Karena dirinya hanya anak pungut, Tiffany dipaksa menggantikan kakaknya sebagai asisten pribadi Damien Rael, bos mafia yang dikenal kejam dan arogan. Tak punya pilihan lain, Tiffany terjebak dalam dunia gelap penuh bahaya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai melihat sisi lain dari pria itu yang tak terungkap sebelumnya. Akankah benih-benih cinta muncul di antara mereka? Atau justru Tiffany terjebak semakin dalam ke permainan berbahaya yang dijalani Damien?
View MorePupil mata Tiffany melebar, terkejut mendengar jawaban Damien. "Y-ya?" Damien tersenyum sinis, "Ya atau tidak, tergantung dirimu. Jika kau mempercayainya, berarti ya. Tetapi jika tidak, maka tidak. Percuma ku jelaskan panjang lebar, jika kau saja tak memiliki kepercayaan padaku."Adalah benar apa yang dia ucapkan, Tiffany memang belum mempercayai apapun yang dilihatnya sampai detik ini. Namun, meski ragu-ragu wanita itu pun bersuara. "Em ... mungkin dunia kita berbeda, tapi aku akan berusaha percaya padamu, Tuan. Entah kenapa aku yakin Tuan memiliki sisi baik yang tak diketahui banyak orang." Jawabannya membuat Damien tertegun, seolah tak percaya dengan apa yang didengar. "Kau yakin? Aku bukan orang baik, Tiffany. Aku dibesarkan dengan cara berbeda. Penuh kebohongan, kekerasan, dan penghianatan, orang seperti aku tak pantas kau percaya," katanya dengan nada rendah. "Dunia ini kejam. Bahkan orang yang paling dekat denganmu, bisa menjadi musuh dalam selimut," imbuh Damien. "Aku ta
Jika sebelum-sebelumnya Tiffany akan segera meminta maaf, tetapi kali ini tidak. Dia membiarkan Damien menyumpah serapah, membuang kosong ketika isi pesan terngiang-ngiang di pikiran. Ekspresi tersebut membuat Damien langsung berhenti bicara. Merasa ada yang tidak beres, dia pun segera membuka ponsel, lalu membaca pesan yang tertera di layar. Detik itu juga pandangan memelotot lebar. Kembali menoleh ke Tiffany, sekarang Damien tahu apa yang membuat asistennya tak merasa takut. "Terserah mau percaya atau tidak, tapi aku tidak melakukannya. Jangankan membunuh, kenali ayahmu pun tidak. Lagipula, aku tak membunuh sembarang orang. Mereka yang ku bunuh, karena mereka layak dibunuh," ucap Damien penuh penegasan. Tanpa menunggu respon dari Tiffany, dia melangkah ke arah pintu. Membawa sendal rumahan dari rak sepatu, setelah dipasang langsung keluar entah kemana. Di tempatnya berdiri, Tiffany masih mematung memandangi punggung kokoh Damien yang menghilang disembunyikan, meninggalkan diriny
Tiffany tersentak mundur ketika sorot tajam Damien mengunci pandangannya. Dia segera menundukkan kepala, menghindari tatapan menghunus lelaki itu. "Ma-maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud lancang, a-a-aku hanya ingin memastikan Tuan merasa nyaman. T-tadi Tuan terlihat lelah jadi ku pikir, a-aku hanya ... aku hanya coba membantu. Aku tau itu tidak sopan, tapi tadi Tuan tertidur dan aku ... a-aku tidak bermaksud buruk—""Diam!" Dengan tegas Damien memotong kata-kata Tiffany yang sulit dimengerti. "Banyak sekali bicaramu," sambungnya dingin menusuk ke dalam hati. Tiffany tersentak kaget, napasnya tertahan, dan tubuhnya membeku. Kepalanya menunduk dengan cepat, menahan rasa malu dan takut yang bercampur. "Maaf, Tuan," ucapnya lirih, hampir tak terdengar. Terdengar getaran di setiap kalimatnya, seakan berusaha keras menenangkan diri meski jantungnya berdebar sangat kencang.Damien tidak mengatakan apa-apa lagi setelah kalimat terakhirnya. Keheningan menyelimuti kamar mewah itu. Hingga tak la
Dorongan keras Damien membuat Tiffany terhuyung, hingga kehilangan keseimbangan dan terjerembab di lantai dingin. Napasnya tercekat di kerongkongan, mendongak dengan mata berkaca-kaca, membalas Damien yang diliputi amarah. "Kau pikir kau siapa, hah? Sok-sokan membantu? Aku tidak butuh orang lain untuk melindungiku, Tiffany!" Amarah Damien meledak, memenuhi ruang kamar yang hening. Tiffany gemetar, air mata mulai berjatuhan, "Ma-maaf, Tuan... aku hanya mencoba peduli. Aku takut dia benar-benar akan menekan pelatuk itu. A-aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada Tuan apalagi Tuan sudah terluka," jawabnya Hampir tak terdengar, menggigit bibir untuk meredam isak yang menyesakkan. Akan tetapi, Damien tidak bergeming. Dia berjalan mendekati Tiffany, bayangan besarnya mengungkungi tubuh kecil wanita itu, penuh intimidasi. "Peduli? Kau pikir itu alasan masuk akal? Kau tahu bertahan apa yang kau lakukan tadi, hanya membuat terlihat lemah di depan para brengsek itu! Kau tidak tahu apa-apa,
Ragu-ragu Tiffany melangkah maju, mendekati Damien yang berhenti di ambang pintu. Lelaki itu memandang lurus ke depan, sedikitpun tidak tertarik untuk menoleh lawan bicaranya. "Jawab," minta Tiffany. Menarik napas dalam, Damien pun menjawab tanpa menoleh, suaranya datar, "Ya. Aku memang pembunuh. Dan akan kulakukan hal yang sama padamu, jika kau masih berani mencegahku. Tetaplah di sini, dan tunggu aku kembali." Tanpa menunggu persetujuan, Damien langsung melanjutkan langkahnya. Sedang Tiffany masih terpaku, menggelengkan kepala. Berharap tadi salah dengar, tapi jawaban Damien malah semakin terngiang. BOOM! Pupil matanya melebar saat mendengar suara ledakan, bergegas dia berlari ke jendela besar. Dari situ, Tiffany dapat menyaksikan bagaimana pelataran mewah mansion kini menjadi medan perang. Mayat-mayat bersimbah darah, bergelimpangan. Suara tembakan bersahut-sahutan, diikuti jeritan kencang membuat napasnya tercekat. Menggigit ujung jarinya, Tiffany berusaha menenangkan diri.
"Masuklah," ucap pelayan yang telah mengantar Tiffany sampai ke depan sebuah pintu besar di ujung lorong, tidak lain ialah kamar Damien. Tiffany mengangguk. Sesaat memejamkan mata, sebelum akhirnya mendorong pintu. Megah, adalah kesan pertama tatkala memandang interior kamar yang lebih besar daripada rumah tempat ia dibesarkan. Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal berkilauan, ranjang tidur berkanopi dilapisi seprai sutra hitam yang tampak mahal, karpet tebal menghiasi lantai, dan jendela besar tertutupi tirai beludru merah gelap. Semua memancarkan kekayaan dan kekuasaan. Sayangnya, tak sedikitpun Tiffany merasa tenang. Justru dia merasa seperti burung merpati kecil yang terperangkap di sarang predator. "Tanggalkan pakaianmu, dan naiklah ke pembaringan." Refleks Tiffany menoleh ke belakang, seketika itu juga matanya terbelalak, melihat Damien muncul di tengah suasana kamar yang remang-remang. Semakin dekat, semakin jelas pula sosoknya terlihat. "Cepat lakukan," ulang
Tiffany tersungkur di lantai marmer yang dingin, tubuhnya gemetar di bawah tatapan tajam Damien Rael, bos mafia asal Italia yang sudah berkuasa selama hampir dua belas tahun. Pria itu berdiri tegak, tangannya memutar gelas berisi wine dengan santai, wajahnya tak menunjukkan sedikit pun rasa iba."Kenapa harus aku? Kenapa bukan kakakku saja? Dia yang menyebabkan Anda keracunan makanan, Tuan," suara Tiffany terputus-putus, menggeleng dengan histeris. "Bukan aku," lanjutnya hampir tak terdengar, air mata mengalir deras dari kedua matanya."Hidup adalah soal tanggung jawab, dan keluargamu memutuskan bahwa kau yang harus menanggung tanggung jawab itu," jawab Damien, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Tapi, Tuan ... Aku tidak tahu apa-apa tentang masalah kalian! Mereka bukan keluargaku! Mereka hanya orang yang memungut ku dari jalanan, lalu menjadikanku budak. Kami tidak ada hubungan darah!" Tiffany berteriak kencang, berharap kata-katanya dapat menyentuh hati pria yang tak tergoyahka
Tiffany tersungkur di lantai marmer yang dingin, tubuhnya gemetar di bawah tatapan tajam Damien Rael, bos mafia asal Italia yang sudah berkuasa selama hampir dua belas tahun. Pria itu berdiri tegak, tangannya memutar gelas berisi wine dengan santai, wajahnya tak menunjukkan sedikit pun rasa iba."Kenapa harus aku? Kenapa bukan kakakku saja? Dia yang menyebabkan Anda keracunan makanan, Tuan," suara Tiffany terputus-putus, menggeleng dengan histeris. "Bukan aku," lanjutnya hampir tak terdengar, air mata mengalir deras dari kedua matanya."Hidup adalah soal tanggung jawab, dan keluargamu memutuskan bahwa kau yang harus menanggung tanggung jawab itu," jawab Damien, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Tapi, Tuan ... Aku tidak tahu apa-apa tentang masalah kalian! Mereka bukan keluargaku! Mereka hanya orang yang memungut ku dari jalanan, lalu menjadikanku budak. Kami tidak ada hubungan darah!" Tiffany berteriak kencang, berharap kata-katanya dapat menyentuh hati pria yang tak tergoyahka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments