudah bekerja lama di rumah Tuan Danar. Paling kena marah atau hukuman potong gaji gak masalah.’Pikiran Bu Neli sudah berkecamuk. Sungguh, ia begitu takut melihat kemarahan majikannya.“Hum, maaf, Tuan, saya yang membuat salad sayur itu. Maaf, jika …” ucapan Bu Neli menggantung sebab Danar langsung menyelanya.“Aku suka salad sayur ini, Bu Neli! Aku ingin kau membuatnya lagi nanti. Soalnya saya sekarang harus menjenguk Eyang.”Danar Yudistira berkata dengan santai. Ia melanjutkan lagi menyendok salad sayur itu dengan antusias. Ia begitu lahap memakannya.Bu Ne
Di tengah pesta pernikahan Jeena dan Manggala yang meriah, semua orang tampak berbahagia. Tawa dan musik memenuhi ruangan, para tamu menikmati hidangan lezat, dan pasangan pengantin tersenyum bahagia di pelaminan. Namun, di sudut ruangan yang lebih sepi, Beryl duduk diam, matanya kosong menatap gelas di tangannya. Alby, yang memperhatikan saudara kembarnya itu sejak tadi, akhirnya mendekat. “Beryl, lo kenapa? Harusnya kita ikut senang buat Jeena dan Manggala.”Beryl menghela napas panjang, lalu tertawa hambar. “Senang? Lo pikir semua orang bisa ikut bahagia?” Ia mendesis pelan. Tatapannya bertemu dengan Yuda yang melewatinya. Pria itu berjalan terburu-buru diikuti oleh istrinya menuju tempat parkir. Sementara itu di belakang mereka, Dania bergandengan tangan dengan tunangannya. Menyadari tatapan Beryl ke arah Yuda, Alby menatap saudara kembarnya. Ia mengernyit. “Lo masih kepikiran Laila?”Seketika rahang Beryl mengeras. Ia meneguk minumannya, lalu bangkit berdiri. “Gue butuh udara.
Beberapa bulan kemudian,Di sebuah ballroom hotel bintang lima, pernikahan Manggala dan Jeena berlangsung dengan kemewahan yang luar biasa. Langit-langit ballroom dihiasi lampu kristal raksasa yang memancarkan cahaya lembut ke seluruh ruangan, menciptakan suasana romantis dan elegan. Dinding-dinding berlapis marmer berkilau, dengan hiasan bunga segar dalam nuansa putih, emas, dan merah muda, menambah keindahan dekorasi. Di tengah ruangan, sebuah pelaminan tinggi berdiri megah, dihiasi dengan rangkaian mawar putih, anggrek eksotis, dan lilin-lilin yang menyala lembut di dalam kaca kristal. Karpet merah membentang dari pintu masuk hingga pelaminan, di mana pasangan pengantin akan berjalan diiringi alunan musik klasik yang dimainkan oleh orkestra live. Pemain musik klasik dipimpin oleh Mrs Laura, dosen musik yang mengajar Jeena di Manhattan.Manggala, mengenakan setelan tuksedo hitam dengan detail emas, berdiri dengan gagah menanti kedatangan Jeena. Senyumnya merekah saat melihat Jeena
Di tempat lain, Serina tersenyum puas saat mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Laila. Namun, di lubuk hatinya, ada kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan—karena tanpa ia sadari, ia telah mencelakai saudara kandungnya sendiri.Dengan uang dan kuasa yang dimilikinya, Serina berani membayar seseorang untuk melukai Laila dengan begitu mudah tanpa meninggalkan jejak. Rahes tidak tahu apa kegiatan Serina akhir-akhir ini karena ia sibuk dengan pekerjaannya. Andai ia tahu apa yang dilakukan oleh Serina, ia pasti akan menegurnya sebab perbuatannya sudah termasuk percobaan pembunuhan berencana.Serina bangun dari tidurnya karena bermimpi buruk. Rahes menggandeng seorang gadis seumuran dirinya lalu mengabaikannya. Ia tidak terima jika ia diabaikan. Ia tahu, Rahes pernah bercerita jika ia masih memiliki putri lainnya yang hilang dari pernikahannya yang ke dua. Meskipun itu hanya mimpi, Serina tidak ingin Rahes berbagi kasih sayang dengan putrinya yang lain.Selain itu, dalam mimpi tersebut, te
Beryl menatap surat pengunduran diri di tangannya dengan ekspresi muram. Sebelumnya ia tampak biasa saja saat melihat ada surat pengunduran diri dari Serina yang mendadak. Namun kali ini ia merasa tak terima!Tulisan tangan rapi itu milik Laila, sekretaris kompeten yang baru beberapa bulan ini bekerja dengan penuh dedikasi. Ia membaca ulang surat itu, berharap menemukan alasan yang masuk akal. Namun, Beryl tidak menemukan apapun alasan mengapa Laila ingin mengundurkan diri. Seharusnya ia lebih nyaman bekerja di sana sebab Serina juga sudah tidak menganggunya lagi. Belakangan Beryl sering mengawasi rekaman CCTV di kantornya. Ia baru tahu jika selama ini Serina yang selalu menganggu Laila dengan berbagai cara. Namun Laila tidak terlalu terganggu dan selalu fokus pada pekerjaannya. Beryl menatap surat pengunduran diri itu. Dan, hanya ada pernyataan singkat bahwa Laila ingin mengundurkan diri, bahkan ia bersedia membayar denda sesuai kontrak. Ia mengangkat wajah, menatap wanita berjilb
Serina masih merasa seperti bermimpi. Selama ini, ia tumbuh tanpa mengetahui siapa ayah kandungnya. Hidup berpindah-pindah dari satu panti asuhan ke yang lain, lalu berjuang sendiri di tengah kerasnya hidup. Namun kini, ia duduk di dalam mobil mewah, di samping seorang pria yang baru saja mengungkapkan kebenaran mengejutkan—bahwa ia adalah putri dari Rahes, seorang pengusaha properti kaya raya di Malaysia. Mereka baru saja tiba di salah satu perumahan elit di Jakarta Pusat. Rahes mengajak Serina untuk mengunjungi salah satu rumahnya yang berada di Indonesia, rumah yang paling sering ditempati olehnya saat pulang ke tanah air. Karena Rahes adalah seorang pengusaha terkenal, ia memiliki banyak aset baik di Malaysia maupun di Indonesia. Ia memiliki banyak rumah dan tanah selain perusahaan.Sepanjang perjalanan, Serina menatap keluar jendela, mencoba mencerna semuanya. Ia merasa apa yang terjadi pada hidupnya ialah mimpi. Ia merasa terharu sekali dan bersyukur. Selama ini ia hidup mender
Manggala tersenyum tipis, tapi tatapan matanya kejam. Ia tidak pernah menyangka jika seorang mantan pengusaha terkenal, Danar Yudistira yang arogan bersimpuh di hadapannya. Sebuah pertunjukan menarik bukan!Dalam lubuk hati yang terdalam, Manggala merasa jijik melihat sikap Danar yang memelas dan merendahkan dirinya atas kejahatan yang ibunya perbuat. Pemuda tampan itu berhati lembut. Namun ia tetap berusaha tenang, bukan tanpa alasan, saat ini ia harus bertindak tegas terhadap siapapun—yang berusaha mengusik hidupnya.Dampak fatal dari tindakan Diajeng ialah bukan karena reputasi perusahaan yang dikelola oleh Manggala itu hancur. Namun hubungan percintaan Manggala dan Jeena yang nyaris hancur. Itulah alasan mengapa Manggala sampai marah besar. Manggala bersandar pada kursi dengan ke dua tangan yang menyilang di dada. “Kau ingin ibumu bebas? Maka kau harus membayar harganya. Akui bahwa kaulah dalang di balik fitnah itu. Akui di depan hukum bahwa semua ini idemu. Dengan begitu, ibumu b
Kali ini Ana merasa berat hati melepas kepergian Jeena. Waktunya masih terasa kurang bersamanya. Namun apa boleh buat, Jeena harus pergi kembali terbang ke Manhattan untuk kuliah.Ana memeluk Jeena di bandara sebagai perpisahan. “Mi, aku akan pulang nanti kok. Hum, aku akan pulang saat menjelang hari pernikahan. Aku sering bolos kuliah masalahnya. Untungnya, dosen di sana baik. Aku masih bisa kuliah secara online biar gak ketinggalan.”Jeena menatap ibunya dalam.“Iya, Sayang! Berhati-hati selama di sana, makan yang betul dan jangan pergi sendirian! Kamu tahu, tujuan Mami mengirim Rosa bersamamu?” Jelas Ana yang sangat protektif terhadap putrinya. Rosa tersenyum tipis mendengar penjelasan Ana.“Aku akan menjaga Nona Jeena dengan sangat baik, Nyonya,” sela Rosa berusaha menenangkan Ana.Ana menepuk pundak Rosa. “Terima kasih sudah berbakti pada keluarga Basalamah.”Rosa meneguk salivanya. Ia mengerti betul maksud peringatan Ana yang terdengar halus. Perkataannya berhàsil mengingatkan
Tak terasa malam pun beranjak. Semua orang satu per satu mulai masuk ke dalam kamar masing-masing. Setelah permainan truth or dare, mereka melepas penat dan rasa letih akibat hiking dengan tidur. Di villa tersebut, orang yang tersisa hanyalah keluarga Basmalah, the Great Duke, dan orang-orang terdekat. Sisanya karyawan lainnya lebih memilih pulang lebih dulu. Semakin larut hujan mulai merintik hingga menderas. Semakin membuat setiap orang terlelap dalam tidur mereka. Kecuali Laila yang tidak bisa tidur nyenyak.Tubuhnya terasa sakit dan suhu tubuhnya naik. Ia diserang demam. Namun gadis itu sama sekali tidak mengeluh. Ia langsung mengambil obat dari dalam tas miliknya. Ia mendapatkan obat itu dari Pasha. Ia pun meminumnya lalu berusaha memejamkan matanya kembali.Saat ia hendak tidur, sekamar dengan Jeena dan Rosa, ia teringat moment saat di mana Beryl menyelamatkannya untuk ke dua kalinya. Senyum terbit di wajahnya saat mengingat pula mendengar pengakuan Beryl saat game berlangsung,
Setelah insiden hampir jatuhnya Laila ke jurang, suasana pendakian menjadi lebih tenang. Namun, di antara kelompok itu, Jeena mulai memperhatikan sesuatu yang aneh. Kakaknya, Pasha yang biasanya selalu perhatian pada Rosa, kini terlihat begitu cuek. Bahkan, sepanjang perjalanan, Pasha lebih banyak berjalan di depan, seolah menjaga jarak dari pengawal pribadinya. Rosa pun tampak berbeda. Biasanya, ia mengobrol apa saja dengan Pasha dan bercanda. Namun kali ini, Rosa justru lebih sering berjalan bersama anggota lain, menghindari kontak langsung dengan Pasha. Ada ketegangan di antara mereka, dan Jeena bisa merasakannya. Saat rombongan berhenti untuk beristirahat di sebuah dataran lapang, Jeena mendekati kakaknya yang tengah duduk sambil menyesap air minumnya. “Pasha?” tanya Jeena tiba-tiba. Ia menoel lengan saudaranya dengan pelan.Pasha menoleh dengan alis berkerut. “Apa?”“Kalian bertengkar?” Jeena menatapnya penuh selidik. “Kamu sama Rosa lagi berantem ya?”Pasha menghela napas