Naura Tsabina, tidak pernah menduga jika sang kekasih akan memutuskan hubungan mereka lima belas menit setelah Naura menerima lamarannya. Hanya karena dia menolak untuk memiliki anak setelah menikah. Baginya, anak-anak itu sama saja dengan masalah. Sebelum berupaya untuk menyelamatkan hubungannya, Naura dipaksa oleh kakaknya untuk malakoni peran sebagai guru paud. Naura yang tidak menyukai segala hal tentang anak-anak, dipaksa masuk ke dalam dunia mereka yang hanya dipenuhi dengan kegaduhan. Naura berusaha bertahan hingga sesuatu yang tidak terduga itu datang padanya. Perseteruannya dengan seorang duda tampan salah satu wali muridnya membuatnya terjebak dalam keadaan yang membingungkan. Mungkin sudah terlambat bagi Naura untuk menyadari bahwa hatinya sedang dalam bahaya..
View More"Ketawa aja terus sesuka hatimu!!" Naura jengkel. "PUAS?!"Arjuna menunduk memijit pelipisnya, menelan sisa tawanya dan mengangkat pandangan dengan tatapan geli juga senyuman di bibir. Satu sikunya diletakkan di atas meja."Aku—" Naura menunggu, Arjuna tertawa lagi. "Astaga, ini menggelikan."Naura ternganga, apa maksudnya Arjuna gendeng ini?"Papi teltawaaaaa." Keylan tersenyum lebar. Memangnya kalau Arjuna ketawa, itu seperti menang togel, harus dirayakan. Walaupun yah, Naura terkesima melihatnya. Sangat terkesima. Bayangkan saja, laki-laki yang lebih sering menampilkan ekspresi datar ternyata memiliki tawa serenyah kerupuk rengginang, membuat wajahnya semakin tampan. Momen yang menyenangkan meskipun Naura gak tahu, Arjuna itu sedang menertawakan apa."Oke. Serius deh aku geli."Naura menyimpitkan mata melihat Arjuna yang menahan senyum dengan tatapan dalam, tiba-tiba tangannya terulur mencubit pipinya dengan gemas membuat Naura merasakan tubuhnya menegang, desiran darahnya terasa
"Kerja rodi," desahnya dengan kepala yang terasa nyut-nyutan.Naura mengangkat dua koper ukuran kecil yang warna dan bentuknya sama di atas tempat tidur dan berdiri diam nampak berpikir. "Ini yang mana koper bajunya Keylan ya?"Naura memandangi keduanya lalu memilih yang paling kanan dan membukanya. Dilihatnya tumpukan paling atas ada berkas-berkas yang Naura tahu pasti punya Arjuna."Ah bukan yang ini."Naura mendorong minggir koper itu dan menggeser koper yang satunya berniat membukanya tapi apesnya koper Arjuna malah terjatuh dari tempat tidur dalam keadaan terbalik. Naura terkesiap melihatnya dan menutup mulutnya dengan tangan."Mampus!"Naura buru-buru berjongkok untuk membereskannya dan berdecak saat pakaian Arjuna terjatuh semua ke lantai. Naura merapikan beberapa kemeja dan celana yang ada di sana sebelum di masukkan lagi ke koper dan setelah semua beres, Naura terbelalak melihat benda-benda terakhir yang berserakan di sana."Aduh—" Naura mengaduh, mengacak rambutnya dengan bi
Perjalanan membutuhkan waktu sekitar dua jam kurang dilihat dari traffic kendaraan saat weekend tapi baru setengah jam berjalan, Naura yang duduk diapit Keylan dan Papinya sudah merasa seperti melakukan perjalanan selama dua hari. Bagaimana Naura gak lebay kalau keduanya kompak tertidur dan menjadikan bahu juga pahanya sebagai pengganti bantal. Like father like son, bagaikan pinang dibelah kampaknya wiro sableng.Arjuna gendeng menjadikan bahunya sebagai tempat untuk menyandarkan kepalanya sementara Keylan yang capek mainan, melungker dengan kepala di atas pahanya sambil memeluk mobil-mobilannya. Trus Naura kudu piye?"Maaf ya Non. Pak Arjuna dan Keylan baru pulang dari London dan sampai di Jakarta hampir larut malam," ucap sang supir yang sepertinya supir kepercayaan Arjuna.Naura tersenyum, "Oh begitu Pak. Pantas saja sepertinya mereka kelelahan."Sialan memang! Apa ini gunanya dia berada di tengah-tengah mereka? Konspirasi bapak dan anak yang luar biasa menjengkelkannya!"Iya Non
Naura punya agenda weekend tapi dia pura-pura gak ingat juga tidak peduli karena lelaki yang dengan seenaknya membuat janji kemungkinan besar tidak muncul, jadi yang Naura lakukan hanya bergelung di dalam selimut sampai jiwanya siap untuk bangun dan menyapa dunia mengabaikan ponselnya yang bergetar tanpa henti.Siska semalam sudah pergi ke rumah orang tuanya di Bandung, jadi hari ini dia bisa bersantai seperti orang gak punya kerjaan tanpa ada orang yang mengganggunya.TING TONG TING TONGNaura menutup wajahnya dengan bantal saat mendengar suara bel berbunyi di luar.TING TONG TING TONG "Arrrgghh!” Naura duduk dengan wajah kesal. "Siapa sih ah?!"TING TONG TING TONG "Iya sebentar,” teriaknya, turun dari ranjang, memakai sandal bulu kelinci pinknya dan bergegas ke luar. "Siapa sih orang gak tahu diri yang menggangu pagi-pagi begini?" Naura sempat melihat sekilas jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi.Hanya mengenakan baby doll motif Minnie, penutup mata yang nangkring di kepa
"Elo nyeselkan?"Naura tersentak kaget dari lamunannya saat mendengar teguran Siska. Dengan lebay, Naura menghela napas panjang, bertopang dagu, mengambil satu sushi dengan sumpit yang kemudian dia angkat sejajar dengan mata dan memandanginya tanpa minat. Biasanya, makanan favoritnya itu bisa membuat mood-nya yang semula runtuh langsung melambung dalam sejekap. "Cuma kepikiran aja sih.”Siska berdecak, terlihat sekali menikmati Ramennya. "Wajar aja sih kalau dia marah. Belum jelas apa statusnya, elo sudah ngomong gitu di depan orang tua lo sendiri. Kalau ternyata dia sudah duda, mampus lo!”Naura manyun, masih memperhatikan sushinya dan mendesah, "Kenapa kalau lihat sushi ini, aku kayak lihat wajahnya Arjuna."Siska hampir saja menyemburkan Ramen yang dikunyahnya."Wah, lo benar-benar pintar melakukan penghinaan. Bisa kena pasal berlapis loh nanti!" decaknya. "Kurang ajar banget, muka seganteng dia disamakan dengan Sushi." Naura mencebik. "Bukan itu maksud gue.""Terus?" "Sushi in
"Bagaimana?" Tanya Naura basa basi.Arjuna yang baru saja meletakkan pisau setelah menghabiskan steak terbaik di restorannya itu mengangguk. "Good.""Just it?!"Arjuna mengambil gelas winenya. "Ini menu terbaik restoranmu kan?""Begitulah," ucap Naura dengan senyuman bangga."Kalau begitu kamu sudah tahu apa jawabanku."Naura mencebikkan bibirnya, mengambil gelas berisi red wine miliknya dan meminumnya sambil ngedumel dalam hati. Tinggal bilang enak aja kok repot pake muter-muter segala. Emangnya susah banget cuma tinggal ngomong empat kata itu doang. Cih!Naura meletakkan gelasnya, menatap Arjuna yang sedang meminum winenya. "Kamu—""Ganteng. I know," sela Arjuna sok pedenya membuat Naura melotot kesal."Kamu belum pernah ngerasain tabokan maut ya," desis Naura seraya menekan kata-katanya."Belum," jawab Arjuna seadanya. "Kalau kamu bersedia melakukannya maka aku akan meminta hidupmu sebagai pertanggunjawabannya."Naura ternganga maksimal. Lelaki di depannya ini beneran gendeng."Apa
Naura : Please, tolongin gue!Siska : Kenapa lo? Pingsan lagi?Naura : Kalau gue pingsan gak bakalan ngirim chat ini, ndul!Siska : Yah, siapa tahu raga lo!Naura : Ngaco! Tolong selamatkan gue sekarang.Siska : Lo sudah makan belum sih kok ngaco?Naura menghembuskan napas kesal dan kembali mengetik balasan dengan cepat.Naura : Gue lagi makan siang sama dua orang tua murid. Lelaki yang satu murah senyum tapi gak ganteng-ganteng amat berstatus duda tulen dan lelaki yang lain, wajah songongnya minta digampar bolak balik dan status dudanya masih dipertanyakan tapi ganteng. Ini hasil dari jebakan dua anak kecil. Gue dikibulin hari ini.Siska : Lo masih gadis tapi kenapa magnetnya om-om duda sih?Naura : Sialan!!Siska typing....."Ehmmm—" Naura mengangkat pandangan saat Pak Rendy yang duduk di depannya sedang menyuapi Malika berdeham menarik perhatian membuat Naura langsung tersenyum sopan."Apa anak saya merepotkan di sekolah,Bu?"Naura diam sesaat kemudian menggeleng. "Oh sama sekali
“Bu gulu Naula, ayo dong cepet telponin Papi," rengek Keylan."Ayah Malika juga ya." Di sampingnya, Malika ikut-ikutan."Kenapa kalian berdua hari ini kompak sekali," decak Naura seraya berkacak pinggang. "Ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Oke?"Keylan dan Malika mengangguk bersamaan lalu tertawa. Bahagia sekali bisa membuatnya kesal. Naura menghembuskan napas panjang seraya mengeluarkan ponsel dari saku blazernya."Siapa dulu yang harus Ibu telpon, hmm?""Ayahnya Malika duluan." Malika mengangkat tangannya tinggi-tinggi."Papi Aljuna juga ya Bu Naula.""Iya," decak Naura. "Papimu yang terakhir aja."Naura berharap kalau Keylan tiba-tiba lupa supaya dia tidak perlu menelepon Arjuna tapi melihat cengiran bahagia dan tatapan binar Keylan membuat Naura menggerang kesal. Mau tidak mau dia harus memberanikan diri menelepon laki-laki berjiwa rentenir itu yang membuatnya seketika ingat dengan semua hutang budinya. "Oke Malika. Ibu akan menelepon Ayahmu duluan.""Yeeeaaayy," sorak
"Waaahh, kamu benar-benar laki-laki yang tidak berperasaan." Arjuna terlihat mengedarkan pandangan. "Dari awal sudah aku katakan kalau kamu akan menyesal jika mencari gara-gara denganku. Aku dengar tadi siang, Keylan nangis gara-gara kamu dorong." "Tidak—" Naura menelan salivanya. "Bukan seperti itu. Tapi anakmu sangat menyebalkan karena mengekoriku ke mana pun." "Apa dengan cara seperti itu kamu mengusirnya?" Naura sudah akan membuka mulut tapi ditutupnya lagi. Arjuna memegang dua lengannya dan mencengkramnya dengan tatapan tajam. "Aku tidak mau lagi mendengar yang seperti itu. Keylan butuh perhatian—" "Apa karena Mamanya sakit?" Tanya Naura membuat Arjuna langsung terdiam selama beberapa saat. "Kamu terlihat seperti lelaki bebas tapi ternyata istrimu sedang sakit. Laki-laki macam apa kamu ini?" Arjuna melepasnya cengkramannya tanpa mengucap sepatah katapun dan berbalik lalu melambaikan tangan ke arah kejauhan sampai ada mobil taksi yang mendekat dan berhenti di depannya. Ar
"Baby, aku tidak mau lama-lama membiarkan hubungan kita tanpa ikatan resmi. Aku tidak rela jika ada laki-laki lain yang merebutmu dariku.” Naura menutup mulutnya dengan kedua tangan disertai linangan air mata saat Wisnu bersimpuh, mengeluarkan kotak beludru dari saku celananya dan membukanya memperlihatkan cincin berlian yang sangat cantik dan berkilau. “Naura, bersediakah kamu menikah denganku?” Naura tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat akhirnya dihadapkan pada momen sakral yang selama ini dinantikannya dari lelaki yang selama satu tahunan ini menjadi kekasihnya dan membuat mereka mendapatkan predikat relationship goals. Wisnu, lelaki yang memiliki perusahaan furniture merupakan sosok yang diimpikannya untuk menjadi calon suami masa depan.Saat ini mereka sedang makan malam romantis di salah satu rooftop hotel bintang lima yang dihias aneka bunga mawar hidup yang harum semerbak. Seharusnya, acara lamaran itu bersifat rahasia tapi dia tidak sengaja mencuri dengar rencana
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments