Home / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Godaan Awal di Kantor

Share

Godaan Awal di Kantor

Author: Wisya Kiehl
last update Last Updated: 2025-01-08 20:08:55

Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.

Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.

Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.

“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.

“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku akan memperbaiki apa yang kurang,” kata Anara.

Wahyu mengangguk, dia hanya memberikan respon sederhana untuk perkataan Anara. Selebihnya, dia mengalihkan pandangan pada buku tipis. Wahyu lekas membuka buku, dan membacanya. Pimpinan muda itu tidak lagi mengarahkan perhatiannya kepada Anara.

“Tapi, Pak. Bolehkah saya bertanya sesuatu pada Bapak?” tanya Anara.

“Tanya apa? Kenapa kamu tidak langsung memberikan pertanyaan saja,” kata Wahyu.

“Apa nanti siang Bapak ada waktu? Saya ingin mengajak Bapak untuk makan siang bersama di luar. Itupun kalau Bapak mau,” kata Anara.

“Boleh. Aku tidak seberapa sibuk nanti siang. Mungkin aku bisa meluangkan waktu sebentar untuk makan siang di luar denganmu,” kata Wahyu, memberikan keputusan untuk Anara.

Setelah mendapat jawaban dari Wahyu, Anara tersenyum. Tak disangka jika pimpinan mudanya menerima ajakan untuk makan siang bersama. Hati Anara begitu senang, bahkan bibirnya masih menunjukkan senyum yang begitu memuaskan.

“Baiklah. Nanti saya tunggu Bapak di ruang tunggu. Jangan sampai telat, Pak. Sebab waktu istirahat tidak lama,” kata Anara.

“Ya, aku usahakan. Sekarang, jika sudah tidak ada lagi yang ingin kamu bicarakan, kamu bisa meninggalkan ruanganku,” kata Wahyu.

Anara mengangguk. Setelahnya, dia berbalik dan lekas melangkah meninggalkan ruangan Wahyu. Anara pergi membawa buku tebal di tangannya. Kini hanya ada Wahyu di ruangan. Meskipun sendirian, tetapi Wahyu tidak merasa kesepian.

Di dalam ruangannya, Wahyu mencoba untuk mengumpulkan fokus agar bisa memahami isi buku tipis yang di abaca. Buku tipis itu berisi tentang riwayat perusahaan jahit milik keluarganya. Riwayat yang tertulis di antaranya adalah hubungan kerjasama antara perusahaan jahit dengan beberapa toko.

Wahyu mencoba untuk mengamati pengaruh antara jalinan kerjasama yang sudah dilakukan oleh perusahaan jahit. Sepuluh di antaranya membawa keuntungan yang besar, tetapi dua ada juga yang memberikan keuntungan tak seberapa.

Rata-rata hubungan kerjasama yang dilakukan oleh Jahitan Anarta adalah lanjutan dari apa yang dilakukan oleh Yuarta, papanya. Wahyu mengangguk pelan, dia mulai mengerti mengapa papanya dianggap sebagai pimpinan yang cakap untuk memimpin perusahaan jahit ini.

Tidak heran, sebab Yuarta mampu membuat jalinan kerjasama antara perusahaan jahit dengan beberapa toko membawa keuntungan. Rata-rata hubungan kerjasama yang dibina oleh Yuarta berhasil, dan jarang mengalami kegagalan.

Wahyu mencoba mempelajarinya. Namun semakin lama dia membaca, semakin banyak hal yang dia ketahui mengenai pola yang digunakan oleh sang papa. Wahyu melebarkan senyumannya, merasa lega dengan apa yang dihasilkan oleh Yuarta.

Kini dia tidak perlu merintis jalannya perusahaan dengan susah payah, Wahyu hanya harus meneruskan bagaimana pola dan strategi yang diterapkan oleh Yuarta untuk perusahaan ini. Setelah lama mengamati dan mempelajari, Wahyu menutup buku tipis yang ada di mejanya.

Wahyu mencatat apa yang dia ketahui di buku kecil miliknya. Setelah menuliskan apa yang dia ketahui, Wahyu menyimpan buku kecilnya di laci meja. Wahyu mengarahkan tatapannya ke jam dinding, tampaknya sudah dua jam berlalu dari waktu dia masuk ke dalam ruangan.

Meski tubuhnya masih terasa lelah, tetapi Wahyu memutuskan untuk merapikan meja kerjanya. Ketika meja kerja sudah rapi dari tumpukan berkas, Wahyu berdiri. Dia meninggalkan ruangannya, dan berjalan menuju ruang tunggu.

Dia masih ingat mengenai janjinya untuk menemui Anara. Mengenai perkataan setuju untuk makan siang bersama Anara, tidak mungkin Wahyu mengingkarinya.

Sepasang kakinya masih melangkah melewati koridor panjang kantor. Tujuan Wahyu adalah menemui Anara di ruang tunggu. Sesampainya di ruang tunggu, Wahyu menemukan Anara sedang duduk di salah satu kursi. Wajah Anara tampak datar, sepertinya sudah jenuh menunggu kedatangannya.

“Aku sudah ada di sini. Jadi kapan kita akan berangkat untuk makan siang di luar? Kebetulan aku ada waktu senggang, sehingga bisa meluangkan banyak waktu untuk bersamamu,” kata Wahyu.

“Kita pergi sekarang, Pak. Lebih baik Bapak berada satu mobil dengan saya. Biar saya tunjukkan tempat untuk makan siang,” kata Anara.

“Baiklah. Kamu ikut di mobilku saja. Aku tidak ingin kamu yang menyetir untukku,” kata Wahyu.

Anara mengangguk, dia menyetujui ucapan pimpinan mudanya. Setelah Anara berdiri, Wahyu melangkah lebih dahulu di depan Anara. Sedangkan Anara berjalan di belakang mengikuti langkah kaki Wahyu.

Mereka berada di tempat Wahyu memarkirkan mobil. Wahyu mengizinkan Anara untuk masuk ke dalam mobilnya. Ketika sudah berada di dalam mobil, Wahyu lekas mengemudikan mobilnya ke jalanan.

Sepanjang jalan, Wahyu mencoba untuk tidak menghiraukan Anara. Meski Anara sudah mengajaknya untuk mengobrol, tetapi jawaban Wahyu hanya kata-kata singkat.

“Tapi, Pak. Saya penasaran dengan satu hal. Apa Bapak yang masih muda ini sudah memiliki pasangan? Saya lihat Bapak tidak pernah mengajak perempuan di samping Bapak,” kata Anara.

Seketika pertanyaan Anara membuat Wahyu terkejut. Wahyu menoleh dan mengarahkan pandangannya kepada Anara. Sekretaris pribadinya itu masih mengarahkan perhatian kepada dirinya. Seolah Anara sedang menunggu jawaban dari Wahyu.

“Aku belum memiliki pasangan. Tidak ada wanita yang ingin dekat denganku. Aku yakin mereka pasti tidak akan betah jika berada di sisiku,” kata Wahyu.

“Apa mungkin begitu, Pak? Tapi Bapak punya pesona yang mengagumkan. Tidak hanya rupawan, Bapak juga bisa memimpin perusahaan ini. Meski baru satu bulan, tetapi kelihatannya kemajuan perusahaan sudah cukup baik,” kata Anara.

Dia mencoba untuk memuji keahlian Wahyu dalam memimpin perusahaan jahit. Wahyu dikenal dapat menggantikan posisi papanya. Inilah mengapa Wahyu dikenal lebih pekerja keras dan dianggap mampu untuk membawa perusahaan menuju arah yang lebih baik.

“Memimpin perusahaan berbeda dengan menjatuhkan pilihan pada wanita. Aku rasa mengerjakan apa yang menjadi pekerjaanku jauh lebih mudah dibanding harus berkencan dengan perempuan,” kata Wahyu.

“Kalau begitu, kenapa Bapak tidak mencoba menjalin hubungan dengan saya? Mungkin ada kecocokan di antara Bapak dengan saya,” kata Anara.

“Untuk itu, mungkin jawabanku saat ini tidak. Lagipula aku sudah memiliki rencana lain jika memang harus memiliki perempuan di sampingku,” kata Wahyu.

“Tapi siapa? Bukankah kata Bapak belum ada satupun wanita yang bisa tahan dengan sikap Bapak. Jika memang benar, Bapak sedang dekat dengan wanita lain, setidaknya beritahu saya,” kata Anara.

Related chapters

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menolak Halus Keinginan Anara

    Wahyu tidak lekas memberikan jawaban untuk perkataan Anara. Meskipun dia tahu bahwa sekretaris pribadinya itu hanya penasaran dengan kehidupan asmaranya, tetapi Wahyu enggan untuk memberitahu Anara.Pandangannya masih tertuju kepada jalanan. Wahyu lebih memilih untuk tidak memandang Anara, dan memutuskan untuk terpaku menyetir mobil. Meski tatapan mata Anara terasa mengusik, Wahyu hanya mengembangkan senyum tipis.“Aku sedang dekat dengan seorang wanita. Dia adalah anak dari si pemilik toko kain yang bekerjasama dengan perusahaan kita. Tapi aku rasa masih terlalu dini untuk mengungkapkan masalah perasaan padanya,” jelas Wahyu.“Baru dekat dengan seorang wanita. Berapa bulan? Apa dia juga tahu jika Bapak menyukainya. Maafkan saya jika terasa saya terlalu mencampuri urusan Bapak,” kata Anara.Anara masih melanjutkan rasa penasarannya. Seolah tidak puas dengan jawaban sederhana dari atasannya. Anara merasa dia perlu tahu percintaan Wahyu sebelum memutuskan untuk mengambil langkah lebih l

    Last Updated : 2025-01-12
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pertemuan yang Disengaja

    Anara terkejut dengan yang diucapkan oleh Wahyu. Tidak biasanya sang atasan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke toko kain. Anara menaruh rasa curiga kepada atasannya, dia masih mengarahkan tatapannya kepada Wahyu.Namun tatapan Anara malah direspon biasa oleh Wahyu. Dia tidak menganggap serius apa yang ditunjukkan oleh sikap Anara. Wahyu yang lebih memilih untuk menghabiskan makanannya, membuat Anara geram.“Memang urusan apa yang ingin Bapak selesaikan di sana? Tidak bisakah ditunda, atau mengambil waktu lain selain hari ini,” kata Anara.“Aku tidak ingin menundanya. Aku ingin segera menuntaskan perkara ini. Semakin ditunda, juga tidak membuahkan hasil yang bagus,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban kepada sekretaris pribadinya.Anara tidak lagi memberikan jawaban untuk perkataan Wahyu. Sekarang Anara mengalihkan fokusnya kepada makanan di depannya. Sepiring nasi goreng nanas masih tersisa banyak, Anara belum menghabiskannya.Saat Anara menyantap makanannya, Wahyu hanya asyik meni

    Last Updated : 2025-01-13
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pembuktian Cinta

    April seketika terdiam. Dia tertegun dengan apa yang dikatakan Wahyu. Laki-laki di depannya itu menunjukkan kesan yang teramat serius. Wajahnya sangat kaku, tatapan Wahyu terlihat begitu dalam memandang kepadanya.“Aku tidak bermaksud untuk meragukan kata-katamu, Wahyu. Tapi kamu tahu sendiri bahwa menjatuhkan hati kepada orang baru bukanlah sesuatu yang mudah. Aku hanya tidak ingin salah pilih pasangan,” kata April.Wahyu mengernyit. Sedikit tidak menyangka bahwa April akan memberikan jawaban yang seperti itu. Di hadapannya, April terlihat tenang meskipun ucapannya sedikit membuatnya tersinggung.“Apa maksudmu salah pilih? Kamu mau bilang bahwa aku tidak cocok untukmu,” kata Wahyu, dia sedikit meninggikan suaranya.April terkejut. Dia tidak pernah mendengar suara tinggi seperti itu dari lelaki. Kedua mata April memandang kepada Wahyu. Wajah laki-laki yang ada di depannya terlihat begitu garang, berbeda dengan sebelumnya.Dari sinilah April mulai mengetahui sikap Wahyu yang sedikit mu

    Last Updated : 2025-01-15
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Restu dari Bapak

    Seketika pemilik toko kain mengernyit. Dia tidak menyangka jika putri satu-satunya telah menerima laki-laki di toko mereka. April juga tahu bahwa bapaknya saat ini sedang memasang wajah masam yang jelas terasa tidak mengenakkan.“Ada apa dia berurusan denganmu, April?” tanya bapak.“Wahyu hanya mempertanyakan keputusan bapak. Dia meminta kejelasan mengenai permintaannya untuk menjalin hubungan dengan April, Pak,” kata April, dia memberikan jawaban kepada bapak.“Lalu kamu jawab apa? Sepertinya pimpinan muda itu tidak menyerah untuk menjadikanmu pasangannya, April,” kata bapak, suaranya mulai terdengar tegas.“April terima Wahyu sebagai pasangan, Pak. Sebab aku melihat dia menyatakan perasaannya dengan tulus, tidak mungkin jika April menolak,” kata April.“Kamu menerimanya? Baiklah, kalau begitu biarkan bapak menemui laki-laki itu sekarang,” kata bapak.April mengangguk, dia tidak kuasa untuk menolak ucapan bapaknya. Dengan tegas si pemilik toko kain itu lekas masuk ke dalam. Dia menda

    Last Updated : 2025-01-18
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kembali pada Pekerjaan

    April hanya bisa memandangi bapaknya dengan perasaan kesal. Dia tidak menyangka jika bapak bisa menunjukkan sikap yang begitu menyebalkan padanya. April kemudian mengalihkan pandangannya kepada Wahyu yang saat ini sudah menjadi pasangannya.“Aku tidak ingin menyembunyikan hubungan apapun dari bapak. Tapi kenapa bapak mengobrol seasyik ini dengan dia? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan,” kata April.“Tidak ada. Kami hanya membahas masalah bisnis. Aku rasa jika aku ceritakan kepadamu, kamu juga tidak akan mengerti,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban untuk perkataan April.“Aku akan memahaminya jika kamu ceritakan kepadaku. Tapi aku penasaran memangnya urusan bisnis apa yang kalian bicarakan?” tanya April, dia mengarahkan fokusnya kepada Wahyu.“Perpanjangan kontrak. Antara toko kain milik bapakmu dengan perusahaan jahit milikku,” kata Wahyu, dia menjawab rasa penasaran April.April seketika mengangguk. Dia kemudian kembali terdiam. April tak lagi memberikan balasan untuk perkataan Wahyu

    Last Updated : 2025-01-19
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menguras Banyak Tenaga

    Wahyu menerima berkas yang diberikan oleh Anara. Sekretaris pribadinya itu tidak pernah gagal dalam mempersiapkan beberapa dokumen penting untuk keperluan pertemuan perusahaan. Meskipun begitu, Wahyu belum memutuskan untuk memberi jawaban terhadap perkataan Anara.Justru pandangan Wahyu tertuju kepada map yang dia buka lebar. Wahyu mencoba memahami apa-apa saja yang tertulis di dalam map bersampulkan warna kuning. Pimpinan muda itu membaca yang tertulis untuk materi pertemuan yang akan diadakan satu jam lagi.Sebaliknya, Anara masih berdiri di sebelah Wahyu. Dia memperhatikan atasannya cukup lama, seolah menunjukkan kesabarannya untuk menunggu jawaban dari Wahyu. Tetapi sayangnya, Wahyu belum juga menaruh perhatian kepadanya.“Aku sudah memahami beberapa materi yang ada di dalam berkas ini. Kira-kira nanti kita akan membahas mengenai cara mendistribusikan jahitan kain kita kepada beberapa mitra yang ada,” kata Wahyu.Setelah berkata begitu, Wahyu mengarahkan pandangannya kepada Anara.

    Last Updated : 2025-01-23
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pulang dengan Rasa Lelah

    Wahyu mengangguk, dia merasa dapat memahami apa yang dikatakan oleh para mitranya. Tak perlu waktu lama, saat diskusi telah selesai. Wahyu menyetujui apa yang diungkapkan oleh para mitra perusahaan jahit miliknya.“Jika kalian merasa bisa untuk membantu, maka tidak ada yang salah apabila aku menyerahkan permasalahan ini kepada kalian,” kata Wahyu.“Ya, untuk itu kamu tidak perlu khawatir. Kami sebagai rekan kerjasama perusahaan jahit Anarta bersedia membantu untuk mendapatkan kenalan pendistribusian,” kata mitra lain.Setelah menghasilkan kesepakatan, pertemuan siang itu selesai. Beberapa pekerja dan mitra sudah meninggalkan ruang pertemuan. Begitupula dengan Wahyu dan Anara yang sedang berjalan menuju ke ruangan kerja Wahyu.Meskipun pertemuan menghasilkan keputusan yang sesuai dengan keinginan Wahyu, tetapi masih saja ada yang mengganjal pikiran pemimpin muda itu. Dia tidak sedang memikirkan bagaimana keberlangsungan para mitra dalam mencari kenalan untuk mendistribusikan jahitan ka

    Last Updated : 2025-02-02
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menghabiskan Malam tanpa Diduga

    “Kamu sudah selesai?” tanya Wahyu.Anara mengangguk. Tatapan matanya tertuju kepada Wahyu. Pimpinan muda yang saat ini sedang bersedia untuk menunggu dirinya. Anara yang semula memasang wajah datar, kini mengembangkan senyuman di bibirnya.“Kita bisa berangkat sekarang, Pak. Saya sudah selesai dan siap untuk pulang bersama Bapak,” kata Anara.“Baiklah. Jalanlah di belakangku, jangan jauh-jauh menjaga jarak denganku,” kata Wahyu.Setelah melihat anggukan dari Anara, Wahyu mengambil langkah lebih dahulu di depan. Dia meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan di belakang, Anara mengikuti langkah Wahyu untuk menuju ke mobil.Sesampainya di depan mobil, Wahyu membukakan pintu untuk Anara. Setelah mengembangkan senyum dan mengarahkan pandangan kepada pimpinannya, Anara masuk ke dalam mobil. Wahyu menutup pintu dan berputar arah untuk masuk ke sisi lain mobil.Ketika berada di dalam, Wahyu lekas mengemudikan mobil ke jalanan. Wahyu memilih untuk fokus kepada arah jalan. Sepanjang jalan hanya

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Setelah Pulang di Rumah

    Sepanjang jalan hanya diisi oleh diam. Tidak ada satupun di antara mereka bertiga yang ingin memecah keheningan. Di antara sunyi, Wahyu memutuskan untuk menyalakan radio mobil. Seperti biasa, dia akan memutar musik yang bisa meramaikan suasana.“Kamu suka lagu ini, sayang?” tanya Wahyu kepada April.April menoleh kepada Wahyu. Dia tidak lekas memberi balasan untuk pertanyaan kekasihnya, tetapi lebih kepada mendengarkan musik yang sedang diputar oleh Wahyu.“Lagu apa ini? Aku tidak pernah tahu sebelumnya,” kata April, dia mengutarakan keluguannya.“Semacam lagu orang yang sedang jatuh cinta. Dia ingin menjalin komitmen bersama pasangannya,” kata Wahyu, dia memberi tanggapan kepada April.“Judulnya? Artinya bagus sekali, tapi aku belum pernah mendengarkan lagu ini,” kata April.Wahyu diam beberapa saat. Dia tidak serta merta memberi jawaban untuk April. Tetapi pandangannya kali ini tertuju kepada jalanan.“Sepertinya judul lagu ini I Love You, sayang,” kata Wahyu, dia memberi jawaban ak

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Diantarkan Pulang

    “Tidak masalah. Aku harap kamu tidak menaruh rasa curiga kepadaku. Minumlah milkshake yang sudah aku pesankan untukmu,” kata Anara, dia mengimbuhkan kalimat untuk berbicara dengan April.“Ya, terima kasih karena kamu peduli padaku. Aku akan meminumnya setelah ini,” kata April, dia memberi balasan untuk Anara.Anara menunjukkan senyum lebar di bibirnya. Terlihat sorot mata yang terkesan begitu damai. Tetapi tidak dapat menghapus perasaan tidak nyaman di dalam benak April.April memalingkan pandangan. Dia menunduk untuk memperhatikan satu gelas milkshake stroberi yang ada di dekatnya. Warna merah muda yang terlihat menyegarkan membuat April tidak punya pilihan untuk meminumnya.Akhirnya, April mengambil segelas milkshake tersebut dan menyeruputnya melalui sedotan. Baru beberapa kali teguk saja, April sudah merasakan kesegaran dari milkshake yang dia minum.Rasa stroberi dicampur susu yang dikocok membuat minuman yang dia minum menjadi lebih menggugah selera. April begitu tenang, minuman

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Keraguan di Antara Cinta

    Wahyu tidak bisa berkata apa-apa selain hanya menerima kebaikan hati Anara. Dalam hatinya, Wahyu tidak menaruh perasaan curiga kepada Anara. Dia hanya menganggap bahwa Anara memang sedang berbaik hati kali ini.Setelah melebarkan senyum di bibir, Wahyu menyaksikan Anara berbalik. Dia pergi meninggalkan Wahyu bersama pasangan.Ketika tidak ada lagi Anara di dekat mereka, Wahyu memalingkan pandangan kepada April. Perempuan yang berwajah teduh itu saat ini masih sabar menunggu perhatian Wahyu.“Maaf jika waktu kita berdua sempat tersela karena kehadiran Anara,” kata Wahyu.April mengangguk, bibirnya mengulam senyum dengan indah. Tetapi April tidak memiliki perasaan yang buruk terhadap Wahyu maupun Anara.“Tidak masalah. Aku bisa memahaminya. Aku tahu jika hubungan di antara kalian berdua cukup dekat, tidak mungkin jika aku pisahkan kalian,” kata April.“Benarkah kamu tidak marah? Bukankah cukup lama aku mengabaikan kamu hanya untuk berbicara dengan Anara,” kata Wahyu, dia terlihat kaget

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Gangguan Momen Berdua

    Meskipun Wahyu sudah berkata begitu di depannya, tetap saja April tidak yakin. Wahyu memang sudah menunjukkan keseriusannya untuk mempertahankan hubungan bersama, tetapi dalam hati, April tidak percaya jika mereka bisa menyelamatkan asmara mereka.“Jika itu yang kamu inginkan, maka aku akan tetap berada di sampingmu. Aku akan menemanimu, kita berjuang bersama menghadapi semua tantangan untuk hubungan ini,” kata April.“Ya, terima kasih telah menjadi pendamping setiaku. Aku tidak tahu jika perempuan itu bukan kamu, apakah aku masih bisa percaya arti jatuh cinta,” kata Wahyu.Belum sempat April memberi jawaban, tiba-tiba saja kehadiran Anara membuat perhatian mereka teralihkan. Anara berdiri di depan mereka berdua, membuat Wahyu mengernyit.April mengalihkan pandangannya. Dia menyadari bahwa Wahyu sedang keheranan dengan kehadiran Anara. Meskipun begitu, April mencoba untuk tidak terlalu mempertanyakan apa yang sedang Wahyu pikirkan saat ini.“Ada apa hingga kamu datang kemari, Anara?”

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Rayuan Asmara Pertama

    Wahyu mendengar apa yang dikatakan April. Dia terkesima dengan kejujuran yang diungkapkan oleh kekasihnya tersebut. Meskipun cukup diakui, Wahyu tidak tersipu dengan pujian dari April.Mereka masih berdansa di bawah langit malam. Saat ini cuaca begitu bagus, tidak ada mendung yang terlihat. Bahkan di langit, bulan masih terlihat berseri ketika berdampingan dengan bintang-bintang.Dengan sorot cahaya dari lampu, perasaan April menjadi semakin jelas. Dia benar-benar telah menjatuhkan hati kepada pria yang saat ini berdansa dengannya.Masih dengan kesabaran yang tidak terkira, Wahyu memegang tangan April agar wanita itu tak menari sendirian. Sementara April memutar dan berlenggak-lenggok mengikuti irama, Wahyu terus memperhatikan perempuannya menari di bawah genggaman tangan.“Mau berhenti sejenak?” tanya Wahyu.“Berhenti menari denganmu?” ujar April, dia balik bertanya.“Kurasa kita sudah lama berdansa bersama di sini. Aku akan mengajakmu untuk menuju tempat duduk bangku yang ada di san

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Berdansa di Bawah Rembulan

    “Baik, Pak. Saya akan turun dan pesankan tempatnya,” kata Anara.Tanpa berinteraksi lagi dengan Wahyu, Anara cepat turun dari dalam mobil. Di dalam, Wahyu mengalihkan pandangan kepada April.“Kita sudah sampai, sayang. Tetaplah denganku setelah kita turun dari sini,” kata Wahyu.“Inikah tempatnya? Aku belum pernah berkunjung hingga kemari,” kata April, dengan suara lugu.“Aku tahu itu. Karenanya, aku menyarankan agar kamu tetap dekat denganku,” kata Wahyu.April mengangguk, dia telah memahami apa yang diinginkan oleh Wahyu. Seakan merasa bahagia saat ini, Wahyu mendekap tubuh April dan menariknya agar lebih dekat.Tak lama setelahnya, Wahyu mencium kening April dengan lembut. April mencoba tidak memberontak ketika berada di dekapan Wahyu.“Ayo turun sekarang. Aku jamin sekretaris pribadiku telah selesai memesan tempat untuk kita,” kata Wahyu.April dan Wahyu turun dari mobil. Sesampainya di luar, Wahyu menggenggam tangan April. Mereka berdua memasuki pintu utama vila.Hati April tiada

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Wanita Lain di Mobil

    Bapak seketika diam setelah mendengar jawaban dari April. Rasa cemas menyelimuti benak bapak, tetapi apa boleh buat bapak tidak bisa melarang April untuk pergi.Pandangan bapak pemilik toko kain itu masih tertuju kepada putri tunggalnya. Perempuan yang kini sudah menginjak usia tiga puluh itu sedang memiliki kekasih. Rasanya tidak mungkin jika April tidak jatuh cinta saat ini.“Bapak tidak mungkin melarangmu untuk pergi dengan kekasihmu itu. Karena sekarang pria itu sudah menjadikan kamu pasangan,” kata bapak.“Aku tahu, bapak. Karena itu aku meminta bapak untuk mengizinkan kami pergi bersama malam nanti,” kata April.Bapak tidak lekas memberi jawaban untuk perkataan April. Tetapi perasaan khawatir tidak dapat dia sembunyikan dari wajah. Sorot mata bapak begitu menyiratkan rasa prihatin. Bapak takut jika April akan terluka karena menjalin hubungan dengan Wahyu.“Bapak izinkan. Kamu boleh pergi dengan dia. Tapi apa boleh bapak bertanya padamu?” ujar bapak, memberi pertanyaan kepada Apr

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pergi Berdua Malam Ini

    “Kamu ingin mengajakku berkencan?” tanya April.Wahyu mengangguk, dan melebarkan senyum di bibirnya. Mendapat perlakuan yang berbeda dari pria seperti Wahyu membuat April kaget.Tidak seperti biasa dia mendapat perlakuan yang sedikit berbeda dari pria. Apalagi sebelum ini, April belum pernah merasakan memiliki kekasih.“Ada apa? Memangnya salah jika aku mengajakmu kencan, bukankah selama menjadi pasangan kita belum pernah melakukan ini,” kata Wahyu.“Aku tidak masalah jika kamu ingin mengajakku kencan. Tetapi aku baru pertama ini pergi dengan seorang pria, kuharap kamu mengerti,” kata April, dia mengungkapkan perasaannya secara jujur.“Tidak apa-apa, sayang. Jauh sebelum denganmu, aku juga tidak memiliki wanita. Jadi aku harap kamu memahami bahwa aku bisa saja kurang baik untukmu,” kata Wahyu.“Aku akan usahakan untuk mengimbangi kamu. Tetapi aku tidak janji bahwa kamu akan senang jika berkencan denganku,” kata April.“Ya, tidak mengapa. Aku bisa memahaminya,” kata Wahyu, dia mengakhi

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Bicara Serius Sore Ini

    Setelah selesai mengecup kening, Wahyu memandang April. Kekasihnya itu masih berdiam diri, seolah tidak ingin menanggapi perilakunya yang mencoba untuk romantis.“Boleh aku masuk ke dalam? Apa bapak ada di sana,” kata Wahyu, dia mengalihkan topik pembicaraan.“Bapak ada di dalam. Tetapi sepertinya tidak keberatan jika kamu masuk ke dalam,” kata April.“Aku masuk saja. Tidak baik jika bertamu di luar seperti ini,” kata Wahyu.April mengangguk. Dia mempersilakan Wahyu untuk masuk ke dalam. Selain bergenggaman tangan, April berjalan di samping Wahyu untuk menemaninya masuk ke ruang tamu yang ada di toko.Sesampainya di ruang tamu, Wahyu lekas duduk di sofa. April menemaninya duduk di samping. Tetapi sayangnya, ada kegelisahan sendiri di hati April.Apalagi setelah mengingat ancaman dari Yanuar, tentu saja kedatangan Wahyu membuat beban tersendiri di dalam benaknya.“Apa perlu aku buatkan minuman untukmu? Kamu ingin apa,” kata April, dia menawarkan sesuatu kepada Wahyu.Saat ini pria yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status