Home / Romansa / Dalam Penjara Bos Mafia / Bab 9. Keterkejutan

Share

Bab 9. Keterkejutan

Author: Melvii_SN
last update Last Updated: 2025-02-19 11:00:51

Malam itu, Damien berdiri di tepi dok pemuatan, mengamati kontainer-kontainer besar yang sedang dipindahkan ke dalam truk. Gudang itu diterangi cahaya kuning redup, menciptakan bayangan panjang di lantai beton yang dingin.

Di sebelah kanannya berdiri Dorio, yang memastikan segalanya berjalan lancar.

"Bagaimana dengan paket terakhir?" tanya Damien menoleh Dorio.

Pria dengan tato naga di lehernya itu mengangguk, "Sudah dikirim, Tuan. Semua berjalan sesuai rencana," jelas Dorio.

Damien tak lagi menyahut, selain mengangguk kecil. Kemudian menyalakan rokok seperti biasa, menghirupnya dalam-dalam sebelum membuang ke lantai lantas menginjaknya hingga hancur.

"Kau memang bisa diandalkan," pujinya menepuk-nepuk pundak Dorio, sedang asistennya itu menanggapi dengan senyum tipis.

"Terima kasih, Tuan."

"Hm."

Damien berjal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 10. Permintaan Damien

    Tiffany terpaku menatap kemunculan Damien yang tiba-tiba, bercak darah tampak mengering menyerap kemeja putih yang ia kenakan. Sorot mata yang tajam dan penuh selidik, menandakan ia sedang menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan. Detik demi detik terasa begitu lambat berlalu. Tegukan liur menjadi bukti betapa gugupnya Tiffany saat ini. Namun, Tiffany sadar, ia harus berpikir cepat sebelum Damien bertindak agresif. "Teman lama," ucapnya cepat, menarik napas diam-diam guna menenangkan diri, "Dia baru saja membuka usaha kecil-kecilan, dan mengundangku datang ke grand opening-nya," imbuh Tiffany memasang ekspresi wajah seyakin mungkin. Dua hingga tiga menit berlalu, Damien masih memandanginya penuh intimidasi. Mata kelamnya seakan mencoba membaca kebohongan dari balik sorot mata asistennya tersebut. "Kau tidak berbohong?" Menggeleng pelan, "Tidak, Tuan." Selama beberapa detik mereka saling bertatapan, cukup lama dan intens,

    Last Updated : 2025-02-19
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 11. Permintaan Yang Ditolak

    Setelah beberapa hari di Amerika, Damien dan Tiffany akhirnya kembali ke Italia. Mansion megah milik Damien berdiri kokoh di atas bukit, menghadap ke arah kota yang gemerlap. Meski tempat itu begitu luas dan mewah, bagi Tiffany rasanya seperti penjara tak kasat mata. Pagi ini, Tiffany berdiri di balkon kamarnya, memandang hamparan taman yang hijau. Namun, pikirannya berkecamuk. Semakin lama ia tinggal di bawah kendali Damien, semakin ia merasa kehilangan kebebasan. Menarik napas panjang, "Aku tidak bisa terus begini, aku harus bergerak mencari tau kebenaran tentang Tuan Damien. Sekarang aku sudah di Italia, dan alamat cafe yang diberikan pria misterius itu ... ada di negara ini," lirihnya. "Malam ini, aku harus menemuinya," ujar Tiffany penuh tekad, tapi sebelum itu ada satu hal yang ingin ia lakukan. Wanita itu berjalan ke ruang kerja Damien yang ada di sebelah timur. "Permisi, Tuan." "Masuk."

    Last Updated : 2025-02-19
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 12. Bukti Yang Mengejutkan

    Udara malam terasa dingin saat Tiffany melangkah masuk ke dalam restoran kecil yang terletak di sudut kota. Tempat ini cukup terpencil, jauh dari keramaian, hanya diterangi lampu-lampu kuning redup yang memberi kesan hangat namun misterius.Ia berjalan perlahan, matanya menelusuri setiap sudut ruangan, mencari seseorang yang sudah menunggunya. Suasana di dalam restoran cukup sepi. Hanya ada beberapa pelanggan yang duduk menikmati makanan mereka dalam keheningan.Di pojok ruangan, duduk seorang pria dengan rambut gondrong, mengenakan jaket kulit hitam yang terlihat sudah lusuh. Ia mengangkat wajahnya begitu melihat Tiffany mendekat."Akhirnya kau datang juga," sapa lelaki itu pelan, suaranya dalam dan sedikit serak seperti saat mereka teleponan. Tiffany berhenti di hadapannya, menatap pria itu dengan waspada. "Jasper?" panggilnya memastikan.Pria itu menyunggingkan senyum tipis, lalu mengangguk. "Duduklah."Sejenak, Tiffany menel

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 13. Tawaran Dari Musuh

    "Belum mati? M-maksudmu, ayahku masih ...?" Tiffany mengangkat kepalanya, memandang ke arah Jasper. "Ya." Jasper mengangguk, tahu apa yang ingin Tiffany ucapkan. Menyandarkan punggungnya ke kursi, Jasper kembali melanjutkan, "Ayahmu disekap oleh Damien di mansionnya. Tepat di sebuah ruangan khusus yang tak bisa dimasuki sembarang orang." Spontan saja pernyataan itu membuat Tiffany menggeleng, serasa tidak percaya, "Bagaimana mungkin, Jasper? Ayahku sudah lama meninggal, aku sendiri yang menyaksikan berita kematiannya —""Sayangnya itu hanya rekayasa, Fanny," potong Jasper cepat, "Itu semua adalah rencana Damien yang ingin semua orang tahu bahwa ayahmu sudah mati, termasuk kau." Menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, hatinya serasa diremas-remas, Tiffany ingin menangis kencang, "Jika benar ayahku masih hidup, itu artinya selama ini aku dibohongi oleh tuan Damien?" lirihnya nampak tersiksa. "Tapi, kenapa dia menyekap ayahku, Jas?"Jasp

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 14. Interogasi Menegangkan

    Tiffany memandang intens sederet angka yang tertera di layar ponsel Jasper. Deretan angkanya terlihat acak, yakni '596870'. "I-ini kode untuk apa?" tanya Tiffany kebingungan. Raut wajah Jasper berubah serius, ia menautkan jari jemarinya seraya berkata, "Kode ini akan membuka pintu menuju ruangan tempat ayahmu disekap. Damien menguncinya menggunakan sistem keypad elektronik. Kau hanya punya satu kesempatan. Jika salah memasukkan kode lebih dari tiga kali, alarm mansion akan berbunyi, dan mereka akan tahu ada penyusup." Jantung Tiffany berdegup lebih kencang. Ia menggenggam kertas itu erat, seakan takut informasi itu tiba-tiba menghilang dari genggamannya. "Bagaimana kau bisa mendapatkan kode ini, Jasper?" tanyanya dengan suara nyaris berbisik. Jasper tersenyum tipis, tetapi senyumnya tidak membawa ketenangan. "Kami memiliki orang dalam di jaringan Damien. Tidak banyak yang tahu tentang ruangan itu, bahkan an

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 15. Hampir Ketahuan

    "Kenapa aku harus memberitahu Tuan setiap orang yang kutemui? Aku hanya ingin bersantai sebentar, Tuan. Lagipula, aku tahu Tuan mengawasi ku. Kalau aku melakukan sesuatu yang mencurigakan, pasti Tuan sudah tahu lebih dulu, 'kan?" Bukannya mengalah atau takut, Tiffany justru melontarkan kalimat di luar ekspektasinya sendiri. Sungguh, dia tidak bermaksud lancang, hanya saja lidahnya mendadak sulit di kontrol. Sejurus kemudian ia langsung menundukkan wajah, "Ma-maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud tidak sopan," katanya lirih, merapatkan mata berharap Damien memaklumi. Tetapi, reaksi lelaki itu justru lebih jauh dari yang ia duga. Alih-alih puas atau membiarkannya, pria itu justru tampak semakin kesal. Tatapan tajamnya menembus Tiffany seperti belati, rahangnya mengeras, dan nafasnya terdengar lebih berat dari sebelumnya. "Kau sudah berani membentakku?" dengus Damien, tanpa peringatan meraih pergelangan t

    Last Updated : 2025-02-20
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 16. Peringatan

    Aroma kopi hitam menguar ke udara saat Tiffany dengan cekatan menuangkan kopi ke dalam cangkir Damien. Sejak tadi malam hingga pagi ini, tidak ada obrolan yang terjadi antara mereka, tepat setelah Tiffany menolak memberi jawaban atas pertanyaan terakhir tuannya. "Silakan, Tuan," ucap Tiffany menyodorkan cangkir ke depan pria yang duduk dengan singkat angkuh tak pernah luntur. Kemudian, Tiffany menyajikan roti panggang dan telur setengah matang, dilengkapi buah potong yang tersusun rapi di piring porselen putih. "Ini sarapannya," imbuhnya. Sekilas, ekor mata Damien melirik cangkirnya. Kemudian meraih, meniup uap panas yang mengepul sebelum akhirnya menyeruput beberapa kali. Dirasa cukup, ia taruh kembali kopi ke tempatnya. "Hari ini aku akan pulang terlambat, banyak urusan yang harus diselesaikan," ucap Damien memecah keheningan di antara mereka. "Iya, Tuan," jawab Tiffany dengan tenang, k

    Last Updated : 2025-02-21
  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 17. Menemukan Ruangan Rahasia

    Sekarang, Tiffany berdiri di tengah aula utama mansion. Matanya memindai setiap sudut dengan seksama. Megah, satu kata yang cukup untuk mendefinisikan nuansa bangunan seluas seribu hektar itu.Langit-langitnya tinggi dihiasi lampu kristal yang menggantung, menerangi ruangan dengan sinar keemasan. "Ah, aku baru sadar bahwa tempat ini bukan hunian biasa," gumamnya pelan. Puas memandangi, kini Tiffany mulai menyusuri salah satu koridor panjang di sisi kanan mansion. Langkahnya pelan, hanya suara gesekan lembut antara sol sepatu dan lantai yang terdengar. Sudah lama tinggal di sana, namun baru detik ini Tiffany menyadari keberadaan lukisan-lukisan besar dalam bingkai emas, yang membuatnya terasa semakin kecil. Menoleh ke kiri kanan secara bergantian, untuk mengingat detail yang diharapakan dapat membantunya menemukan penjara rahasia. "Rasanya aku sudah berjalan sangat jauh, tapi kenapa jalurnya membuatku semakin bingung?" Tiffany mengerny

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 58

    Malam ketiga tanpa Tiffany.Damien terduduk di sofa ruang kerjanya, menatap kosong segelas bourbon yang belum sempat ia sentuh. Matanya sayu, ada lingkaran hitam samar yang mulai terbentuk di bawahnya. Kemeja hitam yang biasanya rapi kini kusut, beberapa kancingnya terbuka, memperlihatkan lehernya yang tegang karena kurang tidur.Rico, yang berdiri di sudut ruangan, menghela napas pelan. Sudah tiga hari ini bosnya berubah. Tidak ada umpatan, tidak ada perintah keras, bahkan tidak ada baku hantam dengan siapa pun. Hanya tatapan kosong dan sikap melankolis yang bikin bulu kuduknya merinding.“Bos,” panggil Rico hati-hati.Damien tidak menoleh. Rico mendekat, menunggu respon yang tak kunjung datang. Ia pun memberanikan diri duduk di hadapan bosnya, menatapnya seakan sedang menghadapi pasien patah hati. “Tuan, maaf sebelumnya … tapi Anda ini Damien Rael, bos mafia paling ditakuti seantero Italia. Masa akhir-akhir ini galau karena ditinggal a

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 57

    Damien masih menatap Rico dengan tajam, sorot matanya menuntut jawaban lebih dari sekadar omong kosong. Nafasnya memburu, pikirannya penuh tanda tanya yang kian menyesakkan dada. "Cepat ceritakan atau kepalamu akan kupenggal?!" Glek! Susah payah Rico menelan ludah sebelum akhirnya mulai berbicara, suaranya berat dan tegang."Sebenarnya, saat tuan menyuruhku mengamankan Tiffany, aku langsung berlari ke kamarnya. Aku tahu dia masih di sana, jadi aku tidak membuang waktu. Tapi..." Rico menghentikan ucapannya sesaat, ekspresinya semakin serius. "Saat aku hampir sampai, aku melihat Jasper keluar dari kamar itu lebih dulu."Damien menyipitkan mata, dahinya mengernyit. "Jasper?"Rico mengangguk cepat. "Ya. Dia berjalan keluar dengan ekspresi tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku langsung curiga, tapi aku juga tak bisa langsung menahannya. Jadi aku mempercepat langkah, masuk ke kamar..."Napas Rico sedikit tercekat saat m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 56

    "Tapi apa? Cepat jawab! Jangan bertele-tele!" tegas Lucian marah, namun segera menurunkan nada bicara agar tak kedengaran Damien. Jasper mengangkat kepalanya, menatap Lucian dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak menemukannya, Tuan." Seketika atmosfer di halaman mansion berubah. Semua orang saling berpandangan, mencoba mencari kepastian dari wajah satu sama lain. Anak buah Lucian mulai gelisah, beberapa menggenggam senjata lebih erat, sementara anak buah Damien tetap dalam posisi siaga, meski kebingungan mulai merayap di benak mereka.Damien menajamkan pandangannya, napasnya tertahan di tenggorokan karena pembicaraan Bloodstone tidak terdengar. Matanya beralih ke arah Rico, berharap mendapatkan jawaban dari tangan kanannya itu. Namun, Rico hanya menggeleng perlahan, ekspresinya tetap tegas tanpa keraguan."Lelucon macam apa ini?" Lucian akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berbahaya, seperti bara api yang siap membakar habis apa pun di ha

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 55

    Angin segar berembus dingin, tetapi terasa menyesakkan, bercampur dengan hawa kematian yang menggantung di udara. Damien berdiri tegak di depan mansionnya, berhadapan langsung dengan Lucian Amato yang kini menatapnya dengan mata berkilat penuh kebencian. Di sampingnya, ada Jasper yang berdiri sambil menyeringai licik menunggu perintah.Belum sempat mereka buka suara, tiba-tiba Dor!Suara tembakan pertama meledak, memecah kesunyian.Peluru menembus udara, nyaris menghantam kaki Damien. Refleksnya bekerja cepat. Dengan gerakan sigap, ia melompat mundur dan berlindung di balik salah satu pilar besar di depan mansionnya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena amarahnya yang mulai mendidih."Manusia gila!" umpat Damien..Melalui celah perlindungan, Damien melirik sekilas ke arah lawannya. Alih-alih mundur atau gentar dengan ancamannya tadi, Lucian justru berdiri gagah, seolah mengejeknya. Lalu, denga

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 54

    Angin pagi berembus kencang saat Damien melangkah keluar dari mansion. Begitu pintu besar terbuka, pemandangan di depannya segera memenuhi pandangan, halaman luasnya kini dipenuhi oleh ratusan orang bersenjata, berdiri tegap dalam formasi yang mengancam.Di garis depan, berdiri dua sosok yang tak asing.Lucian Amato, pria bertubuh tegap dengan mata gelap yang kini menyala oleh amarah. Di sampingnya, Jasper, tangan kanannya yang setia, memegang pistol dengan santai, namun ancaman jelas terasa di udara.Damien tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun. Ia tetap berdiri tegak di depan pintu mansionnya, mengenakan setelan hitamnya yang sempurna, tangan dimasukkan ke dalam saku jas seolah ini bukan apa-apa.Lucian mengangkat sebuah dokumen yang diremas di tangan. Kertas itu kusut, menunjukkan betapa marahnya ia sebelum datang ke sini.“Dokumen ini, kau pikir aku tidak akan tahu kalau ini palsu?”ucap Lucian dengan lantang dan penuh amarah. B

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 53

    Pagi itu langit tampak kelabu, seolah ikut merasakan kelelahan yang masih menggelayuti tubuh Tiffany. Sinar matahari yang menembus jendela hanya redup, tak mampu sepenuhnya mengusir hawa dingin yang menyelimuti kamarnya.Tiffany duduk di ranjang dengan punggung bersandar pada kepala ranjang, selimut tebal membungkus tubuhnya yang masih terasa menggigil. Kepalanya sedikit berat, tenggorokannya kering, dan kulitnya terasa lebih panas dari biasanya. Demam. Dia benar-benar jatuh sakit.Dia menghela napas pelan, menatap ke luar jendela dengan tatapan penuh kekecewaan. Seharusnya hari ini dia sudah bersiap untuk mendaki, mencari ayahnya, memastikan kebenaran kata-kata Damien. Tapi sekarang, tubuhnya sendiri malah mengkhianatinya.Suara langkah kaki di luar pintu membuyarkan lamunannya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan muncullah sosok Damien dengan setelan yang lebih santai dari biasanya. Tak ada jas mahal atau sepatu kulit berkilau. Hanya kaus hitam po

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 52

    Damien menatap Tiffany dalam-dalam, matanya menggelap, bukan karena marah, tetapi karena dilema yang kini menguasai pikirannya. "Aku tidak bisa menghubunginya," katanya dengan suara dalam, nyaris berbisik.Tiffany menegang. “Apa maksud Tuan?"Di antara cahaya bulan yang menyelinap masuk ke dalam goa, ekspresi Damien tampak lebih dingin dari biasanya.“Di puncak sana, tidak ada sinyal. Satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengannya adalah dengan mendaki sendiri ke tempat itu. Dan itu bukan perjalanan yang mudah, Tiffany.”Tiffany merasakan dadanya semakin sesak. Harapannya yang tadi melonjak, kini seakan dihantam keras ke tanah. “Berapa lama?” tanyanya, suaranya gemetar.“Butuh waktu setidaknya tiga hari untuk mencapai puncak,” kata Damien, ekspresinya tetap tenang, seolah sedang menjelaskan sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat.“Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang.”Damien menatapnya, lalu menggeleng pelan. “Tidak m

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 51

    Tiffany tersentak, napasnya tercekat di tenggorokan merasakan sensasi dingin menjalari tulang punggung saat menyadari keberadaan seseorang di belakangnya. Perlahan, dengan jantung berdegup kencang, dia berbalik dan detik itu nyaris terjungkal. "T-Tuan...?" suaranya bergetar, entah karena keterkejutan atau karena ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Damien kali ini. Namun sebelum satu kata pun bisa terucap dari bibir lelaki itu, tiba-tiba—DUARR!Dentuman keras menggema, menggetarkan tanah di bawah kaki mereka. Seolah bumi baru saja menggelegak dalam amarahnya. Tiffany menjerit tertahan, tapi sebelum tubuhnya bisa bereaksi lebih jauh, sepasang lengan kokoh sudah menariknya dalam dekapan erat.Damien memeluknya, melindunginya seakan dia adalah satu-satunya hal yang tidak boleh hancur di dunia ini. "Diam. Jangan bergerak," bisiknya tepat di telinganya, suaranya serak namun tegas.Tiffany merasakan bagaimana dada bidang lelaki it

  • Dalam Penjara Bos Mafia    Bab 50

    Setelah Damien berangkat dalam perjalanan bisnisnya, mansion terasa begitu sepi. Tiffany menatap ke luar jendela, memperhatikan hujan gerimis yang membasahi halaman luas. Perasaan gelisah merayapi dadanya, seakan ada sesuatu yang belum selesai.Damien telah berjanji akan membawanya bertemu sang ayah suatu saat nanti, tetapi kapan? Berapa lama lagi ia harus menunggu?Dorongan kuat untuk mencari tahu muncul begitu saja. Tangannya refleks meraih ponsel dari atas meja, jemarinya gemetar saat membuka aplikasi Google Maps. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mulai mengetik:Gunung Evermore.Detik berikutnya, layar ponselnya menampilkan peta digital dengan jalur berliku yang membawa matanya ke satu titik terpencil di puncak gunung. Wilayah itu hampir tidak memiliki akses jalan yang layak. Hanya ada garis-garis tipis yang menandakan jalur pendakian terjal, ditutupi hutan lebat dan kabut tebal yang nyaris tidak bisa ditembus.Tiffany menggigit bibi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status