BAB 2. AWAL MULA PETAKA
Nina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.
*
Sebelum kejadian…
Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.
“Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada supir yang membukakan pintu untuknya.
“Sama-sama, tuan muda.”
Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat Papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.
“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya itu tidak digubris sama sekali oleh Fredrinn (Papa Bryan).
Pria berusia 49 tahun itu pun bergegas masuk ke dalam mobil Porsche edisi terbatas miliknya dan melaju ke rumah sakit, tempat sang istri dirawat. Rosalina, ibu Bryan mengidap penyakit kanker hati dan diharuskan menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Bryan membuang napas kasar. Lagi-lagi Papanya selalu saja menganggap dirinya tidak ada. Bryan pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan langsung disambut oleh empat orang pelayan, termasuk Nina.
Bryan menatap lekat-lekat Nina. Wajah baru di rumahnya. Nina baru semingguan bekerja di rumah itu. Tentu saja Bryan tidak mengenalnya.
“Selamat datang kembali, tuan muda. Apa tuan mau makan?” tanya Bi Lastri, asisten rumah tangga yang sudah berusia senja. Ia telah bekerja di rumah itu kira-kira lima belas tahun lamanya.
“Gak usah, Bi. Aku sudah makan di perjalanan tadi,” jawab Bryan dingin. Keempat pembantunya sudah kembali dalam pekerjaan mereka masing-masing. Hanya Bi Lastri yang masih berdiri di sisi Bryan. Bi Lastri sudah mengenal karakter Bryan yang manja. Dia tidak akan pergi sebelum Bryan mengucapkan sesuatu yang dibutuhkannya.
“Apa tuan muda mau dibikinkan es kopi susu?” tawar Bi Lastri.
“Boleh deh, Bi.” Segera Bi Lastri melangkah ke dapur untuk menyiapkan es kopi susu favorit Bryan.
Bryan berjalan menuju ruang keluarga sembari mengibas-ngibaskan tangannya karena gerah. “Jakarta makin hari makin panas saja!” keluhnya. Bryan lalu membuang badannya ke sofa empuk yang ada di ruangan itu untuk beristirahat sejenak. Tiba-tiba seorang pelayan, tak lain adalah Nina berjalan melewati ruangan tersebut untuk mengambil sesuatu.
“Hey kau!” pekik Bryan memanggil Nina. “Kau pembantu baru di sini ya?”
Nina menunduk kemudian menghampiri Bryan. “Iya, tuan muda. Ada yang bisa saya bantu?”
“Kau tidak lihat aku sangat keringatan di sini?!”
Nina terdiam. Tidak paham dengan kalimat Bryan. Sesaat kemudian, Nina akhirnya paham maksud tuannya. Nina mengambil remote control untuk menyalakan AC di ruangan tersebut.
“Aku tidak menyuruhmu menyalakan AC itu!”
“M-maaf, Tuan muda. Jadi apa yang harus saya lakukan, ya?” tanya Nina kebingungan.
“Kemari. Buka bajuku dan lap keringatku.”
Nina sempat diam beberapa detik dan membatin, ‘Apa dia tidak bisa melakukannya sendiri, ya? Kenapa harus menyuruh aku segala?’
“Heh, cepat!”
“B-baik, tuan muda.” Mau tidak mau, Nina membuka kemeja Bryan yang sedikit basah akibat keringat dan mengelapnya menggunakan handuk kecil yang tersedia di ruangan itu.
Setelah Nina menyelesaikan tugasnya, Bryan menyuruhnya untuk pergi. Tidak lama, Bi Lastri pun datang membawakan segelas es kopi susu kesukaannya. Sangat nikmat diminum ketika cuaca terik seperti sekarang.
“Bi, kenapa Papa menambah pembantu lagi?” tanya Bryan kebingungan. Bi Lastri yang tau segala sesuatunya pun menjawab.
“Hum, iya, tuan muda. Tuan Fredrinn sengaja mempekerjakan pembantu baru, soalnya Mbak Inem kan sudah resign. Pulang kampung, katanya mau ikut suaminya aja kerja di Indramayu,” jelas Bi Lastri dibalas dengan anggukan kecil dari Bryan.
“Tapi kok kayaknya dia masih muda banget ya, Bi?”
“Ya jelas, Tuan. Wong umurnya aja masih 18 tahun, tuan.”
Bryan tampak terkejut. Sebab selama ini, jika Papanya mencari seorang pekerja rumah tangga haruslah yang berusia 30 tahun ke atas atau yang sudah berkeluarga. Semua itu adalah permintaan dari Rosalina (ibu Bryan) agar meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan dalam rumah tangga mereka.
“Tumben Papa nyari pembantu yang muda,” sahut Bryan.
“Ya, tuan muda. Si Nina itu baru aja lulus SMA. Dia jauh-jauh dari kampung sengaja merantau ke Jakarta buat cari kerja, tambahan biaya kuliah. Kata dia, sengaja jadi pembantu yang tinggal di dalam, jadi bisa hemat, gak perlu keluar biaya buat bayar kosan dan makan pun ditanggung kalau jadi ART. Makanya Tuan Fredrinn rada kasian sama anak itu. Jadi diterima kerja di sini deh, walaupun masih muda banget.”
Bryan mengelus dagunya sambil tersenyum licik. ‘Oh jadi anak itu kepengen kuliah, ya. Sepertinya aku bisa membantunya,’ batinnya.
FLASHBACK OFF
*
Bryan langsung terbangun ketika ia merasa Nina sudah pergi dari kamarnya. Dengan cepat Bryan menyusuli Nina yang sudah berada beberapa langkah dari pintu kamarnya. Bryan langsung menarik lengan Nina agar gadis itu kembali masuk ke dalam ruangan.
“Tuan mau berbuat apa lagi ke saya, huh?!!” tanya Nina pasrah diiringi tangisan.
Bryan pun mengunci pintu kamarnya agar tidak ada orang yang bisa melihat mereka. “Ssstt!! Diam kamu, Nina! Jangan berisik, nanti yang lain terbangun kayak mana?”
“Saya salah apa sama tuan? Kenapa tega sekali membuat saya sengsara. Huhuhu.” Nina berbicara dengan bibir bergetar sembari sesekali memegangi dadanya yang sesak.
Bryan segera menutup mulut Nina menggunakan tangannya. “Jangan menangis lagi, bodoh! Dikasih yang enak-enak kok hebohnya minta ampun! Justru aku lihatnya kamu yang keenakan banget.”
Nina kembali berbicara setelah Bryan menjauhkan tangannya dari mulutnya. “Tuan yang maksa saya! Saya gak mau melakukan ini!” protes Nina. Air mata gadis itu mulai berhenti dan mengering. Justru saat ini Nina merasa sangat kesal terhadap Bryan.
“Tapi kamu juga menikmati, kan?” tanya Bryan. Bryan mulai panas, kembali ia memegangi leher Nina dan merabanya. Nina langsung menahan tangan sang majikan dan membuangnya dengan kasar.
“Sudahlah, Tuan! Jangan lakukan ini lagi! Atau saya akan melaporkan ini ke polisi!” ancam Nina tegas. Berusaha sok kuat dan berani di depan Bryan, walaupun sebenarnya ia sangat takut apabila Bryan melakukan hal itu lagi kepadanya.
Bryan tertawa sumbang terdengar mengejek. “Hahaha. Seorang sepertimu? Mau melapor ke polisi? Apa aku gak salah dengar? Polisi pasti hanya menertawakanmu! Apa kau punya bukti kuat bahwa aku yang memaksamu? Apa kau punya rekaman peristiwa tadi? Tidak ada, Sayang! Tidak ada!”
Hati Nina kembali menciut. Benar juga apa kata Bryan. Dia tidak punya bukti apa pun soal kejadian ini. Terlebih lagi dirinya bukan orang yang berkuasa, bahkan tidak punya uang untuk menyelesaikan kasus ini di ranah hukum.
“Aku akan melapor ke Tuan Fredrinn!” kata Nina lagi.
“Coba saja lapor kalau kau berani! Ingat ya, kau bekerja di rumah siapa? Yang mempekerjakanmu itu adalah Papaku sendiri! Tidak mungkin dia percaya omongan dari seorang pembantu sepertimu! Baginya kau hanyalah sampah yang harus dibuang!”
Nina tertegun. Kali ini dia kalah telak dengan tuan mudanya.
“Aku punya penawaran baik untukmu,” ucap Bryan.
“Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.PLAK!!Sebuah tamp
Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara ya
Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.“Tu-tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”Nina menggeleng deng
Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu dp semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan muda-nya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan me
“Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.
“Tu-Tuan muda? Ke-kenapa tuan muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga
“Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.
Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu dp semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan muda-nya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan me
Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.“Tu-tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”Nina menggeleng deng
Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara ya
“Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.PLAK!!Sebuah tamp
BAB 2. AWAL MULA PETAKANina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.*Sebelum kejadian…Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.“Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada supir yang membukakan pintu untuknya.“Sama-sama, tuan muda.”Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat Papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya
“Tu-Tuan muda? Ke-kenapa tuan muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga