"Kak mau cerita apanya kakak sama Rahmi?"
"Adik ingat tak pertanyaan kakak tempo lalu tentang pak Imron?"
"Ingat lah, ada masalahnya kakak kah sama pak Imron?"
"Kakak mau cerita satu hal"
"Apa dia?"
Aku mulai menceritakan pada Rahmi apa yang pernah di sampaikan yuk Nunung padaku Rahmi yang mendengarkan ceritaku juga cukup terkejut, hal yang kami lakukan saat selesai bercerita adalah menyambungkan apa yang pernah Rahmi saksikan antara pak Imron dan mamak sewaktu Rahmi masih Kecil.
"Jadi apanya kita buat sekarang kak?"
"Adik mau tak mendekati bu Asma, dia kan guru komputer di sekolahnya"
"Faham lah Rahmi pasti kakak suruh Rahmi pura-pura belajar sama bu Asma kan?
"Tak mungkin lah kakak yang mau kesana, kakak sibuk jualan"
"Serahkan lah sama Rahmi nanti biar Rahmi yang urus
Bapak yang sudah menjalani beberapa pemeriksaan saat ini harus menjalani pengobatan rawat inap di rumah sakit. Hasil dari pemeriksaan menyatakan bapak murni terkena pukulan benda tumpul tepat pada perutnya.Itu sebabnya bapak muntah bercampur darah, bapak yang awalnya tidak ingin mengaku akhirnya menceritakan bagaimana kejadian yang bapak alami setelah pulang dari mengantar wak yang sudah memijat mamak.Rumah sakit yang awalnya menawarkan agar kejadian ini di laporkan ke polisi dengan hasil pemeriksaan lengkap yang sudah di jalani tapi mamak menolak tak ingin memperpanjang masalah. Mamak mengatakan bapak selamat saja sudah cukup untuk kami semua.Dering panggilan dari hp ku membuat semua lamunanku buyar."Laila kenapa tak ada di rumah? ayuk tunggu tak juga datangnya kamu, ayuk ke rumah manggil-manggil namamu tak adanya satupun orang keluar""Kami di rumah sakit yuk, sampaikan maaf Laila ta
Laila .... Laila mana ayam nya satu lagi ini ? Aku segera berlari menuju dapur mendengar namaku di panggil, mamak menanyakan di mana ayam sambal yang dia beli semalam saat pulang berkunjung dari rumah temannya. "Mak, itu kan sudah banyak lauk di atas meja makan, ada pepes ikan, sambal tempe, itu juga sudah aku keluarkan ayam goreng yang mamak beli semalam" jelasku pada mamak, yang seharusnya tanpa aku jelaskan mamak sudah bisa melihat sendiri di atas meja makan ada hidangan apa saja. "Ayam sambalnya mana, kan semalam mamak beli ayam sambal juga, bukan hanya ayam goreng" "Ampun aku, mamak ini gak pernah cukup sama satu lauk" batinku "Mana?" Suara mamak mulai meninggi. "Mak, ayam sambalnya ku simpan di dalam kulkas, itu kan sudah banyak sekali lauk di atas meja makan, maksudku ayam sambal nya buat lauk besok saja tinggal di pa
Rahmi sendiri yang tidak mau repot belanja kebutuhan rumah, dia lebih memilih memberikan uang kepada mamak setiap bulannya.Dengan menyisihkan sebagian dari gajinya, sebagai penyenang hati mamak katanya agar rejekinnya lancar, tapi setelah bapak tidak bekerja dia memberikan mamak dengan jumlah yang cukup besar dengan alasan dia tidak tega bila mamak harus terus menerus mengajak bapak bertengkar tiap hari karena merasa kekurangan uang.Aku yang dari awal saat bapak masih bekerja, lebih memilih mengisi kebutuhan rumah seperti belanja sabun cuci baju, cuci piring, bumbu bumbu dapur garam, micin, penyedap rasa, gula, kopi dan membayar air serta listrik tiap bulan, membuat mamak sedikit tidak enak jika meminta uang padaku.Gaji bapak di gunakan mamak untuk membeli ikan dan sayuran, sisanya mamak pakai untuk kesenangan nya.Sehabis sholat magrib aku masuk ke dalam kamar mamak, kebetulan bapak masih di masj
"Mi" aku mengguncang tubuh Rahmi matanya terpejam."Apa kak?" Jawabnya sambil mengucek matanya."Kakak tadi coba bicara sama mamak, niat kakak mau memberikan mamak jatah perminggu, mamak juga sudah menyetujui, tapi ada sedikit masalah""Masalah apa kak?""Mamak tetap meminta uang darimu, kata mamak harusnya semua gajimu serahkan ke mamak""Gila mamak itu, apa kurang cukup setengah dari gaji yang ku berikan, bahkan lebih dari setengahnya" emosi Rahmi menaik."Sabar dulu, coba bicarakan baik-baik sama mamak mungkin mamak akan mengerti""Sudahlah kak, aku malas debat dengan mamak, kakak tau sendiri macam apa mamak kita, sekali di mintanya A gak akan berubah jadi B, kecuali B itu lebih menarik dari A""Terus mau apa?""Diamkan saja, kalau perlu tidak ku kasih sama sekali gajiku""
"Waktu mamak bilang begitu, apa kata bapak?""Bapak masih beli sayur sama ikan, pas aku lari kesini, ketemu bapak depan gerbang di lihatnya aku nangis, tapi aku langsung lari, bapak teriak, ditanya mau kemananya aku, tak lama ku dengar mamak teriak di suruhnya bapak masuk" Jelas Rahmi padaku."Jualan kakak sudah habis, kamu tunggu dulu, sambil di beresi sisanya ini, kakak mau pergi koperasi sebentar, ambil uangmu yang kakak pinjam semalam".Melihat adikku menangis seperti itu hatiku tidak tega, mamak benar-benar terlalu, hanya karena uang anaknya di ajak bertengkar.Padahal bisa di bilang Rahmi termasuk anak yang pengertian, di umur 18 tahun dia tau bagaimana cara membuat senang hati orangtuanya, dengen menyisihkan sedikit dari gajinya untuk mamak senang-senang.Bahkan setelah bapak tidak bekerja dia mengalah, memberikan 75% dari gajinya tapi tetap saja tidak cukup. Sesampa
"Kita tak perlu masak ya mak?" aku sengaja bertanya seperti itu pada mamak, ingin melihat reaksinya seperti apa."Eh masaklah, kalau tidak masak mau makan apa kita nanti kalau tidak ada lauk" jawab mamak sebelum keluar gerbang."Kata mamak tadi mau beli menu baru bang Hasan" aku mencoba mengingat kan kembali ucapan mamak."Lauk tambahan aja itu yang aku beli di Hasan, kamu hari ini goreng tempe, tahu, masak sayur asem, ikan itu di sambal, jangan lupa cumi itu kamu tepungi Laila" perintah mamak lalu pergi meninggalkan rumah."Pak, mamak itu mau sedekah sama tong sampah lagi kah?" Tanya Rahmi pada bapak."Pak bagaimana ini?" Tanyaku pada bapak."Tak usah di ikuti semua perintah mamak mu nak, cumi itu simpan saja dalam kulkas, beri penjelasan nanti" jawab bapak lembut."Senang betul bapak dan kak Laila memancing rudalnya mamak keluar, kalau
"Tau apanya kamu sama malu Imron, jawab dulu aku" saat mamak menjawab seperti itu, pak RT langsung pergi begitu saja tanpa pamit.Bagiku mamak memang keterlaluan, tapi aku selalu memperhatikan setiap mamak bertemu pak Imron, mamak tetap memandang sinis dan tak pernah bersikap baik."Mak minum dulu es teh ini" Rahmi memberikan segelas teh untuk mamak."Memang benar-benar anak berbakti kamu Rahmi, mamak lagi emosi begini di turunkan nya emosi mamak dengan es teh" jawab mamak sambil menyeruput es tehnya."Laila pijit dulu pundak mamak ini, tegang sekali rasanya, di buat emosi sama janda gila itu" mamak sambil memegang pundaknya.Aku yang mendapatkan perintah dari mamak langsung ku jalankan."Mak, apa masalahnya sama ayuk Nunung?" Rahmi yang sedang memijit kaki mamak mencoba mencari tahu kejadian yang sebenarnya."Kamu panggilnya sekali lagi ayuk, lidahmu yang mamak cin
"Ini baru makan enak, kalau tadi tak ada nafsuku makan sama sekali, melihat lauk hanya di masak setengah" ucap mamak selesai makan.Rahmi menyenggol kakiku dari bawah meja, memberi isyarat bahwa dia benar-benar ingin menjawab kata-kata mamak tapi tidak mampu di lakukannya."Pak, mana?" Tanya mamak pada bapak."Apa mak?" Tanya bapak balik."Nafkah" jawab mamak singkat. Bapak mengeluarkan 3 lembaran merah lalu di serahkan ke mamak."300.000 ribu aja pak?" Mamak menautkan alisnya."Alhamdulillah mak" jawab bapak."Cukup apalah uang segini, beli lauk pauk habislah sehari" mamak memasukkan kasar uang itu ke dalam kantung dasternya. Lalu meninggalkan kami bertiga masuk ke dalam kamar."Mak" panggil bapak lagi sebelum mamak menutup pintu kamarnya."Apa lagi?" Jawab mamak ketus."Ada masalah apa sa