Semua berawal dari perkenalan tak sengaja antara Hyun Myungsuk, seorang komikus amatir dan Bae Jihyun, penulis novel pendatang baru di sosial media. Keduanya meet up di Seoul untuk membahas rencana kolaborasi project gabungan mereka. Sayangnya, rencana itu tidak berjalan dengan mulus, karena Myungsuk dan Jihyun mendapat gangguan dari berbagai pihak. Sebut saja Jang Beomgyu, editor yang meragukan hasil karya mereka dan diam-diam menaruh rasa pada Jihyun. Lee Dantae, pacar Jihyun yang punya rahasia besar di balik ketenarannya, juga mulai cemburu pada kedekatan Jihyun dan Myungsuk. Lalu ada si barbar Kim Sunmi, komikus profesional yang merupakan kekasih Myungsuk. Sifatnya posesif, cemburuan dan kekanak-kanakan. Tekanan dari berbagai sisi membuat keduanya harus mencari cara agar kolaborasi terbaik mereka membuahkan hasil maksimal. Masalahnya kian pelik, saat Kim Wooseok, seorang rapper yang punya brand pakaian terkenal, meminta Sunmi mencari model yang pas untuk dipotret bersama Lee Dantae. Sunmi kemudian mengajukan sebuah permintaan pada Myungsuk. Dan hal-hal yang berkaitan dengan Kang Wooseok ini, pelan-pelan menyeretnya pada masalah kejelasan hubungannya dengan Ji Seojin, kakak Sunmi. Till The End Of The World, tiga kisah dengan masing-masing konflik yang membelenggu mereka. Menyadarkan Jihyun bahwa semua yang M katakan, seorang penyiar misterius di stasiun radio Daegu, benar adanya. Bahwa hubungan yang baik butuh banyak pengertian dan pengorbanan.
Lihat lebih banyakSeorang pemuda berkacamata tengah fokus mengetikkan sesuatu di laptopnya. Deretan kata yang ia kirimkan setelah menekan tombol enter itu adalah sebuah pesan balasan di situs chatting online yang lumayan terkenal. Pemuda itu tak henti mematri senyum manis di wajahnya sejak beberapa menit yang lalu, mungkin lupa wajahnya akan pegal jika ia terus-menerus tersenyum seperti itu.
Namun kelihatannya kegiatan berbalas pesan itu memang sangat seru.
Hyun Myungsuk melirik puas ke arah kotak chatting yang memperlihatkan dua notif dari orang yang berbeda. Notif pertama berisi chat yang dikirimkan oleh kekasihnya, sedangkan yang kedua berasal dari seorang teman yang belum lama ia kenal lewat sosial media.
BaeJihyun95
Jadi kau yang memenangkan juara satu lomba membuat komik bulan ini?Myungsuk menyeringai ketika membaca sederet kalimat yang dikirimkan oleh 'teman barunya'. Tak ingin membuang waktu, pemuda berkacamata itu membuat jemarinya kembali menari di atas keyboard laptop untuk mengetikkan pesan balasan dengan semangat yang menggebu.
MyunsukHyun
Iya, aku si juara satu itu. Katanya aku mendapatkan kesempatan untuk menerbitkan sebuah komik di Seoul. Wow, menakjubkan.BaeJihyun95
Wah, kau beruntung. Aku juga ingin menjadi komikus, tapi aku tidak bisa menggambar :DMyunsukHyun
Tapi aku menemukan kiriman di profilmu. Kau memenangkan lomba menulis novel dalam 9 hari? Itu juga menakjubkan. Aku hanya membuat komik pendek, dan omong-omong kekasihku yang menentukan plotnya, aku tidak bisa membuat alur dengan baik.BaeJihyun95
Yah ... itu suatu kebetulan. Sebenarnya aku pernah menulis beberapa cerpen, jadi kukirimkan saja naskahnya. Ternyata masalah kita sebaliknya. Aku bisa membuat alur dengan baik tapi tidak bisa menggambar ^.^MyunsukHyun
Eh, apa kau juga mendapat tawaran untuk menerbitkan novel di Seoul?BaeJihyun95
Bagiku, menerbitkan novel kalau tidak di Seoul juga tak masalah, hanya saja di sana penerbitnya besar. Aku juga ingin pergi ke Seoul untuk melanjutkan kuliahku.MyunsukHyun
Kebetulan! Aku juga akan segera kuliah di Seoul. Omong-omong kau tinggal di mana?BaeJihyun95
Busan ^^ kau sendiri?MyunsukHyun
Wow, mengejutkan. Kekasihku orang Busan. Aku tinggal di Daegu~BaeJihyun95
Entah ini suatu kebetulan atau bukan, kekasihku juga orang Daegu. Tapi dia sudah satu tahun bekerja di SeoulSeringai itu kembali nampak di wajah tampannya. Myungsuk benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang menarik. Baru saja kemarin ia mendapat kabar bahwa komik yang ia kirimkan menang dan berhasil dimuat di salah satu majalah. Pemuda berkacamata ini memang hobi menggambar sejak dulu, namun dia tidak bisa membuat sebuah plot cerita dengan rapi. Maka dari itu, kekasihnya yang notabene seorang komikus selalu membantunya. Langkah selanjutnya, ia ingin komiknya diterbitkan oleh penerbit mayor.
"Tak kusangka Tuhan memberiku peluang yang begitu besar." Ia kembali mengetikkan sesuatu di laptopnya. Namun kali ini cukup ragu, mengetik dan menghapusnya lagi, berpikir sejenak untuk mencari kalimat yang pas untuk ia kirimkan pada sang lawan bicara.
Dan ia berhasil menemukannya.
MyunsukHyun
Jihyun, ayo kita kolab. Kau yang akan membuat plot dan aku yang akan menggambar. Kita buat komik bersama!Myungsuk menggigit kukunya sendiri, menunggu balasan dari sang lawan bicara karena dia takut orang ini tidak akan setuju dengan idenya. Walaupun Bae Jihyun itu kelihatan baik, bisa saja yang tadi itu hanya sebuah kebetulan, 'kan.
Beberapa saat kemudian, kotak chatting itu kembali menampilkan sebuah balasan dari lawan bicaranya, membuat Myungsuk sedikit terkejut dan cepat-cepat membacanya.
BaeJihyun95
Kurasa itu adalah ide yang bagus. Ayo kita berjuang bersama. Kapan kau akan ke Seoul?MyunsukHyun
Minggu depan. Setelah aku ke Seoul kita harus segera bertemu. Kau kuliah di kampus mana?BaeJihyun95
Donghwan University. Kau di mana?MyunsukHyun
Kebetulan lagi, aku juga lanjut kuliah di sana. Kita bertemu secepatnya, ya.BaeJihyun95
Baiklah. Sampai bertemu minggu depan, Hyun Myungsuk ^^Myungsuk tersenyum puas setelah membaca balasan chat dari Jihyun. Dengan begini, impiannya untuk menjadi seorang komikus akan segera terwujud. Walaupun ia tahu semuanya tak akan semudah yang dibayangkan. Persaingan di Seoul pasti lebih sulit, dan ia harus berjuang keras untuk mencapai semuanya.
Pemuda itu kemudian melepaskan kacamatanya dan sesekali memijat pangkal hidungnya. Menghela nafas perlahan dan kembali melirik layar laptop yang masih menyala itu. Netranya kali ini bergulir untuk menatap kotak chatting lainnya yang sempat ia abaikan beberapa menit yang lalu karena asik bertukar pesan dengan Jihyun.
Kim_Sunmi
Oppa, liburanku sudah selesai. Aku sudah pulang ke Seoul. Kau kapan kesini?
Dengan cepat, pemuda tampan itu segera mengetikkan sederet balasan di sana.
MyunsukHyun
Aku kesana satu minggu lagi. Sunmi-ah, Oppa akan mulai debut sebagai komikus bersama seorang teman.Kim_Sunmi
Seorang teman? Wow, kau tidak minta bantuan lagi padaku, Oppa?MyunsukHyun
Hei, gambarmu sempurna dan kau bisa menciptakan plot dengan baik. Kalau aku membantumu apa yang akan kukerjakan? Gambarmu saja lebih bagus dariku.Kim_Sunmi
Hahaha, kau bisa menjadi asisten pribadiku, Oppa :) omong-omong siapa dia?MyunsukHyun
Pemenang lomba tulis novel 9 hari, seseorang yang berasal dari Busan~Kim_Sunmi
Apakah fetishmu memang orang Busan? Aku juga berasal dari Busan.MyunsukHyun
Jangan marah, Sunmi. Dia benar-benar hanya temanku. Kami seumuran.Kim_Sunmi
Terserah kau. Aku pergi dulu, sampai jumpa.MyunsukHyun
Tidak ada emot atau ucapan manis untukku?Sayang ... kau masih di sana?Sunmi-ah?"Dia offline." Myungsuk menghela nafas dan kembali memijat pangkal hidungnya. Kekasihnya ini terkadang memang masih kekanak-kanakan. Ia tahu Sunmi hanya seorang bocah yang masih labil. Myungsuk berharap, dalam beberapa tahun ke depan, Sunmi akan jadi lebih dewasa.
"Dasar bocah labil."
Usia mereka terpaut dua tahun. Keduanya sudah berpacaran sejak Sunmi kelas dua SMP. Mereka berkenalan lewat sosial media dan memutuskan untuk bertemu saat liburan musim panas. Myungsuk terkekeh pelan mengingat momen indah pertemuan pertama keduanya, sudah beberapa tahun yang lalu. Sunmi semakin terlihat dewasa, dan sorot matanya semakin tajam setiap kali mereka punya kesempatan untuk bertemu. Tapi yang namanya bocah, tetap saja bocah. Sunmi masih suka merengek seperti anak kecil.
Pemuda Daegu itu menutup kotak chatting-nya dan segera mematikan laptop. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun rasa kantuk masih belum menderanya. Tidak, ini masih terlalu dini untuk tidur. Pemuda itu kemudian beranjak dari kursinya dan meregangkan otot-ototnya yang kaku. Kaki jenjangnya melangkah keluar kamar dan menuruni anak tangga, pergi menuju dapur dan mengambil sekaleng minuman dari lemari pendingin.
Kedua kakinya mulai melangkah lagi dan menaikki tangga menuju kamarnya. Ia kemudian menutup pintu kayu itu dan mulai menyandarkan tubuhnya di antara kusen jendela yang terbuka. Pemuda itu menikmati sapu an lembut angin malam yang menyatu dengan riuhnya daun pepohonan. Udara begitu sejuk malam ini, dan Myungsuk menenguk kaleng itu dengan perasaan gembira.
"Satu minggu lagi ...."
****
Hokkaido selalu bersalju. Namun, dinginnya gumpalan putih itu tak sedingin perasaan Jihyun sekarang. Ia merasa cemas, sangat cemas hingga tubuhnya nyaris mati rasa. Sudah berjam-jam ia menunggu di koridor rumah sakit. Orang-orang berlalu-lalang untuk mengurus keluarga mereka, atau sekedar menjenguk kerabat yang sangat. Beberapa yang datang menangis karena syok keluarganya menjadi korban kecelakaan, atau yang lebih buruk lagi; mereka menerima informasi bahwa orang yang mereka sayangi telah pergi untuk selama-lamanya."Bagaimana, Jihyun-ah ... apa sudah ada kabar dari dokter?"Jihyun mematai seorang pria berkacamata yang berusia sekitar tiga puluh tahunan di dekatnya. Sosok familiar itu adalah Lee Yunsung, kakak Dantae satu-satunya. Semalam kondisi Dantae sangat drop dan ia dibawa ke rumah sakit. Beruntung, Yunsung tinggal di Jepang dan bisa menemani adiknya di sini."Belum ada, Oppa. Aku sangat cemas, kenapa sampai sekarang
MyunsukHyunTetaplah bersama selamanya. Aku hanya punya kau.#KimMyungsukDisini #AkuBersamaDenganTemanku #IniKembaranku #AkujugamencintaimuJihyunSunmi tersenyum saat melihat notif di ponselnya. Myungsuk mengunggah sebuah foto tautan tangannya bersama seseorang yang ia yakini tangan Jihyun. Oh, melodrama macam apa ini? Bukankah pertemanan mereka hanya berisi komik dan hal-hal konyol lainnya? Sunmi terkekeh melihat itu."Wow, kau bahkan tidak menunjukkan raut marah saat melihat postingan ini." Daehyun menekan-nekan jari telunjuk kirinya di atas layar ponsel Sunmi. Tangan kanannya sudah penuh membawa beberapa kantung makanan."Tidak apa-apa, Daehyun-ah. Sudah kubilang mereka tidak akan macam-macam. Kalau kau mau, kita juga bisa mengunggah foto tangan kita yang sedang bergandengan."Daehyun memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kau saja Sunmi-ya. Maaf aku tidak tertarik menggenggam t
Dantae berjalan menuju parkiran tempat show di Busan untuk mengambil mobilnya. Artis tidak perlu ragu memarkir di sana. Terlalu ramai di salon membuatnya mau tidak mau mengalah. Ia menyuruh pegawai salon itu memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Alhasil, karena ketiduran ia harus rela mengirim pesan pada Beomgyu kalau ia akan terlambat.Ia mengecek ponselnya berulang kali, memastikan bahwa Beomgyu tidak menghubunginya. Lantunan musik hiphop memenuhi area jalanan yang padat, namun tak sedikit orang yang memperhatikan layar besar itu. Poster dua rapper ternama terpampang besar di sana. Dantae memakai topi hitamnya, lalu menaikkan tudung mantel dan berjalan sambil tersenyum tipis. Konser awal tahunnya akan segera tiba.Terlalu mengabaikan sekeliling, Dantae terperanjat saat seseorang menabrak bahu kanannya. Ponsel yang dipegang sosok itu jatuh dan spontan Dantae menangkapnya. Ia bernafas lega."Maaf." Suara dingin Dantae t
"Wow, kau benar-benar menungguku di sini." Suara baritone yang sangat dikenalinya berhasil memecah lamunan mengenai kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Tentang hubungannya dan Jang Beomgyu yang sudah kandas. Jihyun tidak ingin menyalahkan siapapun lagi untuk semuanya, dia hanya—menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Myungsuk waktu itu.Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit saat ia asik tenggelam dalam lamunannya sendiri. Melupakan bahwa kedatangannya di tempat ini bukan untuk melamun, tapi bertemu dengan teman baiknya. Myungsuk melambai dari jarak dua meter dan mulai mengayunkan sepatunya ke arah Jihyun. Kursi Taman yang ia duduki sendiri mulai terasa lebih berat saat Myungsuk ikut duduk di sebelahnya, mematai dari samping."Hitam. Sudah kuduga ini cocok denganmu." Tangan pemuda Daegu itu beralih untuk menyentuh surai temannya yang berubah warna. Merah muda ke hitam. Ini tentu membuat Jihyun harus mengg
Malam hari menyapa, masih dengan cuaca yang membeku. Jihyun duduk sendirian di taman, menunggu Myungsuk menemuinya sebentar lagi. Hampir satu hari ia habiskan untuk pergi ke suatu tempat hari ini setelah mengacaukan semuanya. Walaupun Jihyun bilang ia tidak suka mengacaukannya, sosok bernama Jang Beomgyu itu tetap pergi dengan senyuman dan berkata bahwa semua ini bukanlah salah Jihyun.Namun, tetap saja ia cemas. Sebagai manusia yang berperasaan dan tidak ingin menyakiti orang lain, Jihyun benar-benar merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Kang Beomgyu."Seharusnya, dari awal aku mendengarkan Myungsuk. Harusnya aku tidak boleh memberi harapan pada Kang Beomgyu jika akhirnya aku melakukan itu untuk pelampiasan."Jihyun menunduk di bangku taman dengan perasaan gelisah yang memenuhi relung hatinya.****Beberapa jam sebelumnya.
"Oh, Wooseok?"Dantae membalas sapaan Wooseok lewat telepon pagi ini. Yang lebih muda menanyakan kenapa ia tidak mampir ke studio—walaupun ini tahun baru, dan tidak mengabarinya sejak kabur bersama Seojin semalam."Ah, Hyung. Kau di mana sekarang?" Dantae tahu saat kalimat itu terucap, Wooseok sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Seperti; Dantae sedang bersama Seojin, Dantae sedang bermesraan dengan Seojin, Dantae dan Seojin punya hubungan gelap. Dan hal-hal tidak masuk akal lainnya yang berkaitan dengan Seojin."Aku sedang di Busan, mengganti warna rambutku. Kau pasti tahu alasannya. Omong-omong Seojin-noona sudah mengatakan semuanya."Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan Wooseok setelah Dantae menyelesaikan kalimatnya."Kapan kau ke Busan? Kau bisa mati kalau berkeliaran siang-siang begini. Dan, a-apa? Seojin-noona cerita padamu tentang sesuatu, Hyung?""Ck, jangan
Jang Beomgyu memasukan ponselnya ke dalam saku mantel saat ia selesai menghubungi Jihyun. Ini pekerjaan penting, jadi harus cepat dilakukan. Walaupun Beomgyu sedikit tidak mengerti kenapa Jihyun mau keluar rumah di cuaca dingin begini, karena sudah terlanjur, dia hanya membiarkannya.Sepatunya menciptakan bunyi saat menapak di lorong. Lantai tiga nomor seratus sepuluh. Beomgyu mencari kamar yang dimaksud Jihyun dengan seksama. Belum sampai langkahnya di depan pintu, suara asing memekik cukup keras dari pintu sebelah."Hyungnim, apa kau mencari Jihyun-ssi?" Beomgyu spontan menoleh pada sosok itu. Anak laki-laki dengan postur tinggi sedang bersandar di depan pintu rumahnya.Pria itu menyunggingkan sebuah senyum manis sebelum menanggapi ucapannya. "Ah, iya. Aku pacarnya Jihyun. Dia menyuruhku masuk duluan dan mengambil kunci di bawah pot bunga."Anak laki-laki tinggi itu bergeming. Matanya membulat di detik b
Jihyun menikmati sekaleng softdrink yang Wooseok berikan. Meneguknya dengan cepat tanpa memedulikan tatap heran yang dihadiahi di rapper padanya. Bunyi klontang nyaring dari kaleng minuman kosong yang dibuang ke sudut tempat sampah menemani larutnya malam tahun baru. Kembang api perlahan-lahan makin menghilang. Redupnya buyar menemani langkah kaki orang-orang yang kembali ke rumah mereka. Di jam segini, adalah hal gila jika kau menyebutnya sedang hangout bersama seseorang. Wooseok lebih suka menganggapnya—kebetulan."Kau putus dengan Dantae-hyung?" Satu kalimat tanya yang meluncur dari Wooseok membuat Jihyun jengah. Decakan terdengar setelah suara baritone itu berhasil menyelesaikan kalimatnya. Jihyun menoleh, mendapati Wooseok tengah menatap tak biasa ke arahnya, ia meremas kuat kaleng di tangannya."Berhenti menatapku seperti itu, Oppa!" Jihyun tidak suka ini. K
"Kau ini kenapa sebenarnya?" Jihyun menatap nyalang pada Dantae. Dahinya berkerut, "bukankah kau sendiri yang bilang agar aku tak mencarimu lagi? Lalu kenapa justru kau yang datang padaku!?"Dantae terkekeh mendengar ucapan mantan kekasihnya. "Haha, kau benar. Memang aneh. Jika seandainya keadaan berbalik. Misalnya kau yang meninggalkanku ... lalu aku yang merasa rindu, setidaknya itu terdengar lucu. Tapi—""Kau yang meninggalkanku, dan kau yang merasa rindu. Itu terlalu menggelikan, Dantae-ssi.""Kau benar.""Sudahlah, jangan pernah membahas ini lagi. Aku akan pulang!""Tunggu, Jihyun—""Lepaskan aku, Dantae-ssi! Kau seharusnya malu melakukan ini pada orang yang sudah kau buang."Dantae terkekeh mendengar ucapan Jihyun. Benar. Dia memang hanya seorang pria brengsek yang dengan mudah membuang Jihyun begitu saja. Tidak tahu terima kasih. Sudah p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen