Home / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Godaan Awal di Kantor

Share

Godaan Awal di Kantor

Author: Wisya Kiehl
last update Last Updated: 2025-01-08 20:08:55

Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.

Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.

Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.

“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.

“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku akan memperbaiki apa yang kurang,” kata Anara.

Wahyu mengangguk, dia hanya memberikan respon sederhana untuk perkataan Anara. Selebihnya, dia mengalihkan pandangan pada buku tipis. Wahyu lekas membuka buku, dan membacanya. Pimpinan muda itu tidak lagi mengarahkan perhatiannya kepada Anara.

“Tapi, Pak. Bolehkah saya bertanya sesuatu pada Bapak?” tanya Anara.

“Tanya apa? Kenapa kamu tidak langsung memberikan pertanyaan saja,” kata Wahyu.

“Apa nanti siang Bapak ada waktu? Saya ingin mengajak Bapak untuk makan siang bersama di luar. Itupun kalau Bapak mau,” kata Anara.

“Boleh. Aku tidak seberapa sibuk nanti siang. Mungkin aku bisa meluangkan waktu sebentar untuk makan siang di luar denganmu,” kata Wahyu, memberikan keputusan untuk Anara.

Setelah mendapat jawaban dari Wahyu, Anara tersenyum. Tak disangka jika pimpinan mudanya menerima ajakan untuk makan siang bersama. Hati Anara begitu senang, bahkan bibirnya masih menunjukkan senyum yang begitu memuaskan.

“Baiklah. Nanti saya tunggu Bapak di ruang tunggu. Jangan sampai telat, Pak. Sebab waktu istirahat tidak lama,” kata Anara.

“Ya, aku usahakan. Sekarang, jika sudah tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, kamu bisa meninggalkan ruanganku,” kata Wahyu.

Anara mengangguk. Setelahnya, dia berbalik dan lekas melangkah meninggalkan ruangan Wahyu. Anara pergi membawa buku tebal di tangannya. Kini hanya ada Wahyu di ruangan. Meskipun sendirian, tetapi Wahyu tidak merasa kesepian.

Di dalam ruangannya, Wahyu mencoba untuk mengumpulkan fokus agar bisa memahami isi buku tipis yang di abaca. Buku tipis itu berisi tentang riwayat perusahaan jahit milik keluarganya. Riwayat yang tertulis di antaranya adalah hubungan kerjasama antara perusahaan jahit dengan beberapa toko.

Wahyu mencoba untuk mengamati pengaruh antara jalinan kerjasama yang sudah dilakukan oleh perusahaan jahit. Sepuluh di antaranya membawa keuntungan yang besar, tetapi dua ada juga yang memberikan keuntungan tak seberapa.

Rata-rata hubungan kerjasama yang dilakukan oleh Jahitan Anarta adalah lanjutan dari apa yang dilakukan oleh Yuarta, papanya. Wahyu mengangguk pelan, dia mulai mengerti mengapa papanya dianggap sebagai pimpinan yang cakap untuk memimpin perusahaan jahit ini.

Tidak heran, sebab Yuarta mampu membuat jalinan kerjasama antara perusahaan jahit dengan beberapa toko membawa keuntungan. Rata-rata hubungan kerjasama yang dibina oleh Yuarta berhasil, dan jarang mengalami kegagalan.

Wahyu mencoba mempelajarinya. Namun semakin lama dia membaca, semakin banyak hal yang dia ketahui mengenai pola yang digunakan oleh sang papa. Wahyu melebarkan senyumannya, merasa lega dengan apa yang dihasilkan oleh Yuarta.

Kini dia tidak perlu merintis jalannya perusahaan dengan susah payah, Wahyu hanya harus meneruskan bagaimana pola dan strategi yang diterapkan oleh Yuarta untuk perusahaan ini. Setelah lama mengamati dan mempelajari, Wahyu menutup buku tipis yang ada di mejanya.

Wahyu mencatat apa yang dia ketahui di buku kecil miliknya. Setelah menuliskan apa yang dia ketahui, Wahyu menyimpan buku kecilnya di laci meja. Wahyu mengarahkan tatapannya ke jam dinding, tampaknya sudah dua jam berlalu dari waktu dia masuk ke dalam ruangan.

Meski tubuhnya masih terasa lelah, tetapi Wahyu memutuskan untuk merapikan meja kerjanya. Ketika meja kerja sudah rapi dari tumpukan berkas, Wahyu berdiri. Dia meninggalkan ruangannya, dan berjalan menuju ruang tunggu.

Dia masih ingat mengenai janjinya untuk menemui Anara. Mengenai perkataan setuju untuk makan siang bersama Anara, tidak mungkin Wahyu mengingkarinya.

Sepasang kakinya masih melangkah melewati koridor panjang kantor. Tujuan Wahyu adalah menemui Anara di ruang tunggu. Sesampainya di ruang tunggu, Wahyu menemukan Anara sedang duduk di salah satu kursi. Wajah Anara tampak datar, sepertinya sudah jenuh menunggu kedatangannya.

“Aku sudah ada di sini. Jadi kapan kita akan berangkat untuk makan siang di luar? Kebetulan aku ada waktu senggang, sehingga bisa meluangkan banyak waktu untuk bersamamu,” kata Wahyu.

“Kita pergi sekarang, Pak. Lebih baik Bapak berada satu mobil dengan saya. Biar saya tunjukkan tempat untuk makan siang,” kata Anara.

“Baiklah. Kamu ikut di mobilku saja. Aku tidak ingin kamu yang menyetir untukku,” kata Wahyu.

Anara mengangguk, dia menyetujui ucapan pimpinan mudanya. Setelah Anara berdiri, Wahyu melangkah lebih dahulu di depan Anara. Sedangkan Anara berjalan di belakang mengikuti langkah kaki Wahyu.

Mereka berada di tempat Wahyu memarkirkan mobil. Wahyu mengizinkan Anara untuk masuk ke dalam mobilnya. Ketika sudah berada di dalam mobil, Wahyu lekas mengemudikan mobilnya ke jalanan.

Sepanjang jalan, Wahyu mencoba untuk tidak menghiraukan Anara. Meski Anara sudah mengajaknya untuk mengobrol, tetapi jawaban Wahyu hanya kata-kata singkat.

“Tapi, Pak. Saya penasaran dengan satu hal. Apa Bapak yang masih muda ini sudah memiliki pasangan? Saya lihat Bapak tidak pernah mengajak perempuan di samping Bapak,” kata Anara.

Seketika pertanyaan Anara membuat Wahyu terkejut. Wahyu menoleh dan mengarahkan pandangannya kepada Anara. Sekretaris pribadinya itu masih mengarahkan perhatian kepada dirinya. Seolah Anara sedang menunggu jawaban dari Wahyu.

“Aku belum memiliki pasangan. Tidak ada wanita yang ingin dekat denganku. Aku yakin mereka pasti tidak akan betah jika berada di sisiku,” kata Wahyu.

“Apa mungkin begitu, Pak? Tapi Bapak punya pesona yang mengagumkan. Tidak hanya rupawan, Bapak juga bisa memimpin perusahaan ini. Meski baru satu bulan, tetapi kelihatannya kemajuan perusahaan sudah cukup baik,” kata Anara.

Dia mencoba untuk memuji keahlian Wahyu dalam memimpin perusahaan jahit. Wahyu dikenal dapat menggantikan posisi papanya. Inilah mengapa Wahyu dikenal lebih pekerja keras dan dianggap mampu untuk membawa perusahaan menuju arah yang lebih baik.

“Memimpin perusahaan berbeda dengan menjatuhkan pilihan pada wanita. Aku rasa mengerjakan apa yang menjadi pekerjaanku jauh lebih mudah dibanding harus berkencan dengan perempuan,” kata Wahyu.

“Kalau begitu, kenapa Bapak tidak mencoba menjalin hubungan dengan saya? Mungkin ada kecocokan di antara Bapak dengan saya,” kata Anara.

“Untuk itu, mungkin jawabanku saat ini tidak. Lagipula aku sudah memiliki rencana lain jika memang harus memiliki perempuan di sampingku,” kata Wahyu.

“Tapi siapa? Bukankah kata Bapak belum ada satupun wanita yang bisa tahan dengan sikap Bapak. Jika memang benar, Bapak sedang dekat dengan wanita lain, setidaknya beritahu saya,” kata Anara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menolak Halus Keinginan Anara

    Wahyu tidak lekas memberikan jawaban untuk perkataan Anara. Meskipun dia tahu bahwa sekretaris pribadinya itu hanya penasaran dengan kehidupan asmaranya, tetapi Wahyu enggan untuk memberitahu Anara.Pandangannya masih tertuju kepada jalanan. Wahyu lebih memilih untuk tidak memandang Anara, dan memutuskan untuk terpaku menyetir mobil. Meski tatapan mata Anara terasa mengusik, Wahyu hanya mengembangkan senyum tipis.“Aku sedang dekat dengan seorang wanita. Dia adalah anak dari si pemilik toko kain yang bekerjasama dengan perusahaan kita. Tapi aku rasa masih terlalu dini untuk mengungkapkan masalah perasaan padanya,” jelas Wahyu.“Baru dekat dengan seorang wanita. Berapa bulan? Apa dia juga tahu jika Bapak menyukainya. Maafkan saya jika terasa saya terlalu mencampuri urusan Bapak,” kata Anara.Anara masih melanjutkan rasa penasarannya. Seolah tidak puas dengan jawaban sederhana dari atasannya. Anara merasa dia perlu tahu percintaan Wahyu sebelum memutuskan untuk mengambil langkah lebih l

    Last Updated : 2025-01-12
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pertemuan yang Disengaja

    Anara terkejut dengan yang diucapkan oleh Wahyu. Tidak biasanya sang atasan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke toko kain. Anara menaruh rasa curiga kepada atasannya, dia masih mengarahkan tatapannya kepada Wahyu.Namun tatapan Anara malah direspon biasa oleh Wahyu. Dia tidak menganggap serius apa yang ditunjukkan oleh sikap Anara. Wahyu yang lebih memilih untuk menghabiskan makanannya, membuat Anara geram.“Memang urusan apa yang ingin Bapak selesaikan di sana? Tidak bisakah ditunda, atau mengambil waktu lain selain hari ini,” kata Anara.“Aku tidak ingin menundanya. Aku ingin segera menuntaskan perkara ini. Semakin ditunda, juga tidak membuahkan hasil yang bagus,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban kepada sekretaris pribadinya.Anara tidak lagi memberikan jawaban untuk perkataan Wahyu. Sekarang Anara mengalihkan fokusnya kepada makanan di depannya. Sepiring nasi goreng nanas masih tersisa banyak, Anara belum menghabiskannya.Saat Anara menyantap makanannya, Wahyu hanya asyik meni

    Last Updated : 2025-01-13
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pembuktian Cinta

    April seketika terdiam. Dia tertegun dengan apa yang dikatakan Wahyu. Laki-laki di depannya itu menunjukkan kesan yang teramat serius. Wajahnya sangat kaku, tatapan Wahyu terlihat begitu dalam memandang kepadanya.“Aku tidak bermaksud untuk meragukan kata-katamu, Wahyu. Tapi kamu tahu sendiri bahwa menjatuhkan hati kepada orang baru bukanlah sesuatu yang mudah. Aku hanya tidak ingin salah pilih pasangan,” kata April.Wahyu mengernyit. Sedikit tidak menyangka bahwa April akan memberikan jawaban yang seperti itu. Di hadapannya, April terlihat tenang meskipun ucapannya sedikit membuatnya tersinggung.“Apa maksudmu salah pilih? Kamu mau bilang bahwa aku tidak cocok untukmu,” kata Wahyu, dia sedikit meninggikan suaranya.April terkejut. Dia tidak pernah mendengar suara tinggi seperti itu dari lelaki. Kedua mata April memandang kepada Wahyu. Wajah laki-laki yang ada di depannya terlihat begitu garang, berbeda dengan sebelumnya.Dari sinilah April mulai mengetahui sikap Wahyu yang sedikit mu

    Last Updated : 2025-01-15
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Restu dari Bapak

    Seketika pemilik toko kain mengernyit. Dia tidak menyangka jika putri satu-satunya telah menerima laki-laki di toko mereka. April juga tahu bahwa bapaknya saat ini sedang memasang wajah masam yang jelas terasa tidak mengenakkan.“Ada apa dia berurusan denganmu, April?” tanya bapak.“Wahyu hanya mempertanyakan keputusan bapak. Dia meminta kejelasan mengenai permintaannya untuk menjalin hubungan dengan April, Pak,” kata April, dia memberikan jawaban kepada bapak.“Lalu kamu jawab apa? Sepertinya pimpinan muda itu tidak menyerah untuk menjadikanmu pasangannya, April,” kata bapak, suaranya mulai terdengar tegas.“April terima Wahyu sebagai pasangan, Pak. Sebab aku melihat dia menyatakan perasaannya dengan tulus, tidak mungkin jika April menolak,” kata April.“Kamu menerimanya? Baiklah, kalau begitu biarkan bapak menemui laki-laki itu sekarang,” kata bapak.April mengangguk, dia tidak kuasa untuk menolak ucapan bapaknya. Dengan tegas si pemilik toko kain itu lekas masuk ke dalam. Dia menda

    Last Updated : 2025-01-18
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kembali pada Pekerjaan

    April hanya bisa memandangi bapaknya dengan perasaan kesal. Dia tidak menyangka jika bapak bisa menunjukkan sikap yang begitu menyebalkan padanya. April kemudian mengalihkan pandangannya kepada Wahyu yang saat ini sudah menjadi pasangannya.“Aku tidak ingin menyembunyikan hubungan apapun dari bapak. Tapi kenapa bapak mengobrol seasyik ini dengan dia? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan,” kata April.“Tidak ada. Kami hanya membahas masalah bisnis. Aku rasa jika aku ceritakan kepadamu, kamu juga tidak akan mengerti,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban untuk perkataan April.“Aku akan memahaminya jika kamu ceritakan kepadaku. Tapi aku penasaran memangnya urusan bisnis apa yang kalian bicarakan?” tanya April, dia mengarahkan fokusnya kepada Wahyu.“Perpanjangan kontrak. Antara toko kain milik bapakmu dengan perusahaan jahit milikku,” kata Wahyu, dia menjawab rasa penasaran April.April seketika mengangguk. Dia kemudian kembali terdiam. April tak lagi memberikan balasan untuk perkataan Wahyu

    Last Updated : 2025-01-19
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menguras Banyak Tenaga

    Wahyu menerima berkas yang diberikan oleh Anara. Sekretaris pribadinya itu tidak pernah gagal dalam mempersiapkan beberapa dokumen penting untuk keperluan pertemuan perusahaan. Meskipun begitu, Wahyu belum memutuskan untuk memberi jawaban terhadap perkataan Anara.Justru pandangan Wahyu tertuju kepada map yang dia buka lebar. Wahyu mencoba memahami apa-apa saja yang tertulis di dalam map bersampulkan warna kuning. Pimpinan muda itu membaca yang tertulis untuk materi pertemuan yang akan diadakan satu jam lagi.Sebaliknya, Anara masih berdiri di sebelah Wahyu. Dia memperhatikan atasannya cukup lama, seolah menunjukkan kesabarannya untuk menunggu jawaban dari Wahyu. Tetapi sayangnya, Wahyu belum juga menaruh perhatian kepadanya.“Aku sudah memahami beberapa materi yang ada di dalam berkas ini. Kira-kira nanti kita akan membahas mengenai cara mendistribusikan jahitan kain kita kepada beberapa mitra yang ada,” kata Wahyu.Setelah berkata begitu, Wahyu mengarahkan pandangannya kepada Anara.

    Last Updated : 2025-01-23
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pulang dengan Rasa Lelah

    Wahyu mengangguk, dia merasa dapat memahami apa yang dikatakan oleh para mitranya. Tak perlu waktu lama, saat diskusi telah selesai. Wahyu menyetujui apa yang diungkapkan oleh para mitra perusahaan jahit miliknya.“Jika kalian merasa bisa untuk membantu, maka tidak ada yang salah apabila aku menyerahkan permasalahan ini kepada kalian,” kata Wahyu.“Ya, untuk itu kamu tidak perlu khawatir. Kami sebagai rekan kerjasama perusahaan jahit Anarta bersedia membantu untuk mendapatkan kenalan pendistribusian,” kata mitra lain.Setelah menghasilkan kesepakatan, pertemuan siang itu selesai. Beberapa pekerja dan mitra sudah meninggalkan ruang pertemuan. Begitupula dengan Wahyu dan Anara yang sedang berjalan menuju ke ruangan kerja Wahyu.Meskipun pertemuan menghasilkan keputusan yang sesuai dengan keinginan Wahyu, tetapi masih saja ada yang mengganjal pikiran pemimpin muda itu. Dia tidak sedang memikirkan bagaimana keberlangsungan para mitra dalam mencari kenalan untuk mendistribusikan jahitan ka

    Last Updated : 2025-02-02
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menghabiskan Malam tanpa Diduga

    “Kamu sudah selesai?” tanya Wahyu.Anara mengangguk. Tatapan matanya tertuju kepada Wahyu. Pimpinan muda yang saat ini sedang bersedia untuk menunggu dirinya. Anara yang semula memasang wajah datar, kini mengembangkan senyuman di bibirnya.“Kita bisa berangkat sekarang, Pak. Saya sudah selesai dan siap untuk pulang bersama Bapak,” kata Anara.“Baiklah. Jalanlah di belakangku, jangan jauh-jauh menjaga jarak denganku,” kata Wahyu.Setelah melihat anggukan dari Anara, Wahyu mengambil langkah lebih dahulu di depan. Dia meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan di belakang, Anara mengikuti langkah Wahyu untuk menuju ke mobil.Sesampainya di depan mobil, Wahyu membukakan pintu untuk Anara. Setelah mengembangkan senyum dan mengarahkan pandangan kepada pimpinannya, Anara masuk ke dalam mobil. Wahyu menutup pintu dan berputar arah untuk masuk ke sisi lain mobil.Ketika berada di dalam, Wahyu lekas mengemudikan mobil ke jalanan. Wahyu memilih untuk fokus kepada arah jalan. Sepanjang jalan hanya

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menikmati Momen Malam

    Setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan April, Wahyu tidak menjawab hanya memberi senyuman. Usai melihat kerut di dahi April semakin dalam, Wahyu hanya memalingkan pandangannya.Tidak lagi memberi perhatian kepada April, tetapi tatapan matanya tertuju kepada semangkuk pudding Yorkshire. Wahyu mulai mengambil sendok dan mengiris pudding untuk dimasukkan ke dalam mulut.Sementara mengunyah, Wahyu mengalihkan tatapannya kepada April. Wanita pujaan hatinya itu sedang termangu menunggu jawaban darinya.“Apa kamu sedang menunggu balasan dariku, sayang?” tanya Wahyu.“Ya, aku menantikan kamu sebut siapa nama wanita yang menjadi sekretaris pribadimu. Aku yakin dia seorang perempuan kan,” kata April.“Namanya Anara. Perempuan itu sangat elegan dan pintar, karenanya aku menerima dia sebagai sekretaris pribadiku,” kata Wahyu, memberi tanggapan atas perkataan April.“Apa dia perempuan yang bersama kita di vila dekat taman kota itu?” tanya April, menunjukkan rasa ingin tahu yang dia rasakan.

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kemunculan Anara sebagai Lawan

    April mencoba untuk menikmati setiap rasa yang diciptakan oleh steak jamur berkuah. Untuk saat ini, perempuan itu tidak berniat untuk mengajak Wahyu mengobrol.Memakan makanan berkuah yang masih hangat membutuhkan konsentrasi yang cukup, inilah yang membuat April memilih untuk menghabiskan makanan di mangkoknya saja.“Aku besok akan mulai masuk kerja lagi. Di kantor, aku akan sibuk dengan pekerjaanku,” kata Wahyu, suaranya memecah keheningan antara mereka.April mengarahkan tatapan matanya kepada Wahyu. Dia menyadari jika saat ini lelakinya sedang mengajaknya berbicara. April diam sementara waktu, sedangkan kedua matanya tertuju kepada diri Wahyu.“Padahal kamu tahu, aku masih ingin menghabiskan banyak waktu denganmu,” kata Wahyu, menyambung ucapannya.“Apa yang kamu risaukan, sayang? Sedangkan aku tidak keberatan walaupun kamu harus bekerja,” kata April, mengungkapkan dengan jelas yang dia pikirkan.“Kamu tidak rindu padaku jika andai aku meninggalkanmu dalam sehari?” tanya Wahyu.Te

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kecanggungan Terasa seperti Jeda

    Wahyu yang baru saja mendengar perkataan April seketika mengatupkan bibir. Tak disangka jika ucapan yang dikatakan April padanya sungguh mengena di hati. Tentu ini membuat Wahyu benar-benar berpikir.“Memangnya kamu tidak ingin lekas menjadi pasangan sejatiku?” tanya Wahyu.Sebenarnya Wahyu tidak ingin mengelak apa yang dikatakan oleh perempuan itu. Tetapi ada hal lain yang membuat Wahyu keheranan dengan sikap kekasihnya, April.“Aku sungguh ingin. Tapi alangkah baiknya kita tidak terlalu buru-buru dalam melakukan sesuatu, apalagi ini menyangkut percintaan kita,” kata April.“Aku sanggup melakukan apa saja yang kamu ingin untuk menyatukan kita berdua segera,” kata Wahyu.Dengan segenap hati, April menggeleng. Sekali lagi, dia masih kukuh dengan apa yang sudah menjadi pendiriannya. Meskipun itu artinya harus menolak apa yang menjadi keinginan dan bujuk rayu Wahyu.Untuk saat ini, April masih terlihat tidak berpindah dari apa yang dia yakini. Walau dalam hati, dia sangat menginginkan un

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Momen Berdua yang Tidak Terlewatkan

    Setelah melakukan pembayaran, Wahyu mendapatkan kunci ruangan untuk mereka berdua. Tentu Wahyu seketika merasa puas. Dia mengarahkan pandangan ke April, perempuan itu sedang menunggu ucapannya.“Kita sudah dapatkan kunci pintu untuk ruangannya. Mau ke sana sekarang?” tanya Wahyu.“Iya, untuk apa juga kita berlama-lama di sini,” kata April, memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan Wahyu untuknya.Wahyu mengiyakan ucapan April. Setelahmnya mereka pergi bersama menuju ruangan nomor 42 yang sudah tertera di kunci yang dibawa Wahyu.Sesampainya di ruangan bernomor 42, Wahyu lekas membuka pintu dengan kunci di tangannya. Setelah pintu terbuka, Wahyu menggandeng tangan April dan mengajaknya untuk masuk bersama.Ketika April sudah berada di dalam ruangan, Wahyu menutup pintu ruangan. Selebihnya, Wahyu mengajak April untuk duduk di dekat perapian. Di sana terdapat tempat duduk melingkar dengan bagian tengah dihiasi dengan bundaran sebagai tempat api.“Serius kamu belum pernah ke sini s

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Keintiman yang Menenangkan

    Begitu senang Wahyu mendengar ucapan April. Akhirnya kekasihnya itu mau menemaninya untuk pergi menuju restoran iglo. Bukan main girangnya karena Wahyu merasa ada wanita kesayangannya yang mau mendampinginya.Bibir Wahyu melengkungkan senyuman. Tiada terkira kebahagiaannya kali ini. Selain restu yang akhirnya mereka dapatkan, dia juga berhasil mempertahankan hubungan mesra dengan April.Wanita yang sudah membuat Wahyu jatuh cinta. Belum pernah laki-laki muda itu merasakan cinta seindah ini, tentu April telah membawa kebahagiaan sendiri di hati Wahyu.Setelah memandang pada binar mata April yang terlihat begitu jernih, Wahyu melenyapkan senyuman. Wahyu tidak lagi mengarahkan pandangan kepada April, melainkan beralih pandang kepada papa dan mama.“Kalau kalian mau merayakannya sekarang, sebaiknya segera pergi. Terlalu lama, akan semakin larut malam,” kata Yanuar, coba memberikan saran.“Itulah yang ingin aku katakan pada kalian. Aku dan kekasihku ingin pamit sebentar dari sini. Kami aka

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Merayakan Kebahagiaan Berdua

    Setelah mendengar ucapan Yanuar, April tidak lagi memberi balasan. Bibir merah mudanya itu tertutup rapat, seakan-akan tidak ingin bicara lagi.Tetapi meskipun begitu, pandangan April tertuju kepada ibu kandung Wahyu. Perempuan yang sudah menginjak sekitar usia lima puluhan itu rupanya terlihat tidak nyaman.April mengerti kegundahan yang dirasakan oleh Yanuar, karenanya dia tidak ingin banyak bicara lagi sekarang. Lebih baik April mengarahkan perhatian kepada aneka kue ringan yang ada di atas meja tamu.“Bagaimana mungkin pemilik toko kain itu menyetujui hubungan kalian berdua? Bukankah dia mengerti bahwa antara kita telah menjadi rekan bisnis, rasanya janggal jika membolehkan anak-anak kita berpacaran,” kata Yanuar.Seketika April melebarkan senyuman. Terlihat sekali jika April tetap bersikap tenang meskipun Yanuar menunjukkan rasa keheranan akan keputusan bapaknya.“Bapak tahu kalau aku dan Wahyu saling mencintai. Wahyu sendiri-lah yang meminta izin agar bisa menjadi pasanganku kep

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Bahagia Bersama

    Setelah mendengar ucapan papa, Wahyu terlihat begitu lega. Terasa membahagiakan baginya untuk mendengar bahwa hubungannya dengan April disetujui kedua orang tuanya.Izin dari papa dan mama-lah yang diinginkan Wahyu dari dulu. Tiada perasaan yang tak bahagia begitu Wahyu mendapatkan apa yang dia inginkan sejak lama. Sekarang hatinya menjadi lebih ringan.Senyuman jelas tampak di raut muka pria muda itu. Sorot matanya berbinar cerah seperti pancaran kegembiraan yang terasa di dalam hati.“Papa mengizinkan agar aku memacari April, Pa?” tanya Wahyu.“Ya, kalian boleh memiliki ikatan secara resmi bersama. Asalkan tidak meninggalkan kewajibanmu sebagai seorang pimpinan di perusahaan kita,” kata Yuarta.“Aku senang sekali mendengarnya. Tidak menyangka jika papa akhirnya memberikan izin untuk kami berdua,” kata Wahyu.Yanuar melihat putra sulungnya tersenyum senang. Kebahagiaan yang terlihat di wajahnya seolah tidak bisa dibendung maupun ditahan lagi. Wahyu memang cukup gembira saat ini.“Ber

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Akhirnya Disetujui

    Begitu mendengar perkataan Yanuar, April tertegun. Wajahnya menjadi tegang, tak lebih karena ada hal yang membuatnya menjadi was-was. Yanuar berkata demikian bukan untuk menakuti April terhadap hubungan asmara yang mereka jalani.Tetapi Yanuar bilang demikian agar April dan Wahyu bersiap diri untuk menanggung risiko demi mempertahankan hubungan mereka.Yanuar menyadari tidak ada sahutan dari April maupun Wahyu. Karenanya, dia segera mengalihkan pandangannya kepada April.Perempuan itu terlihat pucat saat ini. Pandangan matanya terlihat tidak lagi sesegar sebelumnya. Mungkin saja, Yanuar menebak bahwa April takut terhadap ucapannya.“Kamu jangan salah paham dengan apa yang kukatakan. Terutama kamu, perempuan yang menjadi pasangan dari Wahyu. Aku bilang begitu agar kalian siap dengan apapun yang akan terjadi nanti,” kata Yanuar, menjelaskan maksud perkataannya.Yanuar berhenti berkata. Tidak lagi mencoba untuk menyambung kalimat yang akan keluar di bibir. Yanuar masih mengarahkan pandan

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Negosiasi Hubungan

    Belum sampai April meredakan kegugupan dalam hatinya, dia sudah melihat bahwa Yanuar menunjukkan wajah masam. Cenderung tidak menyukai jawaban yang dikatakan oleh April.“Benarkah demikian? Apa kamu sudah siap dengan konsekuensi yang akan kamu ambil jika meneruskan hubungan kalian berdua,” kata Yanuar.Bukan main-main tatapan mata Yanuar kepada April. Seakan-akan tegas menunjukkan ada rasa tidak suka dalam ucapan yang dikatakan oleh April.Sedari awal, Yanuar memang tidak menyetujui hubungan asmara yang dijalani April dengan Wahyu. Karena itulah, orang yang paling pertama menentang jalinan kasih antara putra sulungnya dengan April adalah Yanuar.Yanuar masih memandang kepada April. Perempuan yang duduk di sebelah Wahyu itu seakan-akan menegarkan diri untuk memandang kepada Yanuar, ibu kandung Wahyu.“Kalau kamu sudah siap, sebaiknya kamu lanjutkan pilihanmu itu. Tetapi aku akan berikan kesempatan bagimu untuk berpikir ulang,” kata Yanuar, menyambung kalimatnya.“Aku yakin aku bisa mem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status