Home / Romansa / Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku / Bab 2. Awal Mula Petaka

Share

Bab 2. Awal Mula Petaka

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:39:31

Nina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.

*

Sebelum kejadian…

Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.

Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada sopir yang membukakan pintu untuknya.

“Sama-sama, Tuan Muda.”

Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.

“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya itu tidak digubris sama sekali oleh Fredrinn (Papa Bryan).

Pria berusia 49 tahun itu pun bergegas masuk ke dalam mobil Porsche edisi terbatas miliknya dan melaju ke rumah sakit, tempat sang istri dirawat. Rosalina, ibu Bryan mengidap penyakit kanker hati dan diharuskan menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Bryan membuang napas kasar. Lagi-lagi papanya selalu saja menganggap dirinya tidak ada. Bryan pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan langsung disambut oleh empat orang pelayan, termasuk Nina.

Bryan menatap lekat-lekat Nina. Wajah baru di rumahnya. Nina baru semingguan bekerja di rumah itu. Tentu saja Bryan tidak mengenalnya.

“Selamat datang kembali, Tuan Muda. Apa Tuan mau makan?” tanya Bi Lastri, asisten rumah tangga yang sudah berusia senja. Ia telah bekerja di rumah itu kira-kira lima belas tahun lamanya.

“Gak usah, Bi. Aku sudah makan di perjalanan tadi,” jawab Bryan dingin. Keempat pembantunya sudah kembali dalam pekerjaan mereka masing-masing. Hanya Bi Lastri yang masih berdiri di sisi Bryan. Bi Lastri sudah mengenal karakter Bryan yang manja. Dia tidak akan pergi sebelum Bryan mengucapkan sesuatu yang dibutuhkannya.

“Apa Tuan Muda mau dibikinkan es kopi susu?” tawar Bi Lastri.

“Boleh deh, Bi.” Segera Bi Lastri melangkah ke dapur untuk menyiapkan es kopi susu favorit Bryan.

Bryan berjalan menuju ruang keluarga sembari mengibas-ngibaskan tangannya karena gerah. “Jakarta makin hari makin panas saja!” keluhnya. Bryan lalu membuang badannya ke sofa empuk yang ada di ruangan itu untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba seorang pelayan, tak lain adalah Nina berjalan melewati ruangan tersebut untuk mengambil sesuatu.

“Hey kau!” pekik Bryan memanggil Nina. “Kau pembantu baru di sini ya?”

Nina menunduk kemudian menghampiri Bryan. “Iya, Tuan Muda. Ada yang bisa saya bantu?”

“Kau tidak lihat aku sangat keringatan di sini?!”

Nina terdiam. Tidak paham dengan kalimat Bryan. Sesaat kemudian, Nina akhirnya paham maksud tuannya. Nina mengambil remote control untuk menyalakan AC di ruangan tersebut.

“Aku tidak menyuruhmu menyalakan AC itu!”

“M-maaf, Tuan Muda. Jadi apa yang harus saya lakukan, ya?” tanya Nina kebingungan.

“Kemari. Buka bajuku dan lap keringatku.”

Nina sempat diam beberapa detik dan membatin, ‘Apa dia tidak bisa melakukannya sendiri, ya? Kenapa harus menyuruh aku segala?’

“Heh, cepat!”

“B-baik, Tuan Muda.” Mau tidak mau, Nina membuka kemeja Bryan yang sedikit basah akibat keringat dan mengelapnya menggunakan handuk kecil yang tersedia di ruangan itu.

Setelah Nina menyelesaikan tugasnya, Bryan menyuruhnya untuk pergi. Tidak lama, Bi Lastri pun datang membawakan segelas es kopi susu kesukaannya. Sangat nikmat diminum ketika cuaca terik seperti sekarang.

“Bi, kenapa Papa menambah pembantu lagi?” tanya Bryan kebingungan. Bi Lastri yang tau segala sesuatunya pun menjawab.

“Hum, iya, Tuan Muda. Tuan Fredrinn sengaja mempekerjakan pembantu baru, soalnya Mbak Inem kan sudah resign. Pulang kampung, katanya mau ikut suaminya aja kerja di Indramayu,” jelas Bi Lastri dibalas dengan anggukan kecil dari Bryan.

“Tapi kok kayaknya dia masih muda banget ya, Bi?”

“Ya jelas, Tuan. Wong umurnya aja masih 18 tahun, Tuan.”

Bryan tampak terkejut. Sebab selama ini, jika papanya mencari seorang pekerja rumah tangga haruslah yang berusia 30 tahun ke atas atau yang sudah berkeluarga. Semua itu adalah permintaan dari Rosalina (ibu Bryan) agar meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan dalam rumah tangga mereka.

“Tumben Papa nyari pembantu yang muda,” sahut Bryan.

“Ya, Tuan Muda. Si Nina itu baru aja lulus SMA. Dia jauh-jauh dari kampung sengaja merantau ke Jakarta buat cari kerja, tambahan biaya kuliah. Kata dia, sengaja jadi pembantu yang tinggal di dalam, jadi bisa hemat, gak perlu keluar biaya buat bayar kosan dan makan pun ditanggung kalau jadi ART. Makanya Tuan Fredrinn rada kasian sama anak itu. Jadi diterima kerja di sini deh, walaupun masih muda banget.”

Bryan mengelus dagunya sambil tersenyum licik. ‘Oh jadi anak itu kepengen kuliah, ya. Sepertinya aku bisa membantunya,’ batinnya.

FLASHBACK OFF

*

Bryan langsung terbangun ketika ia merasa Nina sudah pergi dari kamarnya. Dengan cepat Bryan menyusuli Nina yang sudah berada beberapa langkah dari pintu kamarnya. Bryan langsung menarik lengan Nina agar gadis itu kembali masuk ke dalam ruangan.

“Tuan mau berbuat apa lagi ke saya, huh?!!” tanya Nina pasrah diiringi tangisan.

Bryan pun mengunci pintu kamarnya agar tidak ada orang yang bisa melihat mereka. “Ssstt!! Diam kamu, Nina! Jangan berisik, nanti yang lain terbangun kayak mana?”

“Saya salah apa sama Tuan? Kenapa tega sekali membuat saya sengsara. Huhuhu.” Nina berbicara dengan bibir bergetar sembari sesekali memegangi dadanya yang sesak.

Bryan segera menutup mulut Nina menggunakan tangannya. “Jangan menangis lagi, bodoh! Dikasih yang enak-enak kok hebohnya minta ampun! Justru aku lihatnya kamu yang keenakan banget.”

Nina kembali berbicara setelah Bryan menjauhkan tangannya dari mulutnya. “Tuan yang maksa saya! Saya gak mau melakukan ini!” protes Nina. Air mata gadis itu mulai berhenti dan mengering. Justru saat ini Nina merasa sangat kesal terhadap Bryan.

“Tapi kamu juga menikmati, kan?” tanya Bryan. Bryan mulai panas, kembali ia memegangi leher Nina dan merabanya. Nina langsung menahan tangan sang majikan dan membuangnya dengan kasar.

“Sudahlah, Tuan! Jangan lakukan ini lagi! Atau saya akan melaporkan ini ke polisi!” ancam Nina tegas. Berusaha sok kuat dan berani di depan Bryan, walaupun sebenarnya ia sangat takut apabila Bryan melakukan hal itu lagi kepadanya.

Bryan tertawa sumbang terdengar mengejek. “Hahaha. Seorang sepertimu? Mau melapor ke polisi? Apa aku gak salah dengar? Polisi pasti hanya menertawakanmu! Apa kau punya bukti kuat bahwa aku yang memaksamu? Apa kau punya rekaman peristiwa tadi? Tidak ada, Sayang! Tidak ada!”

Hati Nina kembali menciut. Benar juga apa kata Bryan. Dia tidak punya bukti apa pun soal kejadian ini. Terlebih lagi dirinya bukan orang yang berkuasa, bahkan tidak punya uang untuk menyelesaikan kasus ini di ranah hukum.

“Aku akan melapor ke Tuan Fredrinn!” kata Nina lagi.

“Coba saja lapor kalau kau berani! Ingat ya, kau bekerja di rumah siapa? Yang mempekerjakanmu itu adalah papaku sendiri! Tidak mungkin dia percaya omongan dari seorang pembantu sepertimu! Baginya kau hanyalah sampah yang harus dibuang!”

Nina tertegun. Kali ini dia kalah telak dengan tuan mudanya.

“Aku punya penawaran baik untukmu,” ucap Bryan.

Related chapters

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 3. Tawaran yang Enak-Enak

    “Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.PLAK!!Sebuah tampa

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 4. Kesepakatan

    Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara yan

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 5. Meminta Jatah

    Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.“Tu-Tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina Sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”Nina menggeleng denga

    Last Updated : 2024-12-23
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 6. Pagi yang Nikmat

    Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu DP semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan mudanya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan menampakkan senyum tipis karena melihat Nina menatapnya tanpa berkedip

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 7. Ketahuan?

    “Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.“Tuan, ja-jangan dulu…. akkhhh…”Bryan tidak mau menunda lagi. Ia langsung mendorong masuk adik kecilnya seca

    Last Updated : 2025-01-08
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 8. Uang dari Mana?

    “Tidak, aku jamin semuanya bakalan aman. Kamu santai saja,” balas Bryan berusaha menenangkan Nina.Setelah mereka berpakaian lengkap, Bryan mengintip lebih dulu sebelum menyuruh Nina keluar.“Nina, ayo keluar. Gak ada siapa-siapa di sini. Semuanya pada di lantai bawah.”Nina mengangguk pelan kemudian melangkah keluar dari kamar Bryan. Dirinya kembali melanjutkan pekerjaan rumah. Sedangkan Bryan turun ke bawah untuk sarapan bersama sang ayah.*“Ehhem.” Bryan sengaja berdeham saat tiba di meja makan. Dirinya memperhatikan Fredrinn yang sangat sibuk memperhatikan layar ponsel.Fredrinn yang menyadari kedatangan putranya pun segera meletakkan ponsel miliknya ke atas meja dan fokus kepada Bryan.“Papa memanggilku?” tanya Bryan singkat dengan nada yang datar. Ia pun langsung melahap hidangan yang telah tersaji di depan mata tanpa memedulikan perkataan Fredrinn selanjutnya.“Besok

    Last Updated : 2025-01-10
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 9. Mesum di Toilet

    Nina bisa mendengar jelas bahwa ibunya sedang cemas padanya. Nina terpaksa berbohong. “Duit ini dari majikan Nina, Bu. Nina juga meminjamnya. Majikan Nina kasian mendengar berita bahwa Bapak harus dioperasi secepatnya tapi terkendala biaya. Makanya Nina dipinjemin duit sebanyak ini. Dan bisa dikembalikan kapan saja katanya.”Di seberang telepon terdengar helaan napas lega dari Aliyah. “Syukurlah, Nak, kamu dapat majikan yang baik hati. Ibu sempat khawatir mengenai asal uang itu. Ingat selalu pesan Ibu, jaga diri kamu baik-baik di sana, ya! Jangan terpengaruh hal-hal buruk di sana. Kalau soal biaya rumah sakit Bapak, kamu jangan khawatir, Nak. Ibu sudah mendapatkan pinjaman dari juragan beras di kampung kita dan juga sumbangan dari para tetangga. Kamu kembalikan saja uang itu ke majikanmu, Nak. Dan katakan terima kasih karena sudi membantu kita, meskipun uang itu tidak jadi dipakai.”“Ba-baiklah, Bu. Nina tutup teleponnya ya, Bu. Nina mau n

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 10. Terciduk Laras?

    “Mau melakukan apa?” tanya Bryan dingin.“Mencicipi punya, Tuan. Jangan marah-marah lagi ya, Tuan. Nanti gantengnya hilang,” goda Nina dengan terpaksa. Ia melakukannya agar Bryan tidak murka padanya. Nina takut jika dirinya dipecat dari kerjaan.Nina merasa lega saat Bryan menampakkan senyum tipis.“Anak pinter. Lain kali jangan berani menolak permintaanku lagi, ya.”“I-iya, Tuan. Saya janji.”“Sekarang kamu jongkok dan buka celanaku.”Tanpa melawan lagi, Nina menuruti semua permintaan Bryan. Ia perlahan membuka celana milik Bryan. Pipi Nina seketika merah merona saat berhadapan dengan alat tempur Bryan. Meskipun masih menciut, barang itu masih menunjukkan keperkasaannya.“Bangunkan dia, sayang. Perlakukan dia dengan lembut. Berikan sentuhan terbaikmu.”Nina meneguk ludah susah payah. Ia sangat malu dan tidak mau melakukan hal ini. Nina mendongakkan kepala

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 57. Menjadi Sarapan Pagimu

    Bryan terkekeh mendengarnya. “Bahaya kamu, Nin. Sudah mulai nakal ya.”Bryan pun mengarahkan tongkat pusakanya ke mulut Nina. Sementara Nina mendadak panik saat Bryan bersungguh-sungguh melakukan itu. “S-saya tadi cuman bercanda, Tuan,” katanya. Tetapi Bryan tidak berhenti. Sontak Nina langsung menutup mulutnya dengan cepat.“Ayo dong, sayang. Buka mulutnya. Katanya tadi kepengen ngemut permen lolipop.”Nina menggeleng-geleng. Ia masih menutup mulutnya dengan rapat.Bryan tidak tinggal diam. Lelaki itu menggesek-gesek bibir Nina dengan alat tempurnya. “Come on, Baby. Buka pintunya. Adik aku mau masuk nih. Apa kamu gak kasihan lihat dia kedinginan di luar, hm?”Nina terus menggeleng. Gadis itu lalu memalingkan wajahnya, menjauhi adik kecil Bryan.Bryan akhirnya pasrah. Ia kini memakai kembali boxernya itu, menutupi sang junior yang sudah sangat kedinginan terkena hawa dari AC di kamarny

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 56. Lolipop Mayones

    "Sengaja. Biar pijatanmu langsung terasa di badanku. Kalau pake baju kurang terasa, soalnya kehalang sama kain,” jawab Bryan dengan wajah datarnya.Nina mengangguk paham. Rasa waspadanya pun hilang saat mendengar jawaban itu. Terlebih lagi, ekspresi wajah Bryan tampak datar, tidak mencurigakan.“Oh iya, Tuan. Benar juga.”Nina pun mulai mengerjakan tugasnya. Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil memijati Bryan yang sedang berbaring santai di sana. Nina dengan telatennya memijat lengan kiri Bryan lalu berpindah ke lengan kanan.“Coba pijat di bagian dadaku, Nin. Soalnya yang pegal di bagian itu,” imbuh Bryan modus.“Di sini ya, Tuan?” tanya Nina sembari meletakkan kedua tangannya pada dada atletis majikannya.“Iya, di situ. Pijat yang lembut ya. Jangan kuat-kuat, ntar malah tambah nyeri.”Nina hanya mengangguk kecil dan mulai memijat pada area dada Bryan. Diurutnya area itu, diteka

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 55. Bryan Modus

    Bryan memicingkan mata. Seolah tak percaya dengan omongan Nina. “Masa sih? Kok bisa bibirku berdarah? Kok kayak gak ada apa-apa,” ucapnya sambil mengusap-usap bibirnya sendiri.Melihat wajah Nina yang sudah memerah karena malu, membuat Bryan tertawa kecil.Nina lalu mengangkat wajahnya, menatap Bryan yang kini sudah bisa bersuara bahkan tertawa bahagia. “Ih, kok Tuan Bryan malah ketawa sih?”“Soalnya kamu lucu.”“Lucu? Tapi saya gak lagi ngelawak, Tuan.”Tiba-tiba Bryan hendak bangkit dari posisi tidurnya. Ia berusaha untuk duduk, meskipun kepalanya masih terasa berat.“Tuan Bryan jangan banyak gerak dulu,” tegur Nina panik.Nina pun berinisiatif membantu Bryan dengan memegangi kedua lengannya. “Hati-hati, Tuan.”Bryan menghela napas panjang kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Ia lalu memijat keningnya yang terasa pusing, seakan a

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 54. Ciumanmu Menggoda!

    Bryan segera memejamkan matanya kembali saat Nina sudah semakin dekat dengannya. Bryan berpura-pura, seolah dirinya masih belum sadar. Ia ingin mendengar kalimat-kalimat yang akan Nina katakan selanjutnya.Nina pun kembali duduk di samping ranjang Bryan. Kini Nina sudah tidak menangis lagi. Dirinya telah pasrah dengan keadaan. Ia hanya berharap agar Bryan segera sadarkan diri.‘Ayo dong, Nina. Bicara lagi. Aku mau mendengar suaramu,’ batin Bryan.‘Aku harus ngapain ya, biar Tuan Bryan cepat sadar. Apa aku nyanyi saja? Siapa tau dengan begitu dia segera terbangun,’ pikir Nina dalam hati.Sejenak Nina mengambil napas. Dan ia pun kembali berbicara.Tiba-tiba saja, Bryan mendengar Nina sedang menyanyikan lagu untuknya.Ada berondong muda~Tebar-tebar pesona~Sukanya daun muda~Dia lupa dosanya~Berondong-berondong muda~Jelalatan cari mang

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 53. Cepatlah Sadar, Tuan!

    “Hush. Jangan berpikiran yang aneh-aneh, Nduk! Lagian suster tadi kan sudah mengatakan kondisi Tuan Muda sudah stabil. Mungkin sepuluh menit lagi sudah sadar. Kita berpikir positif saja ya, Nduk.”Nina mengangguk kecil.Tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh dari perut Bi Lastri. Wanita tua itu pun bangkit dari sofanya. “Nina, Bibi keluar dulu ya.”“Bibi mau ke mana?”“Bibi mau cari makan dulu buat kita, Nduk. Kita belum makan siang loh dari tadi. Bibi sudah lapar banget. Kamu mau dibelikan makanan apa, Nduk?”“Terserah saja, Bi.”“Ya sudah kalau gitu. Bibi tinggal sebentar ya. Kamu jangan ke mana-mana. Tunggu Bibi sampai kembali. Ok?”“Oke, Bi,” jawab Nina disertai sebuah anggukan kecil.Sekarang tinggal Nina dan Bryan berdua di dalam ruang rawat VVIP yang lumayan besar itu. Fasilitas di ruangan itu pun terbilang lengkap. Desain dan tata ruangn

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 52. Aku Khawatir!

    “A-apa? Serius kamu, Sarah? Kamu gak lagi ngeprank Bibi, kan?”“Ya serius dong, Bi!”Bi Lastri kalang kabut, membereskan semuanya lalu mencuci tangan. Begitu pun dengan Nina.“Ayo kita ke rumah sakit sekarang!” kata Bi Lastri.“Terus siapa yang jaga rumah, Bi?” tanya Sarah. Ia lalu melirik ke Nina. “Kamu aja ya, yang jaga rumah.”Nina menggeleng dengan cepat. “Saya juga mau ikut ke rumah sakit, Mbak. Saya gak mau jaga rumah.”“Kamu saja yang jaga rumah, Sarah!” suruh Bi Lastri. Tidak memberi celah kepada Sarah untuk menolak.Sarah pun mengangguk pelan. Kemudian Bi Lastri dan Nina bergegas bersiap-siap, berganti pakaian lalu berangkat ke rumah sakit tujuan menggunakan taksi.Sepanjang perjalanan, tubuh Nina terasa lemas tak bertenaga ketika mendengar kabar bahwa Bryan jatuh pingsan dan kini dilarikan ke rumah sakit. Perasaan bersalah menyelimuti

