Home / Romansa / TERGODA CINTA DUDA DINGIN / 05. Frustasi Di Hari Pertama

Share

05. Frustasi Di Hari Pertama

last update Last Updated: 2024-10-10 22:39:34

“Beb, ini sih namanya bunuh diri."

Naura memutar bola mata sembari mengotak-atik ponsel di tangan saat perias yang sedang menata rambutnya berkomentar.

"Elo kan gak suka banget sama anak kecil. Udah deh dari pada elo yang pusing nantinya mending angkat bendera putih aja dari sekarang."

"Kamu lebay deh, Don. Masa gue harus kalah sebelum berperang sih. No Way!!"

Doni Amirah, lelaki berjari lentik di salon langganannya yang bisa menyulap itik buruk rupa menjadi secantik cinderella itu sangat tahu bagaimana tidak sukanya dia dengan anak-anak.

Pagi-pagi buta, Naura sudah ada di depan salon Doni padahal jam operasionalnya itu masih beberapa jam lagi hingga membuat Doni marah-marah. Dihari pertamanya bekerja, Naura ingin penampilannya sempurna supaya mudah mempengaruhi anak-anak.

"Ihh dibilangin juga ih. Gue gak bisa bayangin itu nanti anak-anak bakal lihat wajah monster lo yang galaknya gak ketulungan. Kasihan aja sih sama mereka yang harus berhadapan dengan guru modelan lo gini."

“Makanya elo buat dong wajah gue ini secantik Princess Disney supaya mereka itu nurut sama gue!”

“Etdah, sekalipun wajah kayak princess tapi kalau sifat lo lebih mirip medusa ya nggak mempan dong.”

“Sialan!” umpat Naura.”Gue nggak separah itu!”

“Lebih parah malah,” balas Doni.

"Ini juga terpaksa harus gue lakuin, Don. Bilangnya sih supaya gue bisa memperbaiki image anak-anak di kepala gue ini supaya nanti gue bisa kembali negosiasi sama Wisnu."

"Ah itu laki juga ya nyebelin." Doni mengatur rambut panjangnya agar lebih bergelombang bawahnya supaya dia bisa tampil cetar mengalahkan syahrono di hari pertamanya ke sekolah. "Seharusnya dia tetap mendampingi elo dan mencari jalan keluar yang terbaik berdua." Naura manyun mendengarnya. Kenyataan kalau Wisnu malah menghindarinya membuatnya kesal setengah mati. "Atau jangan-jangan dia memang sudah memprediksi kalau lo akan mempermasalahkan soal anak supaya kalian bisa putus dan dia bisa cari wanita lain yang modelannya seperti Metta itu, saingan lo."

Naura melotot ke arah Doni melalui kaca. "Elo jangan ngomong sembarangan ah. Gak mungkin Wisnu langsung berpaling ke wanita lain.”

"Gue kan cuma kasih pendapat."

"Pendapat lo gak mutu."

Doni mencibir, memberikan semprotan hair spray sebagai sentuhan terakhir dan tersenyum lebar membuat Naura langsung memperhatikan rambutnya yang sudah cetar.

"Good. Biarpun harus perang dan gue gak tahu apa yang akan terjadi nanti tapi gue kudu selalu tampil cantik."

"Elo mah memang sudah cantik. Ya udah sana deh pergi. Elo ganggu ritual pagi gue aja sih.” Naura memutar bola mata. ”Gue cuma bisa bilang, semoga elo beruntung gak kena darah tinggi setelah masa tiga bulan ini terlewati."

Naura tertawa seraya berdiri. "Gue harus bisa bertahan. Anak-anak itu harus nurut sama perintah gue."

"Elo kira mereka robot yang bisa diatur-atur. Yang ada sih elo yang harus menyesuaikan diri."

"Bodo amat gimana caranya nanti. Ah udahlah. Gue udah telat jadi dadah bye bye."

Naura memberikan ciuman jauhnya dan Doni langsung menangkap dan memberikan ciuman balasan lalu keluar dari salon menuju ke mobilnya. Naura terpaksa memakai mobil kesayangannya yang jarang dia pakai karena mobil miliknya yang berhasil dia derek ada di bengkel.

"Gak ada dalam kamus seorang Naura mengalami kekalahan untuk hal beginian." Naura mencengkram kemudi mobilnya.

"Oke, i'm ready for this."

***

Naura bergidik melihat banyaknya bocah-bocah troublemaker yang seperti siap untuk mengajaknya pergi ke medan perang. Berusaha keras untuk tidak melarikan diri dari tatapan-tatapan polos yang berdiri bergerombol di depannya memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah.

Tampangnya sih polos tapi Naura sudah bisa membayangkan di kepalanya drama apa saja yang akan terjadi dan itu pasti akan membuat Naura seperti terkena serangan badai. Sialnya, setelah berdiri di hadapan mereka semua seperti ini, Naura malah tidak yakin apa dia bisa menghadapi semuanya sendiri karena menghadapi keponakannya saja dia bisa berubah menjadi hulk dalam sekejap.

Tahan..tahan..tahan..

Mereka anak orang bukan anak nyamuk.

"Halo sayangku semuanya."

Naura kaget dengan salam nyaring dari ibu Dahlia yang berdiri di sebelahnya.

"Halo ibuuuuuuuu," balas mereka.

Ibu Dahlia melambai-lambai, menoleh ke arahnya dan memperkenalkannya dengan seorang wanita muda berkepang yang sedang hamil besar yang tersenyum melihatnya.

"Naura, kenalkan ini Putri yang mengajar kelas ini."

"Halo Putri." Naura mengulurkan tangan yang langsung disambut Putri. Selama tiga bulan ini, Naura yang akan menggantikan Putri yang cuti hamil.

"Halo. Semoga betah ya," balasnya seakan memberi semangat. Yeah,semoga saja.

"Anak-anak senang nggak nyanyi-nyanyinya?" tanya Ibu Dahlia.

"Senaaaaanggg Buuuuu. Laaaggiiiiiiiiiiii potong bebeeeeknyaaaaaaa."

Ada yang menjawab tapi ada juga yang cuek. Naura hanya diam tanpa berniat menyapa mereka tapi tatapan dari Ibu Dahlia juga Putri membuatnya kagok. Dia berdeham dan menyapa semua anak-anak itu tanpa ekspresi dan intonasi datar.

"Hai semua." Singkat , jelas dan padat.

Anak-anak itu sama sekali tidak ada yang menjawab hanya diam memperhatikannya begitu juga Ibu Dahlia dan Putri.

Naura nyengir, "Maklumin Bu hari pertama."

“Di sini ada lima belas siswa dan siswi tapi ada satu siswa yang sedang izin selama seminggu,” Ibu Dahlia memberi info.

“Izin kemana,Bu?” tanya Naura.

“Diajak PapInya keluar negeri ada urusan.”

“Oh.” Naura mengangguk. Enak banget ya.

Tiba-tiba ponsel di saku celananya berbunyi dan Si Ibu langsung mengangkatnya. "Oh begitu. Oke baiklah, Saya akan segera ke sana."

Naura melihat anak-anak itu menelengkan kepala memperhatikan dan dia membalasnya dengan melotot membuat beberapa anak perempuan bergerak mundur.

"Naura—" Naura langsung menoleh, pasang senyum bisnisnya. "Saya tinggal sebentar di sini sama mereka ya. Saya dan Putri mau ke ruangan dulu ada yang mau diurus. Sekalian kamu berkenalan dan berinteraksi dengan mereka."

"Hah? Sendirian?"

Mampus!!

"Iya, memangnya kenapa?"

"Eh, gak apa-apa Bu."

"Oke, kami tinggal sebentar ya."

Naura mengangguk saat Ibu Dahlia melambai ke anak-anak itu dan meninggalkannya di sana sendirian.

"Uwuwuwuwuwuwu, ibu guluuu baluuuuu." Seorang anak cowok yang sejak awal dia perhatikan tidak bisa diam di tempatnya mendekat dan berputar-putar di sekelilingnya.

"—eh," ucap Naura yang kepalanya mengikuti pergerakannya yang bikin pusing.

Anak cowok itu tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang sudah lengkap.

"Jangan mutar-mutar begitu. Duduk!!" Ucapnya seraya menunjuk lantai.

"Gak maaaauuuu. Hhahahahhahaha." Anak itu malah bersembunyi di balik punggungnya dan saat dia menoleh ke belakang anak itu langsung berseru lantang. "BAAAAAA!"

Ya Tuhan, beri hamba kesabaran tingkat dewa khayangan.

"Ibu guluuuuu cantiiikkkkk."

Beberapa anak perempuan bergerombol mendekatinya dan menengadahkan kepala memperhatikan. Ada yang menarik-narik blazernya, rambutnya dan ada yang duduk di kakinya.

"Kalian ini bisa dibilangin gak?" ucapnya ketus. "Eh, jangan pegang-pegang ya. Ini rambut sudah mampir salon tadi pagi nanti kusut."

"Elisa maaau punya lambut beginiiii." Salah satu anak perempuan yang memiliki rambut pendek merengek di depannya.

"Ya sana panjangin dulu itu rambutmu."

Anak itu hanya mengerjapkan matanya.

"Nguinggg..nguingggg..nguinggg awaass ada tayoo mauu lewaaaaattt," ucap anak cowok yang lainnya ke arahnya membuatnya reflek langsung memekik mundur membuat anak-anak perempuan itu kaget. "Bu guluuuu ayoooo naikk tayoooo."

Naura bergerak dengan cepat menghindari anak itu yang membawa mainan bus kecilnya di tangan dan bergerak mengikutinya.

"Uwuwuwuwuwu." Benar-benar anak yang tidak bisa diam. "Tayoo mau lewaaaaattt. Miciiiiiii."

"Hust, kamu mainnya jauh-jauh sana jangan ngikutin!"

"Wuwuwuwuwuwu." Anak itu tetap saja mengejarnya dan dikasih tahu nggak bisa. Naura bergerak berputar -putar di sana sampai tanpa sengaja kakinya menginjak boneka milik salah satu anak perempuan yang ada di sana dan— BUKKK!!

"Adooooowwwww, pinggangku."

Naura terjatuh dengan tidak elegannya dan anak cowok yang mengejarnya tadi langsung tertawa terpingkal-pingkal.

"Aaaaahh Ibuuuu duyuuuuu jattoooohhhh. Kapooooooook."

Sialan memang dikapokin anak kecil. Naura mengusap pantatnya seraya meluruskan kaki dan memperhatikan semua anak-anak itu bergerombol di sekitarnya.

"HUAAAAAAAAA, bonekaaaaaaa balbieeee Riskaaaa kepalanya lepaaaaaasss." Anak perempuan itu menangis di depannya.

Naura melihat boneka barbie yang tadi diinjaknya sudah tercerai berai kepalanya.

"Aduuhhh ituu buang ajaaa, jelek," Naura menendang kepala si Barbie menjauh dari kakinya membuat Riska yang melihatnya tambah menangis dan merangkak untuk sampai ke tempatnya dan menarik rambutnya.

"Aaaaaaaaaa bonekaaaa balbieeeekuuuuu."

"Aduhh, sana minggir."

Anak-anak itu mengerumuninya dan anak cowok yang membawa bus tayo di tangannya itu mendorong-dorong kakinya dengan bus miliknya.

"Minggillll sanaa minggilll."

"Hei kalian jauh-jauh." Naura mendorong pelan beberapa anak yang begitu dekat dengannya. "Hei, jangan tarik-tarik rambut." Naura mencoba melepaskan rambut hitam bergelombangnya dari cengkraman si anak yang menangis tadi. "Kalian minggir semuanya."

"Huuaaaaaaaa." Sekarang ada tiga anak yang menangis dan itu membuat Naura semakin pusing.

"Tayooooo mau lewaaaaaat. Awas Bu guluuuuuu."

"Minggir!!" ucapnya seraya membuang mainan itu menjauh membuat anak cowok itu diam lalu kemudian marah dan mendekat lalu mengambil telapak tangannya dan mengigitnya.

"Aaaaarrrgghhhhhh." Naura memekik.

"Memang enaaaaak akuuuu gigiiiitttt. Weeeeeee." Anak cowok itu memeletkan lidahnya dan berlari pergi sambil terrtawa-tawa.

Naura mengacak rambutnya yang sudah berantakan dan memekik. "AKKHHHHHHH!!"

Frustasi. Kesal. Marah.

Anak-anak memang makhluk yang menyebalkan!!

***

Related chapters

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   06. Rusuh dalam Kelas

    “Bagaimana hari pertamamu bekerja?” Naura yang sedang selonjoran kaki di sofa ruang tamu rumahnya mencebik menjawab pertanyaan Arbella yang datang dari arah dapur dan duduk di sofa tunggal sambil nyemilin kacang goreng. “Rusuh.” Arbella tertawa membuat Naura keki dan membuang muka kembali fokus dengan ponselnya untuk mencari tahu kegiatan Wisnu. Tapi sayangnya, sejak satu jam yang lalu tidak ada yang bisa di dapatkannya. “Tapi seru kan?” “Seru apanya? Stress sih iya.” Arbella berdecak, “Tapi ingat loh ya, mereka itu anaknya orang yang nggak bisa kamu marahin sembarangan. Kamu harus hati-hati dalam berbicara dan bersikap.” “Aku sudah berusaha semampuku,” desah Naura. Membayangkan kembali dia harus menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak berubah menjadi hulk. “Percayalah, itu semua akan kamu rasakan manfaatnya suatu hari nanti.” “Aku tidak peduli,” cibir Naura. “Kalau kamu mau menyerah dan pasrah ditinggalkan Wisnu ya kamu berhenti saja.” Naura mendelik. “Kamu bilang aja sam

    Last Updated : 2024-10-27
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   07. Kesialan Tak Terduga

    Hari ini lengkap sudah deritanya. Tadi pagi mobilnya mogok, tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan untuk datang membantunya selain tukang bengkel hingga akhirnya memilih naik taksi, maag-nya kambuh karena belum makan, kemeja putihnya sudah bercorak saat ini yang bisa aja dia cuci tapi itu malah akan membuat warnanya amburadul jadi terpaksa dia pakai dan akan membuangnya saat berada di apartemen dan sekarang saat pulang, hujan turun dengan derasnya. Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, Naura memilih berdiri sendirian di gerbang menunggu Fransiska yang akan menjemputnya, di bawah lindungan payung yang dipinjamkan Karen yang motifnya spongebob. Luar biasa sekali Naura meniup poninya. "Apes banget hari ini." Naura memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan sekelilingnya dan hujan seakan mengaburkan pemandangan apapun yang ada di depannya. Saat melihat kemejanya, di mana ada dua corak telapak tangan yang letaknya pas banget di masing-masing bagian dadanya membuat Naura tam

    Last Updated : 2024-10-28
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   08. Memergoki Hot Daddy

    Setelah diancam akan digeret ke pengadilan sama hot daddy yang ganteng itu, Naura stress. "Elo kalau stress mengerikan!!" Di sampingnya, Siska begidik seraya menunjuk lima paperbag dengan ukiran nama merek butik terkenal yang Naura letakkan di atas kursi. Malam ini, Naura menggeret paksa Siska menemaninya ke mall untuk menghilangkan rasa stress dan penat setelah seharian mengalami kesialan. "Ya inilah gue." Naura menggidikkan bahu, duduk menyandar di kursi salah satu restoran di dalam mall yang malam ini cukup ramai. Steak di piringnya masih sisa setengah berbeda dengan Siska yang sudah menghabiskan spaghetti-nya dan sedang menyantap es krim coklat bertabur kacang almond. "Memangnya elo gimana?" "Gym—" Siska menyendok es krim di mangkuknya. "Yoga dan sebagainya." "Ah kalau itu sih memang keharusan. Gue selalu rutin olahraga." "Elo ngilangin stress ngabisin duit berjuta-juta." Siska menggelengkan kepala, Naura hanya nyengir. "Jadi sebenarnya elo stress karena bertemu dengan lak

    Last Updated : 2024-10-29
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   09. Like Father like Son

    Gara-gara laki-laki itu juga, Naura sampai gak bisa tidur dan paginya malah bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke sekolah sampai tidak sempat sarapan. Padahal dia tahu akibatnya jika tidak sarapan bagi tubuhnya.Di sekolah, dia jadi gampang marah. Entah sudah berapa banyak anak-anak yang dia omeli padahal mereka melakukan kesalahan yang tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan Keylan sudah dia marahi habis-habisan karena tidak mau menurut.Setelah semua anak-anak sudah pulang, Naura keluar dari ruangan kelas setelah membersihkan beberapa barang yang tercecer. Dia sudah membayangkan makan rawon iga yang enak banget hingga membuatnya buru-buru keluar dari sana.Saat berada di depan pintu di mana sepatunya berada, Naura terdiam sesaat dan menyimpitkan mata. Ada yang bergerak-gerak di sana. Naura mengedarkan pandangan melihat suasana sekolah yang sepi lalu kembali memperhatikan apa yang ada di dalam sepatunya. Naura mengaitkan rambut panjangnya ke telinga, merunduk seraya mengulurkan ta

    Last Updated : 2024-10-30
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   10. Adegan Pingsan Dadakan

    “Arjuna Ivander.” Naura mengulang nama itu di kepalanya. Namanya aja udah macho banget meski terkesan sangat Indonesia tapi cocok untuk hot daddy yang satu itu. Bertanya-tanya dalam hati apa wanita berdandanan menor yang dilihatnya kemarin malam di restoran itu adalah Srikandinya. "Iya." Karen menyendok rawon iganya ke dalam mulut sebelum melanjutkan. "Pak Arjuna yang gendong kamu ke klinik. Dia panik banget tadi." "Bohong!!" bantah Naura dengan lantang. Mana mungkin lelaki straight face begitu panik. Kalau tertawa mengejek sih lebih masuk akal. Karen berdecak, menggigit iga lepas dari tulangnya dan mengunyahnya. "Terserah kalau gak percaya." "Aku gak percaya." Karen menggidikkan bahu, terus mengunyah sementara Naura bahkan belum menyentuh iga rawon yang sangat diidamkannya dari tadi pagi karena sibuk memikirkan nasibnya yang hari ini memalukan. Lebih tepatnya, sangat-sangat-sangat-sangat memalukan. Naura bersyukur ketika terbangun dari pingsannya, lelaki dengan ekspresi sedat

    Last Updated : 2024-10-31
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   11. Membuat Bento Dadakan

    "Bu Naula—" "Apa?!" jawab Naura sambil melotot. Keylan merengut seraya mengulurkan kotak bekalnya. "Ini buat Ibu Gulu." "Kenapa buat Ibu?" Naura sempat kaget saat tiba-tiba Keylan datang dan memberikan bekalnya yang biasa dia bawa di kotak makan motif spiderman itu padahal masih terlalu pagi. Biasanya Keylan akan datang kalau sudah mendekati jam masuk sekolah. "Supaya Bu Gulu enggak pingsan lagi sepelti kemalin." Naura mendorong balik bekal itu. "Gak usah, Ibu sudah sarapan." Keylan menarik bekal itu dengan wajah sedih. Naura berdecak. "Nanti kalau Ibu yang makan, kamu bisa pingsan." Keylan menggelengkan kepala, menyodorkan lagi bekalnya. "Kata Papi jadi anak lelaki itu halus kuat, halus mendahulukan pelempuan." Naura menaikkan alis mendengarnya, anak sekecil ini sudah diajarin menjadi seorang gantleman. “Kalau gak mau semua ya udah sepaluhnya aja.” "Nanti Ibu yang dimarahin sama Papimu." Naura berdiri dari duduknya setelah membereskan buku bergambar juga crayon yang

    Last Updated : 2024-11-01
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   12. Ganteng Tapi Menyebalkan

    "Aku rasa itu bukan urusanmu." "Oh, itu secara tidak langsung juga urusanku karena anakku ada di dalam kelas yang diajar oleh guru tidak kompeten sepertimu. Sebagai orang tua yang sangat mencintai anak mereka, wajar saja kalau aku khawatir dengan keselamatannya. Bisa saja tiba-tiba di saat kamu sedang stress dan cenderung melakukan hal membahayakan—" "Aku bukan psikopat!” Teriak Naura kesal, menghentikan serbuan kata-kata Arjuna yang langsung terdiam. "Kamu jadi laki cerewet banget ya ngalahin ibu-ibu kompleks. Wanita mana coba yang tahan sama kamu!!" Naura mengetukkan kepalanya dengan tangan. "Ah ya lupa, istrimu pastinya. Sepertinya dia wanita yang extra sabar ya. Apa wanita berdandanan menor malam itu?" Naura mengedarkan pandangan ke sekitar area rumah tapi keadaanya sepi sekali. Bahkan pembantu juga tidak ada nampak. "Wah, apa tanggapannya kalau dia tahu kamu membawa wanita ke dapur rumahmu." Naura mencibir sementara Arjuna hanya diam, nampak tidak terpengaruh membuatnya malah

    Last Updated : 2024-11-02
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   13. Tanpa Sengaja Bertemu Lagi

    Masih sambal menelepon, Naura memperhatikan Arjuna melepas kacamata hitamnya seraya berjalan ke arahnya membuat Naura sedikit bergeser merepet ke tembok, memalingkan wajahnya dengan dagu terangkat. Tadi Keylan senang banget saat Papinya membawakannya bento yang langsung dia habiskan tanpa mengatakan kalau bento itu buatannya. Sialan memang tapi Naura sih juga gak peduli yang penting urusan mereka selesai. Arjuna menatapnya tanpa mengatakan apapun dan berjalan melewatinya begitu saja masuk ke dalam sekolah. Naura menghela napas panjang, melihat ke arah jam tangannya dan menghembuskan napas kesal. “Kenapa?” tanya Siska. Naura mendesah,”Badai sudah berlalu.” Siska tertawa kencang, Naura memperhatikan jalanan di depannya. “Lama banget Pak Ahmad. Kayaknya gue harus pesan tak—" Ucapannya terhenti saat matanya menangkap setangkai bunga mawar merah mekar muncul dari samping. “Tak apa—” suara Siska samar-samar terdengar tapi fokus Naura sudah ada pada Keylan di depannya. "Makasih bu

    Last Updated : 2024-11-03

Latest chapter

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   69. Rencana Holiday

    Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   68. Akhir Kisah

    Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   67. Rasa Syukur Tak Terbendung

    Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   66. Mengadopsi ?

    Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   65. Keinginan Seorang Istri

    Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   64. Tragedi Tak Terduga

    “Aku besok harus ngapain Mas?”Naura merasa khawatir karena besok siang dia harus datang ke persidangan sebagai saksi dan bertemu lagi dengan Mirza. Suaminya yang tidur di sebelahnya mengelus kepalanya. “Jangan hiraukan keberadaan Mirza di sana. Kamu hanya harus menceritakan kejadian saat kamu mendengar Mirza menelepon preman-preman suruhannya itu dan juga saat dia mengancammu di swalayan.”Naura mengigit ujung kukunya. “Apa bukti rekaman ancamannya yang aku rekam diam-diam itu belum cukup?”“Kamu harus tetap bersaksi sayang. Ini salah satu prosedur persidangan yang harus dilakukan agar bukti-bukti semakin kuat.”“Aku bukan saksi utamanya kan?” Naura menatap suaminya. “Secara tidak langsung semua ini bermula karena hubungan kami yang hancur. Seperti yang dikatakan oleh Tante Marina.”“Andai saja aku ada di sana saat dia datang.”“Sikapnya itu menunjukkan siapa mereka sebenarnya,” ucap Naura. “Dulu, aku bertemu dengannya hanya beberapa kali dan itu juga bukan pertemuan yang men

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   63. Keluarga Cemara

    “Event kuliner Asia ya?” Tanya Naura, memperhatikan proposal di tangannya yang baru saja diserahkan oleh Marketing Head untuk mendapatkan persetujuannya. “Iya Bu. Tahun ini kita memenuhi kualifikasi untuk ikut pagelaran kuliner yang diadakan di hotel Armani Dubai.”“Ini kesempatan langka.” Naura membaca baik-baik proposalnya, sementara Amel yang duduk di depan mejanya memperhatikan. “Mereka melakukan sistem seleksi—“ Naura mengangkat pandangannya. “Orang kita harus benar-benar menyiapkan banyak hal itu event ini.”Amel mengangguk, “Pak Dani sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Meeting akan dilakukan lusa untuk membahas event ini dan saya sudah mengirim semua bahan meetingnya ke email Bu Naura.”Naura mengangguk, mengelus perutnya yang terasa lapar membuat Amel langsung berdiri siaga. “Ibu Naura mau makan apa? Biar Amel pesankan.”Naura memerengkan bibirnya, “Tumben kamu perhatian banget.”“Nanti saya disemprot sama Pak Arjuna Bu,” kekeh Amel, Naura memutar bola mata. “

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   62. Tentang Keylan

    Tiga bulan kemudian, "Deg..Deg…Deg..Deg” Naura merasakan matanya berkaca-kaca saat mendengar detak jantung kedua anaknya yang saling bersahutan saat mereka cek kandungan ketika kehamilannya memasuki trimester kedua. Suaranya begitu menenangkan dan Naura tidak bisa berhenti mendengarnya. “Semuanya sehat, Ibu dan bayi sehat dan berkembang dengan baik. Detak jantungnya bisa kalian dengar sendiri.” Arjuna menghembuskan napas lega. “Syukurlah. Mual-mualnya juga sudah mulai berkurang dok.” Dokter Melani mengangguk. “Itu artinya, setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Ibu bisa beraktifitas lebih banyak karena masa mabuknya sudah berkurang tapi tetap harus hati-hati karena kehamilan kembar lebih membuat cepat lelah dari pada kehamilan tunggal.” “Rasanya perut pasti bakalan sesak ya dok," Tanya Naura. “Iya begitulah. Semakin besar mereka akan semakin memenuhi dinding Rahim, saling bersinggungan sesama saudara dan berbagi makanan. Ibu Naura harus banyak-banyak mengonsumsi makan

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   61. Dipaksa Menjadi Ibu

    “Bu gulu bantuin Key dong susun puzzle.”“Ehh, dicoba dulu susun sendiri. Perhatikan baik-baik gambar utuhnya. Jangan pantang menyerah.”“Keylan kalah sama Malika.” Malika menunjukkan puzzlenya yang sudah terisi beberapa. “Tadi malam Malika diajarin sama Tante Siska.” Naura mendelik mendengarnya. “Kita mainan puzzle bareng bertiga sama Ayah.”“Ihh gak. Key juga bisa sendiri kok,” sungutnya.Wah progresnya sudah laju ini kayaknya Mas Rendy. Naura kepo. “Malika diajarin sama siapa?”“Tante Siska Bu. Temen mainnya Ayah.”Naura ber-O ria seraya mencoba menahan kekehannya. Sekarang gak apa-apa masih teman main Ayahnya, bentar lagi pasti jadi teman tidurnya tuh.“Malika suka gak sama Tante Siska?” tanya Naura, mencoba mengorek informasi.Malika yang polos mengangguk, “Suka. Tante suka bawain Malika kue.”Naura dalam hati mengakui kepintaran Siska mencuri hati calon anaknya. Agak mengejutkan juga sih kalau ternyata mereka malah semakin dekat tapi bagus juga karena Naura tah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status