Keluarga Anarta merupakan salah satu keluarga berada di Kota Suro. Mereka memiliki dua anak laki-laki, dengan si sulung bernama Wahyu Dwi Anarta dan anak bungsu bernama Grey Anarta. Wahyu yang telah menginjak usia 30 tahun dan menjadi anak sulung, ditunjuk menjadi pemimpin perusahaan keluarganya. Dia dituntut untuk bersikap dewasa agar dapat menjadi pewaris keluarga. Selasa siang, tepatnya di awal bulan April, Wahyu mendapat tugas dari perusahaan untuk menuju ke toko kain yang merupakan pemasok bahan utama perusahaannya. Di sanalah dia bertemu dengan Aprilia yang merupakan anak gadis dari pemilik toko kain. Wahyu merasa jatuh cinta pandangan pertama kepada April, begitupula sebaliknya. Namun sayangnya, kisah cinta mereka tidak berjalan dengan mulus karena kehadiran Anara sebagai pihak ketiga. Meskipun begitu, Wahyu tetap memilih April sebagai cintanya. Wahyu ingin memperjuangkan cintanya kepada April. Namun takdir berkata lain, penyakit Aritmia yang dideritanya menjadi semakin menjalar. Di saat Wahyu hendak melamar April di akhir bulan kelahirannya, April mendadak kolaps dan dilarikan ke rumah sakit. Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, April mengembuskan napas terakhirnya. Cinta Wahyu yang bersemi indah pun berakhir di ujung bulan April. April telah menjadi sosok yang paling berharga di hati Wahyu. Dialah satu-satunya perempuan yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta dan membuatnya berjuang untuk menggapai cintanya dalam 30 hari di bulan April.
Lihat lebih banyakSetelah beberapa jam berlalu, segelas frozen martini telah habis. Wahyu merasa lega untuk menghabiskan malam minggu bersama Anara. Dia menoleh dan melihat ke arah jam tangan, tak terasa jika waktu sudah berubah.Jarum jam di pergelangan tangannya menunjukkan sembilan malam. Wahyu menoleh kepada Anara, dan menyadari bahwa sekretaris pribadinya masih duduk tegak di samping.“Apa kamu mau pulang sekarang?” tanya Wahyu.Anara menoleh kepada Wahyu. Pandangan matanya masih jernih menunjukkan bahwa dia saat ini masih belum mengantuk. Anara melebarkan senyum di bibirnya.“Saya sih belum mengantuk, Pak. Belum terlalu ingin pulang. Tapi jika Bapak ingin mengantarkan saya pulang saat ini, maka saya tidak keberatan,” kata Anara.“Kalau begitu, lebih baik aku antar kamu pulang sekarang. Hari akan semakin larut, aku takut jika kamu sampai di rumah terlalu malam,” kata Wahyu.“Baik, Pak,” kata Anara, dia memberikan balasan untuk pemimpin mudanya.Ketika Wahyu berdiri, Anara ikut berdiri. Wahyu berja
“Kamu sudah selesai?” tanya Wahyu.Anara mengangguk. Tatapan matanya tertuju kepada Wahyu. Pimpinan muda yang saat ini sedang bersedia untuk menunggu dirinya. Anara yang semula memasang wajah datar, kini mengembangkan senyuman di bibirnya.“Kita bisa berangkat sekarang, Pak. Saya sudah selesai dan siap untuk pulang bersama Bapak,” kata Anara.“Baiklah. Jalanlah di belakangku, jangan jauh-jauh menjaga jarak denganku,” kata Wahyu.Setelah melihat anggukan dari Anara, Wahyu mengambil langkah lebih dahulu di depan. Dia meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan di belakang, Anara mengikuti langkah Wahyu untuk menuju ke mobil.Sesampainya di depan mobil, Wahyu membukakan pintu untuk Anara. Setelah mengembangkan senyum dan mengarahkan pandangan kepada pimpinannya, Anara masuk ke dalam mobil. Wahyu menutup pintu dan berputar arah untuk masuk ke sisi lain mobil.Ketika berada di dalam, Wahyu lekas mengemudikan mobil ke jalanan. Wahyu memilih untuk fokus kepada arah jalan. Sepanjang jalan hanya
Wahyu mengangguk, dia merasa dapat memahami apa yang dikatakan oleh para mitranya. Tak perlu waktu lama, saat diskusi telah selesai. Wahyu menyetujui apa yang diungkapkan oleh para mitra perusahaan jahit miliknya.“Jika kalian merasa bisa untuk membantu, maka tidak ada yang salah apabila aku menyerahkan permasalahan ini kepada kalian,” kata Wahyu.“Ya, untuk itu kamu tidak perlu khawatir. Kami sebagai rekan kerjasama perusahaan jahit Anarta bersedia membantu untuk mendapatkan kenalan pendistribusian,” kata mitra lain.Setelah menghasilkan kesepakatan, pertemuan siang itu selesai. Beberapa pekerja dan mitra sudah meninggalkan ruang pertemuan. Begitupula dengan Wahyu dan Anara yang sedang berjalan menuju ke ruangan kerja Wahyu.Meskipun pertemuan menghasilkan keputusan yang sesuai dengan keinginan Wahyu, tetapi masih saja ada yang mengganjal pikiran pemimpin muda itu. Dia tidak sedang memikirkan bagaimana keberlangsungan para mitra dalam mencari kenalan untuk mendistribusikan jahitan ka
Wahyu menerima berkas yang diberikan oleh Anara. Sekretaris pribadinya itu tidak pernah gagal dalam mempersiapkan beberapa dokumen penting untuk keperluan pertemuan perusahaan. Meskipun begitu, Wahyu belum memutuskan untuk memberi jawaban terhadap perkataan Anara.Justru pandangan Wahyu tertuju kepada map yang dia buka lebar. Wahyu mencoba memahami apa-apa saja yang tertulis di dalam map bersampulkan warna kuning. Pimpinan muda itu membaca yang tertulis untuk materi pertemuan yang akan diadakan satu jam lagi.Sebaliknya, Anara masih berdiri di sebelah Wahyu. Dia memperhatikan atasannya cukup lama, seolah menunjukkan kesabarannya untuk menunggu jawaban dari Wahyu. Tetapi sayangnya, Wahyu belum juga menaruh perhatian kepadanya.“Aku sudah memahami beberapa materi yang ada di dalam berkas ini. Kira-kira nanti kita akan membahas mengenai cara mendistribusikan jahitan kain kita kepada beberapa mitra yang ada,” kata Wahyu.Setelah berkata begitu, Wahyu mengarahkan pandangannya kepada Anara.
April hanya bisa memandangi bapaknya dengan perasaan kesal. Dia tidak menyangka jika bapak bisa menunjukkan sikap yang begitu menyebalkan padanya. April kemudian mengalihkan pandangannya kepada Wahyu yang saat ini sudah menjadi pasangannya.“Aku tidak ingin menyembunyikan hubungan apapun dari bapak. Tapi kenapa bapak mengobrol seasyik ini dengan dia? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan,” kata April.“Tidak ada. Kami hanya membahas masalah bisnis. Aku rasa jika aku ceritakan kepadamu, kamu juga tidak akan mengerti,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban untuk perkataan April.“Aku akan memahaminya jika kamu ceritakan kepadaku. Tapi aku penasaran memangnya urusan bisnis apa yang kalian bicarakan?” tanya April, dia mengarahkan fokusnya kepada Wahyu.“Perpanjangan kontrak. Antara toko kain milik bapakmu dengan perusahaan jahit milikku,” kata Wahyu, dia menjawab rasa penasaran April.April seketika mengangguk. Dia kemudian kembali terdiam. April tak lagi memberikan balasan untuk perkataan Wahyu
Seketika pemilik toko kain mengernyit. Dia tidak menyangka jika putri satu-satunya telah menerima laki-laki di toko mereka. April juga tahu bahwa bapaknya saat ini sedang memasang wajah masam yang jelas terasa tidak mengenakkan.“Ada apa dia berurusan denganmu, April?” tanya bapak.“Wahyu hanya mempertanyakan keputusan bapak. Dia meminta kejelasan mengenai permintaannya untuk menjalin hubungan dengan April, Pak,” kata April, dia memberikan jawaban kepada bapak.“Lalu kamu jawab apa? Sepertinya pimpinan muda itu tidak menyerah untuk menjadikanmu pasangannya, April,” kata bapak, suaranya mulai terdengar tegas.“April terima Wahyu sebagai pasangan, Pak. Sebab aku melihat dia menyatakan perasaannya dengan tulus, tidak mungkin jika April menolak,” kata April.“Kamu menerimanya? Baiklah, kalau begitu biarkan bapak menemui laki-laki itu sekarang,” kata bapak.April mengangguk, dia tidak kuasa untuk menolak ucapan bapaknya. Dengan tegas si pemilik toko kain itu lekas masuk ke dalam. Dia menda
April seketika terdiam. Dia tertegun dengan apa yang dikatakan Wahyu. Laki-laki di depannya itu menunjukkan kesan yang teramat serius. Wajahnya sangat kaku, tatapan Wahyu terlihat begitu dalam memandang kepadanya.“Aku tidak bermaksud untuk meragukan kata-katamu, Wahyu. Tapi kamu tahu sendiri bahwa menjatuhkan hati kepada orang baru bukanlah sesuatu yang mudah. Aku hanya tidak ingin salah pilih pasangan,” kata April.Wahyu mengernyit. Sedikit tidak menyangka bahwa April akan memberikan jawaban yang seperti itu. Di hadapannya, April terlihat tenang meskipun ucapannya sedikit membuatnya tersinggung.“Apa maksudmu salah pilih? Kamu mau bilang bahwa aku tidak cocok untukmu,” kata Wahyu, dia sedikit meninggikan suaranya.April terkejut. Dia tidak pernah mendengar suara tinggi seperti itu dari lelaki. Kedua mata April memandang kepada Wahyu. Wajah laki-laki yang ada di depannya terlihat begitu garang, berbeda dengan sebelumnya.Dari sinilah April mulai mengetahui sikap Wahyu yang sedikit mu
Anara terkejut dengan yang diucapkan oleh Wahyu. Tidak biasanya sang atasan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke toko kain. Anara menaruh rasa curiga kepada atasannya, dia masih mengarahkan tatapannya kepada Wahyu.Namun tatapan Anara malah direspon biasa oleh Wahyu. Dia tidak menganggap serius apa yang ditunjukkan oleh sikap Anara. Wahyu yang lebih memilih untuk menghabiskan makanannya, membuat Anara geram.“Memang urusan apa yang ingin Bapak selesaikan di sana? Tidak bisakah ditunda, atau mengambil waktu lain selain hari ini,” kata Anara.“Aku tidak ingin menundanya. Aku ingin segera menuntaskan perkara ini. Semakin ditunda, juga tidak membuahkan hasil yang bagus,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban kepada sekretaris pribadinya.Anara tidak lagi memberikan jawaban untuk perkataan Wahyu. Sekarang Anara mengalihkan fokusnya kepada makanan di depannya. Sepiring nasi goreng nanas masih tersisa banyak, Anara belum menghabiskannya.Saat Anara menyantap makanannya, Wahyu hanya asyik meni
Wahyu tidak lekas memberikan jawaban untuk perkataan Anara. Meskipun dia tahu bahwa sekretaris pribadinya itu hanya penasaran dengan kehidupan asmaranya, tetapi Wahyu enggan untuk memberitahu Anara.Pandangannya masih tertuju kepada jalanan. Wahyu lebih memilih untuk tidak memandang Anara, dan memutuskan untuk terpaku menyetir mobil. Meski tatapan mata Anara terasa mengusik, Wahyu hanya mengembangkan senyum tipis.“Aku sedang dekat dengan seorang wanita. Dia adalah anak dari si pemilik toko kain yang bekerjasama dengan perusahaan kita. Tapi aku rasa masih terlalu dini untuk mengungkapkan masalah perasaan padanya,” jelas Wahyu.“Baru dekat dengan seorang wanita. Berapa bulan? Apa dia juga tahu jika Bapak menyukainya. Maafkan saya jika terasa saya terlalu mencampuri urusan Bapak,” kata Anara.Anara masih melanjutkan rasa penasarannya. Seolah tidak puas dengan jawaban sederhana dari atasannya. Anara merasa dia perlu tahu percintaan Wahyu sebelum memutuskan untuk mengambil langkah lebih l
Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek deng...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen