Beranda / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Pertemuan yang Disengaja

Share

Pertemuan yang Disengaja

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 10:22:28

Anara terkejut dengan yang diucapkan oleh Wahyu. Tidak biasanya sang atasan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke toko kain. Anara menaruh rasa curiga kepada atasannya, dia masih mengarahkan tatapannya kepada Wahyu.

Namun tatapan Anara malah direspon biasa oleh Wahyu. Dia tidak menganggap serius apa yang ditunjukkan oleh sikap Anara. Wahyu yang lebih memilih untuk menghabiskan makanannya, membuat Anara geram.

“Memang urusan apa yang ingin Bapak selesaikan di sana? Tidak bisakah ditunda, atau mengambil waktu lain selain hari ini,” kata Anara.

“Aku tidak ingin menundanya. Aku ingin segera menuntaskan perkara ini. Semakin ditunda, juga tidak membuahkan hasil yang bagus,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban kepada sekretaris pribadinya.

Anara tidak lagi memberikan jawaban untuk perkataan Wahyu. Sekarang Anara mengalihkan fokusnya kepada makanan di depannya. Sepiring nasi goreng nanas masih tersisa banyak, Anara belum menghabiskannya.

Saat Anara menyantap makanannya, Wahyu hanya asyik menikmati nasi goreng nanas yang ada di piring. Beberapa menit berlalu, kini nasi goreng nanas keduanya sudah habis. Anara mengambil segelas milkshake stroberi untuk diminum.

Begitupula dengan Wahyu. Satu gelas milkshake stroberi sudah cukup untuk menghilangkan rasa haus di kerongkongan Wahyu.

“Jika sudah selesai, bagaimana kalau kita segera balik ke kantor? Apa kamu masih ingin berada di sini, jika tidak, ada baiknya kamu ikut denganku sekarang,” kata Wahyu.

“Tidak, Pak. Lebih baik kita kembali ke kantor. Akan saya siapkan berkas yang bisa Bapak pelajari untuk pertemuan dengan mitra kita nanti,” kata Anara.

“Ya, aku sudah tidak sabar untuk mempelajarinya,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban kepada sekretaris pribadinya.

Wahyu dan Anara lekas berdiri. Mereka berjalan menuju tempat di mana mobil diparkirkan. Ketika berada di depan mobil, Wahyu dan Anara cepat masuk ke dalam. Wahyu mengemudikan mobilnya ke jalanan, sedangkan Anara hanya duduk diam di samping sang atasannya.

Beberapa menit berlalu, mereka sampai di perusahaan. Wahyu menepikan mobilnya ke tempat teduh di samping perusahaan jahit. Setelahnya, Wahyu dan Anara memutuskan untuk turun.

Wahyu berjalan di depan Anara, sedangkan Anara mengikuti langkah atasannya menuju ke dalam kantor. Mereka melalui koridor panjang kantor, hingga tiba di ruang kerja Wahyu.

Ketika ada di dalam ruangan, Anara lekas menuju ke lemari kaca tempat menyimpan berkas-berkas perusahaan. Di sana Anara mengambil satu map tebal untuk diserahkan kepada Wahyu. Tetapi sebelum itu, Anara mengisi bagian-bagian yang masih kosong agar lengkap.

“Pak, saya sudah melengkapi bagian-bagian yang kurang. Saya sudah memeriksanya, tetapi saya perlu Bapak memeriksanya lagi. Agar tidak ada kekeliruan lagi di berkas yang akan Bapak gunakan,” kata Anara.

Anara menyodorkan map tebal kepada Wahyu. Di atas meja, Wahyu menerima map tebal dari Anara. Dia membukanya, dan membaca apa-apa saja yang tertulis di dalam map tebal itu.

“Akan aku pelajari nanti. Dari tulisannya aku sudah mengerti bahwa ini adalah tentang perjanjian kerjasama dan kontrak dengan mitra kita,” kata Wahyu.

“Baik, Pak. Tapi sepertinya Bapak sedang terburu-buru. Apa mau pergi sekarang?” tanya Anara.

“Iya, aku akan pergi sekarang. Waktu berkunjung ke toko kain tidak bisa ditunda. Semoga saja masih ada waktu tersisa untuk mempelajari berkas-berkas ini,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban untuk pertanyaan Anara.

“Ya sudah, Pak. Hati-hati di jalan,” kata Anara.

Wahyu mengangguk. Dia berbalik, dan melangkah meninggalkan ruang kerjanya. Kakinya semakin cepat melalui koridor panjang kantor. Wahyu masuk ke dalam mobil, dan mengemudikannya ke jalanan. Sepuluh menit berkendara, akhirnya Wahyu sampai di deretan pertokoan yang terletak di Jalan Kura Nomor 40.

Setelah menepikan mobilnya, Wahyu turun. Dia menuju ke toko kain yang biasa dia tinjau. Sayangnya, si pemilik toko kain tidak ada. Justru yang datang menyambut kehadirannya adalah April, putri dari pemilik toko kain.

“Aku tidak melihat bapak tua itu di sini. Ke mana dia? Apa dia tidak tahu jika aku datang untuk mengunjungi toko kainnya,” kata Wahyu, dia membuka percakapan dengan wanita di depannya.

“Bapak sedang keluar untuk mencari bahan utama membuat kain. Ada keperluan apa hingga kamu datang kemari?” tanya April, dia mengernyit.

“Aku hanya ingin membicarakan tentang bagaimana jika aku memperpanjang lagi hubungan kontrak perusahaan dengan toko ini. Kurasa lebih baik jika hanya diakhiri bulan depan,” kata Wahyu.

“Oh, begitu. Masuklah ke dalam, akan aku buatkan minuman untukmu. Jika memang begitu penting, lebih baik kamu tunggu bapak pulang,” kata April.

“Baiklah, aku akan masuk. Tapi aku tidak bisa lama, karena aku masih ada keperluan di kantor,” kata Wahyu, dia memberikan respon untuk perkataan April.

Wahyu mengikuti di belakang April. Dia masuk ke dalam toko kain, kemudian duduk di salah satu sofa tamu. April masih mengambil minuman untuk Wahyu. Dua menit setelahnya, April kembali dengan minuman di tangannya.

April menuangkan jus jeruk yang sudah dingin ke dalam gelas. Satu untuknya, dan satu lagi untuk Wahyu. April meletakkan botol jus jeruk ke atas meja, kemudian duduk di sofa tamu.

“Jadi kamu kemari hanya untuk menemui bapak? Atau ada keperluan lain yang ingin kamu sampaikan,” kata April, dia memulai percakapan dengan Wahyu.

“Tidak, aku juga ingin bertemu denganmu. Apa kamu keberatan jika aku datang untuk bertemu denganmu?” tanya Wahyu, dia mengarahkan pandangannya kepada April.

“Aku tidak keberatan. Kamu bisa datang kapan saja ke sini jika kamu mau,” kata April, dia memberikan respon untuk ucapan Wahyu.

“Tapi mungkin tidak sesering yang kamu kira. Jadi, bolehkah aku mempertanyakan pendapat bapak kamu mengenai hubungan yang aku minta beberapa hari yang lalu?” tanya Wahyu.

April terdiam. April tidak menyangka jika Wahyu justru akan mengungkit pertanyaan mengenai hubungan yang lebih intim dari sekedar teman. Pandangan April masih tertuju kepada Wahyu, tetapi bibirnya masih tertutup.

Seolah menunjukkan bahwa April masih enggan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Wahyu. Jelas-jelas April tahu sendiri jika bapaknya masih ragu untuk membiarkan dia memiliki hubungan dengan pimpinan muda seperti Wahyu.

“Bapak tidak bilang apa-apa. Dia hanya memberikan nasihatnya mengenai hubungan yang mungkin akan kumiliki jika aku menerimamu,” kata April.

“Apa dia menolakku jika aku ingin menjalin hubungan lebih dari sekedar ini?” tanya Wahyu.

“Tidak. Bapak tidak pernah keberatan jika aku memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Hanya saja, aku masih belum yakin jika aku harus menerima cintamu,” kata April, dia memberikan keputusan untuk pertanyaan Wahyu.

“Kamu masih meragukan kesungguhanku? Apa kamu menganggap permintaanku itu sebagai candaan bagimu, aku tidak pernah meminta seserius ini,” kata Wahyu, dia menunjukkan apa yang dirasakannya saat ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pembuktian Cinta

    April seketika terdiam. Dia tertegun dengan apa yang dikatakan Wahyu. Laki-laki di depannya itu menunjukkan kesan yang teramat serius. Wajahnya sangat kaku, tatapan Wahyu terlihat begitu dalam memandang kepadanya.“Aku tidak bermaksud untuk meragukan kata-katamu, Wahyu. Tapi kamu tahu sendiri bahwa menjatuhkan hati kepada orang baru bukanlah sesuatu yang mudah. Aku hanya tidak ingin salah pilih pasangan,” kata April.Wahyu mengernyit. Sedikit tidak menyangka bahwa April akan memberikan jawaban yang seperti itu. Di hadapannya, April terlihat tenang meskipun ucapannya sedikit membuatnya tersinggung.“Apa maksudmu salah pilih? Kamu mau bilang bahwa aku tidak cocok untukmu,” kata Wahyu, dia sedikit meninggikan suaranya.April terkejut. Dia tidak pernah mendengar suara tinggi seperti itu dari lelaki. Kedua mata April memandang kepada Wahyu. Wajah laki-laki yang ada di depannya terlihat begitu garang, berbeda dengan sebelumnya.Dari sinilah April mulai mengetahui sikap Wahyu yang sedikit mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Restu dari Bapak

    Seketika pemilik toko kain mengernyit. Dia tidak menyangka jika putri satu-satunya telah menerima laki-laki di toko mereka. April juga tahu bahwa bapaknya saat ini sedang memasang wajah masam yang jelas terasa tidak mengenakkan.“Ada apa dia berurusan denganmu, April?” tanya bapak.“Wahyu hanya mempertanyakan keputusan bapak. Dia meminta kejelasan mengenai permintaannya untuk menjalin hubungan dengan April, Pak,” kata April, dia memberikan jawaban kepada bapak.“Lalu kamu jawab apa? Sepertinya pimpinan muda itu tidak menyerah untuk menjadikanmu pasangannya, April,” kata bapak, suaranya mulai terdengar tegas.“April terima Wahyu sebagai pasangan, Pak. Sebab aku melihat dia menyatakan perasaannya dengan tulus, tidak mungkin jika April menolak,” kata April.“Kamu menerimanya? Baiklah, kalau begitu biarkan bapak menemui laki-laki itu sekarang,” kata bapak.April mengangguk, dia tidak kuasa untuk menolak ucapan bapaknya. Dengan tegas si pemilik toko kain itu lekas masuk ke dalam. Dia menda

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kembali pada Pekerjaan

    April hanya bisa memandangi bapaknya dengan perasaan kesal. Dia tidak menyangka jika bapak bisa menunjukkan sikap yang begitu menyebalkan padanya. April kemudian mengalihkan pandangannya kepada Wahyu yang saat ini sudah menjadi pasangannya.“Aku tidak ingin menyembunyikan hubungan apapun dari bapak. Tapi kenapa bapak mengobrol seasyik ini dengan dia? Apa ada sesuatu yang aku lewatkan,” kata April.“Tidak ada. Kami hanya membahas masalah bisnis. Aku rasa jika aku ceritakan kepadamu, kamu juga tidak akan mengerti,” kata Wahyu, dia memberikan jawaban untuk perkataan April.“Aku akan memahaminya jika kamu ceritakan kepadaku. Tapi aku penasaran memangnya urusan bisnis apa yang kalian bicarakan?” tanya April, dia mengarahkan fokusnya kepada Wahyu.“Perpanjangan kontrak. Antara toko kain milik bapakmu dengan perusahaan jahit milikku,” kata Wahyu, dia menjawab rasa penasaran April.April seketika mengangguk. Dia kemudian kembali terdiam. April tak lagi memberikan balasan untuk perkataan Wahyu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menguras Banyak Tenaga

    Wahyu menerima berkas yang diberikan oleh Anara. Sekretaris pribadinya itu tidak pernah gagal dalam mempersiapkan beberapa dokumen penting untuk keperluan pertemuan perusahaan. Meskipun begitu, Wahyu belum memutuskan untuk memberi jawaban terhadap perkataan Anara.Justru pandangan Wahyu tertuju kepada map yang dia buka lebar. Wahyu mencoba memahami apa-apa saja yang tertulis di dalam map bersampulkan warna kuning. Pimpinan muda itu membaca yang tertulis untuk materi pertemuan yang akan diadakan satu jam lagi.Sebaliknya, Anara masih berdiri di sebelah Wahyu. Dia memperhatikan atasannya cukup lama, seolah menunjukkan kesabarannya untuk menunggu jawaban dari Wahyu. Tetapi sayangnya, Wahyu belum juga menaruh perhatian kepadanya.“Aku sudah memahami beberapa materi yang ada di dalam berkas ini. Kira-kira nanti kita akan membahas mengenai cara mendistribusikan jahitan kain kita kepada beberapa mitra yang ada,” kata Wahyu.Setelah berkata begitu, Wahyu mengarahkan pandangannya kepada Anara.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Pulang dengan Rasa Lelah

    Wahyu mengangguk, dia merasa dapat memahami apa yang dikatakan oleh para mitranya. Tak perlu waktu lama, saat diskusi telah selesai. Wahyu menyetujui apa yang diungkapkan oleh para mitra perusahaan jahit miliknya.“Jika kalian merasa bisa untuk membantu, maka tidak ada yang salah apabila aku menyerahkan permasalahan ini kepada kalian,” kata Wahyu.“Ya, untuk itu kamu tidak perlu khawatir. Kami sebagai rekan kerjasama perusahaan jahit Anarta bersedia membantu untuk mendapatkan kenalan pendistribusian,” kata mitra lain.Setelah menghasilkan kesepakatan, pertemuan siang itu selesai. Beberapa pekerja dan mitra sudah meninggalkan ruang pertemuan. Begitupula dengan Wahyu dan Anara yang sedang berjalan menuju ke ruangan kerja Wahyu.Meskipun pertemuan menghasilkan keputusan yang sesuai dengan keinginan Wahyu, tetapi masih saja ada yang mengganjal pikiran pemimpin muda itu. Dia tidak sedang memikirkan bagaimana keberlangsungan para mitra dalam mencari kenalan untuk mendistribusikan jahitan ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menghabiskan Malam tanpa Diduga

    “Kamu sudah selesai?” tanya Wahyu.Anara mengangguk. Tatapan matanya tertuju kepada Wahyu. Pimpinan muda yang saat ini sedang bersedia untuk menunggu dirinya. Anara yang semula memasang wajah datar, kini mengembangkan senyuman di bibirnya.“Kita bisa berangkat sekarang, Pak. Saya sudah selesai dan siap untuk pulang bersama Bapak,” kata Anara.“Baiklah. Jalanlah di belakangku, jangan jauh-jauh menjaga jarak denganku,” kata Wahyu.Setelah melihat anggukan dari Anara, Wahyu mengambil langkah lebih dahulu di depan. Dia meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan di belakang, Anara mengikuti langkah Wahyu untuk menuju ke mobil.Sesampainya di depan mobil, Wahyu membukakan pintu untuk Anara. Setelah mengembangkan senyum dan mengarahkan pandangan kepada pimpinannya, Anara masuk ke dalam mobil. Wahyu menutup pintu dan berputar arah untuk masuk ke sisi lain mobil.Ketika berada di dalam, Wahyu lekas mengemudikan mobil ke jalanan. Wahyu memilih untuk fokus kepada arah jalan. Sepanjang jalan hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Jelang Hari Esok

    Setelah beberapa jam berlalu, segelas frozen martini telah habis. Wahyu merasa lega untuk menghabiskan malam minggu bersama Anara. Dia menoleh dan melihat ke arah jam tangan, tak terasa jika waktu sudah berubah.Jarum jam di pergelangan tangannya menunjukkan sembilan malam. Wahyu menoleh kepada Anara, dan menyadari bahwa sekretaris pribadinya masih duduk tegak di samping.“Apa kamu mau pulang sekarang?” tanya Wahyu.Anara menoleh kepada Wahyu. Pandangan matanya masih jernih menunjukkan bahwa dia saat ini masih belum mengantuk. Anara melebarkan senyum di bibirnya.“Saya sih belum mengantuk, Pak. Belum terlalu ingin pulang. Tapi jika Bapak ingin mengantarkan saya pulang saat ini, maka saya tidak keberatan,” kata Anara.“Kalau begitu, lebih baik aku antar kamu pulang sekarang. Hari akan semakin larut, aku takut jika kamu sampai di rumah terlalu malam,” kata Wahyu.“Baik, Pak,” kata Anara, dia memberikan balasan untuk pemimpin mudanya.Ketika Wahyu berdiri, Anara ikut berdiri. Wahyu berja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Bicara Restu

    “Anak teman mama? Saat ini aku tidak ingin berkenalan dengan wanita manapun. Aku sudah menjalin hubungan dengan April. Jadi aku hanya ingin mempertahankan hubungan yang sudah aku miliki dengan dia, Ma,” kata Wahyu.Meskipun Wahyu sudah mengutarakan maksud hatinya, tetapi Yanuar tetap menunjukkan ekspresi wajah yang begitu datar. Terlihat sekali jika Yanuar tidak menyukai hubungan yang dijalin antara anak sulungnya dengan gadis dari toko kain.“Tidak, tidak. Aku tidak mau putra pertama dari keluarga ini menjalin hubungan dengan gadis biasa seperti dia,” kata Yanuar.Wahyu terdiam seketika. Setelah mendengar ucapan Yanuar, Wahyu merasa seperti tidak bisa berkata-kata lagi. Jangankan untuk membalas ucapan mamanya, untuk menolak saja Wahyu sudah tidak bisa.“Gadis biasa bagaimana, Ma? April adalah wanita baik yang bisa membuatku jatuh cinta,” kata Wahyu, dia mengutarakan maksud hatinya untuk membela April di depan Yanuar.“Aku tahu jika perempuan itu yang telah membuat kamu mabuk kepayang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08

Bab terbaru

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menanti Hari Esok

    April hanya diam setelah mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Wahyu. Tidak ada jawaban lagi yang sanggup dia katakan, selain hanya menyelipkan rambutnya di telinga.“Apalagi saat kamu tersipu seperti ini, Pril. Semakin cantik sekali di mataku,” kata Wahyu, melanjutkan pujian untuk April.“Yang kamu katakan selalu membuat hatiku berdesir. Padahal aku tahu kamu mengatakan itu bukan berasal dari dalam hatimu, kamu hanya menyanjungku. Bukan benar-benar tulus mengungkapkan kebenaran bahwa aku seperti itu,” kata April.“Kamu masih ragu? Aku tidak pernah berbohong dalam setiap ucapanku,” ujar Wahyu.“Ya sudahlah, aku percaya. Terima kasih untuk pujianmu yang bagiku terkesan berlebihan,” kata April, mengakhiri ucapannya dengan senyum kaku.Wahyu hanya menunjukkan anggukan kecil. Selebihnya, mereka lanjut menyantap tusuk daging sayur yang dibakar di atas nyala api sedang. Mereka terlihat lahap dalam menghabiskan beberapa tusuk daging sayur yang disediakan oleh restoran iglo.Selang bebe

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menikmati Momen Malam

    Setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan April, Wahyu tidak menjawab hanya memberi senyuman. Usai melihat kerut di dahi April semakin dalam, Wahyu hanya memalingkan pandangannya.Tidak lagi memberi perhatian kepada April, tetapi tatapan matanya tertuju kepada semangkuk pudding Yorkshire. Wahyu mulai mengambil sendok dan mengiris pudding untuk dimasukkan ke dalam mulut.Sementara mengunyah, Wahyu mengalihkan tatapannya kepada April. Wanita pujaan hatinya itu sedang termangu menunggu jawaban darinya.“Apa kamu sedang menunggu balasan dariku, sayang?” tanya Wahyu.“Ya, aku menantikan kamu sebut siapa nama wanita yang menjadi sekretaris pribadimu. Aku yakin dia seorang perempuan kan,” kata April.“Namanya Anara. Perempuan itu sangat elegan dan pintar, karenanya aku menerima dia sebagai sekretaris pribadiku,” kata Wahyu, memberi tanggapan atas perkataan April.“Apa dia perempuan yang bersama kita di vila dekat taman kota itu?” tanya April, menunjukkan rasa ingin tahu yang dia rasakan.

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kemunculan Anara sebagai Lawan

    April mencoba untuk menikmati setiap rasa yang diciptakan oleh steak jamur berkuah. Untuk saat ini, perempuan itu tidak berniat untuk mengajak Wahyu mengobrol.Memakan makanan berkuah yang masih hangat membutuhkan konsentrasi yang cukup, inilah yang membuat April memilih untuk menghabiskan makanan di mangkoknya saja.“Aku besok akan mulai masuk kerja lagi. Di kantor, aku akan sibuk dengan pekerjaanku,” kata Wahyu, suaranya memecah keheningan antara mereka.April mengarahkan tatapan matanya kepada Wahyu. Dia menyadari jika saat ini lelakinya sedang mengajaknya berbicara. April diam sementara waktu, sedangkan kedua matanya tertuju kepada diri Wahyu.“Padahal kamu tahu, aku masih ingin menghabiskan banyak waktu denganmu,” kata Wahyu, menyambung ucapannya.“Apa yang kamu risaukan, sayang? Sedangkan aku tidak keberatan walaupun kamu harus bekerja,” kata April, mengungkapkan dengan jelas yang dia pikirkan.“Kamu tidak rindu padaku jika andai aku meninggalkanmu dalam sehari?” tanya Wahyu.Te

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Kecanggungan Terasa seperti Jeda

    Wahyu yang baru saja mendengar perkataan April seketika mengatupkan bibir. Tak disangka jika ucapan yang dikatakan April padanya sungguh mengena di hati. Tentu ini membuat Wahyu benar-benar berpikir.“Memangnya kamu tidak ingin lekas menjadi pasangan sejatiku?” tanya Wahyu.Sebenarnya Wahyu tidak ingin mengelak apa yang dikatakan oleh perempuan itu. Tetapi ada hal lain yang membuat Wahyu keheranan dengan sikap kekasihnya, April.“Aku sungguh ingin. Tapi alangkah baiknya kita tidak terlalu buru-buru dalam melakukan sesuatu, apalagi ini menyangkut percintaan kita,” kata April.“Aku sanggup melakukan apa saja yang kamu ingin untuk menyatukan kita berdua segera,” kata Wahyu.Dengan segenap hati, April menggeleng. Sekali lagi, dia masih kukuh dengan apa yang sudah menjadi pendiriannya. Meskipun itu artinya harus menolak apa yang menjadi keinginan dan bujuk rayu Wahyu.Untuk saat ini, April masih terlihat tidak berpindah dari apa yang dia yakini. Walau dalam hati, dia sangat menginginkan un

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Momen Berdua yang Tidak Terlewatkan

    Setelah melakukan pembayaran, Wahyu mendapatkan kunci ruangan untuk mereka berdua. Tentu Wahyu seketika merasa puas. Dia mengarahkan pandangan ke April, perempuan itu sedang menunggu ucapannya.“Kita sudah dapatkan kunci pintu untuk ruangannya. Mau ke sana sekarang?” tanya Wahyu.“Iya, untuk apa juga kita berlama-lama di sini,” kata April, memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan Wahyu untuknya.Wahyu mengiyakan ucapan April. Setelahmnya mereka pergi bersama menuju ruangan nomor 42 yang sudah tertera di kunci yang dibawa Wahyu.Sesampainya di ruangan bernomor 42, Wahyu lekas membuka pintu dengan kunci di tangannya. Setelah pintu terbuka, Wahyu menggandeng tangan April dan mengajaknya untuk masuk bersama.Ketika April sudah berada di dalam ruangan, Wahyu menutup pintu ruangan. Selebihnya, Wahyu mengajak April untuk duduk di dekat perapian. Di sana terdapat tempat duduk melingkar dengan bagian tengah dihiasi dengan bundaran sebagai tempat api.“Serius kamu belum pernah ke sini s

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Keintiman yang Menenangkan

    Begitu senang Wahyu mendengar ucapan April. Akhirnya kekasihnya itu mau menemaninya untuk pergi menuju restoran iglo. Bukan main girangnya karena Wahyu merasa ada wanita kesayangannya yang mau mendampinginya.Bibir Wahyu melengkungkan senyuman. Tiada terkira kebahagiaannya kali ini. Selain restu yang akhirnya mereka dapatkan, dia juga berhasil mempertahankan hubungan mesra dengan April.Wanita yang sudah membuat Wahyu jatuh cinta. Belum pernah laki-laki muda itu merasakan cinta seindah ini, tentu April telah membawa kebahagiaan sendiri di hati Wahyu.Setelah memandang pada binar mata April yang terlihat begitu jernih, Wahyu melenyapkan senyuman. Wahyu tidak lagi mengarahkan pandangan kepada April, melainkan beralih pandang kepada papa dan mama.“Kalau kalian mau merayakannya sekarang, sebaiknya segera pergi. Terlalu lama, akan semakin larut malam,” kata Yanuar, coba memberikan saran.“Itulah yang ingin aku katakan pada kalian. Aku dan kekasihku ingin pamit sebentar dari sini. Kami aka

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Merayakan Kebahagiaan Berdua

    Setelah mendengar ucapan Yanuar, April tidak lagi memberi balasan. Bibir merah mudanya itu tertutup rapat, seakan-akan tidak ingin bicara lagi.Tetapi meskipun begitu, pandangan April tertuju kepada ibu kandung Wahyu. Perempuan yang sudah menginjak sekitar usia lima puluhan itu rupanya terlihat tidak nyaman.April mengerti kegundahan yang dirasakan oleh Yanuar, karenanya dia tidak ingin banyak bicara lagi sekarang. Lebih baik April mengarahkan perhatian kepada aneka kue ringan yang ada di atas meja tamu.“Bagaimana mungkin pemilik toko kain itu menyetujui hubungan kalian berdua? Bukankah dia mengerti bahwa antara kita telah menjadi rekan bisnis, rasanya janggal jika membolehkan anak-anak kita berpacaran,” kata Yanuar.Seketika April melebarkan senyuman. Terlihat sekali jika April tetap bersikap tenang meskipun Yanuar menunjukkan rasa keheranan akan keputusan bapaknya.“Bapak tahu kalau aku dan Wahyu saling mencintai. Wahyu sendiri-lah yang meminta izin agar bisa menjadi pasanganku kep

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Bahagia Bersama

    Setelah mendengar ucapan papa, Wahyu terlihat begitu lega. Terasa membahagiakan baginya untuk mendengar bahwa hubungannya dengan April disetujui kedua orang tuanya.Izin dari papa dan mama-lah yang diinginkan Wahyu dari dulu. Tiada perasaan yang tak bahagia begitu Wahyu mendapatkan apa yang dia inginkan sejak lama. Sekarang hatinya menjadi lebih ringan.Senyuman jelas tampak di raut muka pria muda itu. Sorot matanya berbinar cerah seperti pancaran kegembiraan yang terasa di dalam hati.“Papa mengizinkan agar aku memacari April, Pa?” tanya Wahyu.“Ya, kalian boleh memiliki ikatan secara resmi bersama. Asalkan tidak meninggalkan kewajibanmu sebagai seorang pimpinan di perusahaan kita,” kata Yuarta.“Aku senang sekali mendengarnya. Tidak menyangka jika papa akhirnya memberikan izin untuk kami berdua,” kata Wahyu.Yanuar melihat putra sulungnya tersenyum senang. Kebahagiaan yang terlihat di wajahnya seolah tidak bisa dibendung maupun ditahan lagi. Wahyu memang cukup gembira saat ini.“Ber

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Akhirnya Disetujui

    Begitu mendengar perkataan Yanuar, April tertegun. Wajahnya menjadi tegang, tak lebih karena ada hal yang membuatnya menjadi was-was. Yanuar berkata demikian bukan untuk menakuti April terhadap hubungan asmara yang mereka jalani.Tetapi Yanuar bilang demikian agar April dan Wahyu bersiap diri untuk menanggung risiko demi mempertahankan hubungan mereka.Yanuar menyadari tidak ada sahutan dari April maupun Wahyu. Karenanya, dia segera mengalihkan pandangannya kepada April.Perempuan itu terlihat pucat saat ini. Pandangan matanya terlihat tidak lagi sesegar sebelumnya. Mungkin saja, Yanuar menebak bahwa April takut terhadap ucapannya.“Kamu jangan salah paham dengan apa yang kukatakan. Terutama kamu, perempuan yang menjadi pasangan dari Wahyu. Aku bilang begitu agar kalian siap dengan apapun yang akan terjadi nanti,” kata Yanuar, menjelaskan maksud perkataannya.Yanuar berhenti berkata. Tidak lagi mencoba untuk menyambung kalimat yang akan keluar di bibir. Yanuar masih mengarahkan pandan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status