Share

Chapter 7

Author: DTLotus07
last update Last Updated: 2021-06-07 17:32:45

Suara yang dihasilkan oleh ketukan jemari jenjang pada keyboard laptop memenuhi ruangan kamar yang sunyi. Sosok cantik itu tengah asik dengan blognya, mengabaikan satu sosok lagi yang sekarang tengah sibuk menorehkan goresan-goresan kasar pena di atas kertas putih.

Seojin tak mau menatap adiknya yang tampak kesal sejak kepulangannya sore tadi. Kalau tidak salah, tiga puluh menit yang lalu Sunmi cerita soal pertemuannya dengan gadis bernama Bae Jihyun yang membuat hatinya panas akhir-akhir ini. Keributan terjadi setelah Sunmi menyiram wajah Jihyun dengan segelas iced americano yang disaksikan oleh puluhan pasang mata. Sungguh, Seojin tidak mengerti jalan pikiran adiknya, dasar bocah.

Wanita cantik itu kemudian menutup halaman blognya saat ia sudah menyelesaikan postingannya, kemudian beranjak dari kasur, menghampiri Sunmi yang asik menggambar di kursinya.

Helaan nafas berat terus terdengar ketika ia melangkah mendekati sang adik. Seojin tahu suasana hati gadis bergigi kelinci itu sedang tidak baik sekarang. Adik kecilnya bahkan tidak menggambar dengan baik. Hanya ada coretan abstrak yang hampir memenuhi kertas.

Seojin menepuk pelan pundak sang adik, kemudian berkata dengan lembut. "Sunmi, sudah malam. Cepat istirahatkan tubuhmu, tidak baik terus-menerus menyimpan amarah seperti itu." Suaranya terdengar begitu lembut di telinga Sunmi, membuat gadis itu menoleh dengan cepat.

"Aku hanya tidak mau dia berpaling, Eonnie. Aku takut wanita itu akan merebut Myungsuk dariku." Ia menaruh pena itu di atas meja, tiba-tiba memeluk pinggang Seojin, menenggelamkan wajahnya di perut sang kakak.

Yang lebih tua hanya tersenyum tipis, mengelus pelan surai hitam sang adik dengan penuh rasa sayang.

"Kau hanya ketakutan, Sunmi-ya. Tidak apa-apa, Myungsuk tidak akan meninggalkanmu." Seojin berbisik lembut di telinganya, tapi Sunmi menggeleng.

"Kami sudah lama pacaran, Eonnie. Dulu aku dan Myungsuk hanya bocah SMP, tapi sekarang kami sama-sama sudah dewasa. Lama-lama dia pasti akan bosan denganku dan mencari seseorang yang lebih cantik. Kau tahu segalanya kan, Eonnie." Sunmi mengeratkan pelukannya dan membuat Seojin mendesah kaku. Siapa lagi yang tahu soal masalah Sunmi selain dirinya. Myungsuk? Pemuda itu hanya tahu sedikit, tapi Seojin tahu segalanya.

Sang kakak hanya memandang iba ke arah adiknya tanpa mengubah posisi mereka, surai legam itu masih diusapnya penuh sayang. Sunmi mungkin terlihat sangat sempurna di mata orang-orang, namun sebenarnya gadis ini punya rahasia yang ia simpan sendiri. Sebuah rasa takut yang sering memenuhi relungnya ketika seseorang mencoba untuk mendekati Myungsuk, kemudian ia akan bertindak gegabah dan berakhir menyesal, mengadu pada Seojin.

"Bagaimana jika Myungsuk-oppa meninggalkanku karena orang itu, Eonnie ... bagaimana?" Seojin bingung jika sudah dilontarkan ucapan seperti ini oleh adiknya. Jujur saja, ia tak tahu sosok seperti apa Bae Jihyun itu. Yang jelas, selama ini menurut pengamatannya Myungsuk serius dengan Sunmi walaupun pemuda itu mempunyai segudang keanehan dalam hidupnya, sorot mata pemuda itu sudah cukup mengartikan segalanya.

Senyum itu kembali merekah, menambah kesan jelita di wajahnya yang damai. "Percayalah, Sunmi-ya. Dia tidak akan pernah meninggalkanmu." Seojin berucap pelan, mencoba untuk menenangkan sang adik yang masih setia memeluk pinggangnya.

Sunmi melepaskan pelukannya perlahan-lahan, kemudian menatap mata sang kakak. Seojin tahu tatapan mata itu menjelaskan sebuah kekhawatiran yang amat dalam. Ia mengusap lembut belah pipi Sunmi, sedikit menurunkan tubuhnya dan mengecup pelan kening sang adik.

"Bilang pada Eonnie kalau dia menyakitimu. Eonnie tidak akan mengampuninya nanti." Seojin kembali berujar, membuat Sunmi terpesona dengan senyum menawan yang ditunjukkan sang kakak. Walaupun mereka bukan saudara kandung, ikatan mereka lebih dalam dari yang bisa orang lain lihat.

Gila, beruntung sekali kalau Wooseok bisa mendapatkan Seojin-eonnie, batin Sunmi.

Detik berikutnya, Sunmi hanya mengangguk lemah dan membiarkan Seojin tetap menangkup wajahnya, tak menghiraukan cairan bening yang mulai lolos dari kornea matanya.

Seojin hanya mampu menghela nafas setelah itu, mendengarkan tangisan adiknya.

****

Myungsuk menguap beberapa kali sebelum menyesap kopi yang baru saja dipesannya. Deadline tugas kuliah sekaligus pekerjaan sampingannya membuat tubuhnya terasa kaku sekarang. Ini baru hari senin, namun semangat pemuda itu benar-benar sudah terkikis. Ia baru tidur tiga jam sejak tadi malam. Beberapa hal yang harus ia urus di Daegu menahannya untuk kembali ke Seoul tepat waktu pagi ini.

Suara yang terdengar saat pintu studio dibuka bahkan tak ia hiraukan. Paling-paling Jihyun yang datang sepagi ini, pikirnya. Namun pemikiran itu segera ia tepis jauh-jauh saat ia mendengar suara goresan pena di atas kertas. Tunggu, sejak kapan Jihyun menggambar tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sepasang manik elang itu pun terbuka.

Myungsuk mendapati seorang gadis dengan balutan blazer kuning tengah serius menggambar di kursi kerjanya. Baru sepuluh menit ia mencoba untuk tertidur di sofa, namun niatnya harus ia urungkan jauh-jauh sekarang.

"Sunmi, sedang apa kau di sini pagi-pagi begini? Kau tidak ke sekolah?" Myungsuk menunjuk Sunmi dengan jarinya, membuat sang kekasih menggeleng tanpa membalas tatapannya.

"Aku akan membantumu menggambar, Oppa. Kau tidak boleh membantah." Sontak saja mata Myungsuk langsung terbuka lebar. Kekasihnya bilang apa barusan?

"Wow, tunggu dulu ... apa ini? Aku sudah terlanjur kolaborasi dengan Jihyun, Sunmi. Jangan mengacaukannya." Ia mendudukkan dirinya, menatap tak suka pada Sunmi.

Gadis yang masih sibuk menggambar itu kemudian mengalihkan pandangannya pada sang kekasih, menatap kedua maniknya dengan kilatan tajam.

"Kalau begitu batalkan saja kolaborasi kalian, pokoknya kau tidak boleh membantah!" katanya dengan nada yang ketus.

"Lagipula, kalau bersamaku komikmu akan lebih cepat selesai. Gambarku juga bagus, dan kau tidak perlu susah payah berulang kali menemui editor. Komikmu akan langsung diterbitkan, dan kau akan terkenal."

Myungsuk diam saja mendengar ucapan panjang lebar yang dilontarkan kekasihnya. Sunmi sedang kerasukan apa sebenarnya, kenapa ia tiba-tiba bersikap posesif begini. Myungsuk tidak suka.

Kedua alis pemuda Daegu itu bertautan dan matanya seolah memberi isyarat pada Sunmi untuk menjelaskan sesuatu. Sementara murid kelas tiga Seoul Art School itu hanya diam, sampai sebuah suara lain menginterupsi keduanya.

"Oh, jadi maksudnya kemampuanku tidak lebih baik darimu, begitu?"

Keduanya menoleh ke arah pintu yang terbuka, tampak Jihyun tengah berdiri santai di sana, menatap jengah keduanya.

"Hei, apa-apaan opini itu. Aku merasa tidak berguna sekali sebagai partnermu." Jihyun berjalan menuju sofa dan ikut mendudukkan dirinya di sana, tersenyum getir ke arah Myungsuk.

"Selamat pagi, Jihyun-ah." Si ulzzang hanya menatap lelah pada Jihyun, mengisyaratkan bahwa ia perlu pertolongan sekarang.

"Maaf mengenai mulut kekasihku yang pedas." Ia memejamkan matanya. Jihyun kemudian melengkungkan sebuah senyum manis ke arah sang pemuda Daegu, membuat Sunmi panas lagi.

"Tidak apa-apa, Myungsuk. Yang barusan itu masih lebih baik daripada saat ia menyiram wajahku dengan iced americano kemarin." Jihyun menjelaskan dengan nada datar, menatap tajam Sunmi yang masih terpaku di mejanya.

Myungsuk terkejut karena menangkap jelas maksud dari perkataan Jihyun. Maniknya berpendar ke arah gadisnya yang masih sibuk menggambar, ia mencoba mencari penjelasan darinya. Tapi Sunmi langsung membuang nafas kasar, ikut menatap tajam Jihyun yang masih setia dengan wajah tersenyumnya.

"Aku hanya melindungi kekasihku dari seseorang yang tampaknya akan menjadi perusak hubungan, Oppa." Ia meremas kertas di tangannya, berdiri dengan kesal dan mulai berjalan menuju pintu studio.

Kekasihnya hanya berdecak malas, memijat keningnya. "Apaan sih, Sunmi?"

"Aku serius, Oppa. Pikirkan kalimatku, kalau tidak kita putus!"

Bersamaan dengan terlontarnya kalimat itu, Sunmi menutup keras pintu studio milik bibinya, meninggalkan Myungsuk yang frustrasi dan Jihyun dengan wajah bingungnya.

Si ulzzang ikut membuang nafas kasar, berdecak kesal sambil mengacak surainya. Jihyun yang duduk di sebelahnya hanya menatap miris dan menggelengkan kepala, terpaku dengan kepergian Sunmi.

"Kekasihmu sangat mengerikan, Myungsuk."

Myungsuk tak menjawab, hanya membalas ucapan Jihyun dengan sebuah anggukan singkat.

****

Hari-hari berikutnya, semua terasa semakin berat. Myungsuk dan Jihyun sudah berusaha untuk memperbaiki naskah mereka dan Beomgyu bilang ia akan memeriksanya sekali lagi. Sejak tadi sore, mereka berdua sudah memutuskan untuk mengistirahatkan tubuh masing-masing, melupakan sejenak tugas kuliah.

"Jihyun, aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Gadis Busan itu menoleh ketika suara berat milik partner-nya terdengar.

"Bertanya soal apa?" Jihyun refleks mendekat ke arah Myungsuk. Sekarang, pemuda Daegu itu memberi tatapan menerawang ke depan.

"Apa maksudmu soal Sunmi yang pernah menyiram wajahmu dengan iced americano, apa itu benar?" Ia menautkan kedua alisnya, membuat Jihyun terkekeh melihat ekspresinya.

"Bodoh, kekasihmu itu mengajakku kopi darat kemudian marah-marah dan menyiram wajahku."

"Memang ada masalah apa?" Myungsuk masih belum mau menatap Jihyun, ia mengigit kuku tangannya.

"Sunmi menyuruhku untuk menjauhimu. Sepertinya dia cemburu, Myungsuk." Jihyun menghela nafas sebentar, mengambil pena yang tergeletak tak jauh dari mereka.

"Dan sepertinya dia serius soal ucapannya tempo hari." Pemuda Daegu itu tahu betul bagaimana ancaman Sunmi pagi itu. Ia bilang mereka akan putus jika Myungsuk tak menuruti keinginannya.

Dasar anak kecil.

"Aku tahu, Jihyun." Maniknya menoleh ke arah Jihyun, "maksudku ... kenapa Sunmi cemburu padamu? Kukira selama ini dia tidak pernah seposesif itu," ujarnya dengan suara berat.

Jihyun menggeleng, mengedikkan bahunya sambil cemberut.

"Kurasa dia cemburu karena kita terlihat sangat dekat, mungkin." Ia tersenyum canggung.

Myungsuk menggeleng dengan yakin. "Kita ini teman, Jihyun. Kenapa dia harus repot-repot cemburu padamu?" Suara baritonenya kembali terdengar.

"Pacarmu juga tidak pernah mempermasalahkannya, kan?" Ia bertanya lagi, membuat Jihyun langsung mengangguk.

"Ah, jangan khawatir, Myungsuk. Setidaknya dia tidak bilang apapun sejak kita sering bertemu."

Myungsuk menatap Jihyun tak percaya. Ia jadi tidak yakin kalau kekasih partnernya itu adalah manusia. Kalau hanya dengan membuat komik saja Sunmi yang masih remaja keberatan, bagaimana dengan kekasih Jihyun yang usianya pasti lebih dewasa dari mereka. Benarkah zaman sekarang masih ada pria yang tidak masalah kalau kekasihnya menemui pria lain setiap hari? Myungsuk jadi penasaran padanya.

"Hei, Bae Ji Hyun ... sebenarnya orang seperti apa kekasihmu itu?"

****

Related chapters

  • Till The End Of The World   Chapter 8

    Sunmi memutar-mutar pensil di tangannya, tak fokus sedari tadi karena mengingat kata-katanya sendiri beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ia tak berniat untuk membuat Myungsuk marah, tapi karena perkataannya tempo hari, sampai sekarang kekasihnya itu belum juga menghubunginya.Waktu istirahat akan berakhir sebentar lagi, dan Sunmi masih belum beranjak dari kursinya sejak bel berbunyi. Panggilan dari teman sekelasnya tak ia hiraukan, seolah pikirannya hanya mampu fokus pada satu hal.Pada Hyun Myungsuk yang ia rasa mulai menjauh.Gadis itu menghela nafas berkali-kali, lelah sendiri dengan skenario bodoh yang sudah ia buat. Sunmi mengutuk Myungsuk dalam hatinya. Brengsek, apa dia masih butuh aku, batinnya. Persetan kau, ulzzang brengsek.Lama bermonolog sendiri, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia lekas mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk yang dikirimkan oleh seseorang beberapa detik yang lalu.

    Last Updated : 2021-06-07
  • Till The End Of The World   Chapter 9

    Hujan turun secara tiba-tiba malam ini. Padahal, sejak tadi sore belum ada tanda-tanda akan turun hujan, awan mendung pun tak terlihat. Keempat orang yang baru keluar dari restoran itu menatap tak percaya pada jalanan basah di depan mereka. Hujannya sangat deras, dan sialnya Seojin masih punya pekerjaan."Aku harus menyerahkan file ke Bos sebelum dia berangkat ke luar kota besok." Wanita cantik itu mengoceh panjang lebar sejak mereka mendengar suara hujan. Wooseok sudah ingin menutup telinganya rapat-rapat jika saja bukan Seojin yang sedang berbicara seperti kereta api.Aku tidak peduli, Noona. Persetan dengan semua file milik Bos mu, telingaku rasanya mau pecah, batin Wooseok. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk benar-benar meneriakki Seojin karena ia ingat kalau pekerjaan tetap pujaan hatinya selain food blogger adalah Chef di salah satu hotel bintang lima. Dan demi Tuhan, Wooseok pernah tak sengaja membuka salah satu file milik Seojin. S

    Last Updated : 2021-06-08
  • Till The End Of The World   Chapter 10

    Inbox (1)From: Kang WooseokHai, Noona ... apa kabar? Hari ini sudah makan berapa kali? Perlu kutemani ke supermarket, mungkin? Kapan kita bisa bertemu?Inbox (1)From: Kang WooseokSeojin-noona, kau ada di rumah? Aku ingin bertemu :) ayo kita makan siang bersama~Inbox (1)From: Kang WooseokNoona, hari ini luang tidak? Ayo temani aku ke toko sepatu. Oppa di rumah, kan? Aku jemput sekarang, ya ....Inbox: (1)From: Kang WooseokNoona, hangout bersamaku, ya? Aku bosan. Miss u Noona :(****"Bagus, Seojin ... bagus. Ya, ke kiri sedikit."

    Last Updated : 2021-06-08
  • Till The End Of The World   Chapter 11

    Myungsuk menyelesaikan tugas kuliahnya tepat pukul sembilan malam ini. Inginnya langsung tidur dan memimpikan anak anjing yang lucu seperti kemarin, tapi sepertinya ia harus mengubur semua keinginannya sekarang, karena lagi-lagi sesuatu bernama deadline terus membuat kedua matanya tetap terjaga semalaman penuh.Ia tidak ingat kapan Jihyun kembali ke rumahnya hari ini. Sejak pagi mood pemuda itu benar-benar buruk. Ia mencoret gambar yang sudah hampir jadi, lalu menggambarnya kembali dengan asal-asalan. Tentu saja hal itu membuat Myungsuk semakin lama mengerjakan gambarnya. Belum lagi jam kuliah yang harus ia kejar. Ini semua benar-benar berat jika dipikir berulang kali, tapi mau bagaimana pun, ia sudah terlanjur mengerjakan semuanya.Pertengkaran dengan Sunmi masih belum selesai. Gadis Busan itu bahkan masih belum menghubunginya sampai sekarang. Tadi pagi Myungsuk menemuinya ke sekolah, bermaksud untuk meminta maaf. Namun sepertinya mood Su

    Last Updated : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 12

    "Dantae-ya, kenapa membeli jajangmyeon di jam segini? Apa kau sangat sibuk akhir-akhir ini?"Dantae kenal baik dengan paman penjual jajangmyeon yang ada di kedai ini. Beliau biasa membuka kedainya dari pukul tujuh malam hingga pukul dua pagi. Biasanya, Dantae makan di sana bersama Wooseok atau Seojin. Tapi sesekali saat Jihyun berkunjung ke Seoul sebelum ia pindah, mereka juga suka kencan di sana, atau membeli jajangmyeon untuk dibawa pulang. Tapi malam ini, tidak ada seorang pun yang bersama Dantae hingga membuat lelaki paruh baya itu bertanya."Ke mana Wooseok dan Seojin?" Ia kembali bertanya sebelum Dantae menjawab.Pria Daegu itu hanya tersenyum sambil mengambil uang kembalian yang diberikan si lelaki paruh baya. Kalau Jihyun tidak sedang merengek seperti tadi, ia pasti akan pergi bersamanya ke kedai ini."Mereka sedang tidak bersamaku. Aku membeli ini untuk kekasihku, dia tiba-tiba ingin makan j

    Last Updated : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 13

    Ini sudah satu jam sejak kepergian Dantae, dan Jihyun masih belum mendapati kekasih cueknya itu kembali. Tidak mungkin Dantae diculik, kan. Lagipula siapa yang mau menculik orang kaku dengan raut wajah datar sepertinya.Tapi lama-lama ia kesal juga.Gadis itu mencoba untuk menghubungi kekasihnya lagi. Lima belas menit yang lalu, ia mengirim pesan pada Dantae tapi sama sekali tak mendapat balasan. Kali ini Jihyun mau langsung meneleponnya saja. Percuma dikirimi pesan lagi kalau tidak ada satu pun balasan.Ia mencari nomor Dantae dan menghubungi, namun tak ada jawaban sama sekali. Teleponnya tersambung tapi tidak diangkat. Sial, ke mana perginya pria cuek itu. Jihyun sudah mengantuk sekarang. Padahal ia ingin melupakan kejadian soal pertengkarannya dengan Sunmi di Coffee Shop itu dengan menghabiskan waktu istirahatnya dengan Dantae. Masa bodoh dengan wangi parfum di baju Dantae kemarin, yang jelas sekarang ia perlu kekasihny

    Last Updated : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 14

    Dantae memutar-mutar pensil di tangan kanannya. Pria Daegu itu masih belum menghasilkan lirik apa pun hari ini. Tangan kirinya ia gunakan untuk memijit pelipis yang terasa pening. Pertengkaran dengan Jihyun semalam masih mengganggu pikirannya, membuatnya tidak fokus bekerja. Ini hari minggu, tapi rasanya seperti tak ada libur dalam kamusnya.Wooseok tidak datang hari ini, katanya ada janji makan siang dengan Seojin-noona. Sedangkan dia harus rela pergi ke studio di jam yang sama seperti hari kerja. Mungkin itu juga yang membuat Jihyun tambah marah sekarang. Gadis itu bahkan tega mengabaikan seluruh teleponnya.Dantae ingat apa yang terjadi tadi pagi. Jihyun terus diam dan itu berarti dia benar-benar marah. Pukul empat lebih tiga puluh menit ia memarkir mobilnya di depan kantor penerbit BoRa, dan ia harus memaksa kekasihnya agar mau bicara padanya sepanjang perjalanan. Marahnya Jihyun yang paling menyeramkan adalah diam, dan Dantae sudah ja

    Last Updated : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 15

    Beomgyu tidak mengajak Jihyun makan siang di luar. Pemuda itu memesan delivery dengan alasan agar tugas mereka bisa tetap dikerjakan sambil makan. Beomgyu banyak menghibur hingga membuat Jihyun tertawa. Sepertinya pemuda itu akan masuk ke dalam list teman baiknya setelah ini."Kau tahu apa yang paling lucu mengenai tetangga lama yang aku ceritakan ini?" Ah, ya. Mereka sedang membicarakan tentang tetangga lama Beomgyu beserta kekonyolan dalam pertemanan mereka sejak tadi. Jihyun hampir tak berhenti tertawa, karena demi apa pun, kedengarannya teman lama Beomgyu ini adalah orang yang bodoh."Apa, Oppa? Apa?" Jihyun berujar tidak sabar, menatap Beomgyu dengan manik berbinar. Beomgyu menepuk-nepuk pahanya sendiri untuk menghentikan tawanya."Dia suka sekali meminjam celana pendekku dan lupa mengembalikannya."Jihyun tertawa lagi."Oh, iya! Dia juga seperti kakek-kakek, kerjaannya hanya tidur se

    Last Updated : 2021-06-09

Latest chapter

  • Till The End Of The World   Chapter 50

    Hokkaido selalu bersalju. Namun, dinginnya gumpalan putih itu tak sedingin perasaan Jihyun sekarang. Ia merasa cemas, sangat cemas hingga tubuhnya nyaris mati rasa. Sudah berjam-jam ia menunggu di koridor rumah sakit. Orang-orang berlalu-lalang untuk mengurus keluarga mereka, atau sekedar menjenguk kerabat yang sangat. Beberapa yang datang menangis karena syok keluarganya menjadi korban kecelakaan, atau yang lebih buruk lagi; mereka menerima informasi bahwa orang yang mereka sayangi telah pergi untuk selama-lamanya."Bagaimana, Jihyun-ah ... apa sudah ada kabar dari dokter?"Jihyun mematai seorang pria berkacamata yang berusia sekitar tiga puluh tahunan di dekatnya. Sosok familiar itu adalah Lee Yunsung, kakak Dantae satu-satunya. Semalam kondisi Dantae sangat drop dan ia dibawa ke rumah sakit. Beruntung, Yunsung tinggal di Jepang dan bisa menemani adiknya di sini."Belum ada, Oppa. Aku sangat cemas, kenapa sampai sekarang

  • Till The End Of The World   Chapter 49

    MyunsukHyunTetaplah bersama selamanya. Aku hanya punya kau.#KimMyungsukDisini #AkuBersamaDenganTemanku #IniKembaranku #AkujugamencintaimuJihyunSunmi tersenyum saat melihat notif di ponselnya. Myungsuk mengunggah sebuah foto tautan tangannya bersama seseorang yang ia yakini tangan Jihyun. Oh, melodrama macam apa ini? Bukankah pertemanan mereka hanya berisi komik dan hal-hal konyol lainnya? Sunmi terkekeh melihat itu."Wow, kau bahkan tidak menunjukkan raut marah saat melihat postingan ini." Daehyun menekan-nekan jari telunjuk kirinya di atas layar ponsel Sunmi. Tangan kanannya sudah penuh membawa beberapa kantung makanan."Tidak apa-apa, Daehyun-ah. Sudah kubilang mereka tidak akan macam-macam. Kalau kau mau, kita juga bisa mengunggah foto tangan kita yang sedang bergandengan."Daehyun memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kau saja Sunmi-ya. Maaf aku tidak tertarik menggenggam t

  • Till The End Of The World   Chapter 48

    Dantae berjalan menuju parkiran tempat show di Busan untuk mengambil mobilnya. Artis tidak perlu ragu memarkir di sana. Terlalu ramai di salon membuatnya mau tidak mau mengalah. Ia menyuruh pegawai salon itu memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Alhasil, karena ketiduran ia harus rela mengirim pesan pada Beomgyu kalau ia akan terlambat.Ia mengecek ponselnya berulang kali, memastikan bahwa Beomgyu tidak menghubunginya. Lantunan musik hiphop memenuhi area jalanan yang padat, namun tak sedikit orang yang memperhatikan layar besar itu. Poster dua rapper ternama terpampang besar di sana. Dantae memakai topi hitamnya, lalu menaikkan tudung mantel dan berjalan sambil tersenyum tipis. Konser awal tahunnya akan segera tiba.Terlalu mengabaikan sekeliling, Dantae terperanjat saat seseorang menabrak bahu kanannya. Ponsel yang dipegang sosok itu jatuh dan spontan Dantae menangkapnya. Ia bernafas lega."Maaf." Suara dingin Dantae t

  • Till The End Of The World   Chapter 47

    "Wow, kau benar-benar menungguku di sini." Suara baritone yang sangat dikenalinya berhasil memecah lamunan mengenai kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Tentang hubungannya dan Jang Beomgyu yang sudah kandas. Jihyun tidak ingin menyalahkan siapapun lagi untuk semuanya, dia hanya—menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Myungsuk waktu itu.Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit saat ia asik tenggelam dalam lamunannya sendiri. Melupakan bahwa kedatangannya di tempat ini bukan untuk melamun, tapi bertemu dengan teman baiknya. Myungsuk melambai dari jarak dua meter dan mulai mengayunkan sepatunya ke arah Jihyun. Kursi Taman yang ia duduki sendiri mulai terasa lebih berat saat Myungsuk ikut duduk di sebelahnya, mematai dari samping."Hitam. Sudah kuduga ini cocok denganmu." Tangan pemuda Daegu itu beralih untuk menyentuh surai temannya yang berubah warna. Merah muda ke hitam. Ini tentu membuat Jihyun harus mengg

  • Till The End Of The World   Chapter 46

    Malam hari menyapa, masih dengan cuaca yang membeku. Jihyun duduk sendirian di taman, menunggu Myungsuk menemuinya sebentar lagi. Hampir satu hari ia habiskan untuk pergi ke suatu tempat hari ini setelah mengacaukan semuanya. Walaupun Jihyun bilang ia tidak suka mengacaukannya, sosok bernama Jang Beomgyu itu tetap pergi dengan senyuman dan berkata bahwa semua ini bukanlah salah Jihyun.Namun, tetap saja ia cemas. Sebagai manusia yang berperasaan dan tidak ingin menyakiti orang lain, Jihyun benar-benar merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Kang Beomgyu."Seharusnya, dari awal aku mendengarkan Myungsuk. Harusnya aku tidak boleh memberi harapan pada Kang Beomgyu jika akhirnya aku melakukan itu untuk pelampiasan."Jihyun menunduk di bangku taman dengan perasaan gelisah yang memenuhi relung hatinya.****Beberapa jam sebelumnya.

  • Till The End Of The World   Chapter 45

    "Oh, Wooseok?"Dantae membalas sapaan Wooseok lewat telepon pagi ini. Yang lebih muda menanyakan kenapa ia tidak mampir ke studio—walaupun ini tahun baru, dan tidak mengabarinya sejak kabur bersama Seojin semalam."Ah, Hyung. Kau di mana sekarang?" Dantae tahu saat kalimat itu terucap, Wooseok sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Seperti; Dantae sedang bersama Seojin, Dantae sedang bermesraan dengan Seojin, Dantae dan Seojin punya hubungan gelap. Dan hal-hal tidak masuk akal lainnya yang berkaitan dengan Seojin."Aku sedang di Busan, mengganti warna rambutku. Kau pasti tahu alasannya. Omong-omong Seojin-noona sudah mengatakan semuanya."Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan Wooseok setelah Dantae menyelesaikan kalimatnya."Kapan kau ke Busan? Kau bisa mati kalau berkeliaran siang-siang begini. Dan, a-apa? Seojin-noona cerita padamu tentang sesuatu, Hyung?""Ck, jangan

  • Till The End Of The World   Chapter 44

    Jang Beomgyu memasukan ponselnya ke dalam saku mantel saat ia selesai menghubungi Jihyun. Ini pekerjaan penting, jadi harus cepat dilakukan. Walaupun Beomgyu sedikit tidak mengerti kenapa Jihyun mau keluar rumah di cuaca dingin begini, karena sudah terlanjur, dia hanya membiarkannya.Sepatunya menciptakan bunyi saat menapak di lorong. Lantai tiga nomor seratus sepuluh. Beomgyu mencari kamar yang dimaksud Jihyun dengan seksama. Belum sampai langkahnya di depan pintu, suara asing memekik cukup keras dari pintu sebelah."Hyungnim, apa kau mencari Jihyun-ssi?" Beomgyu spontan menoleh pada sosok itu. Anak laki-laki dengan postur tinggi sedang bersandar di depan pintu rumahnya.Pria itu menyunggingkan sebuah senyum manis sebelum menanggapi ucapannya. "Ah, iya. Aku pacarnya Jihyun. Dia menyuruhku masuk duluan dan mengambil kunci di bawah pot bunga."Anak laki-laki tinggi itu bergeming. Matanya membulat di detik b

  • Till The End Of The World   Chapter 43

    Jihyun menikmati sekaleng softdrink yang Wooseok berikan. Meneguknya dengan cepat tanpa memedulikan tatap heran yang dihadiahi di rapper padanya. Bunyi klontang nyaring dari kaleng minuman kosong yang dibuang ke sudut tempat sampah menemani larutnya malam tahun baru. Kembang api perlahan-lahan makin menghilang. Redupnya buyar menemani langkah kaki orang-orang yang kembali ke rumah mereka. Di jam segini, adalah hal gila jika kau menyebutnya sedang hangout bersama seseorang. Wooseok lebih suka menganggapnya—kebetulan."Kau putus dengan Dantae-hyung?" Satu kalimat tanya yang meluncur dari Wooseok membuat Jihyun jengah. Decakan terdengar setelah suara baritone itu berhasil menyelesaikan kalimatnya. Jihyun menoleh, mendapati Wooseok tengah menatap tak biasa ke arahnya, ia meremas kuat kaleng di tangannya."Berhenti menatapku seperti itu, Oppa!" Jihyun tidak suka ini. K

  • Till The End Of The World   Chapter 42

    "Kau ini kenapa sebenarnya?" Jihyun menatap nyalang pada Dantae. Dahinya berkerut, "bukankah kau sendiri yang bilang agar aku tak mencarimu lagi? Lalu kenapa justru kau yang datang padaku!?"Dantae terkekeh mendengar ucapan mantan kekasihnya. "Haha, kau benar. Memang aneh. Jika seandainya keadaan berbalik. Misalnya kau yang meninggalkanku ... lalu aku yang merasa rindu, setidaknya itu terdengar lucu. Tapi—""Kau yang meninggalkanku, dan kau yang merasa rindu. Itu terlalu menggelikan, Dantae-ssi.""Kau benar.""Sudahlah, jangan pernah membahas ini lagi. Aku akan pulang!""Tunggu, Jihyun—""Lepaskan aku, Dantae-ssi! Kau seharusnya malu melakukan ini pada orang yang sudah kau buang."Dantae terkekeh mendengar ucapan Jihyun. Benar. Dia memang hanya seorang pria brengsek yang dengan mudah membuang Jihyun begitu saja. Tidak tahu terima kasih. Sudah p

DMCA.com Protection Status