Beranda / Romansa / TERGODA CINTA DUDA DINGIN / 07. Kesialan Tak Terduga

Share

07. Kesialan Tak Terduga

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 10:22:15

Hari ini lengkap sudah deritanya.

Tadi pagi mobilnya mogok, tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan untuk datang membantunya selain tukang bengkel hingga akhirnya memilih naik taksi, maag-nya kambuh karena belum makan, kemeja putihnya sudah bercorak saat ini yang bisa aja dia cuci tapi itu malah akan membuat warnanya amburadul jadi terpaksa dia pakai dan akan membuangnya saat berada di apartemen dan sekarang saat pulang, hujan turun dengan derasnya.

Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, Naura memilih berdiri sendirian di gerbang menunggu Fransiska yang akan menjemputnya, di bawah lindungan payung yang dipinjamkan Karen yang motifnya spongebob. Luar biasa sekali

Naura meniup poninya. "Apes banget hari ini."

Naura memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan sekelilingnya dan hujan seakan mengaburkan pemandangan apapun yang ada di depannya. Saat melihat kemejanya, di mana ada dua corak telapak tangan yang letaknya pas banget di masing-masing bagian dadanya membuat Naura tambah kesal.

"Cuma satu anak itu aja bikin gue kesel kayak gini," gerutunya.

"Rese memang!"

"Bu Guluuuu."

"Astaga!"

Naura loncat ke samping saat melihat Keylan yang rambut dan bajunya basah memegang ujung kemejanya, ikut bernaung di bawah payungnya.

"Eh, biar anak-anak harus punya sopan santun ya." Naura mencoba melepaskan paksa kemejanya yang digenggam Keylan. "Kamu bukannya nunggu jemputan di dalam ya? Kenapa keluar?"

"Bosan." Keylan memperlihatkan deretan giginya. "Mau sama Bu Gulu Naula aja."

"Ibu bukan ojek payung. Enak aja!!"

Naura mencoba melepasnya tapi Keylan menggeleng dan semakin menarik bajunya. "Kamu ini maunya apa sih?" 

"Nemenin Bu Gulu."

"Ibu gak perlu ditemanin. Mending masuk sana!"

Keylan menggelengkan kepalanya kencang. "Nda mau."

"Ih kepala batu." Naura menarik telinga Keylan supaya mau melepasnya tapi anak itu tetap saja menggelengkan kepalanya. "Lepasin!!"

"Key bosan di dalam. Jangan ditalik dong telinganya Key Bu."

"Ya memangnya Ibu pikirin kamu bosan atau gak. Kalau gak mau ditarik telinganya makanya dilepas dong!!"

Naura menarik telinga yang satunya tapi Keylan keukeh tetap bertahan.

"Ekhheemm."

Naura dan Keylan menoleh saat mendengar dehaman itu, melotot melihat siapa yang berdiri tidak jauh di depannya dan ternganga. Sial!

Seharusnya ya, Naura tadi jalan kaki saja cari tempat yang agak jauhan dikit agar dia tidak bertemu dengan laki-laki itu.

Naura merasakan jantungnya bergemuruh, menggenggam erat payungnya dan mengatupkan bibir rapat-rapat. Siap menerima semua omongan pedas laki-laki itu yang mengatainya tidak bertanggungjawaab.

Hari ini benar-benar apes buat Naura.

Laki-laki itu berdiri dengan satu tangan memegang payung dan tangan yang satunya masuk ke dalam saku coat hitamnya. Kemejanya yang berwarna merah menempel pas ditubuhnya yang padat berisi, dilengkapi kaca mata hitam yang menghiasi wajahnya tapi sama sekali tidak ada senyuman di sana.

Ekspresinya sama seperti malam itu, sedatar triplek tapi Naura tahu kalau tatapan laki-laki itu menancap pada wajahnya. Meski untuk sesaat Naura lupa bagaimana caranya bernapas karena dia seakan melihat model terkenal yang nyasar entah dari mana. 

"Pappii," pekik Keylan, melepaskan kemejanya dan menerobos hujan berlari untuk memeluk laki-laki itu yang merentangkan tangannya.

Beginikah penampilan seorang hot daddy?

Laki-laki itu menggendong Keylan hanya di satu tangan, mencium pipi kanan dan kirinya dengan gamas hingga menciptakan sebentuk senyuman di sana yang membuat Naura terpana melihatnya sampai dia menoleh ke arahnya dan senyuman itu lenyap dari wajahnya. Mampus!!

“Tumben nggak melarikan diri?” sindirnya.

Naura tidak bisa berkata-kata, malah Keylan yang menjawab seraya melepaskan kaca mata Papinya membuat Naura hampir aja pingsan. Ketampanannya bikin ambyar. Malam itu sepertinya dia tidak bisa melihat dengan benar ketampanan yang menyilaukan di depannya meski hari sedang gelap dan berhujan.

Setelah itu dia salah fokus melihat bibir laki-laki yang malam itu menempel di bibirnya. Naura seketika merasakan wajahnya memerah,malu.

"Bu Gulu bau Key,Pi."

"Bau?" Laki-laki itu menoleh ke anaknya.

"Ba-lu." Keylan mencoba mengoreksi.

"Oh baru. Papi kirain bu guru bau."

Sialan!! Harum gini kok dibilang bau.

Naura mundur selangkah saat laki-laki itu maju mendekat, berhenti tidak jauh di depannya. Tatapan matanya menyusuri dari payung spongebobnya, turun ke bajunya yang bercorak yang langsung dia tutupin dengan tangan terus sampai ke bawah kemudian naik lagi ke atas.

"Pantas saja saat itu kamu ada di sini.” Laki-laki itu melihat ke arah parkiran seperti mencari sesuatu. “Mobilmu, kamu dorong pakai apa?”

"Pakai tenaga dalam," ucap Naura asal, berusaha tidak panik.

Tatapan laki-laki itu malah menghunus tajam, bergerak maju lagi sementara Keylan diam memeluk leher Papinya dan memperhatikan mereka bergantian. Oh sial!

“Kamu nggak amnesiakan tentang kejadian malam itu?”

“Tidak. Hmm, aku mungkin memang salah—”

“Kamu berteriak ke penolongmu lalu melarikan diri dan tidak bertanggungjawab,”sela laki-laki itu.

Naura menggerang dalam hati,”Iya benar. Kamu benar sekali. Kalau begitu di sini aku akan—”

“Ssstt.” Naura mingkem, bibir laki-laki itu terlihat sangat seksi. “Kalau mau bertanggungjawab lakukan yang benar. Aku akan menagihnya nanti.”

Sial!

"Dan satu lagi, aku tidak mau lagi melihat kamu menarik telinga anakku seperti tadi atau—" Naura mengerjapkan mata mendengar nada peringatan laki-laki itu lalu seperti tersadar, dia balik nyolot.

"Anakmu ini yang kebanyakan tingkah!"

Laki-laki itu memincingkan mata, "Atau kamu akan bertemu denganku di pengadilan dalam kasus kekerasan anak. Sebagai pengacara, aku bisa dengan mudah menuntutmu saat ini juga." Naura mengatupkan bibirnya. "Camkan itu!"

Apes!! Naura memalingkan wajahnya ke samping.

"Ayo kita ajak pulang Bu gulu Naula, Pi," ucap Keylan.

"Gak usah sayang. Bu gurunya masih mau berdiri jadi patung di sini."  Naura melotot mendengarnya, mengalihkan tatapannya lagi saat laki-laki itu kembali melihatnya.  "Ingat itu baik-baik!!" 

Lalu dia berbalik membuat Naura langsung menghela napasnya tapi hanya sesaat karena laki-laki itu kembali berbalik dengan senyuman miring minta ditabok bolak-balik.

"Lain kali kalau pakai kemeja putih itu dilapisi dalaman. Biar gak muncul warna warni selain cap tangan yang ada di sana."

Naura mendelik, laki-laki itu tersenyum mengejek kemudian berbalik pergi meninggalkan Naura yang langsung melihat kemejanya dan melotot saat menyadari kalau branya yang berwarna biru tercetak jelas di sana.

"Arrrrrgghhhh!' pekiknya ditengah guyuran hujan yang semakin menderas. “Apes banget gue!”

Naura gak tahu ini pertanda apa tapi hari ini dia benar-benar ketiban sial. Mobil laki-laki itu sudah berlalu pergi, Naura menggerutu lebih panjang saat Siska belum juga datang untuk menjemputnya. Naura bergerak mendekati tepian jalan sambil celingukan dan mendesah keras, saat akan berbalik ke tempatnya tadi, sebuah mobil melaju kencang dan—

Byuuuurrr!

Naura tenganga, merasakan punggungnya basah akibat cipratan yang diakibatkan mobil gila tadi.

“Ya Tuhan,” desahnya.

Naura mengacak rambutnya kesal sampai suara tawa membahana itu membuatnya berbalik dan melihat Siska yang tertawa terbahak di sana. Ini benar-benar hari tersial dalam hidupnya meski tadi dia sempat mendapat sedikit keberuntungan bisa melihat lelaki yang tampan meski wajahnya begitu lempeng.

 

***

Bab terkait

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   08. Memergoki Hot Daddy

    Setelah diancam akan digeret ke pengadilan sama hot daddy yang ganteng itu, Naura stress. "Elo kalau stress mengerikan!!" Di sampingnya, Siska begidik seraya menunjuk lima paperbag dengan ukiran nama merek butik terkenal yang Naura letakkan di atas kursi. Malam ini, Naura menggeret paksa Siska menemaninya ke mall untuk menghilangkan rasa stress dan penat setelah seharian mengalami kesialan. "Ya inilah gue." Naura menggidikkan bahu, duduk menyandar di kursi salah satu restoran di dalam mall yang malam ini cukup ramai. Steak di piringnya masih sisa setengah berbeda dengan Siska yang sudah menghabiskan spaghetti-nya dan sedang menyantap es krim coklat bertabur kacang almond. "Memangnya elo gimana?" "Gym—" Siska menyendok es krim di mangkuknya. "Yoga dan sebagainya." "Ah kalau itu sih memang keharusan. Gue selalu rutin olahraga." "Elo ngilangin stress ngabisin duit berjuta-juta." Siska menggelengkan kepala, Naura hanya nyengir. "Jadi sebenarnya elo stress karena bertemu dengan lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   09. Like Father like Son

    Gara-gara laki-laki itu juga, Naura sampai gak bisa tidur dan paginya malah bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke sekolah sampai tidak sempat sarapan. Padahal dia tahu akibatnya jika tidak sarapan bagi tubuhnya.Di sekolah, dia jadi gampang marah. Entah sudah berapa banyak anak-anak yang dia omeli padahal mereka melakukan kesalahan yang tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan Keylan sudah dia marahi habis-habisan karena tidak mau menurut.Setelah semua anak-anak sudah pulang, Naura keluar dari ruangan kelas setelah membersihkan beberapa barang yang tercecer. Dia sudah membayangkan makan rawon iga yang enak banget hingga membuatnya buru-buru keluar dari sana.Saat berada di depan pintu di mana sepatunya berada, Naura terdiam sesaat dan menyimpitkan mata. Ada yang bergerak-gerak di sana. Naura mengedarkan pandangan melihat suasana sekolah yang sepi lalu kembali memperhatikan apa yang ada di dalam sepatunya. Naura mengaitkan rambut panjangnya ke telinga, merunduk seraya mengulurkan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   10. Adegan Pingsan Dadakan

    “Arjuna Ivander.” Naura mengulang nama itu di kepalanya. Namanya aja udah macho banget meski terkesan sangat Indonesia tapi cocok untuk hot daddy yang satu itu. Bertanya-tanya dalam hati apa wanita berdandanan menor yang dilihatnya kemarin malam di restoran itu adalah Srikandinya. "Iya." Karen menyendok rawon iganya ke dalam mulut sebelum melanjutkan. "Pak Arjuna yang gendong kamu ke klinik. Dia panik banget tadi." "Bohong!!" bantah Naura dengan lantang. Mana mungkin lelaki straight face begitu panik. Kalau tertawa mengejek sih lebih masuk akal. Karen berdecak, menggigit iga lepas dari tulangnya dan mengunyahnya. "Terserah kalau gak percaya." "Aku gak percaya." Karen menggidikkan bahu, terus mengunyah sementara Naura bahkan belum menyentuh iga rawon yang sangat diidamkannya dari tadi pagi karena sibuk memikirkan nasibnya yang hari ini memalukan. Lebih tepatnya, sangat-sangat-sangat-sangat memalukan. Naura bersyukur ketika terbangun dari pingsannya, lelaki dengan ekspresi sedat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   11. Membuat Bento Dadakan

    "Bu Naula—" "Apa?!" jawab Naura sambil melotot. Keylan merengut seraya mengulurkan kotak bekalnya. "Ini buat Ibu Gulu." "Kenapa buat Ibu?" Naura sempat kaget saat tiba-tiba Keylan datang dan memberikan bekalnya yang biasa dia bawa di kotak makan motif spiderman itu padahal masih terlalu pagi. Biasanya Keylan akan datang kalau sudah mendekati jam masuk sekolah. "Supaya Bu Gulu enggak pingsan lagi sepelti kemalin." Naura mendorong balik bekal itu. "Gak usah, Ibu sudah sarapan." Keylan menarik bekal itu dengan wajah sedih. Naura berdecak. "Nanti kalau Ibu yang makan, kamu bisa pingsan." Keylan menggelengkan kepala, menyodorkan lagi bekalnya. "Kata Papi jadi anak lelaki itu halus kuat, halus mendahulukan pelempuan." Naura menaikkan alis mendengarnya, anak sekecil ini sudah diajarin menjadi seorang gantleman. “Kalau gak mau semua ya udah sepaluhnya aja.” "Nanti Ibu yang dimarahin sama Papimu." Naura berdiri dari duduknya setelah membereskan buku bergambar juga crayon yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   12. Ganteng Tapi Menyebalkan

    "Aku rasa itu bukan urusanmu." "Oh, itu secara tidak langsung juga urusanku karena anakku ada di dalam kelas yang diajar oleh guru tidak kompeten sepertimu. Sebagai orang tua yang sangat mencintai anak mereka, wajar saja kalau aku khawatir dengan keselamatannya. Bisa saja tiba-tiba di saat kamu sedang stress dan cenderung melakukan hal membahayakan—" "Aku bukan psikopat!” Teriak Naura kesal, menghentikan serbuan kata-kata Arjuna yang langsung terdiam. "Kamu jadi laki cerewet banget ya ngalahin ibu-ibu kompleks. Wanita mana coba yang tahan sama kamu!!" Naura mengetukkan kepalanya dengan tangan. "Ah ya lupa, istrimu pastinya. Sepertinya dia wanita yang extra sabar ya. Apa wanita berdandanan menor malam itu?" Naura mengedarkan pandangan ke sekitar area rumah tapi keadaanya sepi sekali. Bahkan pembantu juga tidak ada nampak. "Wah, apa tanggapannya kalau dia tahu kamu membawa wanita ke dapur rumahmu." Naura mencibir sementara Arjuna hanya diam, nampak tidak terpengaruh membuatnya malah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   13. Tanpa Sengaja Bertemu Lagi

    Masih sambal menelepon, Naura memperhatikan Arjuna melepas kacamata hitamnya seraya berjalan ke arahnya membuat Naura sedikit bergeser merepet ke tembok, memalingkan wajahnya dengan dagu terangkat. Tadi Keylan senang banget saat Papinya membawakannya bento yang langsung dia habiskan tanpa mengatakan kalau bento itu buatannya. Sialan memang tapi Naura sih juga gak peduli yang penting urusan mereka selesai. Arjuna menatapnya tanpa mengatakan apapun dan berjalan melewatinya begitu saja masuk ke dalam sekolah. Naura menghela napas panjang, melihat ke arah jam tangannya dan menghembuskan napas kesal. “Kenapa?” tanya Siska. Naura mendesah,”Badai sudah berlalu.” Siska tertawa kencang, Naura memperhatikan jalanan di depannya. “Lama banget Pak Ahmad. Kayaknya gue harus pesan tak—" Ucapannya terhenti saat matanya menangkap setangkai bunga mawar merah mekar muncul dari samping. “Tak apa—” suara Siska samar-samar terdengar tapi fokus Naura sudah ada pada Keylan di depannya. "Makasih bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   14. Kembali dicampakkan

    “Wisnu.”Naura mencoba mengontrol ekspresi wajahnya, mengenyahkan bayangan negatif di kepalanya dan mencoba berpikir positif demi keamanan hatinya saat ini. Jadi, Naura berjalan mendekat dengan langkah percaya diri dan memeluk Wisnu yang nampak kaget dengan apa yang dilakukannya. Naura mencoba tidak peduli dengan wanita di sampingnya."Aku kangen banget sama kamu." Naura memeluknya erat, meresapi aroma parfum Wisnu yang sangat dihapalnya. "Kenapa kamu menghindar dari aku sih? Kamu tahu nggak kalau sekarang, aku tuh lagi kerja jadi guru di—"Belum selesai berbicara, Wisnu tiba-tiba mendorongnya menjauh membuat Naura terdiam menatapnya."Naura, kamu ini apa-apan sih?!” ujarnya kesal. “Aku nggak bisa ngeladenin kamu sekarang karena aku sudah punya janji dengan seseorang. Lebih baik kamu pulang sana!”Naura tidak menduga kalau Wisnu akan mengusirnya.“Aku tuh kangen sama kamu.Aku ini calon istri kamu. Kita akan menikah.”“Belum. Bukankah kamu sendiri yang mengacaukan rencana pernikahan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   15. Kena Marah Lagi

    "Tapi gue akui, dia keren juga. Apa yang dia bilang ke elo itu bener sih walaupun caranya dia frontal banget." "Frontal abis! Kiranya gampang apa move on dalam waktu semalam. Sinting!!" Naura nampak kesal, melipat lengannya di dada. "Sudah tahu orang patah hati malah tambah di sayat-sayat. Mana cincinnya dibuang lagi sama dia plus gue malu banget sudah ketahuan bohong." Naura memukul dahinya sendiri. "Gila aja, paginya gue bohong eh malamnya ketahuan." Siska tertawa. "Kualat kan lo!! Bagus sih cincinnya dia buang supaya elo gak terus terjebak dihayalan tentang pernikahan sama lelaki dongo itu. Memangnya gak bisa apa nunggu sebentar kayak besok onderdilnya bakalan keriput kalau gak dipake buat nanam benih. Buru-buru banget mau punya anak.Ck." "Entahlah. Gue masih berharap kalau dia mau datang, minta maaf dan membicarakan semuanya." Siska menggelengkan kepalanya. "Kok gue ngerasanya dia gak bakalan datang ngemis cinta lo lagi. Yang ada elo bakalan nerima surat undangannya." "Doain

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   69. Rencana Holiday

    Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   68. Akhir Kisah

    Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   67. Rasa Syukur Tak Terbendung

    Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   66. Mengadopsi ?

    Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   65. Keinginan Seorang Istri

    Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   64. Tragedi Tak Terduga

    “Aku besok harus ngapain Mas?”Naura merasa khawatir karena besok siang dia harus datang ke persidangan sebagai saksi dan bertemu lagi dengan Mirza. Suaminya yang tidur di sebelahnya mengelus kepalanya. “Jangan hiraukan keberadaan Mirza di sana. Kamu hanya harus menceritakan kejadian saat kamu mendengar Mirza menelepon preman-preman suruhannya itu dan juga saat dia mengancammu di swalayan.”Naura mengigit ujung kukunya. “Apa bukti rekaman ancamannya yang aku rekam diam-diam itu belum cukup?”“Kamu harus tetap bersaksi sayang. Ini salah satu prosedur persidangan yang harus dilakukan agar bukti-bukti semakin kuat.”“Aku bukan saksi utamanya kan?” Naura menatap suaminya. “Secara tidak langsung semua ini bermula karena hubungan kami yang hancur. Seperti yang dikatakan oleh Tante Marina.”“Andai saja aku ada di sana saat dia datang.”“Sikapnya itu menunjukkan siapa mereka sebenarnya,” ucap Naura. “Dulu, aku bertemu dengannya hanya beberapa kali dan itu juga bukan pertemuan yang men

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   63. Keluarga Cemara

    “Event kuliner Asia ya?” Tanya Naura, memperhatikan proposal di tangannya yang baru saja diserahkan oleh Marketing Head untuk mendapatkan persetujuannya. “Iya Bu. Tahun ini kita memenuhi kualifikasi untuk ikut pagelaran kuliner yang diadakan di hotel Armani Dubai.”“Ini kesempatan langka.” Naura membaca baik-baik proposalnya, sementara Amel yang duduk di depan mejanya memperhatikan. “Mereka melakukan sistem seleksi—“ Naura mengangkat pandangannya. “Orang kita harus benar-benar menyiapkan banyak hal itu event ini.”Amel mengangguk, “Pak Dani sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Meeting akan dilakukan lusa untuk membahas event ini dan saya sudah mengirim semua bahan meetingnya ke email Bu Naura.”Naura mengangguk, mengelus perutnya yang terasa lapar membuat Amel langsung berdiri siaga. “Ibu Naura mau makan apa? Biar Amel pesankan.”Naura memerengkan bibirnya, “Tumben kamu perhatian banget.”“Nanti saya disemprot sama Pak Arjuna Bu,” kekeh Amel, Naura memutar bola mata. “

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   62. Tentang Keylan

    Tiga bulan kemudian, "Deg..Deg…Deg..Deg” Naura merasakan matanya berkaca-kaca saat mendengar detak jantung kedua anaknya yang saling bersahutan saat mereka cek kandungan ketika kehamilannya memasuki trimester kedua. Suaranya begitu menenangkan dan Naura tidak bisa berhenti mendengarnya. “Semuanya sehat, Ibu dan bayi sehat dan berkembang dengan baik. Detak jantungnya bisa kalian dengar sendiri.” Arjuna menghembuskan napas lega. “Syukurlah. Mual-mualnya juga sudah mulai berkurang dok.” Dokter Melani mengangguk. “Itu artinya, setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Ibu bisa beraktifitas lebih banyak karena masa mabuknya sudah berkurang tapi tetap harus hati-hati karena kehamilan kembar lebih membuat cepat lelah dari pada kehamilan tunggal.” “Rasanya perut pasti bakalan sesak ya dok," Tanya Naura. “Iya begitulah. Semakin besar mereka akan semakin memenuhi dinding Rahim, saling bersinggungan sesama saudara dan berbagi makanan. Ibu Naura harus banyak-banyak mengonsumsi makan

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   61. Dipaksa Menjadi Ibu

    “Bu gulu bantuin Key dong susun puzzle.”“Ehh, dicoba dulu susun sendiri. Perhatikan baik-baik gambar utuhnya. Jangan pantang menyerah.”“Keylan kalah sama Malika.” Malika menunjukkan puzzlenya yang sudah terisi beberapa. “Tadi malam Malika diajarin sama Tante Siska.” Naura mendelik mendengarnya. “Kita mainan puzzle bareng bertiga sama Ayah.”“Ihh gak. Key juga bisa sendiri kok,” sungutnya.Wah progresnya sudah laju ini kayaknya Mas Rendy. Naura kepo. “Malika diajarin sama siapa?”“Tante Siska Bu. Temen mainnya Ayah.”Naura ber-O ria seraya mencoba menahan kekehannya. Sekarang gak apa-apa masih teman main Ayahnya, bentar lagi pasti jadi teman tidurnya tuh.“Malika suka gak sama Tante Siska?” tanya Naura, mencoba mengorek informasi.Malika yang polos mengangguk, “Suka. Tante suka bawain Malika kue.”Naura dalam hati mengakui kepintaran Siska mencuri hati calon anaknya. Agak mengejutkan juga sih kalau ternyata mereka malah semakin dekat tapi bagus juga karena Naura tah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status