Share

Bab 5. Meminta Jatah

Author: Kak Gojo
last update Last Updated: 2024-12-23 21:43:44

Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.

“Tu-Tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.

Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina Sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”

Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”

Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.

“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”

Nina menggeleng dengan cepat.

Bryan terkekeh. “Oh ya, aku lupa. Kita sudah melakukannya kemarin. Tapi, apakah aku lelaki pertama yang melakukannya? Bisa dilihat dari gerakanmu yang kaku.”

Nina hanya diam sembari menunduk malu.

“Ah, tidak apa. Biar aku ajarkan bagaimana caranya menyenangkan tuanmu ini di atas ranjang,” lanjut Bryan berbisik di telinga Nina. Gadis itu hanya menganggukkan kepala.

Bryan kembali membungkam Nina dengan bibirnya. Meski awalnya menolak, tapi sekarang Nina mulai terjatuh dalam permainan mulut tuan mudanya. Nina perlahan tapi pasti mulai membalas lumatan Bryan. Bryan pun menarik pinggang sang gadis untuk mendekat demi memperdalam aksi cumbuan panas mereka. Tak mau kalah, Nina mengalungkan kedua tangannya di leher tuannya.

Ciuman itu semakin dalam, satu tangan Bryan mulai meremas satu buah dada padat yang masih bersembunyi di balik kaos milik Nina.

“Ahhh…” Nina mendesah ketika pagutan bibir mereka lepas. Desahan itu tanpa sengaja mengundang gairah Bryan lebih dalam.

“Holy shit!! Desahanmu merdu sekali. Punyaku semakin mengeras,” gumam Bryan dengan suara paraunya. “Akan aku buat kamu mendesah lebih keras,” ucapnya lagi.

Tanpa basa-basi Bryan langsung mendorong tubuh Nina untuk berbaring di ranjang. Kemudian ia tarik kancing rok Nina dan membukanya. Kini terpampanglah sudah dengan jelas dalaman yang Nina kenakan. Bryan mulai menggesek-gesekkan jari-jarinya pada kain tipis itu. Membuat Nina semakin tak kuasa menahan desahannya.

“Jangan malu-malu, Baby. Keluarkan saja suaramu.” Bryan pun memutuskan untuk melepaskan kain tipis itu. Bryan menelan ludah susah payah ketika melihat milik Nina yang sudah basah. “Punyamu menggiurkan sekali. Aku jadi ingin mencicipinya. Bolehkan?” tanya Bryan tanpa berkedip. Ia masih menatap pemandangan indah di depan matanya.

Berbeda dengan yang kemarin. Kali ini Bryan sangat berbeda, memperlakukan Nina lebih lembut dan terkesan tidak memaksa seperti kejadian sebelumnya. Bryan ingin menciptakan kesan yang ramah pada asisten rumah tangganya itu malam ini. Namun jawaban yang diberikan Nina sungguh diluar ekspetasinya. Nina justru menolak permintaannya.

“Tidak boleh,” jawab Nina dengan suara gemetar. Ia takut jika Bryan akan marah padanya.

Dan benar saja, ekspresi tuan muda langsung berubah menjadi tidak ramah seperkian detik. “Sepertinya kau tidak bersungguh-sungguh melakukan pekerjaanmu. Apakah kau tidak jadi dengan penawaranku?” tanyanya dingin. Aura wajahnya mulai serius.

Nina kemudian merubah posisinya. Ia duduk dan mengambil selimut demi menutupi area sensitifnya. “Kita bahkan belum membuat kesepakatan, Tuan. Kata Tuan, malam ini kita akan membahas soal penawaran Tuan lebih dulu sebelum melakukan yang lain. Saya ingin tau berapa bayaran yang akan Tuan Bryan berikan dalam sekali main?”

Tanpa berkata apa-apa, Bryan segera mengambil ponsel canggihnya dan membuka sebuah aplikasi. “Sebutkan nomer rekeningmu,” ucapnya singkat.

Nina sebenarnya ragu. Apa Bryan akan memberikan bayarannya langsung malam ini juga?

“Sebentar, Tuan. Saya tidak hapal.” Nina turun dari ranjang dan memakai kembali rok miliknya.

“Mau ke mana kamu?” tanya Bryan ketus.

“Ke bawah, Tuan. Saya mau ngambil hp dulu. Soalnya saya gak hapal—”

Bryan langsung melemparkan duitnya secara cash ke hadapan Nina. Lembaran uang berwarna merah berhamburan di atas lantai. Melihat itu, Nina segera memungut dan menghitungnya satu per satu.

Bryan tersenyum remeh ketika melihat Nina yang sangat antusias dengan pemberiannya itu. “Ckckck. Apa semua gadis di zaman sekarang bisa dibayar dengan uang?” sindirnya.

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bryan membuat Nina tertampar. Tapi ia mencoba untuk tidak peduli dengan sindiran-sindiran halus dari tuan mudanya. Terpenting sekarang Nina bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sang ayah. Apa pun yang harus Nina kerjakan, akan ia lakukan. Walaupun harus mengorbankan harga dirinya sendiri.

“Sekarang baliklah ke kamarmu. Aku sudah tidak bergairah. Karena kau, malam yang indah ini jadi hancur!”

“M-maaf, Tuan,” ucap Nina menundukkan kepala. Kedua tangannya sudah penuh dengan lembaran kertas yang berharga.

“Nanti pagi kau harus membayarnya! Ingat itu!”

Nina hanya mengangguk pelan.

“Sudah sana! Pergilah.”

Nina pun melangkah keluar dari kamar tuan muda. Bibirnya mulai menampakkan senyuman tipis. Ia sedikit bahagia karena mendapatkan uang dari Bryan yang totalnya lumayan banyak. Nina kembali ke lantai satu dan masuk ke dalam kamarnya. Di sana, ia mencoba menghubungi sang ibu untuk memberi tau bahwa dirinya sudah mendapatkan sebagian dari biaya operasi yang dibutuhkan.

**

Keesokan paginya, seperti biasa Nina melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang pembantu.

“Nina, hari ini giliran kamu dan Laras yang beberes rumah ya. Biar Bibi sama Sarah yang ngurus dapur,” ucap Bi Lastri kepada Nina.

“Oh, oke, Bi.” Nina begitu bersemangat pagi ini. Ia segera mengambil sapu dan alat pendukung lainnya kemudian bergegas membersihkan setiap sudut rumah itu. Sementara Bi Lastri dan Sarah mulai membuat sarapan pagi.

Tampak Laras yang baru keluar dari kamarnya, berjalan menuju Nina. “Eh, Nina! Kamu beberes duluan aja. Nanti saya nyusul,” ucap Laras seenak jidat. Dirinya selalu memanfaatkan Nina dengan menyuruhnya bekerja lebih dulu agar sisa pekerjaannya yang harus ia lakukan semakin sedikit.

Nina tanpa berpikir panjang pun langsung mengiyakan perkataan Laras. “Baik, Mbak Laras. Saya duluan ya. Permisi,” ucap Nina dengan senyuman segar.

“Idih, sok ramah!” ujar Laras kala Nina sudah tak terlihat di hadapannya. Laras pun kembali masuk ke kamarnya dan membiarkan Nina bekerja duluan.

Nina mulai menjalankan tugasnya membersihkan seluruh ruangan dimulai dari lantai atas. Di sana ia melihat kamar Bryan masih tertutup rapat. Nina berpikir bahwa Bryan belum bangun. Nina menarik napas lega. Untuk sementara waktu dirinya aman dari Bryan. Ia pun bisa bebersih rumah dengan tenang, batinnya.

Tak berselang lama, pintu kamar Bryan terbuka. Lelaki itu langsung menarik Nina yang tengah sibuk menyapu koridor. Nina terhentak kaget saat seseorang menarik tangannya dari belakang. Sapu yang dipegangnya pun terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Tu-Tuan?” ucap Nina dengan mata membulat.

Tanpa banyak bicara, Bryan membawa Nina masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu itu.

“Aku ingin sarapan,” kata Bryan dengan suara seraknya.

“Sarapan masih dibuat sama Bi Lastri, Tuan,” jawab Nina sembari melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi.

“Kau ini berlagak polos atau gimana, huh?”

Nina menatap wajah Bryan dengan kebingungan. Apa maksud ucapan dari tuannya itu? Sarapan apa yang dimaksud oleh Bryan? Seketika Nina langsung paham ketika Bryan mulai mengelus-elus sesuatu di balik celana yang pria itu pakai.

“Adik kecilku butuh sarapan, Sayang. Apa kamu bisa memberikannya makanan yang lezat dan bergizi?”

Related chapters

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 6. Pagi yang Nikmat

    Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu DP semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan mudanya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan menampakkan senyum tipis karena melihat Nina menatapnya tanpa berkedip

    Last Updated : 2025-01-07
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 7. Ketahuan?

    “Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.“Tuan, ja-jangan dulu…. akkhhh…”Bryan tidak mau menunda lagi. Ia langsung mendorong masuk adik kecilnya seca

    Last Updated : 2025-01-08
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 8. Uang dari Mana?

    “Tidak, aku jamin semuanya bakalan aman. Kamu santai saja,” balas Bryan berusaha menenangkan Nina.Setelah mereka berpakaian lengkap, Bryan mengintip lebih dulu sebelum menyuruh Nina keluar.“Nina, ayo keluar. Gak ada siapa-siapa di sini. Semuanya pada di lantai bawah.”Nina mengangguk pelan kemudian melangkah keluar dari kamar Bryan. Dirinya kembali melanjutkan pekerjaan rumah. Sedangkan Bryan turun ke bawah untuk sarapan bersama sang ayah.*“Ehhem.” Bryan sengaja berdeham saat tiba di meja makan. Dirinya memperhatikan Fredrinn yang sangat sibuk memperhatikan layar ponsel.Fredrinn yang menyadari kedatangan putranya pun segera meletakkan ponsel miliknya ke atas meja dan fokus kepada Bryan.“Papa memanggilku?” tanya Bryan singkat dengan nada yang datar. Ia pun langsung melahap hidangan yang telah tersaji di depan mata tanpa memedulikan perkataan Fredrinn selanjutnya.“Besok

    Last Updated : 2025-01-10
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 9. Mesum di Toilet

    Nina bisa mendengar jelas bahwa ibunya sedang cemas padanya. Nina terpaksa berbohong. “Duit ini dari majikan Nina, Bu. Nina juga meminjamnya. Majikan Nina kasian mendengar berita bahwa Bapak harus dioperasi secepatnya tapi terkendala biaya. Makanya Nina dipinjemin duit sebanyak ini. Dan bisa dikembalikan kapan saja katanya.”Di seberang telepon terdengar helaan napas lega dari Aliyah. “Syukurlah, Nak, kamu dapat majikan yang baik hati. Ibu sempat khawatir mengenai asal uang itu. Ingat selalu pesan Ibu, jaga diri kamu baik-baik di sana, ya! Jangan terpengaruh hal-hal buruk di sana. Kalau soal biaya rumah sakit Bapak, kamu jangan khawatir, Nak. Ibu sudah mendapatkan pinjaman dari juragan beras di kampung kita dan juga sumbangan dari para tetangga. Kamu kembalikan saja uang itu ke majikanmu, Nak. Dan katakan terima kasih karena sudi membantu kita, meskipun uang itu tidak jadi dipakai.”“Ba-baiklah, Bu. Nina tutup teleponnya ya, Bu. Nina mau n

    Last Updated : 2025-01-11
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 10. Terciduk Laras?

    “Mau melakukan apa?” tanya Bryan dingin.“Mencicipi punya, Tuan. Jangan marah-marah lagi ya, Tuan. Nanti gantengnya hilang,” goda Nina dengan terpaksa. Ia melakukannya agar Bryan tidak murka padanya. Nina takut jika dirinya dipecat dari kerjaan.Nina merasa lega saat Bryan menampakkan senyum tipis.“Anak pinter. Lain kali jangan berani menolak permintaanku lagi, ya.”“I-iya, Tuan. Saya janji.”“Sekarang kamu jongkok dan buka celanaku.”Tanpa melawan lagi, Nina menuruti semua permintaan Bryan. Ia perlahan membuka celana milik Bryan. Pipi Nina seketika merah merona saat berhadapan dengan alat tempur Bryan. Meskipun masih menciut, barang itu masih menunjukkan keperkasaannya.“Bangunkan dia, sayang. Perlakukan dia dengan lembut. Berikan sentuhan terbaikmu.”Nina meneguk ludah susah payah. Ia sangat malu dan tidak mau melakukan hal ini. Nina mendongakkan kepala

    Last Updated : 2025-01-12
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 11. Belum Klimaks

    Bukannya menjawab, Bryan tidak ambil pusing. Lelaki itu melanjutkan kembali memompa batangnya ke milik Nina.“Tuan Bryan, berhenti, Tuan. Saya takut.”“Dia cuman pembantu, Sayang. Kenapa harus takut?”“Saya takut keciduk, Tuan.”“Ah, jangan gugup, Nina. Dia bisa apa di hadapanku? Kalau ketahuan, aku pecat saja dia dari sini. Gampang, kan?”Rasa panik, gugup, takut, dan nikmat bercampur menyatu dalam diri Nina. Ingin rasanya mendesah, namun ia menahan diri. Samar-samar Nina masih mendengar suara Laras yang masih mencari dirinya.“Aaahhh.. hngg.. mmpss.. pe-pelan-pelan, Tuan… ouhh…” Nina tak kuasa menahan desahannya lagi karena Bryan semakin menusuknya lebih dalam dan bergoyang lebih cepat.Sementara Laras sadar, ia seperti mendengar suara percikan air dari dalam toilet di ujung dapur. Tidak hanya itu, Laras pun samar-samar mendengar suara wanita dan hantaman enta

    Last Updated : 2025-01-13
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 12. Harapan Palsu

    “Hmm… sebenarnya belum. Tapi aku gak mau mempersulit keadaan kamu. Kita berhenti dulu. Kamu lanjut pekerjaanmu, sebelum Laras kembali ke sini,” ucap Bryan menyuruh Nina keluar dari toilet.Nina pun mengangguk pelan dan bergegas memasang kembali pakaiannya dengan lengkap. Sementara Bryan masih berada dalam toilet sekaligus mandi sembari menunggu Laras datang membawakan handuk untuknya.Tidak lama kemudian Laras kembali dengan sebuah handuk di tangan, ia lalu melihat Nina yang sudah berada di dapur tengah sibuk memotong-motong sayuran.‘Sialan itu anak. Dari mana saja dia?’Tok Tok Tok“Permisi, Tuan Muda. Ini handuknya, Tuan.”Tanpa panjang lebar, Bryan membuka pintu dan hanya menampakkan tangannya. Ia pun langsung mengambil handuk itu dan melanjutkan membersihkan tubuhnya.‘Huftt.. cuek banget sih dia. Bilang terima kasih kek, apa kek. Ini main ambil-ambil aja tanpa ngomong! Susah ya pu

    Last Updated : 2025-01-14
  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 13. Kamu Bikin Aku Candu!

    Malam hari, tepatnya pukul dua belas malam. Nina masih terbangun. Ia duduk sambil terus-terusan menatap layar hp miliknya, menantikan pesan masuk dari sang majikan. Walaupun matanya sudah tampak sayu karena menahan ngantuk, namun Nina berusaha semaksimal mungkin untuk tidak tertidur.Bryan sudah berpesan padanya sejak sore hari untuk menunggunya pulang dari rumah sakit. Sore tadi Bryan berkunjung melihat keadaan Rosalina ditemani dengan Fredrinn yang sudah lebih dulu berada di sana.“Huh, Tuan Bryan lama sekali. Aku udah ngantuk banget,” keluhnya. “Apa aku tidur aja dulu, ya?”Nina memutuskan untuk tidur sebentar dan memasang alarm untuk 30 menit ke depan. Nina pun merebahkan dirinya di atas kasur tipisnya dan tak berselang lama Nina telah berada di alam bawah sadar.30 menit kemudian, alarm hp milik Nina berbunyi keras. Tetapi, Nina tidak kunjung bangun saking ngantuk beratnya dia.Di sela-sela mimpinya yang indah, terdenga

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 57. Menjadi Sarapan Pagimu

    Bryan terkekeh mendengarnya. “Bahaya kamu, Nin. Sudah mulai nakal ya.”Bryan pun mengarahkan tongkat pusakanya ke mulut Nina. Sementara Nina mendadak panik saat Bryan bersungguh-sungguh melakukan itu. “S-saya tadi cuman bercanda, Tuan,” katanya. Tetapi Bryan tidak berhenti. Sontak Nina langsung menutup mulutnya dengan cepat.“Ayo dong, sayang. Buka mulutnya. Katanya tadi kepengen ngemut permen lolipop.”Nina menggeleng-geleng. Ia masih menutup mulutnya dengan rapat.Bryan tidak tinggal diam. Lelaki itu menggesek-gesek bibir Nina dengan alat tempurnya. “Come on, Baby. Buka pintunya. Adik aku mau masuk nih. Apa kamu gak kasihan lihat dia kedinginan di luar, hm?”Nina terus menggeleng. Gadis itu lalu memalingkan wajahnya, menjauhi adik kecil Bryan.Bryan akhirnya pasrah. Ia kini memakai kembali boxernya itu, menutupi sang junior yang sudah sangat kedinginan terkena hawa dari AC di kamarny

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 56. Lolipop Mayones

    "Sengaja. Biar pijatanmu langsung terasa di badanku. Kalau pake baju kurang terasa, soalnya kehalang sama kain,” jawab Bryan dengan wajah datarnya.Nina mengangguk paham. Rasa waspadanya pun hilang saat mendengar jawaban itu. Terlebih lagi, ekspresi wajah Bryan tampak datar, tidak mencurigakan.“Oh iya, Tuan. Benar juga.”Nina pun mulai mengerjakan tugasnya. Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil memijati Bryan yang sedang berbaring santai di sana. Nina dengan telatennya memijat lengan kiri Bryan lalu berpindah ke lengan kanan.“Coba pijat di bagian dadaku, Nin. Soalnya yang pegal di bagian itu,” imbuh Bryan modus.“Di sini ya, Tuan?” tanya Nina sembari meletakkan kedua tangannya pada dada atletis majikannya.“Iya, di situ. Pijat yang lembut ya. Jangan kuat-kuat, ntar malah tambah nyeri.”Nina hanya mengangguk kecil dan mulai memijat pada area dada Bryan. Diurutnya area itu, diteka

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 55. Bryan Modus

    Bryan memicingkan mata. Seolah tak percaya dengan omongan Nina. “Masa sih? Kok bisa bibirku berdarah? Kok kayak gak ada apa-apa,” ucapnya sambil mengusap-usap bibirnya sendiri.Melihat wajah Nina yang sudah memerah karena malu, membuat Bryan tertawa kecil.Nina lalu mengangkat wajahnya, menatap Bryan yang kini sudah bisa bersuara bahkan tertawa bahagia. “Ih, kok Tuan Bryan malah ketawa sih?”“Soalnya kamu lucu.”“Lucu? Tapi saya gak lagi ngelawak, Tuan.”Tiba-tiba Bryan hendak bangkit dari posisi tidurnya. Ia berusaha untuk duduk, meskipun kepalanya masih terasa berat.“Tuan Bryan jangan banyak gerak dulu,” tegur Nina panik.Nina pun berinisiatif membantu Bryan dengan memegangi kedua lengannya. “Hati-hati, Tuan.”Bryan menghela napas panjang kemudian menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Ia lalu memijat keningnya yang terasa pusing, seakan a

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 54. Ciumanmu Menggoda!

    Bryan segera memejamkan matanya kembali saat Nina sudah semakin dekat dengannya. Bryan berpura-pura, seolah dirinya masih belum sadar. Ia ingin mendengar kalimat-kalimat yang akan Nina katakan selanjutnya.Nina pun kembali duduk di samping ranjang Bryan. Kini Nina sudah tidak menangis lagi. Dirinya telah pasrah dengan keadaan. Ia hanya berharap agar Bryan segera sadarkan diri.‘Ayo dong, Nina. Bicara lagi. Aku mau mendengar suaramu,’ batin Bryan.‘Aku harus ngapain ya, biar Tuan Bryan cepat sadar. Apa aku nyanyi saja? Siapa tau dengan begitu dia segera terbangun,’ pikir Nina dalam hati.Sejenak Nina mengambil napas. Dan ia pun kembali berbicara.Tiba-tiba saja, Bryan mendengar Nina sedang menyanyikan lagu untuknya.Ada berondong muda~Tebar-tebar pesona~Sukanya daun muda~Dia lupa dosanya~Berondong-berondong muda~Jelalatan cari mang

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 53. Cepatlah Sadar, Tuan!

    “Hush. Jangan berpikiran yang aneh-aneh, Nduk! Lagian suster tadi kan sudah mengatakan kondisi Tuan Muda sudah stabil. Mungkin sepuluh menit lagi sudah sadar. Kita berpikir positif saja ya, Nduk.”Nina mengangguk kecil.Tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh dari perut Bi Lastri. Wanita tua itu pun bangkit dari sofanya. “Nina, Bibi keluar dulu ya.”“Bibi mau ke mana?”“Bibi mau cari makan dulu buat kita, Nduk. Kita belum makan siang loh dari tadi. Bibi sudah lapar banget. Kamu mau dibelikan makanan apa, Nduk?”“Terserah saja, Bi.”“Ya sudah kalau gitu. Bibi tinggal sebentar ya. Kamu jangan ke mana-mana. Tunggu Bibi sampai kembali. Ok?”“Oke, Bi,” jawab Nina disertai sebuah anggukan kecil.Sekarang tinggal Nina dan Bryan berdua di dalam ruang rawat VVIP yang lumayan besar itu. Fasilitas di ruangan itu pun terbilang lengkap. Desain dan tata ruangn

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 52. Aku Khawatir!

    “A-apa? Serius kamu, Sarah? Kamu gak lagi ngeprank Bibi, kan?”“Ya serius dong, Bi!”Bi Lastri kalang kabut, membereskan semuanya lalu mencuci tangan. Begitu pun dengan Nina.“Ayo kita ke rumah sakit sekarang!” kata Bi Lastri.“Terus siapa yang jaga rumah, Bi?” tanya Sarah. Ia lalu melirik ke Nina. “Kamu aja ya, yang jaga rumah.”Nina menggeleng dengan cepat. “Saya juga mau ikut ke rumah sakit, Mbak. Saya gak mau jaga rumah.”“Kamu saja yang jaga rumah, Sarah!” suruh Bi Lastri. Tidak memberi celah kepada Sarah untuk menolak.Sarah pun mengangguk pelan. Kemudian Bi Lastri dan Nina bergegas bersiap-siap, berganti pakaian lalu berangkat ke rumah sakit tujuan menggunakan taksi.Sepanjang perjalanan, tubuh Nina terasa lemas tak bertenaga ketika mendengar kabar bahwa Bryan jatuh pingsan dan kini dilarikan ke rumah sakit. Perasaan bersalah menyelimuti

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 51. Bryan Pingsan

    “Iya, Pa. Maaf,” sahut lirih Bryan dengan lemas.“Buat apa kamu lemesin suara, hah? Sengaja? Mau berpura-pura sakit di depan Papa?” Tuduhan yang dilontarkan oleh Fredrinn berhasil menorehkan rasa perih di hati Bryan.“Aku beneran lagi gak enak badan, Pa,” jawabnya memelas.“Jadi anak laki-laki itu jangan lemah, Bryan! Kamu cuman sakit sedikit saja sikapnya sudah kayak sakaratul maut saja! Cepat ke kantor! Jangan sampai investor kita tidak sudi menjalin kerja sama lagi dengan perusahaan. Kamu mau lihat perusahaan Papa bangkrut? Kalau nanti Papa bangkrut, dari mana uang buat membayar pengobatan Mama?!”Bryan menarik napas panjang kemudian berkata pasrah. “Baiklah, Pa. Aku akan ke kantor sekarang juga.”Sebenarnya Bryan merasa tidak sanggup, bahkan untuk bergerak sedikit saja kepalanya sudah terasa pusing. Tetapi jika semua ini berkaitan dengan sang ibunda, Bryan pun memilih untuk menuruti ke

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 50. Aku Bukan Robotmu, Pa!

    Keesokan harinya…Jam dinding telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, namun belum ada tanda-tanda Bryan sudah terbangun atau belum. Sedari pulang kantor kemarin, Bryan langsung masuk ke dalam kamarnya dan melewatkan makan malamnya.Bi Lastri yang biasanya selalu memberikan sarapan kepada majikannya itu seketika cemas, karena sudah pukul segini Bryan belum juga turun ke bawah untuk sarapan.Tringg…. Tring… Tringg…Telepon rumah berbunyi. Bi Lastri sigap menjawab panggilan suara tersebut.“Halo. Dengan kediaman keluarga Lawrence. Ada yang bisa saya bantu?” sapa Bi Lastri ramah.“Ini saya, Bi,” sahut si penelpon. Suaranya terdengar familiar.“Oh, Tuan Besar. Ada apa, Tuan?” tanya Bi Lastri.“Apa Bryan ada di rumah, Bi? Kenapa jam segini dia belum berangkat ke kantor? Saya sudah telepon nomernya berkali-kali, tapi gak diangkat. Apa dia masih tidur, Bi?”“I-iya, Tuan Besar. Sepertinya Tuan Muda masih tidur. Soalnya pintu kamarn

  • Pemuas Hasrat Liar Tuan Mudaku   Bab 49. Gundah

    Bryan mencari Bi Lastri dengan membawa boneka jumbo itu dalam dekapannya.“Bi Lastri, seperti biasa ya,” ucapnya kala bertemu dengan wanita tua itu.Bi Lastri yang sudah paham pun langsung menganggukkan kepalanya pelan dan mengambil boneka itu dari Bryan.Setelahnya, Bryan memutuskan untuk beristirahat lebih awal di kamarnya.*Di sisi lain, Nina saat ini sedang asik membaca buku di dalam kamarnya. Sejenak ia lirikkan matanya ke arah kalender yang tertempel di dinding kamarnya itu. Empat hari lagi genap sebulan dirinya bekerja di rumah mewah ini.‘Tidak terasa, empat lagi aku akan resign dari kerjaan ini,’ batin Nina.Dari awal, setelah mendapati Bryan bermain dengan seorang gadis di kantor waktu itu, membuat Nina berpikir untuk berhenti bekerja. Apalagi setelah kejadian dirinya yang ditampar oleh Bryan, membuat Nina semakin yakin dengan keputusannya untuk resign.Nina tidak bisa berlam

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status