Share

Chapter 8

Penulis: DTLotus07
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-07 19:25:04

Sunmi memutar-mutar pensil di tangannya, tak fokus sedari tadi karena mengingat kata-katanya sendiri beberapa hari yang lalu. Sebenarnya ia tak berniat untuk membuat Myungsuk marah, tapi karena perkataannya tempo hari, sampai sekarang kekasihnya itu belum juga menghubunginya.

Waktu istirahat akan berakhir sebentar lagi, dan Sunmi masih belum beranjak dari kursinya sejak bel berbunyi. Panggilan dari teman sekelasnya tak ia hiraukan, seolah pikirannya hanya mampu fokus pada satu hal.

Pada Hyun Myungsuk yang ia rasa mulai menjauh.

Gadis itu menghela nafas berkali-kali, lelah sendiri dengan skenario bodoh yang sudah ia buat. Sunmi mengutuk Myungsuk dalam hatinya. Brengsek, apa dia masih butuh aku, batinnya. Persetan kau, ulzzang brengsek.

Lama bermonolog sendiri, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia lekas mengambilnya dan melihat sebuah pesan masuk yang dikirimkan oleh seseorang beberapa detik yang lalu.

From: Wooseok-Oppa

Sunmi-ya, datanglah ke studio malam ini. Ada pekerjaan untukmu.

PS: Ini tentang Dan T.

Kedua matanya membola ketika ia membaca nama Dan T tertera di sana. Serius, sampai kapan pun tatapan dingin milik pria berkulit pucat itu tidak akan pernah ia lupakan. Tapi entah kenapa, sejak pertama kali melihat sosok asli Dan T, Sunmi sangat mengaguminya.

Ia bahkan beberapa kali mempromosikan lagu milik Dan T lewat blognya tak lama setelah mereka bertatap muka.

Sunmi segera mengetikkan balasan di sana. Bibirnya tak henti melengkungkan sebuah senyum manis. Sepertinya masalah Hyun Myungsuk bisa ia lupakan untuk sesaat malam ini.

****

Wooseok terus saja memperhatikan Seojin yang sejak tadi mengetikkan sederet kalimat panjang di laptopnya. Pria itu tahu bahwa pujaan hatinya adalah seorang food blogger profesional. Pada awalnya, ia mengenal Seojin lewat beberapa postingan video youtube miliknya.

"Noona, tidak bosan memandang layar putih itu?" Suara Wooseok terdengar dalam studio yang hening. Seojin menghentikan ketukan jarinya di atas keyboard dan segera menoleh ke arah Wooseok.

"Tidak, aku sudah biasa." Ia hanya menoleh sebentar, kemudian mengabaikan Wooseok lagi, membuat pria dua puluh tiga tahun itu cemberut karena diabaikan oleh pujaan hatinya.

"Mereka kapan selesai? Aku sudah lapar." Tatapan Seojin masih fokus melihat ke layar laptop, jemarinya masih menari-nari di sana. Ia berucap tanpa menoleh.

"Sebentar lagi, Noona. Nanti kita makan malam bersama."

Seojin hanya menganggukkan kepalanya, memainkan bibir tanpa menoleh. "Kita makan malam berempat dengan Sunmi dan Dantae, ya."

Wooseok membatin, kenapa wanita cantik ini tidak peka sekali. Padahal ia ingin makan berdua saja dengannya. Tapi kalau sudah begini, tidak ada yang akan membantah ucapannya. Seojin paling tua di antara semua orang yang ada di sana. Karena ia juga dikenal bijak, maka semua perkataannya harus dituruti.

Hari ini Wooseok menyuruh Sunmi untuk melakukan pemotretan bersama Dantae. Ya, bersama. Sunmi sudah lama bekerja di bawah perintah Wooseok, dan Wooseok tahu diri bahwa gadis itu adalah orang yang paling Seojin sayangi. Jadi, ia memberikan pekerjaan lebih serta memberi Sunmi uang lebih banyak.

Ia menyuruh Sunmi untuk memotret Dantae, kemudian ikut dipotret juga oleh Dantae. Sunmi bahkan baru tahu jika rapper berwajah datar itu jago memotret. Selama sesi pemotretan, Dantae tidak banyak bicara. Pria Daegu itu dengan cekatan terus memotret dirinya.

Ngomong-ngomong, jangan remehkan Sunmi. Ia tentu saja bisa bergaya layaknya model profesional. Dia menuntut ilmu di sekolah kesenian yang mahal.

"Semuanya sudah lengkap, terima kasih, Oppa." Sunmi membungkuk dan berkata dengan nada yang bersahabat. Dia takut salah sedikit saja, Dantae akan mencibirnya.

Rambut mint milik Dan T terlihat berkilau di ruangan ini, menyatu dengan terangnya cahaya. Sunmi diam sebentar, sosok ini sebenarnya begitu memesona dari berbagai angle, tapi kenapa dia tidak suka menampakkan wajahnya ke publik? Sunmi jadi penasaran.

Pria di sebelahnya diam saja, tak menjawab ucapannya atau memberi respon dengan gestur tubuh yang berlebihan. Ia hanya mengangguk singkat dengan ekspresi yang sama.

"Ya, sama-sama." Cih, pria yang dingin. Sunmi sih tidak selera dengan yang seperti ini. Walaupun Dan T sangat tampan, rasanya ia tak akan tahan jika punya pasangan yang seperti ini.

Acuh. Dingin. Tak pernah tersenyum. Nilai minusnya banyak sekali.

Suara Dantae terdengar lagi setelah itu, melontarkan sebuah kalimat yang singkat, namun mampu menyita seluruh perhatian Sunmi.

"Kau juga. Jangan lupa istirahat, kau terlihat pucat akhir-akhir ini."

Sunmi tahu Dantae mengatakan kalimat barusan masih dengan raut wajah yang sama. Namun entah kenapa hatinya menjadi teduh, ia tidak pernah dikhawatirkan lebih dari ini selain oleh Seojin. Disaat lelahnya, Myungsuk hanya akan bertingkah seolah sedang menghiburnya dan melupakan sesuatu yang seharusnya ia katakan. Misalnya sebuah ungkapan kekhawatiran pada kekasihnya sendiri.

Gadis itu kemudian tersenyum, canggung. "Iya. Terima kasih, Dantae-oppa."

Setelah itu, hal tak terduga justru Sunmi dapatkan. Dantae menepuk pelan pundaknya. Ia memberi semangat sambil mengucapkan "Hwaiting!" pada Sunmi.

Perlakuan itu membuatnya sedikit tersipu malu. Pipinya merona merah dan bibirnya spontan melengkungkan senyum manis. Ia jadi ingat apa yang ia ucapkan pada Myungsuk beberapa minggu yang lalu saat ia mengatakan bahwa kekasihnya punya fetish pada orang Busan. Sunmi rasanya ingin menarik kata-katanya sendiri.

****

Mereka akhirnya makan malam berempat, dengan Wooseok yang masih sesekali menggerutu. Padahal ia hanya ingin makan berdua bersama sang food blogger. Tapi dengan mudahnya Seojin berkata jika mereka akan makan malam berempat. Wooseok bisa apa.

Hanya terdengar dentingan alat makan di restoran itu. Sesekali, Sunmi mengecek ponselnya dengan perasaan gelisah. Dantae menyadari hal itu. Ia juga sedang berbalas pesan dengan Jihyun. Setelah mengirimkan pesan pada kekasihnya, ia menoleh pada Sunmi. Gadis itu terlihat sangat cemas dan tertekan.

Dantae berpikir, mungkin karena tugas sekolah.

"Kau baik-baik saja?" Rapper itu  sedikit mendekatkan tubuhnya pada Sunmi. Mereka duduk di sebuah kursi panjang, saling berhadapan.

Seojin dan Wooseok yang duduk di seberang meja mengabaikan keduanya, terlalu asik dengan dunia mereka masing-masing. Jadi Sunmi menghela nafas, kemudian menatap Dantae canggung.

"Aku hanya ... bingung kenapa kekasihku tidak menghubungiku beberapa hari ini." Kalimat yang sarat dengan nada rengekan itu akhirnya keluar. Ah, Dantae tahu Sunmi itu masih bocah.

Kira-kira siapa yang berhasil menaklukan hati gadis yang kelihatan pendiam ini.

"Apa kau bertengkar dengan pacarmu?" Dantae memberanikan diri untuk bertanya, tak peduli sedatar apa intonasi itu sekarang, membuat Sunmi tersenyum hambar.

"Bisa dibilang begitu. Ada seseorang yang masuk ke dalam hubungan kami akhir-akhir ini." Gadis itu berkata lagi, kali ini dengan nada yang terdengar sedih. Dantae merasa bersalah sekarang.

"Maksudmu, semacam orang ketiga?" Ia tak yakin untuk bertanya lebih banyak, jadi hanya melontarkan pertanyaan singkat. Tapi sepertinya pertanyaan itu benar-benar memukul Sunmi.

Sunmi mengangguk. "Mungkin saja. Sebenarnya dia hanya teman pacarku, tapi aku merasa sangat khawatir. Mereka terlihat begitu dekat." Kedua tangan itu mengepal erat di atas meja. Dantae memperhatikannya dalam diam.

"Kenapa kau begitu khawatir mengenai itu?" Kali ini ia berkata sambil menatap Sunmi. Obrolan ini terdengar semakin menarik, jadi ia memutuskan untuk mendengar lebih banyak.

"Entahlah, Oppa. Aku berpikir orang ini mempunyai sesuatu yang aku tidak punya. Semacam ... pesona, mungkin." Sunmi melanjutkan.

"Semua orang punya pesona, Sunmi-ya." Suara Dantae terdengar lagi. Kelihatannya, pria Daegu itu benar-benar mulai tertarik. Intonasi suaranya bahkan sudah tak sedatar tadi.

Sunmi menoleh lagi, melemparkan senyum tipis kemudian mengangguk. "Aku pikir juga begitu. Tapi aku merasa takut sekarang, pacarku sepertinya lebih betah dengannya."

Ucapan Sunmi kali ini membuat Dantae terdiam, ia tiba-tiba teringat pada Jihyun. Bagaimana jika kekasihnya juga melakukan hal yang sama. Hubungan mereka memang baik-baik saja, dan ia yakin Jihyun adalah gadis baik yang tidak akan berpaling darinya. Tetapi, Dantae cukup sadar diri bahwa dia tidak akan bisa bersama Jihyun selamanya.

Dantae mencoba untuk bersikap tak canggung pada Sunmi, ia kembali menepuk pundak gadis itu.

"Percayalah pada kekasihmu, Sunmi-ya. Mungkin dia hanya sedang lelah."

'Ya, Oppa. Dia lelah menjalin hubungan dengan bocah SMA sepertiku. Kami nampaknya tidak cocok lagi.' Sunmi membatin pilu. Ia  ingin mengabaikan kenyataan, tapi rasa sakit di hatinya tak demikian. Perasaan itu berteriak minta dikeluarkan. Ia ingin cinta yang utuh dari Myungsuk.

Cinta yang sama seperti dulu.

Sunmi tidak mau menjawab lebih banyak lagi, dadanya sesak. Ia ingin menangis sekeras-kerasnya, sekarang juga. Namun, hanya senyum pahit yang mampu ia tunjukkan di depan lawan bicaranya sekarang.

"Akan kucoba, Dantae-oppa."

 

****

Bab terkait

  • Till The End Of The World   Chapter 9

    Hujan turun secara tiba-tiba malam ini. Padahal, sejak tadi sore belum ada tanda-tanda akan turun hujan, awan mendung pun tak terlihat. Keempat orang yang baru keluar dari restoran itu menatap tak percaya pada jalanan basah di depan mereka. Hujannya sangat deras, dan sialnya Seojin masih punya pekerjaan."Aku harus menyerahkan file ke Bos sebelum dia berangkat ke luar kota besok." Wanita cantik itu mengoceh panjang lebar sejak mereka mendengar suara hujan. Wooseok sudah ingin menutup telinganya rapat-rapat jika saja bukan Seojin yang sedang berbicara seperti kereta api.Aku tidak peduli, Noona. Persetan dengan semua file milik Bos mu, telingaku rasanya mau pecah, batin Wooseok. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk benar-benar meneriakki Seojin karena ia ingat kalau pekerjaan tetap pujaan hatinya selain food blogger adalah Chef di salah satu hotel bintang lima. Dan demi Tuhan, Wooseok pernah tak sengaja membuka salah satu file milik Seojin. S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Till The End Of The World   Chapter 10

    Inbox (1)From: Kang WooseokHai, Noona ... apa kabar? Hari ini sudah makan berapa kali? Perlu kutemani ke supermarket, mungkin? Kapan kita bisa bertemu?Inbox (1)From: Kang WooseokSeojin-noona, kau ada di rumah? Aku ingin bertemu :) ayo kita makan siang bersama~Inbox (1)From: Kang WooseokNoona, hari ini luang tidak? Ayo temani aku ke toko sepatu. Oppa di rumah, kan? Aku jemput sekarang, ya ....Inbox: (1)From: Kang WooseokNoona, hangout bersamaku, ya? Aku bosan. Miss u Noona :(****"Bagus, Seojin ... bagus. Ya, ke kiri sedikit."

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Till The End Of The World   Chapter 11

    Myungsuk menyelesaikan tugas kuliahnya tepat pukul sembilan malam ini. Inginnya langsung tidur dan memimpikan anak anjing yang lucu seperti kemarin, tapi sepertinya ia harus mengubur semua keinginannya sekarang, karena lagi-lagi sesuatu bernama deadline terus membuat kedua matanya tetap terjaga semalaman penuh.Ia tidak ingat kapan Jihyun kembali ke rumahnya hari ini. Sejak pagi mood pemuda itu benar-benar buruk. Ia mencoret gambar yang sudah hampir jadi, lalu menggambarnya kembali dengan asal-asalan. Tentu saja hal itu membuat Myungsuk semakin lama mengerjakan gambarnya. Belum lagi jam kuliah yang harus ia kejar. Ini semua benar-benar berat jika dipikir berulang kali, tapi mau bagaimana pun, ia sudah terlanjur mengerjakan semuanya.Pertengkaran dengan Sunmi masih belum selesai. Gadis Busan itu bahkan masih belum menghubunginya sampai sekarang. Tadi pagi Myungsuk menemuinya ke sekolah, bermaksud untuk meminta maaf. Namun sepertinya mood Su

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 12

    "Dantae-ya, kenapa membeli jajangmyeon di jam segini? Apa kau sangat sibuk akhir-akhir ini?"Dantae kenal baik dengan paman penjual jajangmyeon yang ada di kedai ini. Beliau biasa membuka kedainya dari pukul tujuh malam hingga pukul dua pagi. Biasanya, Dantae makan di sana bersama Wooseok atau Seojin. Tapi sesekali saat Jihyun berkunjung ke Seoul sebelum ia pindah, mereka juga suka kencan di sana, atau membeli jajangmyeon untuk dibawa pulang. Tapi malam ini, tidak ada seorang pun yang bersama Dantae hingga membuat lelaki paruh baya itu bertanya."Ke mana Wooseok dan Seojin?" Ia kembali bertanya sebelum Dantae menjawab.Pria Daegu itu hanya tersenyum sambil mengambil uang kembalian yang diberikan si lelaki paruh baya. Kalau Jihyun tidak sedang merengek seperti tadi, ia pasti akan pergi bersamanya ke kedai ini."Mereka sedang tidak bersamaku. Aku membeli ini untuk kekasihku, dia tiba-tiba ingin makan j

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 13

    Ini sudah satu jam sejak kepergian Dantae, dan Jihyun masih belum mendapati kekasih cueknya itu kembali. Tidak mungkin Dantae diculik, kan. Lagipula siapa yang mau menculik orang kaku dengan raut wajah datar sepertinya.Tapi lama-lama ia kesal juga.Gadis itu mencoba untuk menghubungi kekasihnya lagi. Lima belas menit yang lalu, ia mengirim pesan pada Dantae tapi sama sekali tak mendapat balasan. Kali ini Jihyun mau langsung meneleponnya saja. Percuma dikirimi pesan lagi kalau tidak ada satu pun balasan.Ia mencari nomor Dantae dan menghubungi, namun tak ada jawaban sama sekali. Teleponnya tersambung tapi tidak diangkat. Sial, ke mana perginya pria cuek itu. Jihyun sudah mengantuk sekarang. Padahal ia ingin melupakan kejadian soal pertengkarannya dengan Sunmi di Coffee Shop itu dengan menghabiskan waktu istirahatnya dengan Dantae. Masa bodoh dengan wangi parfum di baju Dantae kemarin, yang jelas sekarang ia perlu kekasihny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 14

    Dantae memutar-mutar pensil di tangan kanannya. Pria Daegu itu masih belum menghasilkan lirik apa pun hari ini. Tangan kirinya ia gunakan untuk memijit pelipis yang terasa pening. Pertengkaran dengan Jihyun semalam masih mengganggu pikirannya, membuatnya tidak fokus bekerja. Ini hari minggu, tapi rasanya seperti tak ada libur dalam kamusnya.Wooseok tidak datang hari ini, katanya ada janji makan siang dengan Seojin-noona. Sedangkan dia harus rela pergi ke studio di jam yang sama seperti hari kerja. Mungkin itu juga yang membuat Jihyun tambah marah sekarang. Gadis itu bahkan tega mengabaikan seluruh teleponnya.Dantae ingat apa yang terjadi tadi pagi. Jihyun terus diam dan itu berarti dia benar-benar marah. Pukul empat lebih tiga puluh menit ia memarkir mobilnya di depan kantor penerbit BoRa, dan ia harus memaksa kekasihnya agar mau bicara padanya sepanjang perjalanan. Marahnya Jihyun yang paling menyeramkan adalah diam, dan Dantae sudah ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 15

    Beomgyu tidak mengajak Jihyun makan siang di luar. Pemuda itu memesan delivery dengan alasan agar tugas mereka bisa tetap dikerjakan sambil makan. Beomgyu banyak menghibur hingga membuat Jihyun tertawa. Sepertinya pemuda itu akan masuk ke dalam list teman baiknya setelah ini."Kau tahu apa yang paling lucu mengenai tetangga lama yang aku ceritakan ini?" Ah, ya. Mereka sedang membicarakan tentang tetangga lama Beomgyu beserta kekonyolan dalam pertemanan mereka sejak tadi. Jihyun hampir tak berhenti tertawa, karena demi apa pun, kedengarannya teman lama Beomgyu ini adalah orang yang bodoh."Apa, Oppa? Apa?" Jihyun berujar tidak sabar, menatap Beomgyu dengan manik berbinar. Beomgyu menepuk-nepuk pahanya sendiri untuk menghentikan tawanya."Dia suka sekali meminjam celana pendekku dan lupa mengembalikannya."Jihyun tertawa lagi."Oh, iya! Dia juga seperti kakek-kakek, kerjaannya hanya tidur se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Till The End Of The World   Chapter 16

    Jihyun terlalu lama menghabiskan waktunya dengan Beomgyu—karena banyak bagian dari naskah yang harus diperbaiki, jadi waktu yang mereka pakai jauh lebih lama. Setelah pening karena terus berkutat dengan kertas-kertas penuh gambar, yang terlintas di kepala Jihyun hanya kasur apartemennya yang empuk. Masa bodoh dengan sikap Dantae dan semua ketidakpekaannya itu, yang penting sekarang pulang ke apartemen lalu berendam dengan air hangat, setelah itu makan camilan dan pergi tidur. Sepertinya akan menyenangkan.Gadis Busan itu berjalan menyusuri jalanan yang selalu ia lewati setiap hari setelah turun dari bus. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Ia teringat sesuatu, kemudian dengan semangat menyambungkan earphone-nya pada ponsel, dan mulai memasangkan benda itu ke telinganya.Ini minggu malam. Mendengarkan suara bariton M akan sangat menyenangkan di musim dingin seperti ini. Jihyun mencari channel radio favoritny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10

Bab terbaru

  • Till The End Of The World   Chapter 50

    Hokkaido selalu bersalju. Namun, dinginnya gumpalan putih itu tak sedingin perasaan Jihyun sekarang. Ia merasa cemas, sangat cemas hingga tubuhnya nyaris mati rasa. Sudah berjam-jam ia menunggu di koridor rumah sakit. Orang-orang berlalu-lalang untuk mengurus keluarga mereka, atau sekedar menjenguk kerabat yang sangat. Beberapa yang datang menangis karena syok keluarganya menjadi korban kecelakaan, atau yang lebih buruk lagi; mereka menerima informasi bahwa orang yang mereka sayangi telah pergi untuk selama-lamanya."Bagaimana, Jihyun-ah ... apa sudah ada kabar dari dokter?"Jihyun mematai seorang pria berkacamata yang berusia sekitar tiga puluh tahunan di dekatnya. Sosok familiar itu adalah Lee Yunsung, kakak Dantae satu-satunya. Semalam kondisi Dantae sangat drop dan ia dibawa ke rumah sakit. Beruntung, Yunsung tinggal di Jepang dan bisa menemani adiknya di sini."Belum ada, Oppa. Aku sangat cemas, kenapa sampai sekarang

  • Till The End Of The World   Chapter 49

    MyunsukHyunTetaplah bersama selamanya. Aku hanya punya kau.#KimMyungsukDisini #AkuBersamaDenganTemanku #IniKembaranku #AkujugamencintaimuJihyunSunmi tersenyum saat melihat notif di ponselnya. Myungsuk mengunggah sebuah foto tautan tangannya bersama seseorang yang ia yakini tangan Jihyun. Oh, melodrama macam apa ini? Bukankah pertemanan mereka hanya berisi komik dan hal-hal konyol lainnya? Sunmi terkekeh melihat itu."Wow, kau bahkan tidak menunjukkan raut marah saat melihat postingan ini." Daehyun menekan-nekan jari telunjuk kirinya di atas layar ponsel Sunmi. Tangan kanannya sudah penuh membawa beberapa kantung makanan."Tidak apa-apa, Daehyun-ah. Sudah kubilang mereka tidak akan macam-macam. Kalau kau mau, kita juga bisa mengunggah foto tangan kita yang sedang bergandengan."Daehyun memutar bola matanya. "Iya, iya. Terserah kau saja Sunmi-ya. Maaf aku tidak tertarik menggenggam t

