Beranda / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

Share

30 Hari Menggapai Cinta
30 Hari Menggapai Cinta
Penulis: Wisya Kiehl

Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

Penulis: Wisya Kiehl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 10:54:49

Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.

Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.

Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.

Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.

“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek dengan kondisi keluarga. Belajarlah untuk memegang tanggung jawab besar,” ujar Yanuar dengan nada mengeluh.

Wahyu mendengar keluhan mamanya, tetapi dia masih enggan untuk menjawab perkataan Yanuar. Dia lebih memilih untuk melanjutkan menyantap steak daging yang ada di depannya.

“Kalau kamu tidak menjawab, mama angap kamu setuju dengan Keputusan kami. Besok kamu ikut mama membereskan berkas. Mama dan papa akan mengenalkanmu kepada seluruh karyawan. Mulai besok jabatan akan diserahkan kepadamu,” sambung Yanuar kesal.

Dengan wajah yang masam, Wahyu mengarahkan tatapannya kepada Yanuar. Meskipun dia sangat keberatan menerima keputusan mamanya, tetapi sangat mustahil untuk membantah apa yang sudah dikehendaki oleh Yanuar.

Siapapun yang menjadi bagian dari keluarga Anarta pun tahu, jika Yanuar adalah orang yang paling galak dan tidak bisa ditentang kemauannya. Yanuar adalah satu-satunya perempuan di keluarga Anarta, wajar jika dirinya lebih diutamakan kedudukannya dibanding anggota keluarga yang lain.

“Memangnya jika aku menolak, mama terima? Mama lebih galak daripada papa. Apapun keinginan mama harus dituruti. Jika tidak, mama akan marah kepada kami,” kata Wahyu.

“Mama begini juga karena sayang pada kalian. Mama mau yang terbaik untuk kalian, apalagi kamu, Wahyu. Kamu ini anak tertua yang menjadi penerus kekayaan keluarga,” balas Yanuar.

“Aku ikut kemauan mama saja. Jika menurut mama itu yang terbaik untuk aku,” kata Wahyu.

“Bagus. Besok kamu harus bangun pagi. Jam tujuh kita harus sudah berangkat,” ujar Yanuar dengan suara tegas agar anak sulungnya tidak bisa membantah.

Makan malam pun selesai. Mereka bertiga lekas menuju ke kamar masing-masing, tetapi tidak dengan Yanuar. Meskipun keluarganya kaya dengan harta melimpah, tetapi Yanuar tidak menyewa seorang pembantu.

Dia memutuskan untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Memang, Yanuar adalah seorang wanita tangguh yang bisa membagi waktu antara menjadi wakil perusahaan dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga.

Semua pekerjaannya dalam membereskan meja makan sudah selesai tepat seiring dengan semakin larutnya malam. Yanuar memutuskan untuk beristirahat di dalam kamarnya sebab besok pagi dia harus mengantar anak sulungnya ke perusahaan milik keluarga.

Beberapa jam berlalu. Sorot sinar matahari sudah semakin naik. Yanuar pun terbangun karena suara berisik dari dapur. Dia mengeluh kesakitan di bagian kepala karena bangunnya pagi ini sedikit dipaksa.

Yanuar sangat merasa terganggu dengan kebisingan yang berasal di dapur rumahnya, lantas saja wanita dengan usia di atas 50 tahun itu menuju ke dapur. Emosinya memuncak ketika menyaksikan anak sulungnya bertengkar dengan si bungsu karena makanan.

“Grey, Wahyu! Kalian pagi-pagi begini sudah meributkan hal yang sepele. Masalah makanan saja sampai bikin gaduh begitu. Bisa tidak sih kalian itu melakukan hal yang benar sedikit,” ujar Yanuar dengan suara meninggi.

Yanuar semakin kesal manakala anak-anaknya tidak mengindahkan perkataannya. Berasa tidak didengarkan, Yanuar pun menghampiri kedua anaknya dan menjewer telinga anak-anaknya agar jera.

“Ampun, Ma. Sakit!” keluh Wahyu.

“Kamu juga, Wahyu. Sebagai anak pertama, seharusnya kamu bisa mengalah sama adikmu. Malu sama usiamu yang sudah besar, tetapi kelakuan masih seperti bocah,” ujar Yanuar.

Yanuar melepaskan jewerannya di telinga kedua anaknya. Tatapan mata Yanuar yang masih kesal memandang ke anak sulungnya. Dengan wajah yang kehabisan rasa sabar, Yanuar memukul pelan punggung Wahyu.

“Kamu siap-siap sana. Nanti kita akan berangkat ke perusahaan,” kata Yanuar.

Wahyu pun menuruti perkataan mamanya. Dia lekas menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sedangkan Yanuar, memutuskan untuk memasakkan si bungsu makanan pagi ini. Usai menyiapkan makanan, Yanuar pergi mempersiapkan dirinya.

Keduanya telah siap. Yanuar dan Wahyu memasuki mobil mereka. Pintu mobil pun digeser, kemudian tertutup secara otomatis. Wahyu mengemudikan mobil menuju perusahaan Jahitan Anarta yang berada di Jalan Kura Nomor 35.

Sekitar dua kilometer lagi, mereka sampai. Wahyu membukakan pintu untuk mamanya, Yanuar pun lekas turun dan menggandeng anak sulungnya menuju ke dalam perusahaan.

Setibanya di dalam perusahaan, Yanuar dan Wahyu lekas menuju ke ruang pimpinan. Di dalam, Yanuar memberikan tiga berkas kepada anak sulungnya. Setelah menerima beberapa berkas dari mamanya, Wahyu membaca dan menandatanganinya.

Dia sepakat untuk menjadi pemimpin perusahaan keluarga mulai detik ini. Yanuar melihat kepada wajah Wahyu yang tampak biasa-biasa saja. Anak sulungnya satu itu terlihat seperti tidak ada tekanan untuk menandatangani perjanjian menjadi pimpinan perusahaan.

“Sepertinya kamu sudah siap. Ayo ikut mama ke pangkal koridor utama. Di sana biasanya para karyawan berkumpul. Pagi ini saat yang bagus untuk memperkenalkanmu kepada mereka,” ujar Yanuar.

Wahyu lekas berdiri dan mengikuti langkah mamanya menuju pangkal koridor utama. Benar kata mamanya, di pangkal koridor utama perusahaan banyak sekali karyawan yang berkumpul. Mereka seperti sedang menunggu giliran mengisi presensi mereka.

“Maaf mengganggu waktunya sebentar. Hari ini saya mau perkenalkan putra sulung saya, Wahyu Dwi Anarta. Kemarin kami sebagai keluarga utama sepakat untuk menunjuknya sebagai pemimpin baru di perusahaan ini. Apalagi mengingat jika Bapak Yuarta telah menginjak usia senja,” kata Yanuar.

Yanuar berbicara demikian sambil mengedarkan pandangannya kepada seluruh karyawannya. Dengan senyum yang menghiasi bibir merahnya, Yanuar masih percaya diri untuk melanjutkan perkataannya.

“Sudah sepantasnya jika Bapak Yuarta selaku pimpinan perusahaan turun. Beliau sudah memasuki masa pensiun dan berhak untuk digantikan oleh anak sulungnya. Apakah dari kalian ada yang keberatan jika anak saya Wahyu menjadi pimpinan baru di perusahaan ini?” tanya Yanuar.

Ada jeda sunyi beberapa menit dari selesainya Yanuar melontarkan pertanyaan. Seluruh karyawannya memandang satu sama lain, seolah mempertimbangkan pendapat. Beberapa di antaranya berkasak-kusuk membicarakan sosok diri Wahyu.

Meskipun begitu, mereka tidak terlihat keberatan jika Wahyu menggantikan posisi papanya sebagai pimpinan di perusahaan jahit ini. Yanuar menangkap sinyal positif dari wajah mereka, sebagai wakil perusahaan, Yanuar pun lekas mempertanyakan kepastian pendapat dari para karyawannya.

“Ada yang keberatan? Saya butuh persetujuan dari kalian. Pendapat kalian sangat berarti untuk kemajuan perusahaan ini,” kata Yanuar.

Sontak para karyawan yang bekerja di perusahaan jahit milik Anarta itupun menggeleng. Dari wajah, sepertinya mereka tidak ada yang menolak jika Wahyu menjadi pimpinan baru. Detik itu juga, Wahyu sebagai anak sulung dari Yanuar dan Yuarta ditunjuk menjadi pimpinan baru di perusahaan jahit milik keluarganya.

Bab terkait

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Tugas Rutinan sebagai Pimpinan Baru

    Wahyu mendapat banyak tepuk tangan dan rasa salut dari para karyawan yang akan dipimpinnya. Banyak di antara mereka yang kagum dengan sosok diri Wahyu yang menjadi pengganti dari papanya.Hampir sebagian besar dari mereka berharap, semoga Wahyu dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab seperti Bapak Yuarta. Papanya itu diketahui memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin perusahaan jahit. Yuarta telah berhasil memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.Meskipun diakui, belum banyak progress yang bisa diselesaikan tepat waktu, tetapi kepemimpinan Yuarta di Jahitan Anarta cukup cakap dan dipuji banyak karyawan.Wahyu merasa cukup tersanjung karena mendapatkan banyak apresiasi baik dari orang-orang yang ada di depannya. Dia pun setengah membungkukkan badannya untuk memberikan ucapan terima kasih kepada mereka.“Terima kasih untuk sambutan baik dari kalian. Saya sangat senang karena kalian menyetujui keputusan saya. Saya juga meminta maaf karena Bapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Cinta Pandang Pertama

    Wahyu berjalan memasuki ruangannya. Ruang pimpinan utama itu menjadi ruang kerjanya mulai hari ini hingga beberapa saat ke depan. Wahyu membuka pintu ruang kerjanya, dan mendapati Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya.“Sudah selesai urusan kamu? Bagaimana pertemuannya dengan pemilik toko kain?” tanya Yanuar mencecar anak sulungnya dengan pertanyaan.Dengan helaan panjang, Wahyu mencoba untuk bersabar menghadapi Yanuar. Mamanya itu memang tipikal orang yang selalu ingin meminta kejelasan lebih lanjut, meskipun dengan hal-hal yang sepele.Mata hitam Wahyu tertuju kepada Yanuar yang sedang menatap kepadanya. Sepertinya Yanuar sedang menunggu penjelasan darinya.“Tidak ada kendala yang cukup berarti. Pemilik toko kain itu mengatakan jika Kerjasama yang terjalin antara perusahaan kita dengan tokonya akan tetap terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Kontrak akan diperbarui oleh tokonya,” jelas Wahyu kepada Yanuar.“Ah, ya. Baguslah jika begitu. Setelah ini, kamu harus memeriksa be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Mengenal Dirimu Lebih Jauh

    Lima belas menit setelah April menunggu di bangku taman, Wahyu lekas datang menghampirinya. Laki-laki berbadan tinggi itu melihat kepada gadis manis dengan rambut disanggul yang sedang tersenyum kepadanya.“Maaf jika menunggu lama, ya. Tadi uang kembalianku kurang, jadi pelayan masih harus mencarikannya,” kata Wahyu.“Tidak masalah. Aku bisa menunggu hingga jam satu tiba,” balas April.April bergeser sedikit untuk memberikan Wahyu sedikit tempat untuk duduk di sampingnya. Setelah gadis dengan rambut hitam disanggul itu memberikan sisa tempat, Wahyu lekas duduk. Meskipun mereka berdua baru saling kenal, tetapi sepertinya tidak ada canggung di antara mereka.Baik Wahyu maupun April tampak dapat mengimbangi suasana di sekitar mereka agar tidak hening. Mata kecokelatan April menatap pada wajah Wahyu yang saat ini sedang memandang kepadanya.“Jadi, baru pertama ini aku melihat ada anak muda yang sudah berani memimpin perusahaan besar. Biasanya, adalah pria dengan cambang tipis yang usianya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Meminta Restu dari Orang Tua

    April mengangguk, sedangkan tatapan matanya tertuju ragu kepada bapak. Tampaknya April merasakan kebimbangan di dalam hatinya. Dirinya tidak yakin jika ingin mengtakan yang sebenarnya kepada bapak perihal rencana kedekatannya dengan Wahyu.“Ada apa dengan anak itu? Apa dia mengganggumu?” tanya bapak.“Tidak, Pak. Dia hanya mengajakku mengobrol sebentar di taman seberang kedai kecil. Bukannya dia adalah pelanggan dari toko kain kita,” kata April.“Sepanjang yang bapak tahu memang begitu. Wahyu itu anak paling tua di keluarga Anarta. Kedua orang tuanya juga sangat menghargai semua orang. Wajar jika mereka disegani, keluarga itu juga memiliki reputasi yang cukup bagus di mata orang-orang,” balas bapak.April terdiam setelah mendengar penjelasan dari bapaknya. Bibirnya mengatup rapat seakan enggan untuk membalas perkataan si bapak. April menundukkan kepala, di dalam hatinya ia sempat ragu dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dekat dengan anak sulung dari keluarga kaya.“Keluarganya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Godaan Awal di Kantor

    Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Godaan Awal di Kantor

    Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku aka

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Meminta Restu dari Orang Tua

    April mengangguk, sedangkan tatapan matanya tertuju ragu kepada bapak. Tampaknya April merasakan kebimbangan di dalam hatinya. Dirinya tidak yakin jika ingin mengtakan yang sebenarnya kepada bapak perihal rencana kedekatannya dengan Wahyu.“Ada apa dengan anak itu? Apa dia mengganggumu?” tanya bapak.“Tidak, Pak. Dia hanya mengajakku mengobrol sebentar di taman seberang kedai kecil. Bukannya dia adalah pelanggan dari toko kain kita,” kata April.“Sepanjang yang bapak tahu memang begitu. Wahyu itu anak paling tua di keluarga Anarta. Kedua orang tuanya juga sangat menghargai semua orang. Wajar jika mereka disegani, keluarga itu juga memiliki reputasi yang cukup bagus di mata orang-orang,” balas bapak.April terdiam setelah mendengar penjelasan dari bapaknya. Bibirnya mengatup rapat seakan enggan untuk membalas perkataan si bapak. April menundukkan kepala, di dalam hatinya ia sempat ragu dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dekat dengan anak sulung dari keluarga kaya.“Keluarganya

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Mengenal Dirimu Lebih Jauh

    Lima belas menit setelah April menunggu di bangku taman, Wahyu lekas datang menghampirinya. Laki-laki berbadan tinggi itu melihat kepada gadis manis dengan rambut disanggul yang sedang tersenyum kepadanya.“Maaf jika menunggu lama, ya. Tadi uang kembalianku kurang, jadi pelayan masih harus mencarikannya,” kata Wahyu.“Tidak masalah. Aku bisa menunggu hingga jam satu tiba,” balas April.April bergeser sedikit untuk memberikan Wahyu sedikit tempat untuk duduk di sampingnya. Setelah gadis dengan rambut hitam disanggul itu memberikan sisa tempat, Wahyu lekas duduk. Meskipun mereka berdua baru saling kenal, tetapi sepertinya tidak ada canggung di antara mereka.Baik Wahyu maupun April tampak dapat mengimbangi suasana di sekitar mereka agar tidak hening. Mata kecokelatan April menatap pada wajah Wahyu yang saat ini sedang memandang kepadanya.“Jadi, baru pertama ini aku melihat ada anak muda yang sudah berani memimpin perusahaan besar. Biasanya, adalah pria dengan cambang tipis yang usianya

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Cinta Pandang Pertama

    Wahyu berjalan memasuki ruangannya. Ruang pimpinan utama itu menjadi ruang kerjanya mulai hari ini hingga beberapa saat ke depan. Wahyu membuka pintu ruang kerjanya, dan mendapati Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya.“Sudah selesai urusan kamu? Bagaimana pertemuannya dengan pemilik toko kain?” tanya Yanuar mencecar anak sulungnya dengan pertanyaan.Dengan helaan panjang, Wahyu mencoba untuk bersabar menghadapi Yanuar. Mamanya itu memang tipikal orang yang selalu ingin meminta kejelasan lebih lanjut, meskipun dengan hal-hal yang sepele.Mata hitam Wahyu tertuju kepada Yanuar yang sedang menatap kepadanya. Sepertinya Yanuar sedang menunggu penjelasan darinya.“Tidak ada kendala yang cukup berarti. Pemilik toko kain itu mengatakan jika Kerjasama yang terjalin antara perusahaan kita dengan tokonya akan tetap terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Kontrak akan diperbarui oleh tokonya,” jelas Wahyu kepada Yanuar.“Ah, ya. Baguslah jika begitu. Setelah ini, kamu harus memeriksa be

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Tugas Rutinan sebagai Pimpinan Baru

    Wahyu mendapat banyak tepuk tangan dan rasa salut dari para karyawan yang akan dipimpinnya. Banyak di antara mereka yang kagum dengan sosok diri Wahyu yang menjadi pengganti dari papanya.Hampir sebagian besar dari mereka berharap, semoga Wahyu dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab seperti Bapak Yuarta. Papanya itu diketahui memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin perusahaan jahit. Yuarta telah berhasil memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.Meskipun diakui, belum banyak progress yang bisa diselesaikan tepat waktu, tetapi kepemimpinan Yuarta di Jahitan Anarta cukup cakap dan dipuji banyak karyawan.Wahyu merasa cukup tersanjung karena mendapatkan banyak apresiasi baik dari orang-orang yang ada di depannya. Dia pun setengah membungkukkan badannya untuk memberikan ucapan terima kasih kepada mereka.“Terima kasih untuk sambutan baik dari kalian. Saya sangat senang karena kalian menyetujui keputusan saya. Saya juga meminta maaf karena Bapa

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

    Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek deng

DMCA.com Protection Status