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 51. Bryan Pingsan

    “Iya, Pa. Maaf,” sahut lirih Bryan dengan lemas.“Buat apa kamu lemesin suara, hah? Sengaja? Mau berpura-pura sakit di depan Papa?” Tuduhan yang dilontarkan oleh Fredrinn berhasil menorehkan rasa perih di hati Bryan.“Aku beneran lagi gak enak badan, Pa,” jawabnya memelas.“Jadi anak laki-laki itu jangan lemah, Bryan! Kamu cuman sakit sedikit saja sikapnya sudah kayak sakaratul maut saja! Cepat ke kantor! Jangan sampai investor kita tidak sudi menjalin kerja sama lagi dengan perusahaan. Kamu mau lihat perusahaan Papa bangkrut? Kalau nanti Papa bangkrut, dari mana uang buat membayar pengobatan Mama?!”Bryan menarik napas panjang kemudian berkata pasrah. “Baiklah, Pa. Aku akan ke kantor sekarang juga.”Sebenarnya Bryan merasa tidak sanggup, bahkan untuk bergerak sedikit saja kepalanya sudah terasa pusing. Tetapi jika semua ini berkaitan dengan sang ibunda, Bryan pun memilih untuk menuruti ke

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 50. Aku Bukan Robotmu, Pa!

    Keesokan harinya…Jam dinding telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, namun belum ada tanda-tanda Bryan sudah terbangun atau belum. Sedari pulang kantor kemarin, Bryan langsung masuk ke dalam kamarnya dan melewatkan makan malamnya.Bi Lastri yang biasanya selalu memberikan sarapan kepada majikannya itu seketika cemas, karena sudah pukul segini Bryan belum juga turun ke bawah untuk sarapan.Tringg…. Tring… Tringg…Telepon rumah berbunyi. Bi Lastri sigap menjawab panggilan suara tersebut.“Halo. Dengan kediaman keluarga Lawrence. Ada yang bisa saya bantu?” sapa Bi Lastri ramah.“Ini saya, Bi,” sahut si penelpon. Suaranya terdengar familiar.“Oh, Tuan Besar. Ada apa, Tuan?” tanya Bi Lastri.“Apa Bryan ada di rumah, Bi? Kenapa jam segini dia belum berangkat ke kantor? Saya sudah telepon nomernya berkali-kali, tapi gak diangkat. Apa dia masih tidur, Bi?”“I-iya, Tuan Besar. Sepertinya Tuan Muda masih tidur. Soalnya pintu kamarn

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 49. Gundah

    Bryan mencari Bi Lastri dengan membawa boneka jumbo itu dalam dekapannya.“Bi Lastri, seperti biasa ya,” ucapnya kala bertemu dengan wanita tua itu.Bi Lastri yang sudah paham pun langsung menganggukkan kepalanya pelan dan mengambil boneka itu dari Bryan.Setelahnya, Bryan memutuskan untuk beristirahat lebih awal di kamarnya.*Di sisi lain, Nina saat ini sedang asik membaca buku di dalam kamarnya. Sejenak ia lirikkan matanya ke arah kalender yang tertempel di dinding kamarnya itu. Empat hari lagi genap sebulan dirinya bekerja di rumah mewah ini.‘Tidak terasa, empat lagi aku akan resign dari kerjaan ini,’ batin Nina.Dari awal, setelah mendapati Bryan bermain dengan seorang gadis di kantor waktu itu, membuat Nina berpikir untuk berhenti bekerja. Apalagi setelah kejadian dirinya yang ditampar oleh Bryan, membuat Nina semakin yakin dengan keputusannya untuk resign.Nina tidak bisa berlam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status