  • Till The End Of The World   Chapter 48

    Dantae berjalan menuju parkiran tempat show di Busan untuk mengambil mobilnya. Artis tidak perlu ragu memarkir di sana. Terlalu ramai di salon membuatnya mau tidak mau mengalah. Ia menyuruh pegawai salon itu memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Alhasil, karena ketiduran ia harus rela mengirim pesan pada Beomgyu kalau ia akan terlambat.Ia mengecek ponselnya berulang kali, memastikan bahwa Beomgyu tidak menghubunginya. Lantunan musik hiphop memenuhi area jalanan yang padat, namun tak sedikit orang yang memperhatikan layar besar itu. Poster dua rapper ternama terpampang besar di sana. Dantae memakai topi hitamnya, lalu menaikkan tudung mantel dan berjalan sambil tersenyum tipis. Konser awal tahunnya akan segera tiba.Terlalu mengabaikan sekeliling, Dantae terperanjat saat seseorang menabrak bahu kanannya. Ponsel yang dipegang sosok itu jatuh dan spontan Dantae menangkapnya. Ia bernafas lega."Maaf." Suara dingin Dantae t

  • Till The End Of The World   Chapter 47

    "Wow, kau benar-benar menungguku di sini." Suara baritone yang sangat dikenalinya berhasil memecah lamunan mengenai kejadian yang ia alami beberapa jam yang lalu. Tentang hubungannya dan Jang Beomgyu yang sudah kandas. Jihyun tidak ingin menyalahkan siapapun lagi untuk semuanya, dia hanya—menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Myungsuk waktu itu.Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit saat ia asik tenggelam dalam lamunannya sendiri. Melupakan bahwa kedatangannya di tempat ini bukan untuk melamun, tapi bertemu dengan teman baiknya. Myungsuk melambai dari jarak dua meter dan mulai mengayunkan sepatunya ke arah Jihyun. Kursi Taman yang ia duduki sendiri mulai terasa lebih berat saat Myungsuk ikut duduk di sebelahnya, mematai dari samping."Hitam. Sudah kuduga ini cocok denganmu." Tangan pemuda Daegu itu beralih untuk menyentuh surai temannya yang berubah warna. Merah muda ke hitam. Ini tentu membuat Jihyun harus mengg

  • Till The End Of The World   Chapter 46

    Malam hari menyapa, masih dengan cuaca yang membeku. Jihyun duduk sendirian di taman, menunggu Myungsuk menemuinya sebentar lagi. Hampir satu hari ia habiskan untuk pergi ke suatu tempat hari ini setelah mengacaukan semuanya. Walaupun Jihyun bilang ia tidak suka mengacaukannya, sosok bernama Jang Beomgyu itu tetap pergi dengan senyuman dan berkata bahwa semua ini bukanlah salah Jihyun.Namun, tetap saja ia cemas. Sebagai manusia yang berperasaan dan tidak ingin menyakiti orang lain, Jihyun benar-benar merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi di antara dirinya dan Kang Beomgyu."Seharusnya, dari awal aku mendengarkan Myungsuk. Harusnya aku tidak boleh memberi harapan pada Kang Beomgyu jika akhirnya aku melakukan itu untuk pelampiasan."Jihyun menunduk di bangku taman dengan perasaan gelisah yang memenuhi relung hatinya.****Beberapa jam sebelumnya.

  • Till The End Of The World   Chapter 45

    "Oh, Wooseok?"Dantae membalas sapaan Wooseok lewat telepon pagi ini. Yang lebih muda menanyakan kenapa ia tidak mampir ke studio—walaupun ini tahun baru, dan tidak mengabarinya sejak kabur bersama Seojin semalam."Ah, Hyung. Kau di mana sekarang?" Dantae tahu saat kalimat itu terucap, Wooseok sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Seperti; Dantae sedang bersama Seojin, Dantae sedang bermesraan dengan Seojin, Dantae dan Seojin punya hubungan gelap. Dan hal-hal tidak masuk akal lainnya yang berkaitan dengan Seojin."Aku sedang di Busan, mengganti warna rambutku. Kau pasti tahu alasannya. Omong-omong Seojin-noona sudah mengatakan semuanya."Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan Wooseok setelah Dantae menyelesaikan kalimatnya."Kapan kau ke Busan? Kau bisa mati kalau berkeliaran siang-siang begini. Dan, a-apa? Seojin-noona cerita padamu tentang sesuatu, Hyung?""Ck, jangan

  • Till The End Of The World   Chapter 44

    Jang Beomgyu memasukan ponselnya ke dalam saku mantel saat ia selesai menghubungi Jihyun. Ini pekerjaan penting, jadi harus cepat dilakukan. Walaupun Beomgyu sedikit tidak mengerti kenapa Jihyun mau keluar rumah di cuaca dingin begini, karena sudah terlanjur, dia hanya membiarkannya.Sepatunya menciptakan bunyi saat menapak di lorong. Lantai tiga nomor seratus sepuluh. Beomgyu mencari kamar yang dimaksud Jihyun dengan seksama. Belum sampai langkahnya di depan pintu, suara asing memekik cukup keras dari pintu sebelah."Hyungnim, apa kau mencari Jihyun-ssi?" Beomgyu spontan menoleh pada sosok itu. Anak laki-laki dengan postur tinggi sedang bersandar di depan pintu rumahnya.Pria itu menyunggingkan sebuah senyum manis sebelum menanggapi ucapannya. "Ah, iya. Aku pacarnya Jihyun. Dia menyuruhku masuk duluan dan mengambil kunci di bawah pot bunga."Anak laki-laki tinggi itu bergeming. Matanya membulat di detik b

  • Till The End Of The World   Chapter 43

    Jihyun menikmati sekaleng softdrink yang Wooseok berikan. Meneguknya dengan cepat tanpa memedulikan tatap heran yang dihadiahi di rapper padanya. Bunyi klontang nyaring dari kaleng minuman kosong yang dibuang ke sudut tempat sampah menemani larutnya malam tahun baru. Kembang api perlahan-lahan makin menghilang. Redupnya buyar menemani langkah kaki orang-orang yang kembali ke rumah mereka. Di jam segini, adalah hal gila jika kau menyebutnya sedang hangout bersama seseorang. Wooseok lebih suka menganggapnya—kebetulan."Kau putus dengan Dantae-hyung?" Satu kalimat tanya yang meluncur dari Wooseok membuat Jihyun jengah. Decakan terdengar setelah suara baritone itu berhasil menyelesaikan kalimatnya. Jihyun menoleh, mendapati Wooseok tengah menatap tak biasa ke arahnya, ia meremas kuat kaleng di tangannya."Berhenti menatapku seperti itu, Oppa!" Jihyun tidak suka ini. K

  • Till The End Of The World   Chapter 42

    "Kau ini kenapa sebenarnya?" Jihyun menatap nyalang pada Dantae. Dahinya berkerut, "bukankah kau sendiri yang bilang agar aku tak mencarimu lagi? Lalu kenapa justru kau yang datang padaku!?"Dantae terkekeh mendengar ucapan mantan kekasihnya. "Haha, kau benar. Memang aneh. Jika seandainya keadaan berbalik. Misalnya kau yang meninggalkanku ... lalu aku yang merasa rindu, setidaknya itu terdengar lucu. Tapi—""Kau yang meninggalkanku, dan kau yang merasa rindu. Itu terlalu menggelikan, Dantae-ssi.""Kau benar.""Sudahlah, jangan pernah membahas ini lagi. Aku akan pulang!""Tunggu, Jihyun—""Lepaskan aku, Dantae-ssi! Kau seharusnya malu melakukan ini pada orang yang sudah kau buang."Dantae terkekeh mendengar ucapan Jihyun. Benar. Dia memang hanya seorang pria brengsek yang dengan mudah membuang Jihyun begitu saja. Tidak tahu terima kasih. Sudah p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status