Khusus 21++ BANYAK ADEGAN DEWASA!! * Ini adalah kisah seorang asisten rumah tangga bernama Nina Anatasya yang terpaksa menerima tawaran dari tuan mudanya sebagai partner seks. Hal ini dilakukan demi pengobatan sang ayah di kampung. Hari demi hari, timbul benih-benih cinta antara keduanya. Perbedaan kasta membuat lika-liku perjalanan cinta mereka penuh perjuangan. Apakah Bryan dapat bersatu dengan Nina?
View More“Tapi aku masih kerja, sayang. Kamu jagain dulu anak kita, ya. Oh ya, kamu jangan biarin Brianna merangkak di sini dong. Aku takut lututnya sakit, apalagi ini kan di kantor, ruangan yang dipijak pakai sepatu, lantainya pasti berpasir, sayang.”“Hmm, iya, Mas.” Nina pun kembali mengambil Brianna dari dekapan suaminya. Sementara Bryan kembali bekerja.Tidak lama kemudian, Nina kembali mengeluh karena anaknya rewel lagi.“Mas, aku pulang sekarang, boleh gak?”“Lah, kenapa, sayang? Temenin aku sampai sore dong.”“Di sini membosankan, Mas. Kamu sibuk dengan kerjaan kamu. Aku gak tau harus ngapain. Brianna juga rewel terus gegara gak ada mainannya di sini. Gak ada barang-barang yang bisa dia kacau. Kalau di rumah kan enak, Mas. Brianna bisa puas bermain, aku pun bisa menonton tayangan televisi sambil ngemil.”Bryan mengelus dagunya, tampak berpikir. “Oke, oke, aku paham.”
“Jangan pulang dong, sayang. Kamu sudah janji akan menemani aku sampai jam pulang kantor.”“Tapi Brianna rewel, Mas.”“Ya sudah, sini aku yang gendong. Kita segera ke ruangan kerjaku saja biar staff di sini tidak terganggu oleh tangisan Brianna,” imbuh Bryan sembari mengambil alih anaknya dari gendongan Nina.Setelah itu, Nina dan Bryan bersama-sama berjalan menuju lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai atas. Beberapa staff juga ikut masuk ke lift itu. Mereka menatap Bryan dengan tatapan heran. Para staff itu lalu berbisik-bisik, membicarakan pasangan suami istri itu.“Bukannya mereka baru menikah ya? Kok sudah punya anak sih?” tanya salah satu staff itu dengan suara yang rendah sembari melirik-lirik beberapa kali ke arah Bryan dan Nina.“Keponakannya mungkin.”“Ah, masa? Itu anaknya deh. Lihat aja muka mereka, mirip!”“Berarti istri Pak Bryan hamil di
“Lebay sekali kamu, Bry! Kamu kan hanya bekerja, bukan mau ngapain. Habis ngantor kan kamu pulang ke rumah, ketemu anak dan istrimu.”“Tapi paling bentaran doang, Pa. Lihat saja sendiri bagaimana Papa yang selalu pulang agak malam. Waktu Papa buat keluarga sedikit banget. Pagi-pagi sudah harus ke kantor sampai sore, bahkan sampai malam jika ada meeting mendadak. Hari weekend pun terkadang Papa masih harus ngurus bisnis bersama rekan kerja. Bahkan jika Papa di rumah, itu pun Papa masih sibuk di depan ipad atau laptop, ngurusin laporan-laporan dan semacamnya. Aku gak mau seperti Papa. Menghabiskan waktu yang banyak untuk bekerja dan bahkan tidak sempat menyisihkan waktu untuk keluarga.”“Terus mau kamu gimana, Bry? Masa iya kamu kepengen jadi pengangguran seumur hidup? Duit di tabunganmu itu pasti akan habis, Bry! Kecuali kalau kamu punya saham di mana-mana, barulah kamu bisa dengan tenang menganggur di rumah karena punya passive income. Kam
“Dicky udah pergi dari sini, Mas. Aku baru saja mengusirnya,” jawab Nina.“Oh ya? Kok kamu usir? Padahal kemarin kamu yang mati-matian mempertahankan dia untuk tetap tinggal di sini. Tapi kok sekarang malah kebalik?”“Dia berbahaya, Mas. Dia itu gay! Makanya dia maksa kerja di sini. Dia mau ngincar kamu soalnya. Aku juga baru tau kebenarannya setelah menghubungi pihak hotel tempat kita menginap di Bali kemarin. Kata manajernya, dia dipecat karena ketahuan menyelinap di kamar turis cowok, Mas. Intinya dia meresahkan para tamu hotel, makanya sampai dipecat,” jelas Nina.Seketika Bryan merinding mendengar pernyataan itu. “Huh, baguslah kalau dia sudah kamu usir. Ku kira dari awal dia itu modus ke kamu, mau bekerja di sini supaya bisa deketin kamu, eh rupanya ngincar aku. Mengerikan sekali lelaki modelan dia. Padahal lubang punya cewek lebih nikmat, dia malah suka sama batang,” ucap Bryan sembari memeluk istrinya dari
Pikiran negatif pun mulai bertebaran di kepalanya. Nina menduga apakah mungkin bahwa Dicky belok? Lama-lama Nina merasa mual sendiri karena memikirkan bayangan buruk di kepalanya.“Ihh, menjijikkan! Padahal waktu sekolah, dia kan hits banget dan menjadi idola para gadis. Kenapa sekarang malah belok begini ya? Masa sih dia gay? T-tapi kalau emang benar dia belok, aku gak boleh diam saja! Suamiku dalam bahaya kalau begini ceritanya.”*“Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang? Aku lihat kamu dari sore tadi seperti banyak pikiran,” tanya Bryan kala melihat istrinya hanya termenung di depan meja rias.“Tidak ada apa-apa, Mas,” jawab Nina berbohong.Nina segera menyudahi kegiatannya skincare-an malamnya itu. Nina lalu merebahkan tubuhnya di samping Bryan, bergelung di dalam selimut tebal. Nina memaksakan matanya untuk terpejam. Beberapa detik kemudian, Nina merasakan sebuah lengan melingkari pinggangnya. Lengan itu kemu
Melihat tingkah laku aneh Dicky pada hari ini membuat Nina semakin menaruh curiga. Terlebih lagi akhir-akhir ini, Dicky sering mengajak Bryan berbicara bahkan memberikan perhatian lebih pada Bryan.Nina saat ini duduk di atas karpet bulu tebal, menemani Brianna bermain. Sementara suaminya sedang mandi sore. Nina yang sedang asik melamun, tidak fokus mengawasi anaknya yang hampir saja menelan sebuah mainan bongkar pasang. Ketika menyadari bahwa Brianna sedang tersedak, barulah Nina terkejut dan panik setengah mati. Nina langsung terburu-buru mengambil benda kecil itu dari mulut anaknya dan membereskan semua mainan yang berhampuran di depan mereka.“Astaga, Brianna!! Hampir saja ketelan.” Nina menghela napas lega setelah memastikan bahwa anaknya baik-baik saja. “Huh, aku ini teledor banget sih. Bisa marah Mas Bryan kalau Brianna kenapa-kenapa,” ucap Nina yang kini menyalahkan dirinya sendiri.Brianna kemudian menangis keras karena semua mai
Nina melihat Dicky yang sedang memijat punggung suaminya. Bahkan dengan lincahnya, Dicky menuangkan minyak urut pada punggung suaminya itu.Saat ini Bryan hanya mengenakan handuk putihnya, karena dia baru saja selesai mandi. Bryan sedang tidur tengkurap dan menikmati pijatan dari Dicky.“Mas Bryan?” panggil Nina lalu mendekati ranjang, di mana suaminya sedang tiduran.Bryan dan Dicky pun langsung menoleh dengan santainya.“Mas Dicky, kamu tolong keluar. Biar aku saja yang memijat suamiku,” cetus Nina.“Baik, Nyonya.” Dicky pun langsung menghentikan kegiatannya dan berpamitan.Nina membiarkan anaknya bermain-main di atas ranjang. Nina lalu duduk di sebelah suaminya. “Kok kamu minta dipijatin sama Mas Dicky sih? Kan ada aku! Kamu bisa nyuruh aku aja!”“Tadi dia lagi nyapu di sini pas aku baru kelar mandi, eh dia nawarin aku, mau dipijat gak, karena aku kebetulan merasa pegal, yaudah aku iyain aja deh,” jawab Bryan santai.Nina menghela napas malas. “Hm, ya udah, Mas. Biar aku yang mijat
“Kata Papa kamu apa, Mas? Lowongan cleaning service di kantor Papa masih ada kan, Mas? Nah, masukin aja Mas Dicky di situ, jadi besok pagi bisa langsung kerja,” tanya Nina saat Bryan baru saja masuk ke dalam kamar mereka.Bryan menggeleng pelan. “Papa juga gak tau, Nin. Mau ditanyakan ke HRD dulu.”“Oh ya udah, Mas. Kita tungguin aja info dari Papa lagi,” ucap Nina santai.“Kelamaan, sayang. Bagaimana kalau kita usir aja si Dicky itu besok pagi?” usul Bryan. Dia lalu ikut merebahkan diri di samping istrinya yang sedang bermain hp.“Terus Mas Dicky tinggal di mana kalau kita usir? Kita tungguin saja ya info dari Papa.”“Duh, sayang. Kamu ini terlalu baik apa gimana sih? Soal dia tinggal di mana, ya itu jadi urusannya sendiri dong! Kita gak punya kewajiban untuk membantu dia!”“Kita udah bawa dia ke Jakarta, kalau kita usir begitu saja, berarti kita orang jahat dong, Mas.”Bryan hanya bisa menghela napas pasrah dengan sikap istrinya. “Ya sudahlah, sayang. Terserah kamu sajalah.”*Pukul
Singkat cerita, Nina dan Bryan sudah selesai menyantap makan malamnya di meja makan. Sedangkan Dicky dan Bi Lastri menyantap hidangan mereka di dapur. Ketika melihat bahwa pasangan suami istri itu sudah selesai dengan makanannya, Dicky pun langsung menghampiri meja makan dan membereskan piring kotor tersebut kemudian membawanya ke dapur.Nina menatap heran kepada sosok Dicky yang sangat antusias mengerjakan pekerjaan rumah.“Mas, dia kamu jadikan pembantu di sini ya?” tanya Nina pada suaminya. “Aku kan bilang, kamu jadikan dia sebagai cleaning service di perusahaan Papa saja, jangan pembantu di rumah ini. Jadinya dia gak tinggal di sini juga, Mas. Dia bisa ngekost atau apalah gitu. Gak tinggal bareng kita.”“Mana ada! Aku belum ngomong apa-apa loh ke orang itu! Aku nungguin Papa pulang dulu, baru aku masukin dia ke perusahaan Papa sebagai cleaning service. Kan gak mungkin aku asal mempekerjakan orang di perusahaan tanpa seizin Papa dulu, Nin.”“Terus kenapa dia malah nyuci piring, Mas
“Tu-Tuan Muda? Ke-kenapa Tuan Muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments