Seorang arkeolog muda bernama Raka tanpa sengaja menemukan sebuah cermin perunggu kuno yang mampu membuka gerbang waktu. Ia terlempar ke era Kerajaan Gilingwesi. Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan kecil yang pernah berdiri sekitar abad ke-9 M, jauh sebelum kerajaan besar seperti Kediri, Singasari, atau Majapahit muncul. Letaknya tersembunyi di lembah pegunungan yang dikelilingi hutan lebat dan sungai mistis. Dalam sejarah, kerajaan ini tidak pernah terdeteksi karena suatu alasan misterius
View MoreLangit pagi di kerajaan Gilingwesi tampak mendung, seolah-olah alam pun merasakan ketidakpastian yang melingkupi istana. Setelah pertemuan dengan Banaspati dan Buto Ijo, serta persiapan intens untuk menghadapi Ki Jagabaya dan penyihir gelap, suasana di istana semakin tegang. Namun, ketegangan ini mencapai puncaknya ketika salah satu tokoh kunci dalam cerita—Resi Agung Darmaja—tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Kepergian Resi Agung Darmaja bukan hanya meninggalkan kekosongan spiritual, tetapi juga memicu berbagai spekulasi tentang motif sebenarnya. Rakai Wisesa, raja bijaksana namun keras, mulai curiga bahwa pendeta kerajaan itu memiliki agenda tersembunyi yang belum terungkap.Pagi itu dimulai seperti biasa di istana. Para prajurit loyalis sibuk berlatih, para pemimpin spiritual berkumpul untuk ritual, dan Raka, Dyah Sulastri, serta Arya Kertajaya sedang membahas strategi lebih lanjut untuk menghadapi ancaman
Langit di kerajaan Gilingwesi mulai berubah menjadi warna oranye saat matahari perlahan tenggelam di balik pegunungan. Namun, suasana di istana jauh dari kedamaian senja. Setelah informasi penting dari Arya Kertajaya tentang rencana Ki Jagabaya dan penyihir gelap, seluruh istana dipenuhi oleh aktivitas yang intens. Prajurit loyalis sibuk memperkuat pertahanan, sementara para pemimpin spiritual berkumpul untuk merancang strategi melawan ancaman gaib.Raka, Dyah Sulastri, dan tim kecil mereka tahu bahwa ini adalah momen kritis. Mereka harus bersiap menghadapi serangan besar-besaran dalam waktu singkat. Tidak hanya itu, mereka juga menyadari bahwa aliansi dengan makhluk gaib seperti Banaspati dan Buto Ijo akan menjadi kunci kesuksesan mereka.Di ruang singgasana, Rakai Wisesa duduk di singgasananya dengan ekspresi serius. Di sekitarnya, Raka, Dyah Sulastri, Arya Kertajaya, dan beberapa penasihat senior berkumpul untuk membahas strategi."Kita tidak pu
Langit pagi di kerajaan Gilingwesi tampak mendung, seolah-olah alam pun merasakan ketegangan yang melingkupi istana. Pasca pertempuran besar melawan pasukan bayangan dan penyihir gelap, suasana di istana masih dipenuhi oleh rasa waspada. Banyak penduduk lokal mulai mempertanyakan keberadaan Raka sebagai pemimpin spiritual, sementara para prajurit loyalis terus berlatih untuk menghadapi ancaman baru.Namun, hari itu membawa kabar penting. Arya Kertajaya, panglima perang yang sempat hilang dari pandangan publik setelah pertempuran besar, tiba-tiba muncul kembali di gerbang istana. Ia datang dengan wajah lelah namun penuh tekad, membawa informasi yang bisa mengubah nasib kerajaan.Prajurit penjaga gerbang langsung melapor kepada Rakai Wisesa tentang kedatangan Arya Kertajaya. Tidak menunggu lama, sang raja memerintahkan agar Arya Kertajaya dibawa ke ruang singgasana untuk memberikan laporan langsung.Saat memasuki ruangan, Arya Kertajaya tampak lebih kurus daripada terakhir kali ia terli
Malam itu, udara di sekitar sungai suci terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis mulai merayap di permukaan air yang tenang, memantulkan cahaya bulan purnama dengan kilauan perak yang mistis. Raka dan Dyah Sulastri berjalan bersama menuju tepi sungai setelah mendengar desas-desus tentang kemunculan makhluk gaib besar—Naga Niskala."Kau yakin kita harus ke sini?" tanya Dyah Sulastri, suaranya sedikit gemetar. "Konon, hanya mereka yang dipilih oleh dewa yang bisa bertemu dengannya."Raka menggenggam tangannya erat-erat, mencoba menenangkan ketegangannya. "Jika dia benar-benar memiliki jawaban tentang takdir kerajaan ini, maka kita tidak punya pilihan lain. Kita harus mencari tahu."Saat mereka mendekati sungai, airnya mulai bergelombang meskipun tidak ada angin. Cahaya bulan tiba-tiba redup, digantikan oleh cahaya biru kehijauan yang misterius. Dari kedalaman sungai, sesosok raksasa muncul—Naga Niskala, makhluk mitologi yang legendaris.Tubuh Naga Niskala panjang dan melingkar sep
Malam semakin larut, dan suasana di istana Gilingwesi terasa semakin tegang. Udara dingin berdesir lembut, membawa aroma asap kayu bakar dari api unggun yang menyala di halaman istana. Para prajurit tampak waspada, sementara penduduk lokal mulai merasakan firasat tidak enak tentang sesuatu yang mendekat. Di tengah ketegangan itu, sebuah kehadiran gaib tiba-tiba muncul—Banaspati, roh api pelindung kerajaan.Api di sekitar istana tiba-tiba menyala lebih terang, memancarkan cahaya kemerahan yang aneh. Udara di sekitarnya bergetar seperti gelombang panas, dan dari dalam nyala api tersebut muncul wujud besar Banaspati—makhluk setengah manusia, setengah api. Tubuhnya tampak seperti dipahat dari bara api yang hidup, dengan aliran magma kecil mengalir di permukaan kulitnya. Rambutnya menyala-nyala seperti lidah api liar, dan matanya bersinar seperti dua bola matahari yang terbakar. Setiap kali ia bergerak, udara di sekitarnya bergetar, menciptakan suara gemuruh yang mirip dengan ledakan jauh.
Malam semakin larut, dan angin dingin berdesir di sekitar hutan lebat yang mengelilingi kerajaan Gilingwesi. Di sebuah gua tersembunyi jauh dari istana, sosok Penyihir Gelap itu duduk dalam kegelapan, tubuhnya tertutup luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh. Matanya yang merah menyala seperti bara api, penuh kemarahan dan dendam. Ia adalah musuh besar yang pernah dikalahkan Raka dalam pertempuran sengit beberapa waktu lalu. Namun, meskipun tubuhnya hancur, rohnya masih hidup, dan ia tidak akan berhenti sampai ia membalas dendam. Penyihir Gelap menatap api kecil yang menyala di depannya, suaranya rendah namun penuh kebencian. "Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja," gumamnya pelan. "Raka... Dyah Sulastri... dan seluruh kerajaan ini akan membayar mahal atas apa yang telah mereka lakukan padaku."
Malam semakin larut, dan udara di sekitar hutan lebat yang mengelilingi kerajaan Gilingwesi terasa semakin dingin. Di sebuah gua tersembunyi jauh dari istana, Ki Jagabaya duduk di atas batu besar dengan ekspresi dingin dan penuh perhitungan. Matanya yang tajam menatap api unggun kecil yang menyala di tengah gua, sementara bayangan-bayangan aneh bergerak di dinding batu. Ia tidak sendirian—beberapa tokoh misterius berdiri di belakangnya, wajah mereka tertutup topeng hitam.Ki Jagabaya mengangkat tangannya, memadamkan api unggun dengan satu gerakan cepat. Suasana langsung menjadi gelap, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah gua. Ia berdiri, suaranya rendah namun penuh otoritas."Kita sudah cukup lama menunggu," katanya dengan nada dingin. "Sekarang saatnya kita bertindak. Rakai Wisesa telah membuat kesalahan fatal dengan mempercayai orang asing itu—Raka."Salah satu tokoh bertopeng maju selangkah, suaranya serak. "Apakah kau yakin rencanamu akan berhasil? Raka
Beberapa minggu telah berlalu sejak pertempuran besar yang hampir menghancurkan kerajaan Gilingwesi. Meskipun istana perlahan-lahan dibangun kembali, suasana di dalamnya masih dipenuhi ketegangan. Para penduduk lokal, meskipun bersyukur atas bantuan Raka dan Dyah Sulastri selama pertempuran, mulai mempertanyakan keputusan Raka untuk tetap tinggal di masa lalu. Mereka tidak yakin apakah seorang "orang asing dari masa depan" benar-benar layak menjadi pemimpin spiritual mereka.Di halaman istana, para pekerja sibuk memperbaiki dinding-dinding yang retak akibat serangan musuh. Beberapa dari mereka berbisik-bisik saat melihat Raka melewati lorong utama. Seorang pria tua dengan wajah berkerut mendekati rekannya, suaranya pelan namun terdengar jelas oleh telinga Raka."Apakah dia benar-benar bisa dipercaya?" tanya pria itu, matanya menyipit ke arah Raka. "Dia bukan dari dunia kita. Bagaimana mungkin dia bisa memahami adat istiadat kita?"Rekannya mengangguk pelan, wajahnya tampak ragu. "Aku j
Matahari perlahan muncul di cakrawala, memancarkan sinar emas yang lembut ke seluruh lembah Gilingwesi. Udara pagi masih dingin, namun ada sesuatu yang hangat dalam atmosfer—seolah-olah alam sendiri merayakan awal baru bagi kerajaan ini. Raka dan Dyah Sulastri berdiri di puncak istana, menatap matahari terbit dengan tatapan penuh harapan. Di belakang mereka, reruntuhan istana yang sedang dibangun kembali tampak seperti simbol ketabahan dan semangat baru.Raka menundukkan kepala sejenak, merenungkan semua yang telah ia lalui sejak pertama kali tiba di dunia ini. Ia mengingat momen-momen sulit—saat ia hampir mati di hutan mistis, saat ia menyadari bahwa ia adalah bagian dari ramalan besar, dan saat ia membuat keputusan untuk menutup portal waktu dan tetap tinggal di masa lalu. Semua itu terasa seperti mimpi, namun juga begitu nyata."Apakah kau menyesal?" tanya Dyah Sulastri pelan, suaranya penuh rasa ingin tahu. Matanya menatap Raka dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara rasa penasara
Raka, seorang arkeolog, memimpin timnya yang terdiri dari Andini (ahli botani), Budi (fotografer dokumentasi), dan Agus (geolog) dalam ekspedisi ke hutan mistis di Jawa Tengah. Mereka mencari gua misterius yang diyakini memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram Kuno. Namun, saat mereka berhasil menemukan gua tersebut, tiba terjadi sesuatu yang miterius. Raka seolah tersapu badai dan terpisah dari timnya lalu pingsan. ___________________________________________________Raka membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat seolah baru saja melewati badai magnetik. Ia mencoba duduk, tetapi tubuhnya masih lemah, seperti habis berlari maraton tanpa henti. Cahaya matahari yang menembus dedaunan di atasnya membuatnya menyipitkan mata. Napasnya tersengal-sengal, dan ia menyadari bahwa ia tidak lagi berada di gua—atau bahkan di tempat yang sama dengan timnya."Di mana aku?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar di antara desiran angin yang meliuk-liuk di antara pepohonan.Ia berusaha...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments