Home / Urban / 30 Hari Menggapai Cinta / Cinta Pandang Pertama

Share

Cinta Pandang Pertama

Author: Wisya Kiehl
last update Last Updated: 2024-12-10 10:55:50

Wahyu berjalan memasuki ruangannya. Ruang pimpinan utama itu menjadi ruang kerjanya mulai hari ini hingga beberapa saat ke depan. Wahyu membuka pintu ruang kerjanya, dan mendapati Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya.

“Sudah selesai urusan kamu? Bagaimana pertemuannya dengan pemilik toko kain?” tanya Yanuar mencecar anak sulungnya dengan pertanyaan.

Dengan helaan panjang, Wahyu mencoba untuk bersabar menghadapi Yanuar. Mamanya itu memang tipikal orang yang selalu ingin meminta kejelasan lebih lanjut, meskipun dengan hal-hal yang sepele.

Mata hitam Wahyu tertuju kepada Yanuar yang sedang menatap kepadanya. Sepertinya Yanuar sedang menunggu penjelasan darinya.

“Tidak ada kendala yang cukup berarti. Pemilik toko kain itu mengatakan jika Kerjasama yang terjalin antara perusahaan kita dengan tokonya akan tetap terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Kontrak akan diperbarui oleh tokonya,” jelas Wahyu kepada Yanuar.

“Ah, ya. Baguslah jika begitu. Setelah ini, kamu harus memeriksa beberapa perjanjian kontrak dengan perusahaan lain yang ada kaitannya dengan perusahaan kita. Beberapa ada yang meminta persetujuan dan perizinan kepada pimpinan utama,” kata Yanuar.

“Okay, Mam. Nanti aku akan melihat beberapa pengantar dan membuat surat resmi untuk mereka. Sekarang Wahyu mau pergi dulu sebentar, mencari angin,” ucap Wahyu.

“Ya, tidak masalah. Mama mau pulang dulu. Ada banyak kerjaan di rumah yang belum mama selesaikan,” kata Yanuar.

Yanuar dapat melihat anggukan dari anak sulungnya. Setelah itu, dia menunjukkan sedikit senyum culas di bibirnya yang indah. Yanuar segera berjalan menuju pintu, tetapi setelah berada di dekat pintu, Yanuar berbalik.

“Sekretaris pribadimu tidak ganti, ya. Manfaatkan saja fasilitas yang ada dengan baik. Mama yakin kamu pasti lebih bijaksana dalam mengelola perusahaan. Secara kamu lebih muda dan masih penuh potensi dibanding papa,” ucap Yanuar.

Wahyu hanya mengangguk. Yanuar lekas pergi meninggalkan ruang pimpinan utama yang telah menjadi ruang kerja putra tertuanya saat ini. Sepeninggal Yanuar, Wahyu mengambil satu map bersampul kuning dan mulai membaca perjanjian-perjanjian yang tertera di sana.

Di dalam map itu tertulis semua rekam jejak perusahaan milik keluarganya. Berapa penghasilan dan keuntungan yang berhasil dicapai, serta pengeluaran yang terjadi beberapa bulan ini. Wahyu mencoba untuk mengamatinya sebentar.

Beberapa saat kemudian, dia menutup map kuning dan meletakkannya kembali di atas meja. Dirinya yang merasa jenuh, Wahyu pun memutuskan untuk keluar sebentar meninggalkan ruang kerjanya.

Dia hendak mencari udara segar. Namun mobil dengan warna hitam matte miliknya malah terparkir di sebuah kedai makan kecil yang letaknya tidak jauh dari toko kain. Jalan Kura Nomor 39 itu memang dipenuhi oleh tempat-tempat yang menjual berbagai makanan dan minuman.

Wahyu lekas turun dari mobilnya. Dia melangkahkan kaki dengan tegap menuju ke dalam kedai makanan. Ketika berada di pintu masuk yang berdesakan dengan pengunjung lain, Wahyu harus mengalah.

Dia harus menunggu gilirannya untuk bisa masuk. Tidak mungkin dirinya menyerobot begitu saja melalui desakan orang-orang yang hendak masuk ke dalam kedai. Wahyu berdiri dan mencoba untuk mengamati celah agar dia bisa masuk.

Namun dia terkejut ketika mendapati seorang gadis dengan pakaian berwarna merah fanta. Wahyu bukannya tidak mengenali gadis itu, tetapi dia enggan untuk menyapanya terlebih dahulu. Hingga akhirnya sang gadis dengan rambut digulung ke atas itu menoleh ke kiri.

Pandangan mereka bertemu. Di situlah mereka merasakan getaran di hati. Pada mulanya, Wahyu menunjukkan wajah dinginnya. Namun setelah si gadis tersenyum, kebekuan di hati Wahyu mulai mencair.

“Kamu yang tadi mengunjungi toko kain milik Bapak, kan? Perkenalkan aku April, anak dari pemilik toko kain. Baru kali ini aku menemukan sosok laki-laki kaya yang mau mampir ke kedai kecil seperti ini,” ujar April membuka percakapan dengan Wahyu.

Wahyu tertawa. Dia sama sekali tidak merasa tersinggung dengan ucapan April. Tatapan matanya kini mengarah kepada sosok April yang ada di depannya. Gadis dengan bentuk wajah bulat telur itu memiliki paras yang manis.

“Aku Wahyu. Memangnya ada yang salah jika aku mengunjungi tempat makan seperti ini?” tanya Wahyu di sela-sela senyumnya.

“Tidak ada. Aku hanya baru pertama kali melihatnya. Namun terima kasih masih menjadi pelanggan setia di toko kain kami,” kata April.

“Ah, itu. Tidak perlu mengucap terima kasih. Tapi kamu di sini ingin pesan makanan untuk siapa? Untuk dirimu kah?” tanya Wahyu.

“Jam makan siang begini, Bapak biasanya ingin dibelikan makanan enak. Beliau sudah lapar katanya, ingin mengisi perut. Aku pun begitu,” ujar April dengan suara yang terdengar lembut di telinga.

Wahyu menyadari jika pintu masuk sudah mulai sepi dari kerumunan orang-orang. Dia mengalihkan pandangannya dan mengajak April untuk masuk ke dalam kedai.

Di dalam, Wahyu berdiri di belakang April untuk mengantre pesan makanan. April menoleh ke belakang, dan tersenyum kepada sosok laki-laki yang berdiri tepat di belakangnya.

“Kamu mau mengantre di depanku? Tidak masalah jika kamu dulu. Barangkali kamu buru-buru,” kata April masih dengan suaranya yang halus.

Wahyu menggeleng. Dia tidak bermaksud menolak perkataan April, tetapi bagi dirinya, perempuan adalah makhluk yang harus didahulukan. Wahyu tersenyum dan menatap kepada April.

“Kamu dulu saja. Aku masih ada banyak waktu hari ini, tidak perlu khawatir,” balas Wahyu.

April tersenyum dan mengalihkan pandangannya. Ia kembali menghadap ke depan dan menunggu gilirannya ke kasir. Antrean mulai maju sedikit demi sedikit. Kini April berada di urutan ketiga dari meja pelayan kedai.

“Kamu tidak keberatan jika kita mengobrol sebentar?” bisik Wahyu di telinga April.

Wahyu sengaja mencondongkan tubuhnya, agar bisikannya tepat didengar oleh telinga April. Dalam hati, laki-laki dengan wajah persegi tersebut berharap agar ajakannya tidak ditolak oleh gadis manis yang ada di depannya.

April menoleh dan mendapati diri Wahyu yang berada tidak jauh dari dirinya. Wajah mereka berada sangat dekat, bahkan April bisa melihat jelas ke dalam pancaran mata hitam Wahyu. Meksipun hatinya malu, tetapi April tetap memberikan senyum kepada laki-laki yang ada di dekatnya itu.

“Bisa. Aku bisa memberikan waktuku sebentar untuk mengobrol denganmu,” kata April.

“Ah, bagus sekali. Terima kasih untuk kesediaannya,” balas Wahyu.

April mengangguk pelan. Tatapannya beralih ke depan dan mulai memesan makanan kepada pelayan. pelayan pun mencatat pesanan April dan melayaninya dengan cepat. Dalam waktu beberapa menit saja, pesanan April sudah datang.

“Aku tunggu di luar. Kita mengobrol di bangku taman yang ada di seberang jalan itu,” ucap April sembari menunjuk ke taman yang letaknya berada di seberang jalan.

Wahyu menyetujui ajakan April. Kini giliran dirinya yang memesan makanan di depan pelayan kedai. April lekas pergi dan menunggu Wahyu di bangku taman.

Related chapters

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Mengenal Dirimu Lebih Jauh

    Lima belas menit setelah April menunggu di bangku taman, Wahyu lekas datang menghampirinya. Laki-laki berbadan tinggi itu melihat kepada gadis manis dengan rambut disanggul yang sedang tersenyum kepadanya.“Maaf jika menunggu lama, ya. Tadi uang kembalianku kurang, jadi pelayan masih harus mencarikannya,” kata Wahyu.“Tidak masalah. Aku bisa menunggu hingga jam satu tiba,” balas April.April bergeser sedikit untuk memberikan Wahyu sedikit tempat untuk duduk di sampingnya. Setelah gadis dengan rambut hitam disanggul itu memberikan sisa tempat, Wahyu lekas duduk. Meskipun mereka berdua baru saling kenal, tetapi sepertinya tidak ada canggung di antara mereka.Baik Wahyu maupun April tampak dapat mengimbangi suasana di sekitar mereka agar tidak hening. Mata kecokelatan April menatap pada wajah Wahyu yang saat ini sedang memandang kepadanya.“Jadi, baru pertama ini aku melihat ada anak muda yang sudah berani memimpin perusahaan besar. Biasanya, adalah pria dengan cambang tipis yang usianya

    Last Updated : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Meminta Restu dari Orang Tua

    April mengangguk, sedangkan tatapan matanya tertuju ragu kepada bapak. Tampaknya April merasakan kebimbangan di dalam hatinya. Dirinya tidak yakin jika ingin mengtakan yang sebenarnya kepada bapak perihal rencana kedekatannya dengan Wahyu.“Ada apa dengan anak itu? Apa dia mengganggumu?” tanya bapak.“Tidak, Pak. Dia hanya mengajakku mengobrol sebentar di taman seberang kedai kecil. Bukannya dia adalah pelanggan dari toko kain kita,” kata April.“Sepanjang yang bapak tahu memang begitu. Wahyu itu anak paling tua di keluarga Anarta. Kedua orang tuanya juga sangat menghargai semua orang. Wajar jika mereka disegani, keluarga itu juga memiliki reputasi yang cukup bagus di mata orang-orang,” balas bapak.April terdiam setelah mendengar penjelasan dari bapaknya. Bibirnya mengatup rapat seakan enggan untuk membalas perkataan si bapak. April menundukkan kepala, di dalam hatinya ia sempat ragu dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dekat dengan anak sulung dari keluarga kaya.“Keluarganya

    Last Updated : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Godaan Awal di Kantor

    Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku aka

    Last Updated : 2025-01-08
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

    Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek deng

    Last Updated : 2024-12-10
  • 30 Hari Menggapai Cinta   Tugas Rutinan sebagai Pimpinan Baru

    Wahyu mendapat banyak tepuk tangan dan rasa salut dari para karyawan yang akan dipimpinnya. Banyak di antara mereka yang kagum dengan sosok diri Wahyu yang menjadi pengganti dari papanya.Hampir sebagian besar dari mereka berharap, semoga Wahyu dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab seperti Bapak Yuarta. Papanya itu diketahui memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin perusahaan jahit. Yuarta telah berhasil memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.Meskipun diakui, belum banyak progress yang bisa diselesaikan tepat waktu, tetapi kepemimpinan Yuarta di Jahitan Anarta cukup cakap dan dipuji banyak karyawan.Wahyu merasa cukup tersanjung karena mendapatkan banyak apresiasi baik dari orang-orang yang ada di depannya. Dia pun setengah membungkukkan badannya untuk memberikan ucapan terima kasih kepada mereka.“Terima kasih untuk sambutan baik dari kalian. Saya sangat senang karena kalian menyetujui keputusan saya. Saya juga meminta maaf karena Bapa

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Godaan Awal di Kantor

    Meski masih muda, tetapi kharisma Wahyu terlihat begitu memancar. Wahyu terlihat begitu mempesona bahkan ketika dia sedang mengerjakan kolom-kolom kosong yang butuh diisi di dalam catatan progress karyawan perusahaan jahit.Anara terlihat sabar menunggu Wahyu hingga selesai membubuhkan tulisan di dalam kolom yang kosong. Setelah beberapa menit berlalu, Wahyu telah selesai mengisi kolom-kolom yang kosong dengan data berupa nominal harga dan waktu yang dibutuhkan untuk menjahit satu kain.Wahyu menutup buku progress karyawan. Setelahnya, dia memberikan buku tebal itu kepada Anara. Tanpa memandang jeli kepada Anara, Wahyu menunjukkan wajah datarnya.“Aku sudah mengisi bagian-bagian yang membutuhkan keterangan harga dan lama waktu yang dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan jahitan. Sekarang buku ini sudah kupenuhi dengan informasi, ambillah. Coba kamu periksa teliti agar tidak ada yang keliru,” kata Wahyu.“Baik, Pak. Saya akan memeriksanya setelah ini. Bapak tidak perlu khawatir, aku aka

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Meminta Restu dari Orang Tua

    April mengangguk, sedangkan tatapan matanya tertuju ragu kepada bapak. Tampaknya April merasakan kebimbangan di dalam hatinya. Dirinya tidak yakin jika ingin mengtakan yang sebenarnya kepada bapak perihal rencana kedekatannya dengan Wahyu.“Ada apa dengan anak itu? Apa dia mengganggumu?” tanya bapak.“Tidak, Pak. Dia hanya mengajakku mengobrol sebentar di taman seberang kedai kecil. Bukannya dia adalah pelanggan dari toko kain kita,” kata April.“Sepanjang yang bapak tahu memang begitu. Wahyu itu anak paling tua di keluarga Anarta. Kedua orang tuanya juga sangat menghargai semua orang. Wajar jika mereka disegani, keluarga itu juga memiliki reputasi yang cukup bagus di mata orang-orang,” balas bapak.April terdiam setelah mendengar penjelasan dari bapaknya. Bibirnya mengatup rapat seakan enggan untuk membalas perkataan si bapak. April menundukkan kepala, di dalam hatinya ia sempat ragu dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dekat dengan anak sulung dari keluarga kaya.“Keluarganya

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Mengenal Dirimu Lebih Jauh

    Lima belas menit setelah April menunggu di bangku taman, Wahyu lekas datang menghampirinya. Laki-laki berbadan tinggi itu melihat kepada gadis manis dengan rambut disanggul yang sedang tersenyum kepadanya.“Maaf jika menunggu lama, ya. Tadi uang kembalianku kurang, jadi pelayan masih harus mencarikannya,” kata Wahyu.“Tidak masalah. Aku bisa menunggu hingga jam satu tiba,” balas April.April bergeser sedikit untuk memberikan Wahyu sedikit tempat untuk duduk di sampingnya. Setelah gadis dengan rambut hitam disanggul itu memberikan sisa tempat, Wahyu lekas duduk. Meskipun mereka berdua baru saling kenal, tetapi sepertinya tidak ada canggung di antara mereka.Baik Wahyu maupun April tampak dapat mengimbangi suasana di sekitar mereka agar tidak hening. Mata kecokelatan April menatap pada wajah Wahyu yang saat ini sedang memandang kepadanya.“Jadi, baru pertama ini aku melihat ada anak muda yang sudah berani memimpin perusahaan besar. Biasanya, adalah pria dengan cambang tipis yang usianya

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Cinta Pandang Pertama

    Wahyu berjalan memasuki ruangannya. Ruang pimpinan utama itu menjadi ruang kerjanya mulai hari ini hingga beberapa saat ke depan. Wahyu membuka pintu ruang kerjanya, dan mendapati Yanuar sedang duduk di kursi kerjanya.“Sudah selesai urusan kamu? Bagaimana pertemuannya dengan pemilik toko kain?” tanya Yanuar mencecar anak sulungnya dengan pertanyaan.Dengan helaan panjang, Wahyu mencoba untuk bersabar menghadapi Yanuar. Mamanya itu memang tipikal orang yang selalu ingin meminta kejelasan lebih lanjut, meskipun dengan hal-hal yang sepele.Mata hitam Wahyu tertuju kepada Yanuar yang sedang menatap kepadanya. Sepertinya Yanuar sedang menunggu penjelasan darinya.“Tidak ada kendala yang cukup berarti. Pemilik toko kain itu mengatakan jika Kerjasama yang terjalin antara perusahaan kita dengan tokonya akan tetap terus berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Kontrak akan diperbarui oleh tokonya,” jelas Wahyu kepada Yanuar.“Ah, ya. Baguslah jika begitu. Setelah ini, kamu harus memeriksa be

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Tugas Rutinan sebagai Pimpinan Baru

    Wahyu mendapat banyak tepuk tangan dan rasa salut dari para karyawan yang akan dipimpinnya. Banyak di antara mereka yang kagum dengan sosok diri Wahyu yang menjadi pengganti dari papanya.Hampir sebagian besar dari mereka berharap, semoga Wahyu dapat menjadi pemimpin yang tangguh dan bertanggung jawab seperti Bapak Yuarta. Papanya itu diketahui memiliki rekam jejak yang baik sebagai pemimpin perusahaan jahit. Yuarta telah berhasil memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.Meskipun diakui, belum banyak progress yang bisa diselesaikan tepat waktu, tetapi kepemimpinan Yuarta di Jahitan Anarta cukup cakap dan dipuji banyak karyawan.Wahyu merasa cukup tersanjung karena mendapatkan banyak apresiasi baik dari orang-orang yang ada di depannya. Dia pun setengah membungkukkan badannya untuk memberikan ucapan terima kasih kepada mereka.“Terima kasih untuk sambutan baik dari kalian. Saya sangat senang karena kalian menyetujui keputusan saya. Saya juga meminta maaf karena Bapa

  • 30 Hari Menggapai Cinta   Menjadi Pimpinan di Perusahaan Keluarga

    Makan malam yang begitu tidak nikmat di sebuah ruang makan keluarga kaya di Kota Suro. Sebut saja keluarga Anarta. Di antara mereka yang paling berwajah enggan untuk mendengarkan perdebatan papa dan mamanya adalah Wahyu.Seorang laki-laki dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun itu tampak malas mendengarkan obrolan mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan keluarganya.Wahyu Dwi Anarta adalah anak sulung yang seharusnya pantas untuk menjadi pewaris kekayaan keluarga. Namun karena sikapnya yang seakan abai dengan keluarga, membuat Yanuar, mamanya, meragukan kemampuan Wahyu dalam memimpin perusahaan.Sikap Wahyu yang sering tidak peduli dengan keluarga dan kerap pulang malam membuat Yanuar ragu dengan kedewasaan anak sulungnya. Yanuar mengarahkan tatapannya kepada Wahyu yang masih menyantap menu malamnya.“Yu, kamu jangan diam saja. Bagaimana pendapatmu jika kami menunjukmu menjadi pemimpin di perusahaan jahit? Kamu ini sudah besar. Jangan bisanya hanya bersikap cuek deng

DMCA.com Protection Status