Tak Cukup Satu Lauk

Tak Cukup Satu Lauk

Oleh:  A.dini  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
9.9
9 Peringkat
14Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ibu tetaplah seorang ibu. Seburuk apapun sikapnya. Dia akan tetap menjadi ibumu. Dia akan tetap menjadi tempatmu kembali dalam Suka dan duka. Sekalipun dia telah tiada, dia akan Tetap menjadi orang yang kau sebut ibu. Mak" sapa ku pelan "Hmm kenapa?" Ucap mamak yang masih fokus menatap layar ponselnya. "Boleh matikan dulu YouTube itu, atau mamak pause lah, Laila mau bicara serius" ucapku mengiba. "Bicaralah, biar mataku menonton telingaku mendengar kamu bicara apa" ucap mamak yang masih fokus memperhatikan channel salah satu artis idolanya. Melihat jawaban mamak yang tak bersahabat aku lebih memilih berdiri, mengurungkan niatku. Saat ini ingin melangkah aku di kejutkan dengan bahasa mamak yang benar-benar kasar menurutku. "Anak tidak punya sopan santun" ucapnya. Lalu bagaimana dengan ibunya Laila? Ibu yang tidak pernah mengalah dengan anaknya, walaupun Laila telah memperlakukan ibunya sebaik mungkin. Cerita ini di kemas dengan gaya bahasa yang sedikit berbeda, menggunakan logat daerah dari kota Sumatera. Yang penasaran, yuk lanjut di baca bab demi bab. Mungkin saja akan ada pelajaran dari setiap bab yang telah di suguhkan untuk kita semua. Salam hangat A.dini :)

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Joy Julia
lanjut donk, seru nih
2021-11-29 04:44:22
0
user avatar
Donat Utuh
KEREN GILAAAA!!! LANJUTIN LAH KAK, ADUH MAMAKNYA KALAH KALAH RUDAL AMERIKA MULUTNYA YAA GERAM BANGET LANJUTIN KAK SEMANGATTT
2021-09-21 12:24:52
0
user avatar
BabyElle
Bagusss Kakk ceritanyaa ...
2021-09-18 20:10:41
0
user avatar
Candle Light
Berbeda dari yang lain tapi ceritanya bagus bangeeet, aku sukaaaa, semangat update kak......
2021-09-16 22:40:14
1
user avatar
Ahmad Rifa'i
Baru baca sampe bab 6 seru banged, geram juga sama emaknya. Penasaran endingnya gmn..
2021-09-16 20:42:43
1
user avatar
Hansa Farras
semangat semangat semangat buat diri sendiri
2021-09-16 17:15:11
0
user avatar
Safira Choirunisaa
Bagus bangggeeeet deh
2021-09-16 16:14:40
0
user avatar
Juwita Wulandari
Bagus banget ......
2021-09-16 16:02:04
0
user avatar
RajaHmbl
Gooooodddd
2021-09-16 19:48:27
0
14 Bab

Satu

Laila .... Laila   mana ayam nya satu lagi ini ?   Aku segera berlari menuju dapur mendengar namaku di panggil, mamak menanyakan di mana ayam sambal yang dia beli semalam saat pulang berkunjung dari rumah temannya.   "Mak, itu kan sudah banyak lauk di atas meja makan, ada pepes ikan, sambal tempe, itu juga sudah aku keluarkan ayam goreng yang mamak beli semalam" jelasku pada mamak, yang seharusnya tanpa aku jelaskan mamak sudah bisa melihat sendiri di atas meja makan ada hidangan apa saja.   "Ayam sambalnya mana, kan semalam mamak beli ayam sambal juga, bukan hanya ayam goreng"   "Ampun aku, mamak ini gak pernah cukup sama satu lauk" batinku   "Mana?" Suara mamak mulai meninggi.   "Mak, ayam sambalnya ku simpan di dalam kulkas, itu kan sudah banyak sekali lauk di atas meja makan, maksudku ayam sambal nya buat lauk besok saja tinggal di pa
Baca selengkapnya

Dua

Rahmi sendiri yang tidak mau repot belanja kebutuhan rumah, dia lebih memilih memberikan uang kepada mamak setiap bulannya. Dengan menyisihkan sebagian dari gajinya, sebagai penyenang hati mamak katanya agar rejekinnya lancar, tapi setelah bapak tidak bekerja dia memberikan mamak dengan jumlah yang cukup besar dengan alasan dia tidak tega bila mamak harus terus menerus mengajak bapak bertengkar tiap hari karena merasa kekurangan uang. Aku yang dari awal saat bapak masih bekerja, lebih memilih mengisi kebutuhan rumah seperti belanja sabun cuci baju, cuci piring, bumbu bumbu dapur garam, micin, penyedap rasa, gula, kopi dan membayar air serta listrik tiap bulan, membuat mamak sedikit tidak enak jika meminta uang padaku. Gaji bapak di gunakan mamak untuk membeli ikan dan sayuran, sisanya mamak pakai untuk kesenangan nya. Sehabis sholat magrib aku masuk ke dalam kamar mamak, kebetulan bapak masih di masj
Baca selengkapnya

Tiga

"Mi" aku mengguncang tubuh Rahmi matanya terpejam. "Apa kak?" Jawabnya sambil mengucek matanya. "Kakak tadi coba bicara sama mamak, niat kakak mau memberikan mamak jatah perminggu, mamak juga sudah menyetujui, tapi ada sedikit masalah" "Masalah apa kak?" "Mamak tetap meminta uang darimu, kata mamak harusnya semua gajimu serahkan ke mamak" "Gila mamak itu, apa kurang cukup setengah dari gaji yang ku berikan, bahkan lebih dari setengahnya" emosi Rahmi menaik. "Sabar dulu, coba bicarakan baik-baik sama mamak mungkin mamak akan mengerti" "Sudahlah kak, aku malas debat dengan mamak, kakak tau sendiri macam apa mamak kita, sekali di mintanya A gak akan berubah jadi B, kecuali B itu lebih menarik dari A" "Terus mau apa?" "Diamkan saja, kalau perlu tidak ku kasih sama sekali gajiku" "
Baca selengkapnya

Empat

"Waktu mamak bilang begitu, apa kata bapak?" "Bapak masih beli sayur sama ikan, pas aku lari kesini, ketemu bapak depan gerbang di lihatnya aku nangis, tapi aku langsung lari, bapak teriak, ditanya mau kemananya aku,  tak lama ku dengar mamak teriak di suruhnya bapak masuk" Jelas Rahmi padaku. "Jualan kakak sudah habis, kamu tunggu dulu, sambil di beresi sisanya ini, kakak mau pergi koperasi sebentar, ambil uangmu yang kakak pinjam semalam". Melihat adikku menangis seperti itu hatiku tidak tega, mamak benar-benar terlalu, hanya karena uang anaknya di ajak bertengkar. Padahal bisa di bilang Rahmi termasuk anak yang pengertian, di umur 18 tahun dia tau bagaimana cara membuat senang hati orangtuanya, dengen menyisihkan sedikit dari gajinya untuk mamak senang-senang. Bahkan setelah bapak tidak bekerja dia mengalah, memberikan 75% dari gajinya tapi tetap saja tidak cukup. Sesampa
Baca selengkapnya

Lima

"Kita tak perlu masak ya mak?" aku sengaja bertanya seperti itu pada mamak, ingin melihat reaksinya seperti apa. "Eh masaklah, kalau tidak masak mau makan apa kita nanti kalau tidak ada lauk" jawab mamak sebelum keluar gerbang. "Kata mamak tadi mau beli menu baru bang Hasan" aku mencoba mengingat kan kembali ucapan mamak. "Lauk tambahan aja itu yang aku beli di Hasan, kamu hari ini goreng tempe, tahu, masak sayur asem, ikan itu di sambal, jangan lupa cumi itu kamu tepungi Laila" perintah mamak lalu pergi meninggalkan rumah. "Pak, mamak itu mau sedekah sama tong sampah lagi kah?" Tanya Rahmi pada bapak. "Pak bagaimana ini?" Tanyaku pada bapak. "Tak usah di ikuti semua perintah mamak mu nak, cumi itu simpan saja dalam kulkas, beri penjelasan nanti" jawab bapak lembut. "Senang betul bapak dan kak Laila memancing rudalnya mamak keluar, kalau
Baca selengkapnya

Enam

"Tau apanya kamu sama malu Imron, jawab dulu aku" saat mamak menjawab seperti itu, pak RT langsung pergi begitu saja tanpa pamit.Bagiku mamak memang keterlaluan, tapi aku selalu memperhatikan setiap mamak bertemu pak Imron, mamak tetap memandang sinis dan tak pernah bersikap baik. "Mak minum dulu es teh ini" Rahmi memberikan segelas teh untuk mamak. "Memang benar-benar anak berbakti kamu Rahmi, mamak lagi emosi begini di turunkan nya emosi mamak dengan es teh" jawab mamak sambil menyeruput es tehnya. "Laila pijit dulu pundak mamak ini, tegang sekali rasanya, di buat emosi sama janda gila itu" mamak sambil memegang pundaknya.Aku yang mendapatkan perintah dari mamak langsung ku jalankan. "Mak, apa masalahnya sama ayuk Nunung?" Rahmi yang sedang memijit kaki mamak mencoba mencari tahu kejadian yang sebenarnya. "Kamu panggilnya sekali lagi ayuk, lidahmu yang mamak cin
Baca selengkapnya

Tujuh

"Ini baru makan enak, kalau tadi tak ada nafsuku makan sama sekali, melihat lauk hanya di masak setengah" ucap mamak selesai makan.Rahmi menyenggol kakiku dari bawah meja, memberi isyarat bahwa dia benar-benar ingin menjawab kata-kata mamak tapi tidak mampu di lakukannya. "Pak, mana?" Tanya mamak pada bapak. "Apa mak?" Tanya bapak balik. "Nafkah" jawab mamak singkat. Bapak mengeluarkan 3 lembaran merah lalu di serahkan ke mamak. "300.000 ribu aja pak?" Mamak menautkan alisnya. "Alhamdulillah mak" jawab bapak. "Cukup apalah uang segini, beli lauk pauk habislah sehari" mamak memasukkan kasar uang itu ke dalam kantung dasternya. Lalu meninggalkan kami bertiga masuk ke dalam kamar. "Mak" panggil bapak lagi sebelum mamak menutup pintu kamarnya. "Apa lagi?" Jawab mamak ketus. "Ada masalah apa sa
Baca selengkapnya

Delapan

"Pak, ada masalah apanya mamak sama pak Imron, kenapa mamak itu kalau Laila tengok tak pernahlah baik sikap mamak sama pak Imron setiap ketemu juga mamak selalu sinis" tanyaku penasaran. "Biarlah kak, itu urusan mamak, nanti bapak coba tanya mamak lagi lebih jelasnya" jawab bapak. "Pak tapi ada satu lagi yang buat kami terkejut" ucapku ragu. "Apalah yang buat anak gadis bapak terkejut, coba ceritakan" "Yuk Nunung bilang, bapak pernah kasihkannya uang" jawabku ragu. "Astaghfirullah" bapak terkejut mengelus dadanya. "Benar Nunung bilang begitu?" Tanya bapak memastikan. "Iya pak, tetangga juga dengar itu, terus mamak jalan mau di hampiri yuk Nunung, tapi lari dia pak langsung di kuncinya pintu
Baca selengkapnya

Sembilan

"Sebenarnya masalah pamernya tidak ku ambil pusing, tapi kalau sudah pamer, di traktirnya semua ibu-ibu yang duduk di warung si Yati nanti, belum lagi kalau datang si Hasan. Di bayarinya si Tutik biang gosip itu, yang ku tau Cek Ali belum ada gawe lagi, sudah taunya aku pasti duitnya itu kalau tidak darimu pasti dari Rahmi, kasihanlah aku sama kamu dua orang capek cari uang tapi mamakmu foya-foya" Sambung Yuk Nunung lagi.   "Ayuk tak sedang memfitnah mamak kan?"   "Ya Allah Ya Karim, Laila apa untung ayuk fitnah Cek Kasih, tak dapat uang pun aku dari fitnah itu"   "Tapi kemarin ayuk tega bawa nama bapak seperti itu"   "Iyolah kalau yang itu ayuk salah, maafkan ayuk, niatnya nanti malam ayuk mau main ke rumah kamu, mau minta maaf sama Cek Ali, tapi suruh Rahmi ajak Cek Kasih keluar, kalau ada Cek Kasih, mana bisa aku minta maaf, pastilah jadi ribut lagi"   "Tak usahlah yuk, biar n
Baca selengkapnya

Sepuluh

"Hahaha Ya Allah lupanya aku, kalau pak Kasim sudah tak ada, maafkan ayuk, Laila kalau tak percaya tanyalah bapakmu" ucap yuk Nunung.   "Nantilah, sekarang Laila mau pulang dulu, di rumah belum masak, sudah jam 11 nya ini, telat sudah Laila masak" aku berdiri membereskan tempat jualanku.   "Yasudah ayuk pamit dulu, makasih risoles nya, enak loh"    "Laila yang makasih sama ayuk sudah banyak membantu tadi" jawabku   "Tak masalah, kalau besok mau di bantu lagi ajaklah ayuk, tak usah gaji, kasih risole saja sudah cukup" ucapnya.   Aku hanya tersenyum mendengar tawaran yuk Nunung tak ku tanggapi lebih.   Sepanjang jalan pulang aku sibuk memikirkan apa yang di sampaikan yuk Nunung barusan, kalau memang benar begitu kenapa bapak tidak cerita apa-apa kepadaku atau Rahmi, kenapa di tutup rapat-rapat seperti ini.    "Assalamualaikum" aku
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status