Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.
“Tu-tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.
Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”
Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”
Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.
“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”
Nina menggeleng dengan cepat.
Bryan terkekeh. “Oh ya, aku lupa. Kita sudah melakukannya kemarin. Tapi, apakah aku lelaki pertama yang melakukannya? Bisa dilihat dari gerakanmu yang kaku.”
Nina hanya diam sembari menunduk malu.
“Ah, tidak apa. Biar aku ajarkan bagaimana caranya menyenangkan tuanmu ini di atas ranjang,” lanjut Bryan berbisik di telinga Nina. Gadis itu hanya menganggukkan kepala.
Bryan kembali membungkam Nina dengan bibirnya. Meski awalnya menolak, tapi sekarang Nina mulai terjatuh dalam permainan mulut tuan mudanya. Nina perlahan tapi pasti mulai membalas lumatan Bryan. Bryan pun menarik pinggang sang gadis untuk mendekat demi memperdalam aksi cumbuan panas mereka. Tak mau kalah, Nina mengalungkan kedua tangannya di leher tuannya.
Ciuman itu semakin dalam, satu tangan Bryan mulai meremas satu buah dada padat yang masih bersembunyi di balik kaos milik Nina.
“Ahhh…” Nina mendesah ketika pagutan bibir mereka lepas. Desahan itu tanpa sengaja mengundang gairah Bryan lebih dalam.
“Holy shit!! Desahanmu merdu sekali. Punyaku semakin mengeras,” gumam Bryan dengan suara paraunya. “Akan aku buat kamu mendesah lebih keras,” ucapnya lagi.
Tanpa basa-basi Bryan langsung mendorong tubuh Nina untuk berbaring di ranjang. Kemudian ia tarik kancing rok Nina dan membukanya. Kini terpampanglah sudah dengan jelas dalaman yang Nina kenakan. Bryan mulai menggesek-gesekkan jari-jarinya pada kain tipis itu. Membuat Nina semakin tak kuasa menahan desahannya.
“Jangan malu-malu, Baby. Keluarkan saja suaramu.” Bryan pun memutuskan untuk melepaskan kain tipis itu. Bryan menelan ludah susah payah ketika melihat milik Nina yang sudah basah. “Punyamu menggiurkan sekali. Aku jadi ingin mencicipinya. Bolehkan?” tanya Bryan tanpa berkedip. Ia masih menatap pemandangan indah di depan matanya.
Berbeda dengan yang kemarin. Kali ini Bryan sangat berbeda, memperlakukan Nina lebih lembut dan terkesan tidak memaksa seperti kejadian sebelumnya. Bryan ingin menciptakan kesan yang ramah pada asisten rumah tangganya itu malam ini. Namun jawaban yang diberikan Nina sungguh diluar ekspetasinya. Nina justru menolak permintaannya.
“Tidak boleh,” jawab Nina dengan suara gemetar. Ia takut jika Bryan akan marah padanya.
Dan benar saja, ekspresi tuan muda langsung berubah menjadi tidak ramah seperkian detik. “Sepertinya kau tidak bersungguh-sungguh melakukan pekerjaanmu. Apakah kau tidak jadi dengan penawaranku?” tanyanya dingin. Aura wajahnya mulai serius.
Nina kemudian merubah posisinya. Ia duduk dan mengambil selimut demi menutupi area sensitifnya. “Kita bahkan belum membuat kesepakatan, Tuan. Kata Tuan, malam ini kita akan membahas soal penawaran Tuan lebih dulu sebelum melakukan yang lain. Saya ingin tau berapa bayaran yang akan Tuan Bryan berikan dalam sekali main?”
Tanpa berkata apa-apa, Bryan segera mengambil ponsel canggihnya dan membuka sebuah aplikasi. “Sebutkan nomer rekeningmu,” ucapnya singkat.
Nina sebenarnya ragu. Apa Bryan akan memberikan bayarannya langsung malam ini juga?
“Sebentar, Tuan. Saya tidak hapal.” Nina turun dari ranjang dan memakai kembali rok miliknya.
“Mau ke mana kamu?” tanya Bryan ketus.
“Ke bawah, Tuan. Saya mau ngambil hp dulu. Soalnya saya gak hapal—”
Bryan langsung melemparkan duitnya secara cash ke hadapan Nina. Lembaran uang berwarna merah berhamburan di atas lantai. Melihat itu, Nina segera memungut dan menghitungnya satu per satu.
Bryan tersenyum remeh ketika melihat Nina yang sangat antusias dengan pemberiannya itu. “Ckckck. Apa semua gadis di zaman sekarang bisa dibayar dengan uang?” sindirnya.
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bryan membuat Nina tertampar. Tapi ia mencoba untuk tidak peduli dengan sindiran-sindiran halus dari tuan mudanya. Terpenting sekarang Nina bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sang ayah. Apa pun yang harus Nina kerjakan, akan ia lakukan. Walaupun harus mengorbankan harga dirinya sendiri.
“Sekarang baliklah ke kamarmu. Aku sudah tidak bergairah. Karena kau, malam yang indah ini jadi hancur!”
“M-maaf, Tuan,” ucap Nina menundukkan kepala. Kedua tangannya sudah penuh dengan lembaran kertas yang berharga.
“Nanti pagi kau harus membayarnya! Ingat itu!”
Nina hanya mengangguk pelan.
“Sudah sana! Pergilah.”
Nina pun melangkah keluar dari kamar tuan muda. Bibirnya mulai menampakkan senyuman tipis. Ia sedikit bahagia karena mendapatkan uang dari Bryan yang totalnya lumayan banyak. Nina kembali ke lantai satu dan masuk ke dalam kamarnya. Di sana, ia mencoba menghubungi sang ibu untuk memberi tau bahwa dirinya sudah mendapatkan sebagian dari biaya operasi yang dibutuhkan.
**
Keesokan paginya, seperti biasa Nina melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang pembantu.
“Nina, hari ini giliran kamu dan Laras yang beberes rumah ya. Biar Bibi sama Sarah yang ngurus dapur,” ucap Bi Lastri kepada Nina.
“Oh, oke, Bi.” Nina begitu bersemangat pagi ini. Ia segera mengambil sapu dan alat pendukung lainnya kemudian bergegas membersihkan setiap sudut rumah itu. Sementara Bi Lastri dan Sarah mulai membuat sarapan pagi.
Tampak Laras yang baru keluar dari kamarnya, berjalan menuju Nina. “Eh, Nina! Kamu beberes duluan aja. Nanti saya nyusul,” ucap Laras seenak jidat. Dirinya selalu memanfaatkan Nina dengan menyuruhnya bekerja lebih dulu agar sisa pekerjaannya yang harus ia lakukan semakin sedikit.
Nina tanpa berpikir panjang pun langsung mengiyakan perkataan Laras. “Baik, Mbak Laras. Saya duluan ya. Permisi,” ucap Nina dengan senyuman segar.
“Idih, sok ramah!” ujar Laras kala Nina sudah tak terlihat di hadapannya. Laras pun kembali masuk ke kamarnya dan membiarkan Nina bekerja duluan.
Nina mulai menjalankan tugasnya membersihkan seluruh ruangan dimulai dari lantai atas. Di sana ia melihat kamar Bryan masih tertutup rapat. Nina berpikir bahwa Bryan belum bangun. Nina menarik napas lega. Untuk sementara waktu dirinya aman dari Bryan. Ia pun bisa bebersih rumah dengan tenang, batinnya.
Tak berselang lama, pintu kamar Bryan terbuka. Lelaki itu langsung menarik Nina yang tengah sibuk menyapu koridor. Nina terhentak kaget saat seseorang menarik tangannya dari belakang. Sapu yang dipegangnya pun terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
“Tu-tuan?” ucap Nina dengan mata membulat.
Tanpa banyak bicara, Bryan membawa Nina masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu itu.
“Aku ingin sarapan,” kata Bryan dengan suara seraknya.
“Sarapan masih dibuat sama Bi Lastri, Tuan,” jawab Nina sembari melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi.
“Kau ini berlagak polos atau gimana, huh?”
Nina menatap wajah Bryan dengan kebingungan. Apa maksud ucapan dari tuannya itu? Sarapan apa yang dimaksud oleh Bryan? Seketika Nina langsung paham ketika Bryan mulai mengelus-elus sesuatu di balik celana yang pria itu pakai.
“Adik kecilku butuh sarapan, Sayang. Apa kamu bisa memberikannya makanan yang lezat dan bergizi?”
Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu dp semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan muda-nya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan me
“Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.
“Tu-Tuan muda? Ke-kenapa tuan muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga
BAB 2. AWAL MULA PETAKANina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.*Sebelum kejadian…Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.“Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada supir yang membukakan pintu untuknya.“Sama-sama, tuan muda.”Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat Papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya
“Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.PLAK!!Sebuah tamp
Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara ya
“Tuan, saya mau bebersih rumah dulu, Tuan.”“Ini masih terlalu pagi, Nina.”“Saya takut dimarah sama Mbak Laras, Tuan. Saya harus kelarin kerjaan rumah dulu. Izinkan saya bekerja dulu ya, Tuan? Boleh ya, Tuan?” pinta Nina memelas. Tubuh Nina masih ditahan oleh Bryan.“Aku tidak bisa menunggu lagi. Jangan memancing emosiku, Nina!”Bryan segera menutup pintu kamarnya kembali tanpa menguncinya. Tanpa panjang lebar, ia membuka paksa celana Nina beserta dalamannya. Bryan menyandarkan tubuh Nina ke dinding dekat pintu dan membuka selangkangan gadis itu. Bryan melihat liang Nina juga sudah basah.“Lihat? Kamu bahkan sudah basah. Lantas kenapa kamu menolak untuk melakukannya sekarang? Kita sama-sama menginginkannya sekarang, Baby. Jadi ayo kita saling memuaskan satu sama lain,” bisiknya parau.Bryan mengarahkan miliknya yang sudah semakin menegang itu ke dalam liang surgawi milik Nina.
Pandangan Nina langsung tertuju pada benda di balik celana tuan muda. Sesuatu di dalam sana agaknya sudah meronta-ronta meminta makan. Terlihat sudah menegang dan ingin dibebaskan.“Bagaimana, Nina? Kita harus lanjutkan kegiatan yang semalam tertunda. Ingat aku sudah memberimu dp semalam. Dan kamu harus memuaskanku pagi ini!” tegas Bryan. Langsung saja pria itu melumat brutal bibir Nina tanpa ampun. Nina hampir kehabisan napas dibuatnya.Bryan membawa tubuh Nina mendekat tanpa melepas cumbuannya dan memeluknya sejenak. Lalu kedua tangan kekar itu turun ke area bokong sang gadis dan meremasnya dengan kuat. Sesekali Bryan memukul bokong padat itu.“Tuan Bryan?” lirih Nina ketika Bryan melepaskan pagutannya demi mengambil beberapa oksigen. Keduanya saling bertatapan satu sama lain. Wajah mereka begitu dekat membuat Nina sampai tak berkedip menatap kagum tuan muda-nya.“Yes, Baby?” jawab Bryan dengan nada menggoda. Bryan me
Bryan tak merespon perkataan Nina. Lelaki itu tetap melanjutkan aktivitas panasnya sembari mencumbu leher pembantunya dengan agresif. Sesekali tangan Bryan bergerak nakal menyelip ke dalam rok pendek yang Nina kenakan.“Tu-tuan, tolong tutup pintunya. Nanti ada yang melihat,” sambung Nina ketakutan.Bryan tersenyum tipis kemudian tertawa kecil. “Tenang saja, Nina sayang. Ini sudah larut malam. Jam segini mereka sudah pada tidur. Jadi gak mungkin ada yang melihat kita. Lagian siapa yang mau ke lantai dua malam-malam gini?”Nina mengangguk pelan. “Baiklah, Tuan.”Bryan kembali menerkam Nina dengan ciuman brutalnya. Ia membawa tubuh Nina untuk duduk di pinggir ranjang tanpa melepas cumbuannya itu. Perlahan ciuman tadi berubah menjadi lumatan penuh birahi. Nina melepaskan pagutannya dan menjauhi bibirnya dari bibir Bryan ketika lidah mereka saling bersentuhan. Rasanya ada yang aneh. Nina sangat canggung untuk melakukannya.“Kenapa, Honey? Apa ini pertama kali bagimu?”Nina menggeleng deng
Bryan akhirnya kembali ke rumah dalam keadaan tak karuan setelah satu jam berkeliling kota, namun tetap saja ia tidak menemukan jejak pembantu barunya itu.‘Aduh, mampus aku kalau dia beneran ngelapor,’ batin Bryan. Ia berjalan menuju sofa dan merebahkan badannya di sana sembari memijit kepala yang terasa pusing. Ia kemudian memejam mata, berharap untuk tertidur dan melupakan masalah ini sementara.Nina yang menyadari kedatangan Bryan pun bergegas menghampirinya. “Tuan Bryan…”Mendengar suara yang familiar di telinganya membuat Bryan kembali membuka mata dan menengok ke sumber suara.“Nina?”Sebenarnya Nina sangat malu karena harus bertemu lagi dengan Bryan. Pria yang sudah menodainya semalam. Namun kali ini, gadis malang itu harus kembali merendahkan harga dirinya di depan pria bangsat ini, semua demi kesembuhan sang ayah. Nina meyakinkan diri untuk menyampaikan tujuan utamanya terhadap Bryan.“Tuan… soal tawaranmu yang semalam, apa… apa itu masih berlaku?” tanya Nina dengan suara ya
“Aku dengar-dengar kalau kau butuh uang buat kuliah. Bagaimana jika kau menjadi pemuasku selama tiga bulan ke depan? Aku akan membayarmu dengan mahal. Sangat mahal. Dengan uang itu kau bisa menggunakannya untuk berkuliah bahkan masuk ke kampus termahal pun pasti cukup. Bagaimana? Apa kau mau?” sambung Bryan, tersenyum licik.Melihat Nina hanya diam, Bryan kembali bersuara.“Oh come on! Pasti kau mau! Bukankah kau bekerja di sini untuk mengumpulkan uang kuliah? Ini akan menjadi tawaran yang menguntungkan untukmu dan juga untukku. Kau akan mendapatkan uang yang banyak dan aku akan mendapatkan kenikmatan.”“Dengar ya, Tuan! Aku bukan gadis murahan seperti yang kau kira! Aku tidak sudi menerima penawaran hinamu itu! Aku akan tetap melaporkan ini ke Tuan Fredrinn!” balas Nina ketus.Setelah berkata, Nina mendorong tubuh Bryan menjauh darinya. Segera ia pergi menuju pintu kamar dan membuka kunci pintu tersebut. Bryan ingin mencegah, namun Nina melakukan serangan mendadak.PLAK!!Sebuah tamp
BAB 2. AWAL MULA PETAKANina Anatasya yang masih berusia 18 tahun dan baru lulus dari sekolah menengah atas, memilih untuk bekerja sebagai seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik pengusaha terkenal demi mengumpulkan biaya kuliah. Semua baik-baik saja hingga seminggu kemudian ia mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di tempatnya bekerja. Semua berubah saat anak majikannya alias tuan muda bernama Bryan baru saja datang ke rumah dan memperkosanya di saat semua orang di rumah sudah terlelap.*Sebelum kejadian…Pagi hari, pukul 10.00, Bryan akhirnya tiba di Jakarta setelah penerbangannya selama dua jam dari Singapura. Hanya tiga puluh menit dari Bandara Soetta, Bryan pun sampai di rumahnya yang berada di kawasan perumahan elit.“Thank you, Pak,” ucap Bryan kepada supir yang membukakan pintu untuknya.“Sama-sama, tuan muda.”Baru saja turun dari mobil, Bryan melihat Papanya sedang terburu-buru menuju mobil pribadinya.“Papa mau ke mana?” tanya Bryan, namun pertanyaannya
“Tu-Tuan muda? Ke-kenapa tuan muda ada di kamar saya?” tanya Nina dengan takut-takut. Hawa malam itu sangat mencekam. Ruangan sempit yang awalnya adalah gudang, disulap sedemikian rupa menjadi sebuah kamar. Ya, kamar untuk Nina sebagai asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah itu semingguan lebih.Pria yang bernama Bryan Lawrence itu sedang berdiri di depan pintu kamar Nina yang tadinya tertutup. Bryan adalah anak tunggal dari majikan Nina, pemilik rumah tersebut. Penampilan Bryan amat berantakan karena ia baru saja pulang dari klub malam, tetapi Bryan masih terlihat tampan. Walaupun bau alkohol tercium jelas di tubuhnya.“Berikan aku makanan! Aku lapar!” titah Bryan.Nina yang tadinya baru saja ingin beristirahat kemudian bangkit dari kasurnya. Nina sempat bergerutu dalam hati sebab ia menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari dan anak majikannya itu tiba-tiba memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan meminta makan. Namun, Nina juga