Beranda / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Meminta Restu dari Orang Tua

Share

Meminta Restu dari Orang Tua

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 10:56:51

April mengangguk, sedangkan tatapan matanya tertuju ragu kepada bapak. Tampaknya April merasakan kebimbangan di dalam hatinya. Dirinya tidak yakin jika ingin mengtakan yang sebenarnya kepada bapak perihal rencana kedekatannya dengan Wahyu.

“Ada apa dengan anak itu? Apa dia mengganggumu?” tanya bapak.

“Tidak, Pak. Dia hanya mengajakku mengobrol sebentar di taman seberang kedai kecil. Bukannya dia adalah pelanggan dari toko kain kita,” kata April.

“Sepanjang yang bapak tahu memang begitu. Wahyu itu anak paling tua di keluarga Anarta. Kedua orang tuanya juga sangat menghargai semua orang. Wajar jika mereka disegani, keluarga itu juga memiliki reputasi yang cukup bagus di mata orang-orang,” balas bapak.

April terdiam setelah mendengar penjelasan dari bapaknya. Bibirnya mengatup rapat seakan enggan untuk membalas perkataan si bapak. April menundukkan kepala, di dalam hatinya ia sempat ragu dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dekat dengan anak sulung dari keluarga kaya.

“Keluarganya terpandang, April. Jadi jangan coba-coba untuk bermain api dengan keluarga terhormat seperti itu. Kekayaan yang kita punya bahkan tidak sebanding dengan harta melimpah yang dimiliki oleh keluarga itu,” sambung bapak.

April mengangguk pelan. Dalam benaknya, ia menyetujui perkataan bapak. Bapak yang usianya sudah tidak lagi muda itu pasti memiliki pemikiran yang sudah matang. Apalagi di usianya yang mencapai 56 tahun itu tentu membuat bapak tidak akan memutuskan segala sesuatunya secara grasa-grusu.

“Jika seandainya dia berniat untuk menjalin hubungan yang dekat dengan April, bagaimana, Pak?” tanya April dengan nada lirih, ia masih menundukkan kepalanya.

“Wahyu yang mengajakmu untuk memiliki hubungan?” tanya bapak.

Bapak bukannya tidak tahu maksud April, tetapi pertanyaan yang dilontarkan olehnya hanya untuk memastikan saja jika firasatnya benar. April mengangguk lemah.

“Wahyu mengatakan jika dia ingin memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman. Bahkan dia berniat untuk meminta izin kepada bapak besok,” kata April.

“Lantas kamu jawab bagaimana?” tanya bapak.

April menegakkan wajahnya. Pandangannya tertuju kepada bapak yang ada di sebelahnya. Wajah bapak yang terlihat tegas dan serius, membuat April bergidik. Ia tidak berani untuk mengatakan hal yang tidak-tidak di depan bapaknya saat ini.

“Kamu tidak langsung memberikan keputusan apapun kan kepada pimpinan muda itu?” sambung bapak.

“Tidak, Pak. April belum memberikan keputusan apapun kepada dia. Namun jika dilihat dari keseriusannya, sepertinya Wahyu tidak main-main ingin meminta restu dari bapak,” kata April.

“Kalian masih baru kenal. Tidak mungkin bapak langsung merestui hubungan kalian. Bagaimana jika nanti pilihan untuk memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman itu adalah keputusan yang salah,” balas bapak.

April mengangguk, ia sudah mulai bisa memahami jalan pikiran si bapak. Jika dilihat lebih jauh, ternyata perasaan April kepada Wahyu belum tumbuh sehebat itu. Dirinya memang mengakui, jika laki-laki berambut hitam itu sempat membuat hatinya berdesir di awal perjumpaan.

Namun untuk menjalin hubungan yang lebih lanjut, April masih memikirkannya. Dalam benaknya, ragu mengenai apakah dirinya bisa cocok dengan status di keluarga Wahyu.

“Bapak bukannya tidak mau memberikan izin. Namun sebaiknya kamu pikir-pikir saja dulu, Pril. Jangan sampai kamu salah Langkah hingga membuat dirimu menyesal. Bapak tidak mau melihat anak gadis kesayangan bapak kecewa,” kata bapak.

“Iya, Pak. April memahami alasan bapak. Lagipula, April juga ragu perihal ketulusan Wahyu untuk menjalin hubungan dekat dengan April. Mengingat juga kami baru saling mengenal,” ujar April.

“Ya sudah jika kamu dapat memahami maksud bapak. Tapi ingat ini, April. Jangan sampai kamu memiliki hubungan yang buruk dengan anak sulung dari keluarga Anarta itu. Bagaimanapun dia adalah pelanggan dari toko bapak,” terang bapak.

“Ya, Pak. April mengerti. April juga tidak akan menjauh dari Wahyu. Hanya saja April akan menjaga jarak dengan Wahyu, agar tidak terlalu dekat,” balas April.

“Ya. Bapak harap kamu mengerti dengan keputusan bapak, Pril,” ujar bapak.

April mengiyakan ujaran bapaknya. Beberapa menit setelah keduanya hening, April dan bapak sama-sama meminum secangkir teh hangat. Bapak segera berdiri setelah satu cangkir tehnya habis.

“Ayo kita beres-beres. Sebentar lagi toko akan tutup dan kita pulang ke rumah,” kata bapak.

“Baiklah, Pak. April akan bantu berkemas,” balas April.

Selasa siang itu, April dan bapak mulai membereskan segala peralatan toko yang berserakan. Mereka bersiap-siap untuk pulang ke rumah setelah semua persiapan telah selesai.

Sedangkan itu, Wahyu di perusahaannya masih berkutat dengan laporan yang ada di meja. Dia masih jeli memeriksa setiap informasi yang masuk dan keluar dari perusahaannya. Seorang sekretaris mengetuk pintu ruang kerja Wahyu dan lekas masuk ke dalam.

“Selamat siang, Pak Wahyu. Ini saya antarkan beberapa berkas untuk bapak baca. Di dalam sini tertera banyak informasi penting mengenai progress karyawan di bagian produksi,” kata seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda.

Gadis itu adalah sekretaris pribadi Wahyu di perusahaan. Meskipun usianya sudah 32 tahun, tetapi perempuan itu masih belum menikah. Gadis dengan nama Anara Aktasia masih ingin fokus pada pekerjaannya, ia sama sekali belum memikirkan pernikahan.

“Mana? Coba sini aku lihat,” ujar Wahyu.

Anara berjalan lebih dekat kepada pimpinan mudanya. Dia menyetorkan beberapa buku tebal yang berisikan informasi penting tentang progress karyawan produksi. Posisi Anara dan Wahyu yang berada di dalam jarak beberapa sentimeter itu membuat Anara dapat mencium aroma khas tubuh Wahyu.

Meskipun begitu, Anara tidak tersipu. Ia segera menampik pikirannya untuk jatuh hati kepada atasannya yang masih muda itu. Anara berusaha untuk tetap berfokus kepada isi tulisan yang ada di dalam buku tebal dengan sampul hijau yang tadi dibawanya.

“Ini bagaimana maksudnya? Bisa kamu jelaskan kepadaku?” ucap Wahyu dengan nada tegas.

Wahyu sudah membacanya sekilas. Namun tampaknya dia masih saja kebingungan dengan informasi yang ditulis di dalam setiap lembaran buku itu. Wahyu mengarahkan tatapan matanya kepada Anara yang berada di samping kanannya.

“Kenapa ada persentase yang tidak sama antara pemasukan dengan pengeluaran?” tanya Wahyu.

“Oh, itu. Sebab di bulan kemarin, ada beberapa karyawan yang performanya menurun. Dua hingga tiga orang tidak bisa melanjutkan bagian produksi jahit karena berbagai alasan. Ada yang sakit, ada pula yang harus cuti karena urusan keluarga,” kata Anara.

“Jadi begitu. Namun bagaimana pengaruhnya? Apa memiliki dampak buruk terhadap hasil jahit di perusahaan kita?” ujar Wahyu.

“Tidak terlalu, Pak. Sebab kekosongan itu masih bisa dikendalikan. Beberapa karyawan sanggup mengambil alih tugas karyawan yang menurun performanya,” jelas Anara.

Wahyu mengangguk paham. Dia kini bisa mengerti mengapa ada kekosongan di beberapa bagian kolom dalam catatan di buku. Anara mengalihkan pandangannya kepada Wahyu, sosok pemimpin mudanya itu memang tampak berbeda dari kebanyakan laki-laki lain.

Bab terkait

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Godaan Awal di Kantor

    Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

    Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Tugas Rutinan sebagai Pimpinan Baru

    Wahyu mendapat banyak tepuk tangan dan rasa salut dari para karyawan yang akan dipimpinnya. Banyak di antara mereka yang kagum dengan sosok diri Wahyu yang menjadi pengganti dari papanya.Hampir sebagian besar dari mereka berharap, semoga Wahyu dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab seperti Bapak Yuarta. Papanya itu diketahui memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin perusahaan jahit. Yuarta telah berhasil memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.Meskipun diakui, belum banyak progress yang bisa diselesaikan tepat waktu, tetapi kepemimpinan Yuarta di Jahitan Anarta cukup cakap dan dipuji banyak karyawan.Wahyu merasa cukup tersanjung karena mendapatkan banyak apresiasi baik dari orang-orang yang ada di depannya. Dia pun setengah membungkukkan badannya untuk memberikan ucapan terima kasih kepada mereka.“Terima kasih untuk sambutan baik dari kalian. Saya sangat senang karena kalian menyetujui keputusan saya. Saya juga meminta maaf karena Bapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Cinta Pandang Pertama

    Wahyu berjalan memasuki ruangannya. Ruang pimpinan utama itu menjadi ruang kerjanya mulai hari ini hingga beberapa saat ke depan. Wahyu membuka pintu ruang kerjanya, dan mendapati Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya.“Sudah selesai urusan kamu? Bagaimana pertemuannya dengan pemilik toko kain?” tanya Yanuar mencecar anak sulungnya dengan pertanyaan.Dengan helaan panjang, Wahyu mencoba untuk bersabar menghadapi Yanuar. Mamanya itu memang tipikal orang yang selalu ingin meminta kejelasan lebih lanjut, meskipun dengan hal-hal yang sepele.Mata hitam Wahyu tertuju kepada Yanuar yang sedang menatap kepadanya. Sepertinya Yanuar sedang menunggu penjelasan darinya.“Tidak ada kendala yang cukup berarti. Pemilik toko kain itu mengatakan jika Kerjasama yang terjalin antara perusahaan kita dengan tokonya akan tetap terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Kontrak akan diperbarui oleh tokonya,” jelas Wahyu kepada Yanuar.“Ah, ya. Baguslah jika begitu. Setelah ini, kamu harus memeriksa be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Mengenal Dirimu Lebih Jauh

    Lima belas menit setelah April menunggu di bangku taman, Wahyu lekas datang menghampirinya. Laki-laki berbadan tinggi itu melihat kepada gadis manis dengan rambut disanggul yang sedang tersenyum kepadanya.“Maaf jika menunggu lama, ya. Tadi uang kembalianku kurang, jadi pelayan masih harus mencarikannya,” kata Wahyu.“Tidak masalah. Aku bisa menunggu hingga jam satu tiba,” balas April.April bergeser sedikit untuk memberikan Wahyu sedikit tempat untuk duduk di sampingnya. Setelah gadis dengan rambut hitam disanggul itu memberikan sisa tempat, Wahyu lekas duduk. Meskipun mereka berdua baru saling kenal, tetapi sepertinya tidak ada canggung di antara mereka.Baik Wahyu maupun April tampak dapat mengimbangi suasana di sekitar mereka agar tidak hening. Mata kecokelatan April menatap pada wajah Wahyu yang saat ini sedang memandang kepadanya.“Jadi, baru pertama ini aku melihat ada anak muda yang sudah berani memimpin perusahaan besar. Biasanya, adalah pria dengan cambang tipis yang usianya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Godaan Awal di Kantor

    Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku aka

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Meminta Restu dari Orang Tua

    April mengangguk, sedangkan tatapan matanya tertuju ragu kepada bapak. Tampaknya April merasakan kebimbangan di dalam hatinya. Dirinya tidak yakin jika ingin mengtakan yang sebenarnya kepada bapak perihal rencana kedekatannya dengan Wahyu.“Ada apa dengan anak itu? Apa dia mengganggumu?” tanya bapak.“Tidak, Pak. Dia hanya mengajakku mengobrol sebentar di taman seberang kedai kecil. Bukannya dia adalah pelanggan dari toko kain kita,” kata April.“Sepanjang yang bapak tahu memang begitu. Wahyu itu anak paling tua di keluarga Anarta. Kedua orang tuanya juga sangat menghargai semua orang. Wajar jika mereka disegani, keluarga itu juga memiliki reputasi yang cukup bagus di mata orang-orang,” balas bapak.April terdiam setelah mendengar penjelasan dari bapaknya. Bibirnya mengatup rapat seakan enggan untuk membalas perkataan si bapak. April menundukkan kepala, di dalam hatinya ia sempat ragu dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dekat dengan anak sulung dari keluarga kaya.“Keluarganya

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Mengenal Dirimu Lebih Jauh

    Lima belas menit setelah April menunggu di bangku taman, Wahyu lekas datang menghampirinya. Laki-laki berbadan tinggi itu melihat kepada gadis manis dengan rambut disanggul yang sedang tersenyum kepadanya.“Maaf jika menunggu lama, ya. Tadi uang kembalianku kurang, jadi pelayan masih harus mencarikannya,” kata Wahyu.“Tidak masalah. Aku bisa menunggu hingga jam satu tiba,” balas April.April bergeser sedikit untuk memberikan Wahyu sedikit tempat untuk duduk di sampingnya. Setelah gadis dengan rambut hitam disanggul itu memberikan sisa tempat, Wahyu lekas duduk. Meskipun mereka berdua baru saling kenal, tetapi sepertinya tidak ada canggung di antara mereka.Baik Wahyu maupun April tampak dapat mengimbangi suasana di sekitar mereka agar tidak hening. Mata kecokelatan April menatap pada wajah Wahyu yang saat ini sedang memandang kepadanya.“Jadi, baru pertama ini aku melihat ada anak muda yang sudah berani memimpin perusahaan besar. Biasanya, adalah pria dengan cambang tipis yang usianya

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Cinta Pandang Pertama

    Wahyu berjalan memasuki ruangannya. Ruang pimpinan utama itu menjadi ruang kerjanya mulai hari ini hingga beberapa saat ke depan. Wahyu membuka pintu ruang kerjanya, dan mendapati Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya.“Sudah selesai urusan kamu? Bagaimana pertemuannya dengan pemilik toko kain?” tanya Yanuar mencecar anak sulungnya dengan pertanyaan.Dengan helaan panjang, Wahyu mencoba untuk bersabar menghadapi Yanuar. Mamanya itu memang tipikal orang yang selalu ingin meminta kejelasan lebih lanjut, meskipun dengan hal-hal yang sepele.Mata hitam Wahyu tertuju kepada Yanuar yang sedang menatap kepadanya. Sepertinya Yanuar sedang menunggu penjelasan darinya.“Tidak ada kendala yang cukup berarti. Pemilik toko kain itu mengatakan jika Kerjasama yang terjalin antara perusahaan kita dengan tokonya akan tetap terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Kontrak akan diperbarui oleh tokonya,” jelas Wahyu kepada Yanuar.“Ah, ya. Baguslah jika begitu. Setelah ini, kamu harus memeriksa be

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Tugas Rutinan sebagai Pimpinan Baru

    Wahyu mendapat banyak tepuk tangan dan rasa salut dari para karyawan yang akan dipimpinnya. Banyak di antara mereka yang kagum dengan sosok diri Wahyu yang menjadi pengganti dari papanya.Hampir sebagian besar dari mereka berharap, semoga Wahyu dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab seperti Bapak Yuarta. Papanya itu diketahui memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin perusahaan jahit. Yuarta telah berhasil memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.Meskipun diakui, belum banyak progress yang bisa diselesaikan tepat waktu, tetapi kepemimpinan Yuarta di Jahitan Anarta cukup cakap dan dipuji banyak karyawan.Wahyu merasa cukup tersanjung karena mendapatkan banyak apresiasi baik dari orang-orang yang ada di depannya. Dia pun setengah membungkukkan badannya untuk memberikan ucapan terima kasih kepada mereka.“Terima kasih untuk sambutan baik dari kalian. Saya sangat senang karena kalian menyetujui keputusan saya. Saya juga meminta maaf karena Bapa

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

    Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek deng

DMCA.com Protection Status