Share

Chapter 2

Author: DTLotus07
last update Last Updated: 2021-06-05 15:52:48

Jihyun mengerjap untuk beberapa saat setelah mematikan laptopnya. Gadis itu beranjak dari kursinya dan mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Orang tuanya berjanji akan menyewakan apartemen untuknya di Seoul. Tapi, tadi sore kekasihnya menelepon dan bilang ia yang akan menyewakan Jihyun apartemen. Orang itu memang punya karier yang mapan sehingga menjadi kaya di umur yang masih muda.

Jihyun merasa beruntung sekarang.

Ia mengambil ponselnya di atas meja nakas. Gadis itu mengirimkan sebuah pesan singkat pada sang kekasih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

To: Lee Dantae Genius Man

Terima kasih. Aku mencintaimu ^^

Ia belum mau meletakkan ponselnya kembali sebelum menerima balasan dari sang kekasih. Tatapannya menerawang dan mulai membayangkan hal apa saja yang akan terjadi setelah ia sampai di Seoul nanti. Ia tahu itu adalah kota yang besar, dan semua yang ia nantikan membuat jantungnya berdebar.

Jihyun terlalu hanyut dalam lamunannya sendiri dan tanpa sadar mengabaikan ponselnya yang bergetar. Gadis itu mengerjap sekali lagi, kemudian mengangkat ponselnya dan mensejajarkan dengan wajahnya.

Inbox (1)

From: Lee Dantae Genius Man

Sama-sama. Aku juga.

Senyum lembut langsung menghiasi wajahnya tatkala ia membaca pesan yang dikirimkan oleh sang pujaan hati. Jihyun menghela nafas, kemudian menaruh ponselnya ke atas meja nakas. Tatapannya kembali menerawang, dan kali ini ia teringat tentang obrolannya dengan sosok bernama Hyun Myungsuk beberapa menit yang lalu.

"Hyun Myungsuk ... aku penasaran denganmu."

****

Setidaknya, selama seminggu penuh Myungsuk benar-benar mengobrol dengan Jihyun di sosial media. Dia bahkan sempat mengabaikan beberapa chat yang masuk dari Sunmi, membuat gadis itu enggan untuk mengangkat telepon darinya di malam hari.

Kini seminggu telah berlalu, dan keduanya benar-benar meet up. Mereka mengobrol di sebuah Café tempat janjian mereka. Tak disangka, waktu seminggu itu berlalu dengan cepat, membuat semangat keduanya kian menggebu dan tidak sabar untuk segera membuat sebuah karya di atas lembaran kertas kosong.

"Hai, Jihyun ...." Myungsuk berucap dengan sedikit canggung dan mulai memperhatikan Jihyun yang duduk di seberangnya.

Gadis itu tersenyum. "Hai, ternyata kau sama dengan yang difoto." Jihyun berucap sambil setengah terkekeh.

"Kau tidak sama." Kali ini Myungsuk mengeluarkan suara yang terdengar seperti sebuah rengekan. Bagaimana tidak, Jihyun memasang foto profil tengah tersenyum tipis dengan rambut hitam panjang. Tapi Jihyun yang ia lihat sekarang berambut merah muda menyala. Ini diluar dugaan. Ia pikir Jihyun bukan tipe perempuan yang suka mewarnai rambutnya.

"Kupikir kau adalah seseorang yang pemalu, sama seperti di foto." Myungsuk menunjuk-nunjuk Jihyun dengan jarinya.

Kedua alis Jihyun bertautan. "Hei, aku ini memang pemalu, kok. Tapi kupikir karena kita seumuran, jadi aku tidak terlalu canggung untuk berbicara denganmu." Ia terkekeh lagi, kali ini lebih keras.

Myungsuk terperanjat mendengar ucapan Jihyun barusan, pemuda itu kemudian memandangi kepala Jihyun.

"Apa kau seorang pecinta anime jepang hingga mewarnai rambutmu dengan warna mencolok seperti itu? Aku juga pernah lho mewarnai rambutku dengan warna merah." Myungsuk kembali berceloteh tanpa menghiraukan kekehan Jihyun.

"Aku juga pernah, kok. Sebenarnya tidak juga, aku hanya mengikuti style idol Korea." Jihyun menaruh telunjuk kanannya di depan bibir dan mengedipkan sebelah matanya.

"Bagaimana menurutmu? Aku mirip personil grup mana? Hahaha."

"Ya ampun, ayolah," gumam Myungsuk sedikit kesal.

Ia pikir Jihyun tidak bersikap seperti ini. Tapi mengharapkan seorang teman yang terlalu serius juga tidak menyenangkan. Mungkin, kepribadian mereka justru akan cocok dengan sifat yang seperti ini.

"Aku berharap kekasihku juga akan terlihat bagus dengan warna rambut mencolok, tapi sepertinya itu tak akan terjadi." Pemuda itu kemudian mencibir sedikit, mulai mengungkit hubungannya sendiri yang tak ada hubungannya sama sekali.

Siapa yang peduli, dia hanya sedang kesal dengan Sunmi.

Jihyun tertawa mendengar penuturan Myungsuk. Pemuda ini terlihat sangat menggemaskan di matanya.

"Memang kekasihmu kenapa?" Jihyun yang penasaran akhirnya memutuskan untuk bertanya lebih lanjut sambil menopang dagunya dengan kedua tangan di atas meja. Gestur itu tentu membuat Myungsuk sadar bahwa Jihyun tengah penasaran dengan ucapannya barusan.

"Dia terlihat seperti seorang nenek jika rambutnya diwarnai mencolok."

"Kalau kau?"

"Aku sih tidak masalah. Aku seorang ulzzang."

Jihyun diam saja mendengar ucapan Myungsuk. Otaknya mulai berpikir. Tentu saja dia bisa jadi seorang ulzzang. Pemuda di hadapannya ini punya wajah yang sangat tampan. Bahkan Jihyun yakin Myungsuk bukan orang yang suka menggunakan  make up di kesehariannya. Warna kulitnya memang tidak secerah selebritis, tapi wajahnya terlihat sangat menarik. Mungkin karena pemuda ini memiliki kharisma yang kuat.

"Um, omong-omong kita butuh studio untuk menggambar, 'kan?" Myungsuk mengerjap saat suara Jihyun kembali terdengar. Ia mengangguk.

"Aku akan hubungi kekasihku. Bibinya seorang komikus dan sekarang dia sudah debut di Jepang. Studionya sangat lengkap. Kita bisa meminjamnya jika kita mau." Pemuda itu tersenyum, menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi. Jihyun mengangguk singkat mendengar ucapan Myungsuk.

Pandangannya berpendar ke arah para pengunjung Café yang semakin banyak siang ini.

"Myungsuk, tidak apa-apa jika menggunakan studio bibi pacarmu?" Jihyun bertanya tak yakin. Namun pertanyaannya itu langsung dibalas anggukan penuh keyakinan oleh Myungsuk.

"Dia pasti setuju. Lagipula, dia hanya menggambar saat liburan saja, karena dia masih SMA sekarang. Keluarganya tinggal di Busan dan dia tinggal di Seoul bersama Eonnie-nya."

"Eonnie? Kakak kandungnya?"

"Ah, bukan. Hanya seorang kakak perempuan yang dia kenal. Saat masih kecil, keluarga mereka cukup dekat."

Gadis itu memainkan sedotan yang ada di dalam gelas. "Kau bilang kekasihmu masih SMA, apa dia sekolah di Seoul?"

"Ya, begitulah. Sejak masuk SMA, dia hanya pulang ke Busan saat liburan ...." Myungsuk memberi jeda pada kalimatnya, tangan kanannya terulur untuk mengambil beberapa potong buah melon yang ada di atas piring.

"Dia sekolah di SAS."

Jihyun hanya memasang ekspresi wajah kagum saat Myungsuk menjelaskannya dengan cepat. SAS adalah kependekan dari Seoul Art School, sekolah menengah atas yang fokus di bidang kesenian.

"Kekasihmu pasti pintar." Gadis itu tersenyum dan membuat lengkungan bulan sabit yang indah di sekitar matanya.

"Saat kami mulai berpacaran, dia hanya seorang bocah kelas dua SMP. Aku mengenalnya lewat dunia maya. Saat dia akan masuk SMA dia bilang sudah diterima di SAS. Aku iri sekali." Myungsuk pura-pura berujar tidak terima dan berkata dengan nada kesal yang dibuat-buat.

Jihyun tersenyum lagi. "Seharusnya kau bersyukur karena pacarmu sangat pintar. Kau jadi bisa minta bantuan padanya, 'kan?" Ia kembali menopang dagu, membuat Myungsuk mengangguk.

"Kau benar, Jihyun-ah. Sekarang dia sering pergi ke Busan-Seoul untuk mengambil pekerjaan." Myungsuk kembali menyantap melon yang ia pesan.

"Dia kerja part time?" Jihyun bertanya lagi, menautkan kedua alisnya.

Myungsuk membuang nafas dan melirik seorang ibu yang tengah duduk di belakang Jihyun, menarik kursi dan tertawa bersama anaknya, dia ingat sesuatu.

"Dia bilang pada ibunya ingin mulai bekerja walaupun belum lulus sekolah. Sekarang dia resmi menjadi fotografer dan bekerja bersama kenalan Eonnie-nya."

"Fotografer untuk majalah?" Gadis Busan itu kembali bertanya, kelewat penasaran.

Myungsuk menampakkan senyum kotaknya sekali lagi.

"Fotografer model untuk katalog fashion."

Pemuda itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Jihyun menunggu sambil memperhatikan tangan Myungsuk dengan serius. Setelah berhasil mencari sesuatu di dalam tas, pemuda itu melempar pelan sebuah katalog yang cover depannya menampilkan dua model remaja berlawan jenis tengah berpose dengan sangat elegan.

Bukan. Jihyun bukan mengagumi model yang ada di cover majalah itu. Ia tahu betul dua idol muda yang tengah naik daun itu bukanlah hal yang harus dia kagumi sekarang, karena mereka memang sudah biasa berpose untuk sebuah majalah. Jihyun mengerjap, ia lebih tertarik untuk memperhatikan judul katalog fashion yang Myungsuk lempar ke atas meja, hampir mengenai piring berisi melon.

"Myungsuk, ini kan ...."

Senyum manis kembali muncul di wajah tampannya. "Kekasihku seorang fotografer untuk model katalog WSX."

Well, siapa yang tidak tahu merk itu. WSX adalah salah satu merk fashion ternama di Korea. Pemiliknya adalah seorang rapper terkenal bernama Kang Wooseok yang menggunakan nama panggung Woody Seoul X. Dan Jihyun ingat betul ia hanya pernah dua kali memakai produk asli dari sana, itu juga karena Dantae yang membelikannya.

Namun, bukan itu yang Jihyun pikirkan saat ini. Melihat senyum  kebanggaan Myungsuk mengenai kekasihnya, ia jadi ingat satu hal.

Dantae-nya juga lumayan sering muncul dalam katalog WSX.

****

Related chapters

  • Till The End Of The World   Chapter 3

    Ckrek."Bagus, sekali lagi."Ckrek."Kalian hebat. Sinbi, senyum."Ckrek."Jongsuk, coba liat ke arah Sinbi."Ckrek."Bagus. Baiklah, kita istirahat sebentar."Seorang gadis berambut hitam legam sepunggung tengah sibuk melihat hasil potretannya melalui lensa kamera. Senyum manis tak pernah pudar dari wajahnya, membuat dua gigi kelincinya terlihat sangat menggemaskan.Sunmi kemudian menaruh kameranya dan berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu. Sejenak, gadis ini ingin mengistirahatkan tubuhnya. Sesi pemotretan yang dibintangi oleh dua idol pendatang baru yang terkenal itu lumayan cukup melelahkan. Untung saja yang terpilih sebagai cover katalog bulan ini adalah Jongsuk UNIVERSE dan Sinbi SUNSHINE, dua idol yang merupakan teman masa kecil. Menumbuhkan kemistri di antara keduanya bukanlah hal yang sulit.

    Last Updated : 2021-06-05
  • Till The End Of The World   Chapter 4

    "Baiklah, Jihyun-ah. Aku sudah mengirimkan pesan pada kekasihku, jika dia membacanya dia pasti akan segera menelepon." Myungsuk lagi-lagi mematri senyum manis andalannya. Jihyun mengerjap."Oh, baik kalau begitu. Bisa aku pulang sekarang?" Jihyun menoleh ke arah jalanan yang mulai padat. Hari semakin sore dan mereka masih betah singgah di Café sejak tadi siang.Yang ditanya mengangguk. "Tentu, kau pasti merindukan kekasihmu." Myungsuk berujar tanpa memandang Jihyun. Ia mengalihkan pandangannya yang setajam elang ke arah jalanan. Nampaknya sebuah sosok yang familiar tertangkap penglihatannya."Ah, itu dia!" Pekikan Myungsuk seketika memenuhi indra pendengaran Jihyun, membuatnya terperangah dan ikut menatap sosok yang Myungsuk maksud."Si-siapa?" Jihyun menoleh dan mendapati seorang pria dengan tinggi sekitar 178 cm tengah tersenyum dan menjabat tangan seseorang di seberang jalan dekat Cafe tempat mer

    Last Updated : 2021-06-05
  • Till The End Of The World   Chapter 5

    Seorang pemuda berkulit pucat terus memutar-mutar pulpen di tangannya. Tatapannya menerawang lurus ke depan, entah apa yang sedang ia pikirkan. Dantae tidak fokus sejak tadi, dan ia yakin penyebabnya tak lain adalah sebuah tawaran dari Wooseok beberapa hari yang lalu. Gila, pemuda bermata sipit itu menyuruhnya untuk menjadi cover di katalognya bulan depan. Bukannya Dantae tidak senang, tapi masalahnya, dia tidak suka tampil di depan publik. Bahkan hanya sedikit dari para penggemar yang mengetahui wajah aslinya, itu pun setengah tertutupi topi.Pemuda yang berasal dari Daegu itu membuang nafas dan mengacak pelan surainya yang berwarna mint. Sudah hampir tiga puluh menit ia membiarkan kertas itu tetap bersih. Tidak, ini tidak boleh terus terjadi atau dia tak akan bisa menghasilkan satu lagu pun hari ini.Pintu studio dibuka oleh seseorang, menyebabkan udara masuk dari luar karena ia tak cepat-cepat menutupnya lagi. Sosok Ji Seojin terl

    Last Updated : 2021-06-05
  • Till The End Of The World   Chapter 6

    Jihyun menghentak-hentakkan kakinya ke tanah, kesal dengan semua yang sudah terjadi hari ini. Sudah cukup dipermalukan seperti tadi, Jihyun tidak akan mau membaca komik Busan In Action lagi. Sialan, ia tidak menyangka seseorang dengan nama pena Yeosong Bunny itu adalah bocah labil yang punya sepasang gigi seperti kelinci.Reputasinya sebagai seorang mahasiswa baru hampir saja tercoreng jika tadi dia kelepasan menjewer kuping gadis itu. Dengan penampilan mencolok seperti itu, tentu saja ia akan mudah dikenali orang. Terlebih, lawannya kali ini adalah bocah SMA, bisa-bisa ia dituduh melakukan kekerasan pada anak dibawah umur."Hyun Myungsuk dan segala kehidupannya memang gila, arrgh!" Jihyun meracau frustrasi di depan halte bus. Saat bus tujuannya tiba, ia melangkahkan kakinya dengan cepat ke dalam sana dan segera mencari tempat duduk, menyamankan posisinya. Gadis Busan itu memasangkan earphone di telinganya dan mulai mencari channel radio f

    Last Updated : 2021-06-06
  • Till The End Of The World   Chapter 7

    Suara yang dihasilkan oleh ketukan jemari jenjang pada keyboard laptop memenuhi ruangan kamar yang sunyi. Sosok cantik itu tengah asik dengan blognya, mengabaikan satu sosok lagi yang sekarang tengah sibuk menorehkan goresan-goresan kasar pena di atas kertas putih. Seojin tak mau menatap adiknya yang tampak kesal sejak kepulangannya sore tadi. Kalau tidak salah, tiga puluh menit yang lalu Sunmi cerita soal pertemuannya dengan gadis bernama Bae Jihyun yang membuat hatinya panas akhir-akhir ini. Keributan terjadi setelah Sunmi menyiram wajah Jihyun dengan segelas iced americano yang disaksikan oleh puluhan pasang mata. Sungguh, Seojin tidak mengerti jalan pikiran adiknya, dasar bocah. Wanita cantik itu kemudian menutup halaman blognya saat ia sudah menyelesaikan postingannya, kemudian beranjak dari kasur, menghampiri Sunmi yang asik menggambar di kursinya. Helaan nafas berat terus terdengar ketika ia melangkah mendekati s

    Last Updated : 2021-06-07
  • Till The End Of The World   Chapter 8

    Sunmi memutar-mutar pensil di tangannya, tak fokus sedari tadi karena mengingat kata-katanya sendiri beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ia tak berniat untuk membuat Myungsuk marah, tapi karena perkataannya tempo hari, sampai sekarang kekasihnya itu belum juga menghubunginya.Waktu istirahat akan berakhir sebentar lagi, dan Sunmi masih belum beranjak dari kursinya sejak bel berbunyi. Panggilan dari teman sekelasnya tak ia hiraukan, seolah pikirannya hanya mampu fokus pada satu hal.Pada Hyun Myungsuk yang ia rasa mulai menjauh.Gadis itu menghela nafas berkali-kali, lelah sendiri dengan skenario bodoh yang sudah ia buat. Sunmi mengutuk Myungsuk dalam hatinya. Brengsek, apa dia masih butuh aku, batinnya. Persetan kau, ulzzang brengsek.Lama bermonolog sendiri, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia lekas mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk yang dikirimkan oleh seseorang beberapa detik yang lalu.

    Last Updated : 2021-06-07
  • Till The End Of The World   Chapter 9

    Hujan turun secara tiba-tiba malam ini. Padahal, sejak tadi sore belum ada tanda-tanda akan turun hujan, awan mendung pun tak terlihat. Keempat orang yang baru keluar dari restoran itu menatap tak percaya pada jalanan basah di depan mereka. Hujannya sangat deras, dan sialnya Seojin masih punya pekerjaan."Aku harus menyerahkan file ke Bos sebelum dia berangkat ke luar kota besok." Wanita cantik itu mengoceh panjang lebar sejak mereka mendengar suara hujan. Wooseok sudah ingin menutup telinganya rapat-rapat jika saja bukan Seojin yang sedang berbicara seperti kereta api.Aku tidak peduli, Noona. Persetan dengan semua file milik Bos mu, telingaku rasanya mau pecah, batin Wooseok. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk benar-benar meneriakki Seojin karena ia ingat kalau pekerjaan tetap pujaan hatinya selain food blogger adalah Chef di salah satu hotel bintang lima. Dan demi Tuhan, Wooseok pernah tak sengaja membuka salah satu file milik Seojin. S

    Last Updated : 2021-06-08
  • Till The End Of The World   Chapter 10

    Inbox (1)From: Kang WooseokHai, Noona ... apa kabar? Hari ini sudah makan berapa kali? Perlu kutemani ke supermarket, mungkin? Kapan kita bisa bertemu?Inbox (1)From: Kang WooseokSeojin-noona, kau ada di rumah? Aku ingin bertemu :) ayo kita makan siang bersama~Inbox (1)From: Kang WooseokNoona, hari ini luang tidak? Ayo temani aku ke toko sepatu. Oppa di rumah, kan? Aku jemput sekarang, ya ....Inbox: (1)From: Kang WooseokNoona, hangout bersamaku, ya? Aku bosan. Miss u Noona :(****"Bagus, Seojin ... bagus. Ya, ke kiri sedikit."

    Last Updated : 2021-06-08

Latest chapter

  • Till The End Of The World   Chapter 50

    Hokkaido selalu bersalju. Namun, dinginnya gumpalan putih itu tak sedingin perasaan Jihyun sekarang. Ia merasa cemas, sangat cemas hingga tubuhnya nyaris mati rasa. Sudah berjam-jam ia menunggu di koridor rumah sakit. Orang-orang berlalu-lalang untuk mengurus keluarga mereka, atau sekedar menjenguk kerabat yang sangat. Beberapa yang datang menangis karena syok keluarganya menjadi korban kecelakaan, atau yang lebih buruk lagi; mereka menerima informasi bahwa orang yang mereka sayangi telah pergi untuk selama-lamanya."Bagaimana, Jihyun-ah ... apa sudah ada kabar dari dokter?"Jihyun mematai seorang pria berkacamata yang berusia sekitar tiga puluh tahunan di dekatnya. Sosok familiar itu adalah Lee Yunsung, kakak Dantae satu-satunya. Semalam kondisi Dantae sangat drop dan ia dibawa ke rumah sakit. Beruntung, Yunsung tinggal di Jepang dan bisa menemani adiknya di sini."Belum ada, Oppa. Aku sangat cemas, kenapa sampai sekarang

  • Till The End Of The World   Chapter 49

    MyunsukHyunTetaplah bersama selamanya. Aku hanya punya kau.#KimMyungsukDisini #AkuBersamaDenganTemanku #IniKembaranku #AkujugamencintaimuJihyunSunmi tersenyum saat melihat notif di ponselnya. Myungsuk mengunggah sebuah foto tautan tangannya bersama seseorang yang ia yakini tangan Jihyun. Oh, melodrama macam apa ini? Bukankah pertemanan mereka hanya berisi komik dan hal-hal konyol lainnya? Sunmi terkekeh melihat itu."Wow, kau bahkan tidak menunjukkan raut marah saat melihat postingan ini." Daehyun menekan-nekan jari telunjuk kirinya di atas layar ponsel Sunmi. Tangan kanannya sudah penuh membawa beberapa kantung makanan."Tidak apa-apa, Daehyun-ah. Sudah kubilang mereka tidak akan macam-macam. Kalau kau mau, kita juga bisa mengunggah foto tangan kita yang sedang bergandengan."Daehyun memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kau saja Sunmi-ya. Maaf aku tidak tertarik menggenggam t

  • Till The End Of The World   Chapter 48

    Dantae berjalan menuju parkiran tempat show di Busan untuk mengambil mobilnya. Artis tidak perlu ragu memarkir di sana. Terlalu ramai di salon membuatnya mau tidak mau mengalah. Ia menyuruh pegawai salon itu memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Alhasil, karena ketiduran ia harus rela mengirim pesan pada Beomgyu kalau ia akan terlambat.Ia mengecek ponselnya berulang kali, memastikan bahwa Beomgyu tidak menghubunginya. Lantunan musik hiphop memenuhi area jalanan yang padat, namun tak sedikit orang yang memperhatikan layar besar itu. Poster dua rapper ternama terpampang besar di sana. Dantae memakai topi hitamnya, lalu menaikkan tudung mantel dan berjalan sambil tersenyum tipis. Konser awal tahunnya akan segera tiba.Terlalu mengabaikan sekeliling, Dantae terperanjat saat seseorang menabrak bahu kanannya. Ponsel yang dipegang sosok itu jatuh dan spontan Dantae menangkapnya. Ia bernafas lega."Maaf." Suara dingin Dantae t

  • Till The End Of The World   Chapter 47

    "Wow, kau benar-benar menungguku di sini." Suara baritone yang sangat dikenalinya berhasil memecah lamunan mengenai kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Tentang hubungannya dan Jang Beomgyu yang sudah kandas. Jihyun tidak ingin menyalahkan siapapun lagi untuk semuanya, dia hanya—menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Myungsuk waktu itu.Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit saat ia asik tenggelam dalam lamunannya sendiri. Melupakan bahwa kedatangannya di tempat ini bukan untuk melamun, tapi bertemu dengan teman baiknya. Myungsuk melambai dari jarak dua meter dan mulai mengayunkan sepatunya ke arah Jihyun. Kursi Taman yang ia duduki sendiri mulai terasa lebih berat saat Myungsuk ikut duduk di sebelahnya, mematai dari samping."Hitam. Sudah kuduga ini cocok denganmu." Tangan pemuda Daegu itu beralih untuk menyentuh surai temannya yang berubah warna. Merah muda ke hitam. Ini tentu membuat Jihyun harus mengg

  • Till The End Of The World   Chapter 46

    Malam hari menyapa, masih dengan cuaca yang membeku. Jihyun duduk sendirian di taman, menunggu Myungsuk menemuinya sebentar lagi. Hampir satu hari ia habiskan untuk pergi ke suatu tempat hari ini setelah mengacaukan semuanya. Walaupun Jihyun bilang ia tidak suka mengacaukannya, sosok bernama Jang Beomgyu itu tetap pergi dengan senyuman dan berkata bahwa semua ini bukanlah salah Jihyun.Namun, tetap saja ia cemas. Sebagai manusia yang berperasaan dan tidak ingin menyakiti orang lain, Jihyun benar-benar merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Kang Beomgyu."Seharusnya, dari awal aku mendengarkan Myungsuk. Harusnya aku tidak boleh memberi harapan pada Kang Beomgyu jika akhirnya aku melakukan itu untuk pelampiasan."Jihyun menunduk di bangku taman dengan perasaan gelisah yang memenuhi relung hatinya.****Beberapa jam sebelumnya.

  • Till The End Of The World   Chapter 45

    "Oh, Wooseok?"Dantae membalas sapaan Wooseok lewat telepon pagi ini. Yang lebih muda menanyakan kenapa ia tidak mampir ke studio—walaupun ini tahun baru, dan tidak mengabarinya sejak kabur bersama Seojin semalam."Ah, Hyung. Kau di mana sekarang?" Dantae tahu saat kalimat itu terucap, Wooseok sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Seperti; Dantae sedang bersama Seojin, Dantae sedang bermesraan dengan Seojin, Dantae dan Seojin punya hubungan gelap. Dan hal-hal tidak masuk akal lainnya yang berkaitan dengan Seojin."Aku sedang di Busan, mengganti warna rambutku. Kau pasti tahu alasannya. Omong-omong Seojin-noona sudah mengatakan semuanya."Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan Wooseok setelah Dantae menyelesaikan kalimatnya."Kapan kau ke Busan? Kau bisa mati kalau berkeliaran siang-siang begini. Dan, a-apa? Seojin-noona cerita padamu tentang sesuatu, Hyung?""Ck, jangan

  • Till The End Of The World   Chapter 44

    Jang Beomgyu memasukan ponselnya ke dalam saku mantel saat ia selesai menghubungi Jihyun. Ini pekerjaan penting, jadi harus cepat dilakukan. Walaupun Beomgyu sedikit tidak mengerti kenapa Jihyun mau keluar rumah di cuaca dingin begini, karena sudah terlanjur, dia hanya membiarkannya.Sepatunya menciptakan bunyi saat menapak di lorong. Lantai tiga nomor seratus sepuluh. Beomgyu mencari kamar yang dimaksud Jihyun dengan seksama. Belum sampai langkahnya di depan pintu, suara asing memekik cukup keras dari pintu sebelah."Hyungnim, apa kau mencari Jihyun-ssi?" Beomgyu spontan menoleh pada sosok itu. Anak laki-laki dengan postur tinggi sedang bersandar di depan pintu rumahnya.Pria itu menyunggingkan sebuah senyum manis sebelum menanggapi ucapannya. "Ah, iya. Aku pacarnya Jihyun. Dia menyuruhku masuk duluan dan mengambil kunci di bawah pot bunga."Anak laki-laki tinggi itu bergeming. Matanya membulat di detik b

  • Till The End Of The World   Chapter 43

    Jihyun menikmati sekaleng softdrink yang Wooseok berikan. Meneguknya dengan cepat tanpa memedulikan tatap heran yang dihadiahi di rapper padanya. Bunyi klontang nyaring dari kaleng minuman kosong yang dibuang ke sudut tempat sampah menemani larutnya malam tahun baru. Kembang api perlahan-lahan makin menghilang. Redupnya buyar menemani langkah kaki orang-orang yang kembali ke rumah mereka. Di jam segini, adalah hal gila jika kau menyebutnya sedang hangout bersama seseorang. Wooseok lebih suka menganggapnya—kebetulan."Kau putus dengan Dantae-hyung?" Satu kalimat tanya yang meluncur dari Wooseok membuat Jihyun jengah. Decakan terdengar setelah suara baritone itu berhasil menyelesaikan kalimatnya. Jihyun menoleh, mendapati Wooseok tengah menatap tak biasa ke arahnya, ia meremas kuat kaleng di tangannya."Berhenti menatapku seperti itu, Oppa!" Jihyun tidak suka ini. K

  • Till The End Of The World   Chapter 42

    "Kau ini kenapa sebenarnya?" Jihyun menatap nyalang pada Dantae. Dahinya berkerut, "bukankah kau sendiri yang bilang agar aku tak mencarimu lagi? Lalu kenapa justru kau yang datang padaku!?"Dantae terkekeh mendengar ucapan mantan kekasihnya. "Haha, kau benar. Memang aneh. Jika seandainya keadaan berbalik. Misalnya kau yang meninggalkanku ... lalu aku yang merasa rindu, setidaknya itu terdengar lucu. Tapi—""Kau yang meninggalkanku, dan kau yang merasa rindu. Itu terlalu menggelikan, Dantae-ssi.""Kau benar.""Sudahlah, jangan pernah membahas ini lagi. Aku akan pulang!""Tunggu, Jihyun—""Lepaskan aku, Dantae-ssi! Kau seharusnya malu melakukan ini pada orang yang sudah kau buang."Dantae terkekeh mendengar ucapan Jihyun. Benar. Dia memang hanya seorang pria brengsek yang dengan mudah membuang Jihyun begitu saja. Tidak tahu terima kasih. Sudah p

DMCA.com Protection Status