Home / Romansa / Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku / Bab 3. Tawaran yang Enak-Enak

Share

Bab 3. Tawaran yang Enak-Enak

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:41:09

“Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.

Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.

“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”

“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.

Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.

PLAK!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi pria tampan itu.

“Berani-beraninya kau menampar majikanmu sendiri, huh?!” ujar Bryan geram.

“Kau bukan lagi majikanku, Tuan! Majikanku hanya Tuan Fredrinn. Aku tidak mau lagi bekerja untukmu!”

Nina pun berhasil keluar dari ruangan suram tersebut, meninggalkan hawa panas di sana. Bantingan pintu yang keras dari Nina membuat Bryan terkejut.

“Sudah tak perawan. Tapi masih saja jual mahal! Cih! Akan aku buat kau menyesali perbuatanmu itu, Nina!” gerutu Bryan seorang diri di kamar.

Nina segera masuk ke dalam kamar mandi khusus digunakan untuk para pelayan rumah. Di sana, Nina menyalakan keran dan menangis sejadi-jadinya. Nina menggosok-gosok kulitnya dengan kuat hingga kemerahan. Ia berharap segala noda hasil perbuatan kotor majikannya itu bisa menghilang sempurna.

“Hiks. Hiks. Apa yang harus aku lakukan? Kalau aku melapor, Tuan Fredrinn bakalan percaya sama aku gak ya? Huhuhu.”

*

Keesokan harinya, pukul 08.00 pagi.

Nina masih tertidur pulas di kamarnya. Bi Lastri mengetuk-ngetuk pintu kamar dan memanggil-manggil Nina dengan keras.

“Masih tidur kali, Bi. Udah ah. Jangan dipanggil terus. Biarin aja dia,” kata Laras, salah satu dari mereka. Pelayan yang umurnya 35 tahun.

“Gak mungkin dia masih tidur jam segini, Laras. Bibi hapal sekali sama Nina. Anaknya rajin. Biasanya sebelum subuh dia sudah bangun dan membantu Bibi beberes. Beda sama kamu yang bangunnya suka telat!” balas Bi Lastri. Hubungan antara Laras dan Bi Lastri bisa dibilang kurang baik, sebab Laras adalah orang yang kurang cekatan dalam bekerja dan suka menggosipkan orang lain. Bi Lastri kurang suka dengan karakter Laras

“Bi Lastri apa-apaan sih? Kok malah banding-bandingin saya sama Nina? Nina kan anak ingusan yang baru kerja di mari. Baru semingguan, Bi! Semangat kerjanya ya pasti lagi tinggi-tingginya! Tunggu aja kalau dia udah kerja dua tahun kayak saya, pasti sikapnya juga jadi kayak saya kok!” protes Laras.

Bi Lastri tidak peduli dengan celotehan Laras, perempuan berusia 60 tahun itu terus saja mengetuk-ngetuk pintu kamar Nina.

“Aduh, Bi. Langsung buka aja napa sih, Bi? Lagian kan kamar para pembantu gak dikasih kunci. Ngapain pake diketuk-ketuk segala?” ujar Laras.

“Itu namanya gak sopan, Laras!”

“Bi Lastri, dipanggil sama Tuan besar,” ucap Sarah yang datang dari arah ruang tamu. Sarah adalah pelayan di rumah itu juga, yang sudah bekerja selama lima tahun di sana.

“Sarah, tolong kamu ketuk kamar Nina. Bibi khawatir sama dia. Takut terjadi apa-apa di dalam.” Sarah mengangguk pelan. Setelah itu, Lastri pun meninggalkan area itu dan pergi menemui Fredrinn di ruang tamu.

TOK TOK TOK

“Nina bangun kamu! Jangan tidur terus! Ini sudah jam kerja loh!” ucap lantang Sarah. Sarah semakin mengeraskan ketukannya namun nihil. Tak terdengar sahutan dari orang yang dimaksud. Kehabisan sabar, Sarah langsung membuka pintu kamar Nina.

“Loh? Kok kosong? Ke mana dia?”

*

Di sisi lain, Nina duduk merenung di area parkir rumah sakit, tempat di mana nyonya besarnya dirawat. Sebelum semua orang terbangun, Nina sudah lebih dulu pergi meninggalkan rumah majikannya tersebut. Nina trauma dengan kejadian semalam. Dan ia tidak mau lagi melihat wajah Bryan.

Nina sengaja ke rumah sakit ini dengan harapan ia akan bertemu Fredrinn di tempat ini. Nina akan menceritakan semua kejadian yang Bryan lakukan kepadanya semalam. Nina bolak-balik mengecek layar ponselnya, biasanya Fredrinn akan datang mengunjungi sang istri pada pukul 9 atau 10 pagi.

Nina membuang napas lelah. “Huftt… kira-kira satu atau dua jam lagi aku harus menunggu,” ucapnya sendu.

DUA JAM KEMUDIAN

Nina akhirnya melihat mobil milik Fredrinn melaju menuju area parkir. Di sana tampak supir membukakan pintu mobil untuk Fredrinn. Fredrinn keluar dengan seikat bunga mawar merah di tangannya. Sedangkan supir membawa parcel buah-buahan. Mereka berdua berjalan masuk menyusuri koridor rumah sakit menuju ruangan kamar VVIP milik Rosalina.

Nina mengikuti jejak langkah tuan besarnya itu dari belakang. Nina semakin mempercepat langkahnya kala Fredrinn sudah tiba di depan pintu kamar tersebut.

“Tu-Tuan Fredrinn?” panggil Nina membuat Fredrinn berbalik badan.

Fredrinn mengerutkan kening. Ia heran kenapa pembantunya itu bisa sampai di sini. Apalagi wajah Nina tampak kacau.

“Ada yang ingin saya sampaikan, Tuan,” ucap Nina lagi, sesopan mungkin.

“Apa itu?” sahut Fredrinn penasaran.

*

“Bi Lastri! Bibi!!!” panggil Bryan yang baru saja bangun. Bryan berjalan menuju meja makan dan membuka tudung saji. Seperti biasa, hidangan di rumah ini selalu lengkap. Di antaranya ada telur rebus, roti panggang, dada ayam, salad sayur beserta sepaket buah-buahan. Walaupun lauk pauk sudah tersedia di depan mata, Bryan sudah terbiasa meminta Bi Lastri untuk menuangkan makanan di piringnya.

“Iya, sebentar, Tuan muda,” sahut Bi Lastri dari dapur.

Bi Lastri segera membersihkan tangannya dan berlari kecil menemui tuan muda yang sudah menunggunya di ruangan makan.

“Silakan dinikmati, Tuan muda,” ucap Bi Lastri mempersilakan. “Saya kembali kerja ya, Tuan.”

“Bi?”

“Iya, Tuan?”

“Si pembantu baru itu ke mana, ya? Kok gak kelihatan?” tanya Bryan penasaran. Sebab yang ia lihat mondar-mandir di hadapannya hanyalah Laras dan Sarah.

“Nah itu Bibi juga gak tau, Tuan. Nina gak ada di kamarnya semenjak pagi. Udah ditelponin berkali-kali juga, tapi telponnya gak dijawab.”

Jawaban dari Bi Lastri jelas membuat Bryan menelan ludah. Bryan panik apabila Nina bersungguh-sungguh akan melaporkannya ke polisi atau perlindungan wanita. Tidak perlu jauh-jauh dari situ, jika hal ini sampai ketahuan oleh Fredrinn saja, tamatlah sudah riwayat Bryan.

Bryan tidak bisa menelan makanan yang ada di depannya. Dengan cepat Bryan segera mengambil kunci mobil. Berkeliling kota Jakarta demi mencari sosok gadis yang ia nodai semalam tadi.

*

Di tempat yang lain, Nina menarik napas panjang sebelum berbicara kepada majikannya tersebut.

“Apa yang ingin kamu sampaikan ke saya, Nina? Saya tidak punya banyak waktu untuk ini! Istri saya di dalam sudah menunggu,” tegas Fredrinn sebab Nina belum menyampaikan sesuatu yang ingin ia katakan.

Nina memberanikan diri untuk bersuara setelah beberapa menit menyiapkan mentalnya.

“A-anu… jadi begini, Tuan… sebelumnya maaf jika apa yang saya sampaikan ini membuat Tuan marah atau kecewa. Tapi… saya berbicara jujur… bahwa—”

Drtt! Drtt!

Tiba-tiba saja ponsel Nina bergetar. Nina berpikir bahwa orang yang memanggilnya tak lain adalah Sarah atau pun Laras. Nina mengabaikan panggilan suara itu, namun ponselnya masih saja berbunyi tanpa henti.

Fredrinn membuang napas kasar. “Hm. Begini saja, jika hal ini sangat penting. Nanti saja kita bicarakan ini setelah saya selesai menjenguk istri saya. Kamu jawablah dulu telepon itu dan langsung pulang ke rumah! Bekerjalah dengan baik! Saya menggaji kamu bukan untuk menghabiskan waktu tidak jelas di luar.”

“Ta-tapi, Tuan—”

“Sudah sana! Saya tidak punya banyak waktu lagi,” usir Fredrinn. Ia pun segera masuk ke dalam ruang rawat, meninggalkan Nina yang masih mematung di depan pintu.

Nina melihat punggung majikannya  yang sudah hilang di balik pintu. Nina menghela napas dan meraih ponselnya yang ia taruh di saku celana.

“Ibu?” ucap Nina saat melihat ada tujuh panggilan tidak terjawab dari ibunya.

Tanpa basa-basi, Nina langsung menghubungi nomor ibunya kembali.

“Bu, maaf tadi Nina lagi di jalan, Bu. Makanya telepon Ibu gak Nina angkat,” ujar Nina.

“Nina…” Terdengar suara wanita paruh baya dari seberang sana. Dia adalah Aliyah, ibu Nina yang tinggalnya di kampung. Sedetik kemudian, suara itu terdengar bergetar. Sesekali Aliyah pun mengeluarkan tangisan sedunya.

“Ibu… Ibu kenapa? Ibu baik-baik saja, kan?” tanya Nina mendadak khawatir dengan sang ibu.

“Nina, penyakit Bapak semakin parah. Kata dokter, Bapak harus segera dioperasi. Paling lambat sampai besok siang. Kalau tidak, mungkin Bapak akan….” Aliyah tidak melanjutkan kalimatnya, melainkan kembali menangis tersedu-sedu.

Mendengar ucapan ibunya sukses membuat air mata Nina ikut terjatuh. Namun, Nina berusaha kuat kala berbicara dengan ibunya melalui telepon itu.

“Lalu sekarang Bapak ada di mana, Bu?” tanya Nina sembari menahan air mata yang akan jatuh di pipinya lagi.

“Sekarang Bapak ada di rumah sakit, Nak. Tetangga tadi melihat Bapak tiba-tiba jatuh di belakang rumah. Mereka langsung memanggil Ibu dan membawanya ke rumah sakit terdekat.”

Nina hanya menyimak ucapan ibunya tanpa mengeluarkan kata-kata sedikit pun.

“Ya sudah, Nina. Ibu tutup teleponnya ya, Nak. Ibu harus mencari pinjaman dulu untuk membayar biaya administrasi rumah sakit. Do’a kan Ibu ya, Sayang. Do’a kan agar ada yang mau meminjamkan Ibu uang yang besar supaya Bapak bisa segera dioperasi.”

“Emang berapa biayanya, Bu?” tanya Nina dengan suara lirih.

“Seratus juta, Nak. Itupun belum termasuk biaya perawatan dan obat-obatan setelah operasi nanti. Ya sudah, Ibu harus bergerak cepat. Kamu baik-baik di sana ya, Nak. Ibu sayang sama kamu, Nina.”

Panggilan suara itu pun berakhir. Nina kembali meluruhkan air matanya. Berulang kali ia menyeka bulir hangat itu, berulang kali juga air matanya kembali menetes.

Sesaat kemudian Nina teringat tentang penawaran dari tuan muda-nya semalam.

‘Haruskah aku menerima tawaran itu?’ batin Nina.

Related chapters

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 4. Kesepakatan

    Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara ya

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 5. Meminta Jatah

    Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.“Tu-tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”Nina menggeleng deng

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 6. Pagi yang Nikmat

    Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu dp semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan muda-nya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan me

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 7. Ketahuan?

    “Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.

    Last Updated : 2025-01-08
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 1. Malam Suram yang Enak

    “Tu-Tuan muda? Ke-kenapa tuan muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 2. Awal Mula Petaka

    BAB 2. AWAL MULA PETAKANina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.*Sebelum kejadian…Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.“Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada supir yang membukakan pintu untuknya.“Sama-sama, tuan muda.”Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat Papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 7. Ketahuan?

    “Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 6. Pagi yang Nikmat

    Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu dp semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan muda-nya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan me

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 5. Meminta Jatah

    Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.“Tu-tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”Nina menggeleng deng

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 4. Kesepakatan

    Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara ya

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 3. Tawaran yang Enak-Enak

    “Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.PLAK!!Sebuah tamp

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 2. Awal Mula Petaka

    BAB 2. AWAL MULA PETAKANina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.*Sebelum kejadian…Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.“Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada supir yang membukakan pintu untuknya.“Sama-sama, tuan muda.”Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat Papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 1. Malam Suram yang Enak

    “Tu-Tuan muda? Ke-kenapa tuan muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga

DMCA.com Protection Status